PERANCANGAN TYPEFACE MOTIF BATIK ECO MANGROVE.

(1)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN T Y PEFACE M OT I F BAT I K ECO

M AN GROV E

Disususn oleh :

DIMAS SARAS ADITYO 0851010055

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVESITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

2013


(2)

PERANCANGAN TYPEFACE MOTIF BATIK ECO

MANGROVE

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan Oleh : DIMAS SARAS ADITYO

(0851010055)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN TYPEFACE MOTIF BATIK ECO MANGROVE

Dipersiapkan dan disusun oleh DIMAS SARAS ADITYO

0851010055

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal : 11 Desember 2013

Pembimbing I Penguji I

Aris Sutejo, S.Sn., M.Sn

NPT. 3 8511 13 0353 1 NPT. 3 8312 10 0304 1

Aryo Bayu W, ST.,M.Med.Kom

Pembimbing II Penguji II

Radityo, ST

NPT. 3 8106 13 0361 1

Kadek Primayudi, S.Sn., M.Sn

Ketua Jurusan Koordinator

Heru Subiyantoro, ST., MT

NPT. 3 7102 96 0061 1 NPT. 3 8109 10 0303 1

Aditya Rahman Y, ST., M.Med.Kom

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : ………..

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

NIP. 19590729 198603 2 00 1


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam Naskah perancangan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam nara sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila terjadi di dalam naskah Tugas Akhir ini terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, 11 Desember 2013


(5)

ABSTRAK

Typeface batik mangrove ini di gunakan untuk memperkenalkan batik mangrove dan menambah koleksi typeface khas Indonesia yang masih sedikit. Batik mangrove merupakan salah satu batik kebanggaan masyarakat kota Surabaya. Meskipun batik mangrove telah cukup lama berkembang, namun keberadaannya kurang dikenal oleh masyarakat.

Batik mangrove merupakan satu-satunya batik di Indonesia yang sistem pewarnaanya menggunakan tanaman bakau atau bisa di sebut alami dan motifnya mewakili pesisir kota Surabaya. Upaya yang di lakukan untuk mempromosikan batik, khususnya batik mangrove, yaitu dengan membuat typeface. Motif Batik mangrove khas Surabaya di gunakan sebagai elemen typeface. Daya tarik dari motif batik mangrove di harapkan dapat kenal oleh masyarakat melalui typeface

yang memiliki karakter budaya Indonesia

Konsep utama dalam perancangan ini mengambil ciri khas dari batik mangrove, motif yang di ambil adalah ekosistem mangrove. Karena motif tersebut menjadi motif yang paling menarik untuk di ambil dan motif ini juga bisa di bilang motif utama pada batik mangrove yang ada. Motif yang di ambil ini merupakan motif keseluruhan dari satu kain batik mangrove.

Konsep desain Typeface Motif Ekosistem Mangrove diharapkan mampu mengajak seluruh mahasiswa dan masyarakat yang senang dengan dunia tipografi agar menjadi sebuah inspirasi untuk membuat typeface baru


(6)

ABSTRACT

Batik mangrove Typeface is used to introduce batik mangrove and increase collection of typical Indonesian typeface which is still slightly. Batik mangrove is one of the surabaya society pride. Although mangrove batik has grown long enough, but its presence is less known by the public.

Batik mangrove is the only batik in indonesia which coloration system uses mangrove or it is called natural and the motif represent coastal of surabaya city. The effort made to promote batik, especially batik mangrove, is by create typeface. The motif of batik mangrove typical of surabaya is used as the element of typeface. The attractive of batik mangrove motif is expected can be known by the public through a typeface that has the character of Indonesian cultur.

The main concept in this design is taking from the characteristic of batik mangrove. The motive taken is mangrove ecosystem. The motive becomes the most interesting motive and it is also called the main motive of the existing batik mangrove. It is the whole motive of the batik mangrove cloth.

The concept of typeface design mangrove ecosystem motive is expected to invite all students and society who love and concern in typography in order to be an inspiration to create new typeface.

Keywords: Typeface, Letter, Indonesian Culture, Mangrove, Motive Eco


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan berkahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan Tugas akhir yang dilakukan dengan judul “Perancangan typeface moif batik eco mangrove". Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil yang tidak pernah lepas dengan adanya banyak dukungan dari beberapa pihak. Atas bantuan dan dukungan tersebut, penulis benar-benar mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT beserta Rasul-rasulnya atas limpahan rahmat, hidayah, serta kekuatan untuk menyelesaikan perancangan ini.

2. Bapak Aris Sutejo, S.Sn., M.Sn. selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberi semangat penulis untuk menjalani proses Tugas Akhir Sebagai bentuk penyelesaian dalam pendidikan yang bergelar S1.

3. Bapak Radityo, ST selaku dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan referensi dan menyemangati penulis dalam proses Tugas Akhir dan mengajari penulis bagaimana percaya diri dalam berpresentasi. 4. Bapak Heru Subiyantoro, ST., MT. Selaku Kepala Progdi Desain

Komunikasi Visual.

5. Seluruh Dosen Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” Jawa Timur dan seluruh staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

7. Orang tua dan keluarga besar penulis yang memberikan bantuan dalam bentuk do’a, materi dan selalu menyemangati penulis dalam proses pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.

8. Sahabat-sahabat saya Fahmi, Hyayank, Pbol, Fariq, Nico, dan Khurnia yang selalu memberi bantuan semangat, moril disaat genting selama proses Tugas Akhir.


(8)

9. Kawan-kawan Desain Komunikasi Visual Septian, Ryandito, Angga, Arco, Dery, Odi, Yoya, Rexy, Satria, Rian, Suhendi, Sakti, Ganesha, Radit, Lutfi, Deny’10 dan semua kawan-kawan angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2012 yang telah mendukung dalam proses Tugas Akhir ini sampai selesai.

10.Kawan-kawan alumni Prodes ITS Udin, Adhon, Redit, Enok, Kemal, Huda, dan Gigih yang selalu memberi pendapat dan dukungan selama proses Tugas Akhir ini.

11. Pihak Bu Lulut "Batik Seru", Cido, Primer, Pak Jun Kantin, para staf warung kopi Saudara, Mbak Nar, Warkop Bintoro, Dikin, staf Earweaks dan semua pihak yang membantu kelancaran Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun bagi penulis sangat diharapakan. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 11 Desember 2013


(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR ORISINALITAS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Rumusan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Perancangan ... 3

1.5. Manfaat Perancangan ... 4

1.6. Skema Perancangan ... 6

Bab II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA 2.1. Tipografi ... 7

2.1.1. Sejarah Tipografi ... 7

2.1.2. Permulaan munculnya Alfabet ... 9

2.1.3. Penemuan mesin cetak ... 9

2.2. Jenis Huruf ... 11

2.2.1. Menurut Kesejarahanya ... 12

1. Black Letter ... 12

2. Humanist ... 13

3. Old Style ... 14

4. Script er cursive ... 14

5. Transitional ... 15

6. Modern ... 15


(10)

8. Decorative (Display type) ... 16

2.2.2. Fungsi ... 17

1. Display type ... 17

2. Text type ... 17

2.2.3. Karakteristik ... 18

1. Roman (huruf tegak) ... 18

2. Italic (huruf miring) ... 18

3. Bold (huruf tebal) ... 18

2.2.4. Menurut Sifat ... 19

1. Type as Text ... 19

2. Type as Information delivery ... 19

3. Type as Image ... 19

2.3. Anatomi Huruf ... 20

2.4. Type Format... 21

1. Postcript ... 22

2. Truetype ... 22

3. Opentype ... 23

2.5. Sistem Pengukuran dalam tipografi ... 24

1. Pica ... 24

2. Point ... 24

3. Em ... 24

4. Unit ... 24

5. Line spacing ... 24

6. X-height ... 24

2.6. Prinsip Dasar Tipografi ... 26

2.7. Gestalt ... 27

1. Similarity... 28

2. Continuation ... 29

3. Proximity... 29

4. Closure ... 29

2.8. BATIK ... 30


(11)

2.8.2. Jenis Batik Berdasarkan Tekniknya ... 31

1. Batik Tulis ... 31

2. Batik Cap ... 31

3. Batik Lukis ... 31

2.8.3. Motif Batik di Surabaya ... 31

1. Motif semanggi ... 31

2. Motif Cheng Ho ... 32

3. Motif Sawunggaling ... 32

4. Batik Mangrove ... 33

2.9. Studi Komparator ... 34

1. Typeface Motif Batik Parang Curiga ... 34

2. Typeface Nusantara - Garutan Adiwijaya ... 35

2.9.1 Studi Kompetitor ... 36

1. A-Z of Archipelago ... 36

Bab III METODE PERANCANGAN 3.1. Definisi Operasional Judul ... 38

3.1.1. Typeface ... 38

3.1.2. Motif Batik Eco Mangrove ... 38

3.2. Teknik Pengumpulan data ... 38

3.2.1. Data Primer ... 38

3.2.2. Data Sekunder ... 40

3.3. Analisis Data ... 41

3.3.1. Analisis TOWS Matrik ... 41

3.3.2. Analisis 5W +1H ... 41

3.4. Consumer Insight ... 47

3.5. Consumer Journey ... 48

3.6. Point Of Contact ... 49

3.7. Kerangka Berpikir ... 51

Bab IV KONSEP DESAIN 4.1. Sintesa ... 52


(12)

