PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Eksprimen Kuasi pada Mata Pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Pangkalpina

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GRAFIK... ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian... ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Operasional ... 14

F. Asumsi dan Hipotesis……… .. 16

H. Variabel Penelitian……… .. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif... ... 19

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... ... 28

C. Teori Belajar yang mendukung Kooperatif... 33

B. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………. ... 37

1. Pengertian dan Tujuan IPS………... ... 37

2. Materi dan Ruang Lingkup IPS……… .. 42

3. Karakteristik Pendidikan IPS di Sekolah Dasar……….. .... 45

C. Pemahaman Konsep………. ... 47

D. Keterampilan Berpikir Kritis……… .. 56


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 63

B. Alur Penelitian ... 65

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 69

D. Instrumen Penelitian ... 70

E. Teknik Analisis Data ... 71

F. Pengolahan Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 84

1. Deskripsi Proses Pengunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 85

2. Deskripsi Hasil Treatment Yang Muncul Pada Kelas Eksperimen Pada Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 100

3. Data Pemahaman Konsep ………. . 104

4. Data Keterampilan Berpikir Kritis……… .. 108

5. Data Hasil Tes Keseluruhan………. ... 132

6. Data Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran………. ... 139

7. Deskripsi dan Analisis Skala Sikap………. ... 141

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 146

1. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa setelah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw……… .. 146

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa setelah Menerapkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw……. ... 150

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa setelah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw……….. .. 154

4. Tanggapan Siswa dan guru terhadap Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw………... 158


(3)

A. Kesimpulan ... 161 B. Saran ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 167 LAMPIRAN


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya keresahan yang dirasakan oleh peneliti pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPS. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih kuat tampak sebagai proses pengalihan dan penyerapan informasi berupa bahan pelajaran sebagai muatan kurikulum. Hal ini konsisten dengan posisi dan peran guru yang kurang kreatif dalam menciptakan iklim, situasi dan kondisi bagi tumbuhnya proses pembelajaran pada peserta didik. Peran peserta didik tampak belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan mereka dalam keadaan pasif, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru dalam menyampaikan informasi yang secara garis besar bahan-bahannya telah tertulis dalam buku paket. Kebiasaan guru bertindak sebagai penyampai informasi, mengembangkan budaya belajar yang menerima dengan pengembangan berpikir pada tingkat hapalan. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan guru. Usaha guru kearah yang lebih mengaktifkan peserta didik untuk belajar tampak ada. Namun kendala yang bersumber dari aspek sosial budaya lebih kuat, sehingga memaksa siswa kembali pada kondisi semula.


(5)

Peserta didik sangat tinggi ketergantungan pada guru. Guru dijadikan satu-satunya sumber informasi dalam belajar. Mereka juga kurang terlatih dalam belajar secara bersama-sama. Model pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan ide-idenya, dan sangat terbatas pada tatap muka dikelas. Dalam situasi proses belajar mengajar terlihat sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara invidual untuk meraih nilai yang tinggi dan mengejar target rangking kelas, kurang memberi perhatian kepada teman sekelas, bersikap tertutup dengan temannya dan kurang menghargai pendapat orang lain.

Peserta didik dalam pembelajaran IPS kurang terlatih dalam kemampuan mengapresiasikan nilai-nilai sosial budaya. Selain itu, proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang memadai kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dasar berpikir logis, kritis dan pemahaman konsep. Pembelajaran IPS juga belum mampu menggunakan model dan pendekatan dan metode yang bervariasi dan inovatif.

IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah mempunyai karakteristik tersendiri. Sebagai suatu mata pelajaran IPS dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa dari waktu ke waktu (Depdiknas, 2007).

Pada tingkat SD /MI mata pelajaran IPS perlu diajarkan karena melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai, Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan


(6)

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Standar isi materi pelajaran IPS dalam Permendiknas No 22 tahun 2006; terdapat beberapa pertimbangan pentingnya diajarkan IPS; Pertama, mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kedua, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Ketiga memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Keempat memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Belajar IPS hendaknya memberdayakan siswa sehingga segala potensi kemampuannya baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dapat berkembang. Seluruh kemampuan tersebut dapat terwujud dalam proses pembelajaran dengan melibatkan partisipasi belajar siswa secara sepenuhnya. Keterlibatan atau partisipasi siswa dalam belajar mengajar merupakan dasar pengembangan dan pelatihan bagi siswa untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Jerolimek dan Parker (1930) bahwa “ujian yang sesungguhnya dalam bentuk belajar IPS terjadi ketika siswa berada diluar sekolah yakni hidup dimasyarakat”.