4.2.1. Definisi Konsep Keyword ... 53

4.3. Penjabaran konsep ... 54

4.3.1. Penjaringan Ide ... 54

4.3.2. Bentuk Perwajahan Huruf ... 55

4.3.2.1. Huruf Acuan ... 55

4.3.2.2. Anatomi... 56

4.3.2.3. Studi bentuk ... 56

4.3.2.4. Ukuran Huruf ... 61

4.3.2.5. Fungsi Huruf ... 61

4.3.2.6. Sifat Huruf... 61

4.4. Aplikasi Typeface ... 61

Bab V IMPLEMENTASI DESAIN 5.1. Output Primer ... 63

5.1.1. Typeface eco Mangrove ... 63

5.1.2. Desain uppercase ... 64

5.1.3. Desain lowercase ... 66

5.1.4. Desain numerical ... 68

5.1.5. Desain punctuation ... 70

5.2. Media promosi... 72

5.2.1. Kartu Nama ... 72

5.2.2. Sign System ... 72

5.2.3. Shoping Bag ... 73

5.2.4. X-Banner ... 74

5.3. Output Pendukung ... 75

5.3.1. Poster ... 75

5.3.2. Gimick ... 80

Bab VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 82 KEPUSTAKAAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Johann Gensfleisch zum Gutenberg ... 10

Gambar 2.2 Mesin Cetak... 10

Gambar 2.3 Serif dan San Serif ... 12

Gambar 2.4 Black Letter ... 13

Gambar 2.5 Humanist ... 13

Gambar 2.6 Old Style ... 14

Gambar 2.7 Script er cursive ... 14

Gambar 2.8 Transitional... 15

Gambar 2.9 Modern ... 15

Gambar 2.10 Slab serif... 16

Gambar 2.11 Display type ... 16

Gambar 2.12 Display type ... 17

Gambar 2.13 Text type... 17

Gambar 2.14 Roman ... 18

Gambar 2.15 Italic (huruf miring) ... 18

Gambar 2.16 Bold (huruf tebal) ... 18

Gambar 2.17 Type as text ... 19

Gambar 2.18 Type as Information delivery ... 19

Gambar 2.19 Type as image ... 20

Gambar 2.20 Anatomi Huruf ... 20

Gambar 2.21 Format Postscript ... 22

Gambar 2.22 Format Truetype ... 23

Gambar 2.23 Format Opentype ... 23

Gambar 2.24 X-height... 24

Gambar 2.25 Legibility ... 26

Gambar 2.26 Figure and Ground ... 28

Gambar 2.27 Similarity ... 28

Gambar 2.28 Continuation ... 29

Gambar 2.29 Proximity ... 29

Gambar 2.30 Closure ... 29


(14)

Gambar 2.32 Motif Cheng Ho ... 32

Gambar 2.33 Motif Sawunggaling ... 33

Gambar 2.34 34 Motif batik mangrove ... 34

Gambar 2.35 Typeface Motif Batik Parang Curiga... 35

Gambar 2.36 Typeface Nusantara-Garutan Adiwijaya ... 36

Gambar 2.37 A-Z of Archipelago ... 36

Gambar 4.1. Motif ecosistem mangrove ... 55

Gambar 4.2 Typeface Hackman ... 56

Gambar 4.3 Sketsa Desain uppercase ... 56

Gambar 4.4 Desain uppercase ... 57

Gambar 4.5 Sketsa Desain lowercase ... 58

Gambar 4.6 Desain lowercase ... 58

Gambar 4.7 Sketsa Desain numerical ... 59

Gambar 4.8 Desain Numerical ... 59

Gambar 4.9 Sketsa Desain punctuation ... 60

Gambar 4.10 Desain punctuation ... 60

Gambar 4.11 Contoh ukuran huruf ... 61

Gambar 5.1. Poster Typeface eco Mangrove ... 63

Gambar 5.2 Desain typeface uppercase ... 64

Gambar 5.3 Motif typeface uppercase ... 65

Gambar 5.4 Desain typeface lowercase ... 66

Gambar 5.5 Motif typeface lowercase ... 67

Gambar 5.6 Desain typeface numerical ... 68

Gambar 5.7 Motif Typeface numerical ... 69

Gambar 5.8 Desain typeface punctuation ... 70

Gambar 5.9 Motif Typeface punctuation ... 71

Gambar 5.10 Kartu nama ... 72

Gambar 5.11 Sign system ... 73

Gambar 5.12 Shoping bag ... 73


(15)

Gambar 5.14 Anatomi huruf ... 75

Gambar 5.15 anatomi huruf... 76

Gambar 5.16 Motif bunga Rhizophoraceae dan elemen tanah ... 76

Gambar 5.17 Font candara 24point... 77

Gambar 5.18 Poster desain lowercase ... 77

Gambar 5.19 Poster desain numerical dan punctuation ... 78

Gambar 5.20 walterfall test ... 79

Gambar 5.21 Poster typeface eco mangrove ... 80

Gambar 5.22 Kaos ... 80

Gambar 5.23 Post Card ... 81


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skema Perancangan ... 6

Tabel 3.1 Analisis TOWS Matrik ... 41

Tabel 3.2 Costumer journey ... 48

Tabel 3.3 Kerangka Berpikir ... 51


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seni batik merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Karena itu sudah selayaknya ditingkatkan dan dikembangkan"(Widodo, 1983:1). Batik merupakan ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis yang unik dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain.

Batik di Indonesia, merniliki ciri khas dan pola yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan kelokalannya sehingga menjadi identitas di masing-masing daerah. Diantaranya adalah batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Madura, dan Sidoarjo. Dari beberapa daerah itu, belurn ada identitas khusus yang menunjukan eksistensi batik Surabaya (ZONABIS,2011,jawatimuran.com). Batik di Surabaya memang belum pemah terdengar. Kalaupun ada mungkin tidak banyak yang mengetahuinya. Artinya batik Surabaya belum di kenal oleh masyarakat luas khususnya warga kota Surabaya sendiri, padahal motif batik Surabaya sangatlah berbeda dan tampil lebih berani di bandingkan motif-motif yang ada selama ini.

Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, motif mangrove, perahu khas Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya (ZONABIS,2011,jawatimuran.com). Perbedaan ini menandakan bahwa batik khas Surabaya memiliki identitas yang beragam di masing-masing motif batiknya, salah satunya yang paling di promosikan di nasional dan internasional adalah batik mangrove

Desain batik mangrove khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat(ZONABIS , 2009, jawatimuran.com). Sesuai pernyataan di atas, perbedaan batik mangrove terdapat pada desain dan pewarnaan batik khas Surabaya yang tidak kalah


(18)

2 menarik dari batik-batik kota lain, itu terlihat dari filosofi yang di terapkan ke desain batik khas Surabaya tersebut.

Menurut Widji selaku divisi promosi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan bahwa Batik mangrove ini adalah satu-satunya batik di Indonesia yang sistem pewarnaanya menggunakan tanaman bakau atau bisa di sebut alami dan motifnya mewakili pesisir kota Surabaya

Proses pembuatan batik mangrove memang berbeda dengan batik-batik pada umumnya. Batik Mangrove proses pembuatannya dan bahan bakunya berasal dari tumbuhan mangrove, yang kemudian corak designnya juga berbentuk mangrove. Proses pewarnaan batik mangrove dikerjakan dengan alami. Semua proses di kerjakan dengan pendekatan ecodesign, yaitu suatu pendekatan desain produk pada pelestarian ekosistem dan mengurangi dampak perusakan lingkungan. Hal ini lah yang membuat value batik mangrove sangat di perhatikan dan memiliki tempat untuk di promosikan

Menurut Widji selaku divisi promosi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan bahwa Apabila ada pameran kesenian di dalam negeri maupun luar negeri batik ini selalu kami ikut sertakan.

Batik mangrove ini sendiri juga salah satu batik kebanggaan kota Surabaya, ini bisa di lihat bahwa pemerintah kota Surabaya selalu mengikut sertakan batik ini dalam pameran-pameran kesenenian di dalam negeri maupun luar negeri.

Batik berhasil menjadi sebuah komoditas yang sukses di pasar global, maka nilai kesenian dan kebudayaan Batik yang klasik dan antik pun meninggi.(Andika Putra, 2012, kompasiana.com). Namun dikarenakan sosialisasi dan pemasaran batik mangrove yang dirasa kurang baik khususnya kepada warga Surabaya, umumnya masyarakat luas. Dikarenakan batik mangrove tidak lebih dulu ada di bandingkan motif batik lainya di Indonesia. Belum mengenalnya masyarakat mengenai motif mangrove itu sendiri, sehingga menyebabkan pengembangan motif mangrove tidak dapat maksimal.

Untuk mempromosikan batik, khususnya batik mangrove, salah satu caranya adalah dengan membuat typeface. typeface sendiri mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep. Salah satunya adalah memadukan motif batik


(19)

dan huruf . “Penggunaan huruf dan typeface yang tepat sangat penting sebagai sarana untuk mengekspresikan kepribadian sebuah brand. Tipografi merupakan salah satu kunci untuk brand communication karena memiliki kekuatan yang mempengaruhi secara visual.” (Video Brand New Conference: Matteo Bologna).

Typeface adalah rancangan karakter dari sekumpulan huruf. Typeface merupakan "perwajahan" yang membentuk karakteristik suatu kumpulan huruf sehingga membedakannya dengan jenis huruf yang lain. (Ajir,2011, desainstudio.com). Typeface yang baik mengarah kepada keterbacaan, dan kemenarikan, dan desain huruf yang tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan.

Seorang desainer harus jeli dalam memilih typeface yang sesuai dengan citra yang akan ditampilkan karena sekarang huruf tidak lagi menjadi pelengkap dari sebuah karya desain melainkan telah menjadi sajian utama komunikasi grafis yang bisa berbentuk katalog, brosur, atau buku(Rustan, 2011:123). Semakin banyak jenis huruf baru bermunculan, gaya desain pun memiliki karakter masing-masing, namun tipografi yang ada di Indonesia dan yang memiliki karakter Indonesia masih sedikit.

Menurut Suryanto rustan mengatakan bahwa typeface yang menggunakan unsur-unsur khas Indonesia harus lebih di perbanyak, agar dapat di komersilkan ke typefoundry internasional.

Oleh karena itu dalam tugas akhir ini, perancang mencoba mengangkat fenomena batik mangrove sebagai sarana komunikasi visual bercitra budaya bangsa yang membutuhkan sebuah promosi. Penyelesaian permasalahan ini nantinya berupa typeface yang berlatar belakang kesenian khas Surabaya yaitu motif batik mangrove, yang nantinya dapat memperkaya tipografi di indonesia dan dapat mempromosikan motif Batik mangrove khas Surabaya.

Dengan adanya perancangan ini maka typeface yang diciptakan tidak hanya sekedar memvisualkan motif batik saja, namun juga mampu di gunakan oleh khalayak luas sehingga dapat sekaligus mendukung pelestarian kesenian khas Surabaya


(20)

4

I.2. Identifikasi Masalah

Dari latar Belakang diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

- Masih banyaknya masyarakat Surabaya yang tidak mengerti tentang batik mangrove

- Butuhnya typeface yang mempunyai ciri khas di setiap kota di indonesia termasuk kota Surabaya.

- Butuhnya sebuah typeface sebagai sarana promosi batik, khususnya batik mangrove

I.3. Rumusan Masalah

- Bagaimana merancang typeface batik mangrove khas Surabaya?

I.4. Tujuan Perancangan

- Menjadikan typeface baru yang dapat memperkaya tipografi di indonesia dengan motif Batik mangrove khas Surabaya.

- Mengaplikasikan tipografi tersebut dalam media informasi yang komunikatif sebagai media promosi batik mangrove.

- Menambah jenis huruf baru yang nantinya dapat diperkenalkan sebagai jenis baru dengan motif batik mangrove yang dapat digunakan oleh masyrakat luas .

I.5. Manfaat Perancangan - Bagi masyarakat

• Memperkenalkan seni budaya Batik khas Surabaya melalui media typeface kepada masyarakat Surabaya sendiri maupun luar Surabaya sehingga nilai-nilai kesenian khas Surabaya dapat lebih di perhatikan dan diketahui oleh masyarakat.

- Bagi mahasiswa

• Untuk menambah koleksi typeface nusantara

• Sebagai refrensi jenis huruf baru dalam jenis-jenis huruf yang sudah ada.


(21)

- Bagi akademik

• Untuk menambah bahan refrensi dalam dunia tipografi bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhir.


(22)

6

I.6. Skema Perancangan

Latar belakang masalah

Rumusan dan batasanmasalah Tujuan dan Manfaat perancangan

Metode Perancangan

Identifikasi

observasi wawancara

analisis data

Konsep perancangan

Konsep kreatif konsep visual

Proses perancangan

Alternatif desain

final desain Tabel 1.1 Skema Perancangan


(23)

BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1 Tipografi

Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat makna tipografi semakin meluas. Menurut Rustan (2001:16) tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Tipografi merupakan media yang membawa manusia mengalami perkembangan dalam cara berkomunikasi. Komunikasi yang berakar dari simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek (pictograph), berkembang menjadi simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain (ideograph). Kemudian berkembang menjadi bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (phonograph-setiap tanda atau huruf menandakan bunyi).

Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, huruf dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk/rupa huruf) dan dapat menjadi sesuatu yang dapat dibaca (kata/kalimat). Selain itu huruf memiliki makna yang tersurat (pesan/gagasan) dan makna yang tersirat (kesan).

2.1.1 Sejarah Tipografi

Pada tahun 25.00 SM manusia gua mulai membuat ukiran/ rock engraving dan gambar / cave painting pada dinding gua. Itu juga adalah awal mula pictogram (suatu gambar untuk menerangkan sebuah objek, seperti orang, tempat, dan benda - benda).

Orang-orang Mesir mulai mengembangkan hieroglyph sekitar tahun 300 S.M. Pada awalnya hieroglyph bersifat pictogram, lama-lama berkembang menjadi kombinasi yang kompleks dari pictogram, ideogram (simbol yang menerangkan pemikiran / gagasan abstrak) dan phonogram (simbol yang mewakili bunyi tertentu). Sistem tulisan pertama di percaya para ahli mulai ada sejak 3200 S.M. di Moesopotamia. Tulisan ini di ciptakan oleh orang-orang Sumeria yang di kenal dengan sistem tulisan cuneiform.


(24)

8 Sekitar tahun 1800 S.M. muncul kaligrafi Cina yang pertama. Berupa pictograph, dan ideograph yang di toreh pada tulang atau di tulis pada suatu benda. Sistem tulisan makin lama makin bertambah canggih dan kompleks. Orang-orang Phoenicia menyederhanakan dan membaku kan alfabet dengan hanya menggunakan 22 karakter. Karena bangsa ini adalah pedagang dan pelaut, segera sistem tulisan itu menyebar luas di sekitar laut Mediterania pada sekitar tahun 1500 S.M.

Bangsa Yunani kurang lebih tahun 800 S.M. mulai mengadopsi alfabet Phoenician untuk digunakan dalam sistem tulisanya sendiri. Lima konsonanya diubah menjadi huruf hidup : alpha, epsilon, iota, omicron, upsilon (huruf a, i, u, e, o pada alfabet latin jaman sekarang).

Muncul huruf baru Yunani, yaitu uncial pada sekitar tahun 300. Uncial lebih mudah dan lebih cepat ditulis, karena stroke-nya lebih sedikit dan bentuknya lebih membulat dibanding huruf Yunani awal.

Bangsa Romawi menyerbu Yunani tahun 165 S.M. Seluruh artefak budaya, seni, filsafat, sistem pemerintahan Yunani di pelajari dan diadaptasi oleh kaisaran Romawi. Alfabet latin yang kita gunakan sekarang adalah berasal dari adaptasi ini. Pada abad pertengahan sekitar tahin 500-700, cikal bakal campuran huruf besar dan huruf kecil dalam teks. Pada tahun 1200 an Black letter mulai muncul sebagai cara untuk menghemat media tulis. Bentuk hurufnya sempit, tingi-tingi, berkesan berat, kaku, bersegi-segi. Makin sempit bentuk huruf, makin ekonomis.

Di Italia dan eropa bagian selatan pada abad 14 muncul white letter yang bentuknya bertolak blakang dengan black letter, Huruf ini berkesan ringan, lebih bulat-bulat, dan ornamenya sedikit.

semenjak itu tipografi mualai berkembang seperti munculnya huruf-huruf baru seperti humanist yang di ciptakan Nicolas Jenson tahun 1470, gaya old style pada tahun 1500-an, italic muncul sekitar tahun 1500 oleh Francesco griffo, sans serif pada tahun 1816 oleh William Caslon, Times New Roman diciptakan oleh Stanley Morison di London pada tahun 1932.


(25)

2.1.2 Permulaan munculnya Alfabet

Manusia berkembang begitu pula dengan komunikasi mereka sehari-hari. Mereka memerlukan bahasa tulis yang lebih kompleks lagi agar bisa menggambarkan ide-ide yang ada di benak mereka. Pada tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Mesir menemukan alat tulis yaitu alang-alang dan papyrus sebagai tempat untuk menulis. Hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai titik awal dari bentuk huruf yang akan terus berkembang dan berubah. Mesir sendiri memiliki huruf yang dikenal dengan Hieroglyph/Hieratic Script.

Dari simbol-simbol tipografi lambat laun berubah menjadi huruf-huruf yang di sebut Alfabet. Pada tahun 1500 sebelum masehi berbagai teori mengenai awal mula perkembangan alfabet telah dikemukakan dan semua teori itu berasal dari penemuan yang besar dari peradaban bangsa-bangsa. Alfabet merupakan sistem penulisan dengan satu bentuk visual yang unuk (huruf), setiap konsonan dan vikal dapat dikombinasikan menjadi bentuk unit visual (kata) yang dapat mereprestasikan sebuah bahasa. Yunani mulai mengembangkan penulisan alfabet tersebut. Barulah ketika alfabet tersebut samapai ke tangan bangsa Romawi, mereka memberikan perubahan dan kontribusi terbesar dalam sejarah perkembangan tipografi. Pada masa itu bangsa Romawi mengembangjan sistem penulisan huruf kapital, Huruf kecil, serta perkembangan bentuk-bentuk huruf dari bagian stroke yang bervariasi yang merupakan ciri fisik dari huruf-huruf Roman Script dan terus berkembang hingga sekarang.

2.1.3 Penemuan mesin cetak

Penemuan mesin cetak dengan sistem movable type pada tahun 1450 oleh johann Gensfleisch zum Gutenberg dari Jerman, telah membawa banyak perubahan yang pesat dalam sejarah tipografi, terutama dalam teknik pencetakan, pengukuran, serta produksi.


(26)

10 Gb.2.1.Johann Gensfleisch zum Gutenberg

Sumber:Huruf Font Tipografi, 2011:17

Gb.2.2.Mesin cetak

Sumber:Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:06

Melalui sistem dan subsistem yang kompleks, Johann Gutenberg mengembangkan teknik cetak yang di buat di atas permukaan bahan metal yang diukir (engraving). Setiap huruf, angka, tanda baca, serta ruang vertikal dan horisontal yang terdapat


(27)

di antara huruf-huruf di bentuk satu per satu. Guna mencapai akurasi serta mempercepat proses kerja pada saat pencetakan di atas kertas, Gutenberg memerlukan hapir 50.000 blok metal yang terdiri dari berbagai macam jenis huruf (metal type ). Sebelum melakukan pencetakan, setiap blok metal tersebut disusun satu per satu di atas sebuah wadah yang menjadi bagian permukaan cetak, yang mana cara ini disebut sebagai typecasting. Blok-blok huruf yang digunakan dapat dipindah-pindah atau diubah susunanya sesuai dengan kebutuhan dari naskah yang akan di cetak.

Pencetakan dengan movable type di gunakan hampir selama 400 tahun dengan berbagai macam penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan oleh Johann Gutenberg. Pada tahun 1886, Ottmar Mergenthaler, dari Jerman menemukan mesin typecasting yang cara kerjanya adalah dengan memasangkan sejumlah huruf yang disusun per baris (linecasting). Mesin temuan Mergenthaler ini desebut dengan Linotype, yang berasal dari kata 'Line of type' . Mesin teknologi cetak tinggi ini masih digunakan sampai saat ini. Selain Linotype, juga ada mesin-mesin typecasting yang lain seperti Monotype (cara kerjanya dengan menyusun huruf satu per satu).