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang terkait dengan kenyataan sosial yang bertujuan membentuk warga negara yang baik (good citizenship), maka perlu pengembangan kepada proses pembelajaran yang humanis dan dinamis


(7)

(Sapriya, dkk, 2007: 1 ). Untuk itu perlu berbagai strategi, pendekatan dan teknik untuk membangun sikap sosial dan berpikir kritis siswa.

Pendidikan IPS tersirat tujuan untuk membentuk warga negara yang baik, seperti diungkapkan oleh Gross (1978) bahwa: tujuan utama pendidikan IPS adalah untuk melatih generasi muda agar dapat bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Untuk menjadi warga yang baik, program pendidikan IPS harus membekali siswa dengan kemampuan antara lain.

a. Pengetahuan IPS, yaitu pemahaman tentang pemahaman tentang konsep konsep

lmu-ilmu sosial yang menjadi unsur IPS itu sendiri agar dapat dipergunakan dalam rangka memecahkan masalah.

b. Sikap, yaitu sikap untuk memahami nilai, etika dan moral yang mampu menjadikannya sebagai wargan negara yang bertanggung jawab.

c. Keterampilan, adapun keterampilan yang dikehendaki dalam pendidikan IPS

dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1) Keterampilan sosial, meliputi keterampilan bertanggungjawab, bekerjasama, menghormati orang lain, membina kesadaran sosial dan lain-lain.

2) Keterampilan belajar dan kebiasaaan kerja, seperti keterampilan mengumpulkan data, membuat laporan, memanfaatkan sumber referensi dan lain-lain.

3) Keterampilan kerja kelompok, seperti diskusi dan mengevaluasi pekerjaan secara bersama-sama.

4) Keterampilan intelektual, seperti penggunaaan dan aplikasi dari suatu model pembelajaran yang rasional dalam pemecahan masalah.


(8)

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi ke beberapa sekolah di Kota Pangkal Pinang khususnya di Kecamatan Pangkal Balam ditemukan beberapa fakta yang menunjukan bahwa pembelajaran IPS banyak mengalami kelemahan dalam pelaksanaannya, diantaranya:

1. IPS di SD dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang “tidak penting” dan mata pelajaran yang “ membosankan” dan identik dengan materi hapalan dengan jumlah yang besar, dalam pandangan siswa bahkan orang pada umumnya merupakan indikasi rendahnya kualitas pendidikan IPS. Rendahnya hasil belajar tercermin dari hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) selalu berada dibawah mata pelajaran lainya.

2. Kondisi proses belajar mengajar ditingkat persekolah dewasa ini masih diwarnai penekanan pada aspek kognitif, sedangkan ranah afektif diakui mengalami kesulitan, baik dalam program maupun dalam melaksanakannya. IPS lebih banyak memuat aspek kognitif pada tingkat rendah dan berpusat pada hapalan dan masih sedikit yang mengacu pada perlibatan secara aktif dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Kondisi menguat, terutama pada kelas VI disebabkan orientasi pada pencapaian target.

3. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman konsep. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang


(9)

disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

4. Dalam proses pembelajaran IPS yang terjadi dikelas terlihat sifat individualitas siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individu untuk memperoleh nilai yang tinggi untuk mengejar rangking kelas, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian pada teman sekelas dan selalu ingin menang sendiri.

5. Isi materi yang besar dalam arti kuantitas tidak dibarengi dengan kualitas yang memadai pernyataan ini didasarkan pada banyaknya buku teks yang dikemas sedemikian rupa namun tidak memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sesungguhnya dalam arti siswa mengenali masalah yang ada menyangkut kehidupan sosial disekitarnya, menemukan cara dalam menghadapi permasalahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan permasalahan sehingga mengakomodasi diri dengan lingkungan, disinilah terbentuk kompetensi-kompetensi sosial yang menjadi tuntutan mata pelajaran IPS.

6. Proses pembelajaran pendidikan IPS tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, disamping itu, proses belajar mengajar IPS yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar yang baik dikalangan siswa.

7. Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) sehingga kebutuhan belajar siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru dalam


(10)

proses pembelajaran menyebabkan kecendrungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan.

8. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional yang lebih menekankan pada lingkungan belajar individual dan kompetisi sehingga tidak menumbuhkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.