2.2 Jenis Huruf

Jadi setiap huruf memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dapat disebut nama-nama yang terdapat dalam abjad. Huruf tersebut baru bunyi setelah disusun sesuai dengan keinginan seseorang menjadi kata atau kalimat.Pada umumnya setiap huruf terdiri dari huruf besar dan kecil dan huruf ini juga terbagi menjadi tiga kelompok bentuk yaitu :

1. Huruf kait (serif),

2. Huruf tidak berkait (sanserif), 3. Huruf latin (script).


(28)

12 Gb.2.3.Serif dan San Serif

Sumber: www.myfonts.com

Serif memiliki bentuk huruf yang memiliki tangkai besar dan kecil yang kontras. Sanserif memiliki bentuk huruf yang tangkainya sederhana, seragam, memiliki tangkai (stroke) dan bersih.

Script memiliki bentuk huruf seperti tulisan tangan,hurufnya berhubungan, kesan mengalir, kekontrasannya antara tebal dan tipisnya tangkai sangat kecil.

Calligraphy memiliki bentuk huruf seperti tulisan tangan.

2.2.1 Menurut Kesejarahanya

Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar belakang sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentum-momentum penting dalam perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan bentuk huruf. Walaupun saat ini lahir beragam jenis bentuk huruf, dunia tipografi sekarang masih banyak mengangkat jenis huruf-huruf lama, seperti Bodoni, Century, ataupun Garamond yang direproduksi serta dimodifikasi dengan teknologi digital.

Pengelompokan ini difungsikan untuk mengidentifikasi keberagaman font. Dengan adanya klasifikasi ini kita akan lebih mudah untuk menggunakannya sebagai penunjang kemanfaatan tipografi dalam kehidupan sehari-hari. Klasifikasi Font dibagi menjadi 5, yaitu :

- Black Letter

Desain karakter Black Letter di buat berdasarkan bentuk dari tulisan tangan yang popular pada masanya. Biasanya huruf Black


(29)

letter Ditulis menggunakan pena berujung lebar sehingga mengasilkan kontras tebal dan tipis yang kuat

Gb.2.4.Black Letter Sumber:www.myfonts.com

- Humanist

Di Italia, orang tidak menggunakan typeface bergaya Black Leter, melainkan Roman/ Romawi kuno yang negative spacenya cukup banyak sehingga tulisan tampak lebih terang dan ringan, karenanya gaya Humanist mendapat julukan White Letter.

Gb.2.5.Humanist


(30)

14 - Old Style

Karakter-karakter pada kelompok typeface ini lebih presisi, lebih lancip, lebih kontras dan berkesan lebih ringan. Gaya Old Style mendominasi industry percetakan kurang lebih selama 200tahun.

Gb.2.6.Old Style Sumber:www.myfonts.com

- Script er cursive

Script dan cursive bentuknya di desain menyerupai tulisan tangan, ada yang seperti goresan kuas. Kalau script huruf-huruf kecilnya saling menyambunng, sedangkan cursive tidak.

Gb.2.7.Script er cursive Sumber:www.myfonts.com


(31)

- Transitional

Gaya transitional pertama di ciptakan sekitar tahun 1692 oleh Philip Granjean. Kelompok ini disebut transitional karena berada di antara Old Stle dan Modern.

Gb.2.8.Transitional Sumber:www.myfonts.com

- Modern

Dinamakan modern karena kemunculanya kelompok typeface ini pada akhir 17, menuju era yang di sebut Modern Age. Ciri-cirinya hampir lepas dari sifat kaligrais typeface.

Gb.2.9.Modern Sumber:www.myfonts.com

- Slab serif

Muncul sekitar abad 19, awalnya digunakan sebagai display type untuk menarik perhatian pembaca. Disebut juga Egyptian karena


(32)

16 bentuknya yang berkesan berat dan horizontal, mirip dengan gaya seni dan arsitektur gaya kuno.

Gb.2.10.Slab serif Sumber:www.myfonts.com

- Decorative (Display type)

Kelompok bergay display pertama muncul seitar abad 19 dan semakin banyak karena teknologi pembuatan huruf yang semakin murah. Huruf display sangat di butuhkan di dunia periklanan untuk menarik perhatian pembaca. Display type yang diprioritaskan bukan legibility nya melainkan keindahanya.

Gb.2.11.Display type Sumber:www.myfonts.com


(33)

2.2.2 Fungsi

Surianto Rustan (2011:52-53) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

- Display type

Display type adalah semua teks yang berfungsi sebagai penarik perhatian

Gb. 2.12.Display type Sumber:www.myfonts.com

- Text type

Text type adalah teks-teks di luar display type yang fungsinya untuk di baca dengan seksama.

TEXT type

Gb.2.13.Text type

Kini banyak typeface yang khusus diciptakan sebagai display type maupun sebagai text untuk mempermudah pengguna dalam memilih sesuai kebutuhanya.


(34)

18

2.2.3 Karakteristik

Lebih lanjut, Rustan (2011:60) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut :

Roman (huruf tegak)

Dalam merancang sebuah typeface, desainer huruf biasanya pertama-tama membuat versi roman. Karena dalam suatu layout di butuhkan berbagai macam teks.

a

Gb.2.14.Roman (Huruf Tegak)

Italic (huruf miring)

Italic ini biasanya di gunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata. Di samping itu, huruf italic juga di pakai untuk menunjukan istilah atau kata yang berasal dari kata asing.

a

Gb.2.15.Italic (huruf miring)

Bold (huruf tebal)

Bold, dalam bahasa indonesia yang berarti tebal, yang berfungsi memberikan cetak tebal pada sebuah kata atau kalimat yang diberikan fungsi bold ini.

a

Gb.2.16 .Bold (huruf tebal)


(35)

2.2.4 Menurut Sifat

Leslie Becker, (Rustan, 2011;126) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan sifatnya sebagai berikut :

Type as Text

Tipografi sebagai penyampai pesan sang penulisnya. Teks mendapat penanganan khusus dan memperhatikan faktor-faktor optis. Di sini legibility dan readability menjadi hal yang sangat penting.

Gb.2.17.Type as Text Sumber:google.com

Type as Information delivery

Tipografi sebagai penyampai informasi, label, tanda pengenal, penunjuk arah. Disini legibility dan readability menjadi hal yang sangat penting.

Gb.2.18.Type as Information delivery Sumber:www.antarafoto.com

Type as Image

Tipografi sebagai penyampai pandangan, sikap dan ekspresi kreatif. Disini legibility dan readability tidak menjadi prioritas.


(36)

20 Gb.2.19.Type as Image

Sumber:www.abduzeedo.com

Huruf dan gambar bisa digabungkan sehingga tercipta sebuah bentuk baru yang tak terduga sebelumnya dan tidak ada lagi batasan untuk bereksperimen. Seperti yang diungkapkan (Rustan, 2011;142) “Pengolahan tipografi, pada kenyataannya tidak ada batasan bagi ide-ide kreatif seseorang”.

2.3 Anatomi Huruf

Seperti halnya tubuh manusia, huruf memiliki berbagai organ yang berbeda.Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan suatu identifikasi visual yang dapat membedakan antara huruf yang satu dengan huruf yang lain. Berikut ini adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf, menurut Surianto Rusta (2011:25-30):

Gb.2.20.Anatomi Huruf

Sumber:Huruf Font Tipografi, 2011:25-30

Berikut ini adalah terminology yang umum di gunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf (Sihombing,2001:13) :


(37)

1. Garis Dasar Bawah (Baseline), adalah sebuah garis bagian bawah atau dasar (maya) yang arahnya horizontal menjadi batas di setiap huruf besar atau kecil 2. Garis Dasar Atas (Capline), adalah sebuah garis bagian teratas atau dasar atas

(maya) yang arahnya juga horizontal menjadi batas di setiap huruf besar atau kecil.

3. Tinggi Huruf Kecil (X-Height) adalah Jarak ketinggian dari garis dasar (baseline) sampai garis dasar atas huruf kecil (meanline), dengan kata lain tinggi huruf kecil.

4. Tangkai Atas Huruf Kecil (ascender) adalah tangkai pada bagian huruf kecil yang posisinya mengarah keatas.

5. Tangkai Bawah Huruf Kecil (descender) adalah tangkai pada bagian huruf kecil yang posisinya mengarah kebawah.

6. Tangkai Huruf Kecil (stroke) adalah tangkai pada bagian huruf yang mengarahnya tegak maupun miring.

7. Upper case adalah Semua huruf besar 8. Lower case adalah Semua huruf kecil.

9. Meanline adalah Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf kecil.

10. Counter adalah Ruang kosong yang berada pada bagian dalam setiap huruf. 11. Stem adalah Batang vertikal yang terdapat pada huruf kecil ataupun huruf

besar yang pada bagian ujungnya dapat ditemukan beberapa akhir garis penutup yang disebut terminal.

Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (stroke) yang terbagi menjadi dua yaitu garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder ( secondary stroke)

2.4 Type Format

Dengan pesatnya pekembangan teknologi dalam dunia percetakan digital dan komunikasi digital, dunia teknologi font telah melakukan langkah yang besar dengan bermunculannya desain-desain huruf yang inovatif dan telah memperkaya dunia desain komunikasi visual. Diperjalanan awal dari teknologi font digital, font didesain dengan ukuran yang pasti seperti 9, 10, 12, 14, 18 dan 24 pt dengan


(38)

22 menggunakan standar bitmap layar komputer sehingga memiliki kelemahan ketika font harus diperbesar atau diperkecil. Akan tetapi kini dengan kehadiran teknologi vektor dan antialiasing teknologi font terus berkembang dengan meninggalkan teknologi bitmap.

Postscript

Type ini memiliki dua bagian, satu set type bitmap berukuran pasti dan font berbasis postscript yang akan memberikan informasi outline dari bentuk type tersebut.

Gb.2.21.Format Postscript Sumber:http://www.opentype.info

Truetype

Truetype adalah font berbasis informasi outline juga dan format vektor nya bisa di skala sesuai kebutuhan ukuran dengan akurasi yang tinggi. Font TrueType dapat diperbesar ukurannya dan jelas dibaca dalam semua ukuran.


(39)

Gb.2.22.Format Truetype Sumber:http://www.opentype.info

Opentype

OpenType adalah cross-platform yang kompatibel sehingga mudah untuk berbagi file di sistem operasi. Font manajemen ini lebih sederhana karena hanya ada satu file yang terlibat. Sebuah file font OpenType berisi semua outline, data metrik dan bitmap dalam satu file.

Gb.2.23 Format opentype Sumber:http://www.opentype.info


(40)

24

2.5 Sistem Pengukuran dalam tipografi

Typographer perlu mempelajari pengukuran elemen-elemen tipografi supaya hasil karya yang dihasilkan nyaman di baca dan pesan dapat tersampaikan dengan baik, selayaknya baju yang pas di tubuh, nyaman di pakai dan enak dilihat. Hanya ada sedikit perbedaan, apabila penjahit cukup menggunakan sentimeter untuk mengukur berbagai macam anggota tubuh, dalam tipografi kita menggunakan beberapa satuan yang masing-masing khusus untuk mengukur elemen tertentu saja, yaitu:

Pica untuk panjang baris teks.

Point untuk tinggi huruf, jarak antar baris/ leading, baris, border.

Em untuk jarak antar kata, indent dan dash.

Unit adalah satuan terkecil, untuk lebar huruf, jarak antar huruf (tracking dan kerning).

Line spacingadalah jarak antar baris

X-heightadalah yaitu jarak antara garis meanline dan baseline

Gb.2.24 .X-height

Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi phototypesetting dan digital composition – teknologi yang digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi. Pada tahun 1737, Pierre Fournier, seorang pembuat huruf (type founder) dari Paris menemukan sistem pengukuran huruf dalam satuan point.

Sistem pengukuran huruf yang lain diperkenalkan 40 tahun kemudian oleh Francois Ambroise Didot dari Perancis. Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem Anglo-Saxon dengan perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2,539 cm. Sistem pengukuran tipografi tersebut berawal dari teknik cetak movable type


(41)

yang pada perkembangan berikutnya diciptakan standarisasi pengukuran dan satuannya.

2.6 Prinsip Dasar Tipografi

Dalam suatu karya desain, semua elemen yang ada pada void (ruang tempat elemen-elemen desain disusun) saling berkaitan. Tipografi sebagai salah satu elemen desain juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan. Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi. Tulisan tangan adalah sederetan tanda-tanda yang mempunyai arti dan dibuat dengan tangan. Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Berdasarkan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai arti.

Penggunaan tanda-tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan prinsip-prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity, visibility, dan readibility. Legibility adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca.

Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik. Selain itu, penggunaan huruf yang mempunyai karakter yang sama dalam suatu kata dapat juga menyebabkan kata tersebut tidak terbaca dengan tepat, seperti contoh di bawah ini.


(42)

26 Gb.2.25.Legibility

Sumber:Typographic Form: Form and Communication;2012;77

Apabila menggunakan copping, bagian atas daripada huruf lebih dapat terbaca daripada bagian atasnya.

Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidak tepatan menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang membuat informasi yang disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan kurang jelas. Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila pembaca merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readible.

Pada papan iklan, penggunaan spasi yang kurang tepat sehingga mengurangi kemudahan pengamat dalam membaca informasi dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak seluruhnya ditangkap oleh pengamat.

Apabila hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa karya desain komunikasi visual tersebut gagal karena kurang komunikatif. Kerapatan dan kerenggangan teks dalam suatu desain juga dapat mempengaruhi keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat akan terasa menguasai bidang void dalam suatu bentuk, sedangkan teks yang berjarak sangat jauh akan terasa lebih seperti tekstur.


(43)

Prinsip yang ketiga adalah Visibility. Yang dimaksud dengan visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Fonts yang kita gunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang kita gunakan untuk papan iklan. Papan iklan harus menggunakan fonts yang cukup besar sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu.

Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan

dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.

Prinsip pokok yang terakhir adalah clarity, yaitu kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, warna, pemilihan type, dan lain-lain.

Keempat prinsip pokok daripada desain tipografi tersebut di atas mempunyai tujuan utama untuk memastkan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual dapat tersampaiakn dengan tepat. Penyampaian informasi tidak hanya merupakan satu-satunya peran dan digunakannya desain tipografi dalam desain komunikasi visual.

Sebagai seuatu elemen desain, desain tipografi dapat juga membawa emosi atau berekspressi, menunjukan pergerakan elemen dalam suatu desain, dan memperkuat arah daripada suatu karya desain seperti juga desain-desain elemen yang lain. Maka dari itu, banyak kita temui desain komunikasi visual yang hanya menggunakan tipografi sebagai elemen utamanya, tanpa objek gambar.

2.7 Gestalt

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf 'm' dengan 'p' atau 'c' dengan 'Q'. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari


(44)

28 Jerman dan Australia pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang di kenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada 'pattern seeking' dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat di analisis dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar di perlukan adanya kontras antara ruang positif yang di sebut dengan figure dan ruang negatif yang di sebut dengan ground.

Gb.2.26.figure and ground

sumber: tipografi dalam dunia desain,2001;12

Berikut beberapa penerapan prinsip persepsi visual dari teori Gestalt sebagai acuan serta beberapa contoh rancangan yang dapat memperjelas gambaran-gambaran terhadap penerapan dari teori tersebut (Sihombing, 2001:81).

Similarity

Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditentukan lewat bentuk, warna, arah dan ukuran.

Gb.2.27.Similarity

Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

a

Ground Figure


(45)

• Continuation

Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu.

Gb.2.28.Continuation

Sumber :Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

• Proximity

Sebuah kesatuan atau pengelompokan yang terbentuk karena adanya korelasi antara elemen-elemen yang saling berdekatan.

Gb.2.29.Proximity

Sumber:Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

• Closure

Bentuk yang tertutup atau menyambung terlihat lebih stabil.

Gb.2.30.Closure


(46)

30

2.8 BATIK

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.

Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

2.8.1 Sejarah Batik di Surabaya

Batik SurabayaTidak seperti daerah lain yang bisa ditelusuri jejak sejarah perkembangan batiknya. Batik Surabaya agak susah karena memang dulunya adalah daerah transit untuk perdagangan. Sekilas, batik Surabaya memang tidak


(47)

berbeda dengan batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo.

Namun, jika diamati secara detail maka akan tampak perbedaannya. Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, perahu khas Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya.

2.8.2 Jenis Batik Berdasarkan Tekniknya

Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut : a) Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik

menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

b) Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. c) Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung

melukis pada kain putih.

2.8.3 Motif Batik di Surabaya

Surabaya juga memiliki batik dengan motif yang khas. Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang cukup kuat dan berani. Menurut masyarakat, batik Surabaya memiliki motif yang menggambarkan orang Surabaya yang berani dan kuat. Banyak juga batik Surabaya yang sudah teralkuturasi oleh nuansa-nuansa pecinan.

Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Surabaya sampai saat ini adalah sebagai berikut :

a)Motif semanggi:

Dimana semanggi merupakan makanan khas Surabaya yang keberadaannya kini mulai punah. Menurut Putu, semanggi yang berwarna hijau cerah akan sangat cocok jika dipadukan dengan warna-warna cerah lain seperti merah, biru dan hijau.


(48)

32 Gb.2.31.Motif Semanggi

Sumber:http://fitinline.com

b)Motif Cheng Ho:

Terinspirasi kapal yang digunakan Laksamana Chengho yang pernah mampir di sungai Kalimas Surabaya.

Gambar 2.32.Motif Cheng Ho Sumber:http://indo-art.com

c) Motif Sawunggaling:

Motif ini berasal dari kisah Joko Berek yang suka adu ayam. Joko Berek sendiri adalah nama asli Sawunggaling. Motif ini memang tidak menggambarkan Sawunggaling atau Joko Berek di dalam motif batiknya, namun hanya mengambil ayam jagonya saja. Sebagai gambaran kota


(49)

modern yang prural, warna-warna modern seperti ungu, Osaka atau warna-warna lain yang jarang ada di pasaran banyak menjadi primadona.

Gb.2.33.Motif Sawunggaling Sumber: http://fitinline.com

d)Batik Mangrove:

Munculnya batik ini berawal dari keprihatinan Lulut Sri Yuliani, salah satu warga di Wisma Kedung Asem Indah J 28 Surabaya atas rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya. Dimana, banyak sekali tanaman Mangrove yang ditebang secara liar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain merusak lingkungan, banyak satwa yang terancam dan bahkan sering terjadi abrasi dan erosi di sekitar pantai. Karena itulah, Lulut yang juga kordinator batik SeRU (Seni batik Mangrove Rungkut) dan aktivis lingkungan melakukan upaya pencegahan dengan membuat batik mangrove. Ini merupakan kampanye yang paling efektif untuk mengajak masyarakat peduli lingkungan, terutama banyaknya mangrove yang rusak melalui seni membatik.

Batik mangrove yang sudah pernah dipamerkan antara lain motif aegieeras comiculatum, a. floridum, avieennia alba, bruguiera cylindrical, lummitzera racemaso, acanthus ilicifolius, xycarpus granatum, motif ecositem mangrove dan sebagainya. Desain batik mangrove sendiri murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai


(50)

34

Wonorejo. Warna yang dipilih adalah warna-warna cerah. Meski ada pengaruh dari batik Madura, namun batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan cetak.