9. Belum melibatkan siswa dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas sehingga tidak tampak keterampilan sosial dalam hal berpartisipasi.

10. Guru kurang mengaitkan pengetahuan yang sudah diketahui siswa dengan pelajaran yang diberikan, kurang mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir siswa dalam proses pembelajaran IPS.

11. Peran peserta didik tampak belum optimal diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan mereka dalam keadaan pasif, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru dalam menyampaikan informasi secara garis besar bahan-bahannya telah tertulis dalam buku paket.

12. Peserta didik sangat tinggi ketergantungan pada guru. Guru di jadikan satu-satunya sumber informasi dalam belajar. Mereka juga kurang terlatih dalam belajar secara bersama-sama dan sangat terbatas pada tatap muka dikelas.


(11)

13. Proses pembelajaran IPS berlangsung secara klasikal tanpa memperhatikan perbedaan individual yang melekat pada siswa, ini terlihat dari cara guru berkomunikasi dengan siswanya dimana siswa tidak diberi kesempatan untuk secara aktif untuk mengekspresikan ide-idenya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu dicarikan penyelesaiannya. Penyelesaiannya yang penulis ajukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS.

Melalui pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui bekerjasama dengan teman dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi dan bertukar pikiran sehingga mereka bisa saling mengajar dan belajar untuk materi yang baru. Melatih siswa untuk menguasai materi dalam pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar (Slavin, 1995).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar yang mengembangkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan empat atau enam orang yang bekerja sama saling bergantung positif dan bertanggung jawab (Anita Lie, 2010), dimana model pembelajaran tipe jigsaw ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi


(12)

dengan temannya dan bekerja dalam kelompok ahli. Siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga mendorong mereka untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri. Disini guru lebih banyak berperan sebagai fasilisator dan mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan senang berdiskusi tentang materi dalam kelompoknya.

Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model pembelajaran yang menekankan pada bekerja secara sama-sama, bahwa dalam proses pembelajaran siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri (student centered), meningkatkan partisipasi, memfasilitasi siswa dengan pengalaman, sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Selain itu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. (Trianto, 2007). Sehubungan dengan hal itu, perlu adanya perubahan dalam penerapan model pembelajaran yang lebih menekankan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat memahami konsep dan memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang menekankan pada bekerja secara bersama sama. Model pembelajaran ini menekankan bahwa setiap proses pembelajaran siswa aktif


(13)

dalam membangun pengetahuannya sendiri (student centered). Dalam hal ini pembelajaran tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin tetapi lebih pada bagaimana proses mendapatkan pengetahuan tersebut,

Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda. Scriven dan Paul (dalam Sutrisno2007). Kemampuan berpikir kritis dapat membantu manusia membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Bukan hanya mengajar kemampuan yang dilakukan, tetapi juga mengajar sifat, sikap nilai, karakter yang menunjang berpikir kritis. Artinya anak perlu didik untuk untuk berpikir kritis.

Sementara untuk keterampilan berpikir kritis memang salah satu kemampuan siswa yang dikembangkan disekolah dasar. Kemampuan berpikir sering diasosiasikan dengan aktivitas mental dalam memperoleh pegetahuan dan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir siswa berhubungan erat dengan kegiatan belajarnya (Surya, 1992). Pada saat belajar, siswa menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Sementara kemampuan berpikir sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas hasil belajar yang diperolehnya.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Edward dan Vries (dalam Slavin 2005) yang meneliti pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif yang dikaitakan dengan perolehan pengetahuan siswa secara umum mengatakan


(14)

bahwa; (1) keuntungan yang diperoleh dalam pembelajaraan kooperatif adalah siswa dapat meningkatkan kemampuan akademiknya, (2) siswa yang belajar dengan kooperatif ternyata memiliki perolehan pengetahuan yang lebih baik dibandingankan siswa belajar secara tradisional.

Anita Lie ( 2003) melakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil penelitiannya menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw prestasi belajar siswa lebih baik serta membentuk sikap yang positif terhadap pembelajaran siswa.

Hariyanto (2000: 82) melakukan penelitian tentang perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dengan model tradisional, hasil penelitiannya menunjukan bahwa : (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan model tradisional, (2) Aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung lebih tinggi, (3) Keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan model kooperatif jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model tradisional.

Susana Vonny Noviana Rante (2008) melakukan penelitian, hasil penelitiannya menunjukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA SD dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa secara signifikan.