Gb 2.34.Motif batik mangrove Sumber : Dokumentasi foto pribadi

2.9 Studi Komparator

a)Typeface Motif Batik Parang Curiga

Penggabungan Typeface dengan elemen yang terdapat dalam batik Parang Curiga. Motif Batik Parang Curiga adalah salah satu motif yang termasuk pola geometrik-parang. Ciri khas dari pola ini adalah ragam hias yang disusun sejajar dengan sudut 45o. Kemudian selalu ada ragam hias berbentuk belah ketupat yang juga sejajar dengan ragam hias utama pola parang. Ragam hias ini disebut sebagai mlinjon.


(51)

Gb.2.35.Typeface Motif Batik Parang Curiga Sumber: dgi-indonesia.com

- Kelebihan

• Menggunakan batik sebagai acuan typefacenya. Secara tidak langsung dapat mempromosikan Motif Batik Parang Curiga kepada masyarakat luas.

• Termasuk typeface yang reability atau mudah di baca - Kekurangan

• Beberapa karakter dalam typeface di atas perlu mendapat perhatian karena rendah legibility-nya contoh: huruf q, g dan a.

b)Typeface Nusantara-Garutan Adiwijaya

Typeface yang berlatarbelakang elemen-elemen yang terdapat dalam batik Garut


(52)

36 Gb.2.36.Typeface Nusantara-Garutan Adiwijaya,

sumber: dgi-indonesia.com - Kelebihan

• Termasuk typeface yang reability atau mudah di baca

• Jenis dekoratif / display seperti di atas sangat menarik perhatian pembaca dan di gunakan dalam ukuran yang cukup besar karena legibility memang bukan prioritasnya.

- Kekurangan

• Kurang meng eksplor untuk lowercase, tidak terlihat kalau itu menggunakan motif batik.

2.9.1 Studi Kompetitor a) A-Z of Archipelago

Gb.2.37.A-Z of Archipelago Sumber : dgi-indonesia.com

Font "A-Z of Archipelago" adalah font dekoratif berlatarbelakang warisan budaya Indonesia yang diciptakan oleh desainer Hermawan Tanzil dan


(53)

kawan-kawannya di LeBoYe. Dibutuhkan lebih dari 10 tahun lamanya untuk mempersiapkan desain font ini, mulai dari riset hingga eksperiman desain yang tak terhitung jumlahnya.


(54)

38

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Definisi operasional judul Typeface

typeface adalah karakter-karakter yang di desain khusus untuk di gunakan bersama-sama. Istilah typeface lebih mengarah pada bentuk atau desain huruf yang di gunakan (Rustan, 2010:18).

Motif Batik Eco Mangrove

Batik mangrove sendiri murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai Wonorejo. Meski ada pengaruh dari batik Madura, namun batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan cetak. Desain batik mangrove khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat.

Sedangkan Motif Eco Mangrove adalah motif batik mangrove yang paling menonjol dari semua motif batik mangrove. Motif Ecosistem ini memiliki semua unsur dari ecosistem yang berada di hutan mangrove, seperti akar pohon mangrove, daun mangrove, dan batang pohon mangrove.

3.2 Teknik Pengumpulan data 3.2.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung (Sugiyono, 2008:137). Data premier dalam bab ini meliputi:

observasi:

Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tertentu (Kriyantono 2008:106). Onbservasi di lakukan


(55)

dengan cara mengamati objek secara langsung. Dalam hal ini, objek yang di amati adalah Intan Aulia mahasiswa yang suka dengan hasil Batik mangrove karya Ibu Lulut di JL.Rungkut Mapan no. 29 Surabaya dan tempat pembuatan batik mangrove di JL. Wisma Kedung Asem Indah J-29 Surabaya.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek (Kriyantono,2000:111). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara di lakukan secara tidak langsung dengan di berikan pertanyaan tentang perkembangan typeface yang berlatar belakang kesenian khas Indonesia secara detail kepada Surianto Rustan, S.Sn. melalui email dan wawancara dengan Bapak Widji selaku bagian promosi di Dinas kebudayaan dan Pariwisata mengenai perkembangan batik di surabaya terutama batik mangrove .

Dokumentasi

Dokumentasi adalah pencatatan suatu peristiwa dan pemikiran terhadap suatu peristiwa yang di tulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa tersebut (Winamo Surahman 1982:125). Dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa metode dokumentasi adalah merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan jalan melihatdata-data tersebut berupa catatan-catatan perist iwa atau tentang suatu kejadian yang perlu disimpan dan sebagai alat bukti bila sewaktu - waktu dibutuhkan. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data berupa foto atau gambar yang terkait dengan motif batik mangrove secara langsung ataupun tidak langsung. Dokumentasi secara langsung dapat dilaksanakan dengan cara mengambil objek secara langsung, sedangkan dokumentasi secara tidak langsung


(56)

40 dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan motif batik mangrove.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi bersangkutan atau media lain (Sugiyono 2005 : 62). Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data mengenai topik penelitian. Data sekunder yang di maksud adalah metode kepustakaan.

Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah kegiatan membaca buku yang relevan merupakan bagian utama dan mutlak yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Hal ini berkaitan dengan kajian teori dan tinjauan pustaka yang memunculkan gagasan dan melandasi dilakukannya penelitian. Kajian teori dan temuan bahan penelitian lain berguna sebagai acuan dan landasan teori ilmiah untuk menunjukkan ketepatan pilihan suatu tindakan yang akan diberikan (Susilo, 2007:11-12). Perancangan ini menggunakan metode kepustakaan untuk mengumpulkan data melalui sumber buku yang telah dikaji oleh penulis, tentunya memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan yang diangkat untuk menunjang dan memperkuat hasil perancangan. Pengumpulan data berupa buku, majalah, dan artikel di intenet yang terkait dengan pembutan typeface batik mangrove yang sesuai dengan disiplin ilmu desain komunikasi visual sehingga dapat dipertanggung jawabkan.


(57)

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis TOWS Matrik

Strength (S)

• Belum adanya typeface khas Surabaya

• typeface mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep

Weakness (W)

• Tidak banyak orang yang tertarik • Belum mempunyai

identitas yang kuat

Opportunity (O) • Dapat di upload dan

di download secara berbayar

Strength Opportunity ( S.O.)

• Typeface pertama yang menggunakan motif batik mangrove khas Surabaya

Weakness Opportunity (W.O.)

• Membutuhkan riset yang panjang agar bisa menjadi typeface yang bagus

Threat (T)

• Mayoritas orang kurang perduli dengan typeface

Strength Threat (S.T.) • Typeface Sebagai

media promosi untuk mengenalkan batik mangrove sebagai kesenian khas Surabaya dan membuat batik ini memiliki identitas di masyarakat

Weakness Threat (W.T.) • Mempromosikanya agar

semua masyarakat mengerti akan typeface ini

3.3.2 Analisis 5W +1H

Perancangan typeface eco mangrove supaya tepat mengenai sasaran dan berhasil mengambil hati masyarakat tentang kesenian batik khas Surabaya ini. Analisa data yang digunakan adalah analisis 5W+1H. Dengan analisis 5W+1H (what , where, when, why, who, dan how), akan menjadi acuan dalam Perancangan typeface eco mangrove yang selalu mengacu pada target audience yang dituju.


(58)

42

1. What (apa): Apa yang ingin disampaikan dalam typeface?

Pesan dari perancangan typeface eco mangrove adalah ingin mengenalkan kesenian batik khas Surabaya kepada masyarakat agar keberadaanya tidak hilang begitu saja. Target audience dapat lebih mengenal batik mangrove khas Surabaya serta bangga terhadap kesenian batik kota Surabaya.

2. Where (dimana): Dimana typeface tersebut akan di jual?

Menurut hasil wawancara dari pihak stakeholder yaitu Bu Lulut selaku pengrajin Batik Mangrove, pihak stakeholder tertarik akan perancangan typeface tersebut, karena secara tidak langsung dapat mempromosikan batik buatanya kepada masyarakat. Typeface tersebut juga merupakan typeface nusantara yang memang unik asli Indonesia.

3. When (kapan): Kapan typeface tersebut akan di sebar luaskan?

Media yang dirancang harus memperhatikan kapan media tersebut akan dikeluarkan atau disebarluaskan kepada khalayak banyak. Jadi penyebaran media tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing media supaya media yang dibuat tepat mengenai sasaran yang dituju. Sehingga segala pesan yang ingin disampaikan langsung diterima oleh sasaran (masyarakat). Dalam hal ini waktu penyebaran media disesuaikan dengan program yang ada pada stakeholder yaitu Bu Lulut selaku pengrajin Batik Mangrove Surabaya. Karena audiens khususnya adalah konsumen dari Bu Lulut.

4. Why (kenapa): Kenapa diperlukannya typeface tersebut?

Berdasarkan target audience agar pesan dalam perancangan typeface eco mangrove ini tersampaikan lebih efektif dan pada akhirnya target audience akan melakukan action, seperti pada langkah-langkah berikut ini yang mengikut i teori AIDA.


(59)

- A = Attention (perhatian)

Typeface yang dibuat dapat menarik perhatian target audience terhadap isi pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media,motif atau ornamen yang akan di gambungkan, ilustrasi, gaya gambar, dan warna memegang peranan penting. Attention dilakukan untuk menggugah ketidaksadaran target audience terhadap bangga akan kesenian batik kota Surabaya.

- I = Interest (Berminat)

Target audience memahami pesan lebih mendalam, misalnya pada saat melihat typeface, ia mendapatkatkan pesan yang terkandung dalam typeface tersebut. Dengan memiliki keinginan memahami pesan lebih mendalam, diharapkan dapat membangun kesadaran (awareness) target audience, terhadap batik mangrove khas Surabaya. Melalui typeface target audiens lebih mengenal dan menyukai tentang batik mangrove khas Surabaya

- D = Desire (Memiliki hasrat atau keinginan)

Setelah memahami pesan, ia mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi, misalnya dengan mencari informasi lebih lanjut, melakukan perbandingan dengan typeface yang lain. Dalam hal ini, menggugah target audience untuk memiliki keinginan mengetahui dan mengenal pesan dari typeface lebih lanjut melalui pihak stakeholeder terkait.