Johnson and Johnson (dalam Rusmana 2009) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa


(15)

interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan latar belakang diatas, dan dengan melihat kenyataan dilapangan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS pada tingkat persekolahan, kemudian keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka penulis perlu melakukan penelitian yang berjudul “ Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPS melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?

3. Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPS?

4. Bagaimana proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS dikelas V Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar.

3. Memperoleh informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar.

4. Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan IPS dan kepentingan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya khasanah kajian dan pengembangan IPS, terutama dalam pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang merupakan


(17)

salah satu alternative metode pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:

a. Bagi pengambil kebijakan pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam pengembangan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang salah satu altenatif model pembelajaran khususnya pembelajaran IPS.

b. Bagi guru sebagai masukan dan umpan balik bagaimana merencanakan pembelajaran IPS.

c. Untuk mengetahui bagaimana siswa memahami konsep-konsep IPS secara utuh dan benar untuk meningkatkan hasil belajarnya, serta mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritisnya.

d. Bagi siswa memberikan pengalaman dan kemudahan dalam mengikuti pembelajaran, langkah awal untuk mengembangkan kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat, dan menjawab pertanyaan dengan dilandasi argumentasi yang tepat.

E. Definisi Operasional

Sebelum kepada definisi operasional terlebih dahulu peneliti menguraikan definisi konseptual menurut para ahli:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif


(18)

dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya (Bloom, 1979).

3. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan memberikan alasan, berpikir secara reflektif dan fokus untuk memutuskan apa yang akan dilakukan atau apa yang diyakini (Ennis, 2000).

Berdasarkan definisi konseptual di atas maka peneliti menguraikan definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok untuk berkerjasama menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap dan menjabarkan materi

pelajaran kedalam bentuk lain berdasarkan sifat-sifat khas yang diberikan pada sejumlah objek, proses, fenomena sehingga dapat dikelompokan berdasarkan sifat khas yang dimiliki atau membuat hubungan-hubungan berdasarkan atribut-atribut yang sama dari objek tertentu yang sedang dipelajari.


(19)

3. Keterampilan berpikir kritis adalah kegiatan untuk memberikan penjelasan

sederhana, untuk memutuskan segala sesuatu yang diyakini berdasarkan pada hasil pengamatan dan pertimbangan dengan akal yang sehat.

4. F. Asumsi Dan Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu alternative metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS SD dengan beberapa keunggulan yakni : dapat mengembangkan kooperatif dan hubungan lebih baik antar siswa dalam mengembangkan kemampuan akademis, serta keterlibatan dan partisipasi setiap siswa untuk mampu menemukan konsep, mengemukakan pendapat, berdiskusi mengkomunikasikan hasil-hasil diskusi kelompok, mengeluarkan ide-ide dan kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan teori yang mendukung mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS SD, maka asumsi dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS SD dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS SD secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.


(20)

IPS SD secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. 3. Penggunaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran IPS secara signifikan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. G. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu; variabel penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai variabel bebas dan variabel pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa sebagai variabel terikat.

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto Suharsimi:1998:99). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai variabel bebas atau independen (variabel X).

2. Pemahaman konsep siswa adalah sebagai variabel terikat atau dependen (variabel Y1).

3. Keterampilan berpikir kritis siswa sebagai variabel terikat atau dependen (variabel Y2).


(21)

Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini diperjelas dengan kerangka pikir pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Variabel Penelitian

Pemahaman konsep siswa (Y1) Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw (X)

Keterampilan Berpikir Kritis (Y2)


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1) Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.

Model kuasi eksperimen dilakukan pada kelas V pada kelas eksperimen berjumlah 45 siswa yang berasal dari dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 10 Pangkal pinang, Bangka Belitung, Sedangkan untuk kelas kontrol berjumlah 44 siswa.

Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini ada” Nonequivalent Group pretest-posttest design” atau control group tidak menerima perlakuan. Desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelompok eksperimen dan pembelajaran pada kelompok kontrol’

Desain ini dapat digambarkan berikut ini:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

A O1 X1 O2

B O3 X2 O4


(23)

Keterangan

A : Kelompok Eksperimen B : Kelompok Kontrol

X1 : Pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe Jigsaw X2 : Pembelajaran IPS dengan Konvensional

O1 : Pretes kelas eksperimen O2 : Postes kelas eksperimen O3 : Pretes kelas kontrol O4 : Postes kels eksperimen

Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru bidang studi IPS baik untuk kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Sebelum melakukan penelitian, terdapat kesepakatan antara guru yang akan mengajar dikelas eksperimen dengan peneliti , dimana peneliti memberikan pelatihan kepada guru tersebut tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patner bagi guru. Pelatihan ditujukan agar ketika dilaksanakan penelitian, guru yang melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut tidak menemui kesulitan dalam penerapan mengajar model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 24 maret sampai dengan 28 maret 2011.