- A = Action ( Melakukan Aksi)

Pada fase ini target audience mulai tertarik dengan typeface batik mangrove dan mulai sadar akan pentingnya keindahan yang di miliki batik tersebut. Serta kesadaran target audiens untuk lebih mengenal motif-motif batik mangrove yang lain .

5. (siapa): Siapa target audience yang akan dituju?

Tujuan pemilihan Who sasaran adalah untuk menentukan target audiens yang menjadi prioritas. Target premier yang dituju adalah konsumen dari Bu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat kota Surabaya . Jadi sasaran yang dituju bukan semua masyarakat, melainkan difokuskan pada konsumen


(60)

44 dari Bu Lulut. Sesuai keadaan dilapangan, konsumen dari Bu Lulut yang dominan menyukai Batik Mangrove. Tugas dari perancang adalah mempromosikan typeface yang sudah jadi agar dapat digunakan oleh masyarakat dan secara tidak langsung dapat mempromosikan Batik Mangrove kepada target audiens. Berikut merupakan penetapan segmentasi target audiens yaitu:

Geografis

Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis berbeda, misalnya wilayah, negara, negara bagian, propinsi, kota, dan kepulauan (Suyanto, 2004:2). Berdasarkan geografis sasaran yang diinginkan adalah seluruh daerah kota Surabaya. Jadi jangkauan hanya terbatas pada wilayah kota Surabaya.

Demografis

Segmentasi demografis adalah pasar dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah penduduk, usia ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial (Suyanto, 2004:3). Berdasarkan demografi sasaran yang diinginkan adalah Target premier yang dituju adalah konsumen dari Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat yang senang mempelajari sesuatu, rajin meng up-date aneka ragam batik, mencintai kesenian terutama kecintaan terhadap batik , tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan cetak mencetak. Laki-laki maupun perempuan dengan pendidikan Mahasiswa dan pekerja kantor. Dengan range umur 20-40 tahun, bisa saja lebih luas tergantung dengan efektifitas media.

Psikografis

Upaya membagi pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas social, gaya hidup atau karakteristik kepribadian(Kotler, 1995:11). Berdasarkan psikografis sasaran yang diinginkan target premier yang dituju adalah konsumen Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah


(61)

masyarakat kota Surabaya dan yang senang mempelajari sesuatu, mencintai kesenian terutama kecintaan terhadap batik, dan tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan cetak mencetak. Karena sesuai dengan target audience.

Behaviouristis

Segmentasi behaviouristis adalah membagi sebuah pasar menjadi kelompok-kelompok menurut manfaat yang mereka cari, penggunaan volume produk, dan loyalitas merek. (Suyanto, 2004:5). Behaviouristis disini diartikan kesukaan, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Jadi dalam media ini diharapkan mempunyai suatu daya tarik pesan yang mampu mempengaruhi, mengajak, dan membujuk masyarakat ataupun dapat mempromosikan kepada masyarakat tentang batik mangrove

6. How (bagaimana): Bagaimana merancang typeface agar lebih efektif dan efisien?

Menentukan pesan kreatif merupakan taktik dalam menyampaikan pesan supaya mudah diingat. Merancang typeface yang kreatif dan award-winning, perlu disiplin tersendiri. typeface yang menjual atau sukses harus dirancang lebih “serious” yaitu dapat dibagi menjadi 7 bagian sesuai huruf pada kata SERIOUS (Concept, Vol05 edisi30 2009 halaman 38-41), antara lain:

a. S (Single Message)

Dengan banyaknya pesan yang berebut minta perhatian, audiens akan sulit untuk mengingat semuanya. Karena itu, sangat penting memilih pesan yang ingin disampaikan. Jadi sangat penting memahami consumer insight sehingga pesan yang disampaikan dapat menggerakan khalayak sesuai isi pesan.

b. E (Entertaining)

Tugas terberat typeface adalah merebut perhatian konsumen, jadi typeface harus melakukan engagement dengan menghibur khalayak sasarannya. Dengan senyum, simpati dapat dibangun dan relasi alias bonding antara stakeholder dan khalayaknya dapat tercapai.


(62)

46

c. R (Relevance)

Kunci dari kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir out of the box. Karena kreatifitas menuntut sesuatu yang baru, segar, dan unik, yang membuat typeface cepat menarik perhatian. Relevansi menggambarkan, “How pertinent, connected, or applicable something is to a given matter”. Artinya ide kreatif tidak berdiri sendiri atau terjun bebas dari langit. Ia merupakan suatu proses pemikiran yang melibatkan harapan target audience.

d. I (Idea)

Sebuah typeface yang baik pada awalnya berakar dari sebuah ide. Tapi hanya ide besar yang bisa menarik perhatian target audience dan menghipnotis target audience. Maka dari itu, jadi sangat penting menggali ide besar, dari beberapa ide yang terlintas dalam dipikiran.

e. O (Original)

Kreatifitas memerlukan kesegaran dan keunikan, karena itu menuntut orisinalitas. typeface yang telah terlihat sebelumnya tak lagi memiliki greget dalam upaya persuasi, karena target audience akan mebandingkan dengan pendahulunya.

f. U (Unexpected)

Mungkin inilah faktor penting untuk membangkitkan daya tarik yang membuat target audience memerhatikan pesan typeface. Yaitu dengan penyampaikan pesan secara tidak terduga akan membuat target audience terpaku memerhatikan typeface tersebut.

g. S (Sells)

Typeface yang menjual dan memperoleh penghargaan bukanlah suatu dikotomi. Typeface mampu menjual karena berhasil tampil kreatif, dan sebaliknya. Jadi typeface yang berhasil tampil kreatif akan sukses menciptakan awareness, yang akan membangkitkan ketertarikan, gairah, dan akhirnya mendorong target audience untuk bertindak (action) sesuai isi dari pesan.


(63)

Jadi merancang typeface yang kreatif dan efesien secara serious, akan memiliki appeal yaitu membuat orang menoleh. Serta dibutuhkan kreatif dan ide besar yang diambil dari filosofi pada desainer komunikasi visual. Dipadukan dengan motif batik mangrove dengan di padukan dengan typeface. Sehingga tercapainya typeface yang menarik dipadukan dengan daya tarik emosional dalam pendekatan rasa penasaran, melalui gaya gambar yang disukai oleh target audience. Diharapkan menarik perhatian target audience, sehingga dapat menggugah kesadaran target audience dalam kebanggaan terhadap kesenian batik kota Surabaya .

3.4 Consumer Insight

Insight dalam konteks psikologi adalah mencari tahu secara mendalam mengenai latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perbuatan, pemikiran, dan perilaku seseorang. Dalam hal ini Consumer Insight merupakan rangkaian proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang calon konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya. Bisa juga dikatakan bagaimana komunikasi dapat menyentuh hati target audiens.

Target audiens dalam perancangan ini target premier yang dituju adalah konsumen dari Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat, terutama yang menyukai kesenian batik. Banyaknya masyarakat di Surabaya yang mulai meninggalkan kesenian batik kota mereka dan lebih menyukai kesenian batik milik kota lain. Padahal kota Surabaya sendiri memiliki batik yang tidak kalah bersaing dengan batik kota-kota lain yaitu batik mangrove. Batik mangrove memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Geografis target audience yang difokuskan ialah wilayah Surabaya, maka yang diangkat adalah typeface menggunakan motif mangrove. Hal ini dikarenakan batik mangrove ini membutuhkan promosi salah satunya dengan membuat typeface . typeface sendiri mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep.


(64)

48

3.5 Consumer Journey

Menurut Djito Kasilo dalam bukunya berjudul Komunikasi Cinta, Consumer Journey dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui tentang target audiens dengan menapaki detik demi detik kehidupannya. Consumer insight merupakan bekal untuk membuat strategi komunikasi jadi efektif, sedangkan consumer journey akan membuat strategi tersebut bisa disampaikan secara lebih efisien.

Target primer perancangan ini adalah desainer komunikasi visual berusia 20-40 tahun, Mahasiswa dan pekerja kantor dengan kegiatan di kampus dan aktifitas kesehariannya. Salah satu target audience adalah Intan Aulia pekerja kantor yang suka dengan hasil Batik mangrove karya Ibu Lulut di JL.Rungkut Mapan no. 29 Surabaya Ketika hari aktif :

Jam Keterangan

6.30am Bangun tidur, melihat jam, merapikan tempat tidur. 7.30 – 8.00am Mengambil handuk dan bergegas mandi

8.30 – 9.00am Sholat lalu persiapan berangkat ke kantor

9.00 – 9.10am Mengambil kunci, mengeluarkan mobil, berangkat ke kantor

9.15am Mengomentari billboard yang ada di pinggir jalan

9.45 – 10.30am Sampai di kantor, memarkir mobil, membuka HP, menuju ruang kantor, ngobrol dengan teman, buka laptop browsing internet hanya sekedar meng update berita baru.

10.45 – 13.30pm Bekerja

13.30 – 14.30pm Menikmati makan siang bersama teman – teman di kantin kantor

14.34 – 17.00pm Kembali ke ruangan dan kembali bekerja

17.15 – 18.00pm Pulang kerumah, mampir ke toko ibu Lulut hanya untuk Tabel 3.2 Costumer journey


(65)

sekedar melihat desain terbaru dari bu Lulut.

18.15 – 19.30pm Sampai di rumah, menyalakan komputer untuk mengecek email

19.30 – 20.00pm Istirahat sambil nyamil makanan ringan

20.10 – 21.00pm Keluar rumah untuk mencari makan, sesampai di tempat makan, membuka Hp,cek bbm ,setelah selesai makan langsung bergegas pulang

21.15 – 24.00pm Sampai di rumah , menyalakan computer untuk update berita yang sedang tren, mengambil kertas kosong lalu dia menggambar untuk membuang kepenatanya.

01.00am Istirahat (tidur malam).