(24)

B. Alur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan dimaksudkan untuk mengamati berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah, secara khusus pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dianggap sebagai pembelajaran transfer of knowledge dan selain itu penggunaan metode pembelajaran yang cendrung konvensional oleh guru menjadikan pembelajaran kurang bermakna. Pembelajaran yang terjadi dilapangan kemudian dikaji dengan teori yang relevan, maka diadakanlah studi literatur. Studi literatur dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan. Teori yang relevan dengan permasalahan dapat berupa teori-teori pembelajaran, psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, strategi pembelajaran, kurikulum dan teori-teori yang berkaitan dengan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran serta teori pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Perencanaan pembelajaran menyangkut materi tentang pembelajaran IPS dalam Standar Kompetensi dan Standar Isi, Standar Kelulusan yang dikembangkan dalam silabus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SD. Untuk dapat menyusun perangkat pembelajaran itu maka diperlukan buku-buku sekitar tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang dan Belanda yang dapat dijadikan sumber dan pedoman dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal tes, angket, lembar observasi dan wawancara dengan guru.

Proses pembelajaran menyangkut prosedur pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Langkah pertama


(25)

dalam penelitian ini adalah memberi uji pretes, diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan pembelajaran dan diakhiri dengan uji postes atau tahap evaluasi. Uji pretes ditujukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran materi yang di eksperimenkan. Sedangkan untuk uji postes ditujukan untuk menggambarkan kemampuan akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model yang dieksperimenkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yang berbeda. Perbedaan perlakuan (treatment) hanya menyangkut model yang diberikan dalam pembelajaran. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional.

Untuk lebih jelasnya tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. Hasil dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut, diuji dan dianalisis untuk memperoleh data perbandingan tentang kelayakan model pembelajaran yang diuji cobakan. Jika diuraikan lebih lanjut, maka prosedur penelitian adalahsebagai berikut:


(26)

Gambar 3.2 Alur Penelitian Penentuan Subjek

Penentuan Sampel

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Pretes Pengolahan dan analisis data

Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran Konvensional

Postes

Angket, wawancara dan tanggapan siswa dan guru

Observasi keterlaksanaan model

Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data


(27)

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisis.Secara lengkap, prosedur penelitian dapat dilihat dari langkah-langkah berikut:

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) pengolahan data dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran serta pengembangan instrument penelitian. Untuk menyusun perangkat pembelajaran maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain, materi pelajaran yang dikaji, serta strategi pembelajaran yang diterapkan. Oleh karena itu dilakukan studi literature tentang: (1) tujuan pembelajaran dan analisis materi IPS (2) Analisis terhadap indikator pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dikaitkan dengan tujuan pembelajaran (3) Analisis terhadap model pembelajaran kooperatif untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran.

Sedangkan pengembangan instrument meliputi : penyusunan instrumen, penimbangan instrument penelitian oleh pakar, uji coba instrument, dan revisi instrument.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap model pembelajaran, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain : (1) Pemberian tes awal untuk


(28)

mengetahui kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa dan observasi untuk mengamati partisipasi siswa sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif (2) implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas-kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan dengan model pembelajaran konvensional (3) memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan tes awal dan tes akhir data kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa.

2) Melakukan analisis data kuantitatif dengan menggunaka uji uji –t terhadap rerata skor pretes dan rerata skor postes.

3) Melakukan analisis angket, observasi dan wawancara dengan guru. C. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 10 Kota Pangkal pinang, Bangka Belitung. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena peneliti melihat bahwa sekolah tersebut disamping sudah memiliki kelas pararel juga para siswanya dari berbagai kalangan seperti anak pegawai negeri sipil, tentara, polisi, wiraswasta, pengusaha dan lain sebagainya.