Berdasarkan cerita singkat consumer journey dari salah satu target audience yang dijabarkan diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa target audiens yang menjadi target sasaran dalam perancangan ini adalah konsumen batik mangrove khas Surabaya, hoby meng updatet desain batik dari majalah maupun internet.

3.6 Point Of Contact

Point of Contact (PoC) untuk menentukan kegiatan, waktu, tempat maupun suasana yang penuh dengan titik point.Melalui pengamatan yang jeli titik-titik point untuk melakukan kontak dengan target audience yang bisa dijadikan pedoman dalam menentukan media penyampaian pesan. Berangkat dari PoC inilah berbagai media yang sesuai dengan kehidupan target audience dapat diciptakan dan akan ditemukan berbagai media baru (unconventional media).

Dari penggalan jadwal yang dilakukan target audience sebagai dewasa muda, dapat ditemukan berbagai titik point yang sering bersinggungan dengan target audience, point ini tentunya dapat disisipi pesan promosi sebagai alat untuk menyampaikan pesan.


(66)

50

Kamar Tidur: jam weaker, hand phone, sandal, keset kaki, gorden, bantal, selimut, sarung, seprai kasur, pintu kamar, kontak listrik buat lampu, pintu lemari, jendela kamar, meja komputer, sisir, cermin, gantungan baju, topi, buku, baju, komputer, mouse, mouse pad, kursi, monitor, kalender, televisi, pulpen

Kamar mandi : pintu kamar mandi, gantungan baju, handuk, gayung, tempat sikat gigi, cermin

Ruang makan : meja makan, kursi, lemari piring, piring, gelas, sendok, garpu, serbet, mangkok, taplak meja makan

Pada kendaraan (motor/mobil) selama perjalanan : jok kursi, kaca bagian belakang mobil, sayap motor belakang (dibawah plat motor), helm, tembok rumah, pagar, spanduk, billboard, bis, taksi, trotoar, lampu lalu lintas, halte, jalan layang, pos polisi, billboard, spanduk, taman/lapangan kota

Kegiatan dikampus : buku, tas, jam dinding, papan pengumuman, madding, pagar kampus, pos satpam, parkiran, pintu ruang dosen, tembok, pintu studio, lapangan , tempat duduk pinggir lapangan, jendela, meja, bangku, taplak meja, rak buku, jendela, pintu, poster, buku, papan tulis/whiteboard,laptop.

Kantin kampus : jam dinding, tempat sampah, kaleng krupuk diatas meja, minuman (mug, gelas, cangkir), kursi dan meja kantin

Warung makan

Meja, kursi, sendok, garpu, tissue, gelas,tempat es batu, penggorengan, tempat sampah, jam dinding, lampu, kipas angin.


(67)

3.6 Kerangka Berpikir

Tabel 3.3 Kerangka Berpikir

Perancangan typeface eco mangrove

Fenomena Survey Riset Pasar

batik mangrove yang tidak memiliki identitas yang kuat di masyarakat. Padahal, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk

mempromosikan batik tersebut.

Wawancara kepada bapak widji selaku bagian promosi di Dinas

kebudayaan dan Pariwisata mengenai perkembangan batik di surabaya terutama batik mangrove .

Penyebaran Kuisioner kepada dewasa muda.

Data IDENTIFIKASI MASALAH :

masyarakat Surabaya membutuhkan typeface tentang Surabaya.

masyarakat Surabaya yang tidak mengertinya akan keberadaan Batik mangrove khas Surabaya.

Rumusan masalah Judul

Studi Literatur Studi Eksisting Studi Komparator

Analisa

Targer Audiens DEMOGRAFIS:

Demografi Target Audiens

• Unisex

• Usia 30-40 tahun • pekerja

• Tinggal di kota Surabaya

• Kelas ekonomi menengah

keatas Analisa Keyword Konsep Alternatif 1 Alternatif 2 final Desain


(68)

52

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN TYPEFACE

4.1 Sintesa

Target audiens yang menjadi target sasaran dalam perancangan ini target premier yang dituju adalah konsumen dari batik mangrove khas Surabaya, dan target sekundernya adalah masyarakat kota Surabaya. Sasaran yang dituju bukan semua masyarakat, melainkan difokuskan pada konsumen dari batik mangrove khas Surabaya. Sesuai keadaan dilapangan, Target audience sering mencari refrensi desain batik menggunakan internet dari pada majalah-majalah luar negri.

Target audience juga menyukai warna-warna sekunder karena warna ini memiliki sensasi visual (penglihatan) akan perasaan warna dingin, maksudnya warna yang memberikan rasa kalem dan tenang. Warna dingin juga mempunyai sifat yang cukup beragam, mulai dari yang sifatnya tenang menyejukkan, sampai kepada dingin yang memberi nuansa tenang menyegarkan. Warna-warna dingin menyejukkan bisa didapatkan dari warna-warna biru sampai warna-warna biru keunguan. Sementara warna-warna dingin yang menyegarkan kita peroleh dari warna hijau, di tambah warna hangat seperti coklat dan mengambil warna-warna sekunder seperti magenta. Tugas dari perancang ini adalah mempromosikan typeface yang sudah jadi agar dapat digunakan oleh masyarakat.


(1)

KEPUSTAKAAN

Ambrose, Gavin .2006. Paul Harris, The Fundamentals of Typography: AVA publishing, Switzerland.

Armstrong, Gary and Kotler. 1995 . Principles of Marketing : Prentice Hall PTR

Cheng, Karen. 2006. Designing Type: Laurance Kang publishing, United Kingdom

Kusrianto, Adi. 2004. Tipografi komputer untuk desainer grafis: C.V. ANDI OFFSET, Yogyakarta

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management 13. New Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc.

Kriyantono, Rachmat . 2008 . Public Relations Writing: Prenada Media Group

Pujiriyanto. 2005. Desain grafis komputer: C.V. ANDI OFFSET,

Yogyakarta.

Rustan, Surianto. 2008. Layout dasar dan penerapanya: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

______________. 2010. HURUFONTIPOGRAFI: PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Safanayong, Yongki.2006. Desain Komunikasi Visual: Arte Intermedia, Jakarta

Sihombing, Danton.2001.Tipografi dalam desain grafis:PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono . 2010 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D: Alfabeta


(2)

(3)

LAMPIRAN


(4)

WAWANCARA MELALUI EMAIL

Wawancara di lakukan pada tanggal 30 Januari 2013 Pukul 16.16pm Kepada Surianto Rustan (rustangrafis@gmail.com)

1.Sejak kapan awal mula anda mengenal desain dan sudah berapa lama anda memperdalaminya?

• Sejak kecil senang menggambar, makin besar makin aktif dan bercita-cita jadi pelukis. Di SMU mulai melihat kenyataan bahwa menjadi seniman lukis sangat besar tantangannya, terutama untuk memenuhi urusan finansial. Jadilah saya mengambil jurusan desain grafis. Karena berhubungan dengan rupa, warna dan keindahan, saya betah di bidang ini sampai sekarang. Padahal setelah lulus kuliah sempat dilema apakah mau bekerja di grafis atau di musik. Saya sempat setahun kesana-kemari melamar kerja sebagai pemain gitar tunggal di lobi hotel-hotel. Dari beberapa kali audisi, tidak ada satupun yang menerima saya. Akhirnya saya introspeksi diri dan menyadari bahwa saya tidak jago gitar, maka saya putuskan kembali ke jalur grafis dan mulai bekerja di bidang ini. Hingga saat ini berarti sudah mendalami desain grafis selama 24 tahun, sejak mulai kuliah tahun 1989.

2. Sejak kapan anda menyukai dunia tipografi?

• Kalau yg resminya (setelah tau apa itu tipografi) sejak kuliah, tapi kalo yg tidak resmi seingat saya sejak saya SD, dulu pernah membuat sebuah buku yang isinya kumpulan desain-desain huruf karya sendiri, digambar dengan pensil, bentuknya macam-macam, ada yang berbentuk awan, ukiran


(5)

3. Bagaimana tanggapan anda tentang huruf atau typeface yang menggunakan unsur-unsur khas Indonesia entah itu di ambil dari segi budaya ataupun bangunanya?

• Baik sekali, harus lebih banyak yang seperti itu, namun sayang, yang dikomersialkan masih sangat sedikit. (dikomersialkan = dijual ke foundry internasional, seperti fontshop, dll). Soalnya kalau dunia internasional tidak tau, berarti kita: jago kandang.

4. Apakah perlu pembutan huruf atau typeface dengan menggunakan unsur-unsur di atas?

• Perlu. tapi harus sukses dijual ke foundry. supaya tidak cuma jago

kandang :)

5. Apa perlu di setiap kota di indonesia mempunyai huruf atau typeface sendiri , jelaskan?

• Wah ide bagus bgt! mungkin bisa dimulai dengan tiap kampus punya

typeface sendiri, menunggu para pejabat kota sadar desain mah bagaikan menunggu matahari terbit dari barat :)

6. Setelah melakukan beberapa pertanyaan, bagaimana tanggapan anda mengenai judul Tugas Akhir saya?


(6)

BIODATA PENULIS

Dimas Saras Adityo lahir pada

tanggal 28 September 1989 di kota Surabaya merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Dari kecil ia memang hobbi menggambar, ia pernah bercita-cita ingin menjadi koki. Namun, pada akhirnya impian itu hanyalah sebuah angan-angan saja. Setelah tamat SMA ia melanjutkan ke perguruan tinggi di Surabaya. Dipilihnya UPN "Veteran" Jawa Timur dan mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual sebagai tempat untuk menimbah ilmu. Di ambilnya jurusan desain ini karena ia memang suka menggambar dan ingin menekuni dibidang tipografi.

Di tugas akhir ini yang mempunyai judul TYPEFACE MOTIF BATIK ECO MANGROVE merupakan typeface pertama yang ia buat sekaligus syarat untuk tugas akhir dalam penyelesaian studi S1 nya. Diharapkan typeface ini bermanfaat dan juga menjadi refrensi untuk para pembuat typeface selanjutnya.