(29)

2. Subyek Pebelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas Va dan kelas Vb semester 2 SDN 10 kota Pangkal pinang yang berjumlah 89 orang siswa yang memiliki kemampuan setara dengan teknik kelompok kontrol dan kelompok eksperiman. Subyek penelitian tidak dipilih secara random. Pengelompokkan subyek terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapakan lima jenis instrument pengumpul data yaitu, tes penguasaan konsep, tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, angket dan pedoman wawancara. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrument:

1.Tes

Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Dari tes pemahaman konsep dan berpikir kritis adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan pada waktu tes individu. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti dalam penelitian ini.

3. Angket

Penggunaaan angket bertujuan untuk memperoleh informasi senang atau tidaknya terhadap model pembelajaran yang digunakan. Angket yang


(30)

digunakan adalah angket skala sikap dengan menggunakan skala likert. Setiap individu diminta menjawab suatu pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), Tak bisa memutuskan (N), Tidak setuju (TS), dan dan Sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3, N = 2, TS = 1, dan STS = 0 (Ruseffendi, 2001).

4. Skala sikap

Penggunaan skala sikap bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan model model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

5. Lembar wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrument penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data diatas adalah:

1.Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada


(31)

pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson.

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N

r (Arikunto, 2003)

keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = jumlah siswa X = skor tiap butir soal Y = skor total

Kriteria validitas sebagai berikut:

a. Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b. Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi c. Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup d. Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

e. Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah (Arikunto, 2003)


(32)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi diuji dengan uji-t dengan rumus berikut:

2 1

2 xy xy

r N r t

− −

= (Sudjana, 1992)

Keterangan:

t = Daya pembeda dari uji-t N = Jumlah subjek


(33)

Berikut hasil pengolahan validitas instrumen dengan program SPSS versi 19. Tabel tabel 3.1

REKAPITULASI VALIDITAS SOAL KETERANGAN VALIDITAS RELIABILITAS

BUTIR_SOAL Korelasi t hitung t (20, 95%) Keterangan Var

Item VAR ITEM

1 0.451 2.143 2.085 Valid 0.239 6.51

2 0.474 2.284 Valid 0.239

3 0.524 2.607 Valid 0.239 VAR TOTAL

4 0.464 2.222 Valid 0.197 42.41

5 0.579 3.013 Valid 0.168

6 0.579 3.013 Valid 0.168 RELIABILITAS

7 0.514 2.542 Valid 0.134 0.88

8 0.492 2.397 Valid 0.134

9 0.505 2.483 Valid 0.261

10 0.537 2.698 Valid 0.197 Jumlah Valid

11 0.505 2.483 Valid 0.261 28

12 0.536 2.694 Valid 0.134

13 0.474 2.284 Valid 0.239

14 -0.141 -0.606 Tdk Valid 0.253

15 0.490 2.388 Valid 0.239

16 0.500 2.451 Valid 0.197

17 0.524 2.607 Valid 0.239

18 0.490 2.388 Valid 0.239

19 0.536 2.694 Valid 0.134

20 0.490 2.388 Valid 0.239

21 0.457 2.183 Valid 0.239

22 0.012 0.049 Tdk Valid 0.239

23 0.592 3.114 Valid 0.253

24 0.486 2.357 Valid 0.253

25 0.471 2.265 Valid 0.221

26 0.576 2.987 Valid 0.253

27 0.464 2.222 Valid 0.197

28 0.447 2.120 Valid 0.253

29 0.578 3.002 Valid 0.221


(34)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat evaluasi dalam mengukur ketepatan siswa menjawab soal yang diujikan satu kali. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r 1 r 2

r (Arikunto, 2003)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan r1/2 1/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Kriteria tingkat reliabilitas adalah:

a. Kurang dari 0,20 : tidak ada korelasi b. 0,20 – 0,40 : korelasi rendah c. 0,40 – 0,70 : korelasi sedang d. 0,70 – 0,90 : korelasi tinggi e. 0,90 – 1,00 : korelasi tinggi sekali f. 1,00 : korelasi sempurna Guilford dalam Subino (1987)

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N r Reliabilitasnya adalah:


(35)

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r 1 r 2 r

Berikut ini disajikan rekapitulasi dari hasil analisis hasil uji coba instrument:

Tabel 3.2

REKAPITULASI HASIL UJI COBA TES REKAPITULASI HASIL UJI COBA TES NO

Soal TK Interpretasi DB Interpretasi Validitas Reliabilitas Keterangan

1 0.35 Mudah 0.3 Kurang 0.451 0.88 Valid

2 0.65 Sedang 0.3 Kurang 0.474 Valid

3 0.65 Sedang 0.3 Cukup 0.524

Valid

4 0.75 Mudah 0.3 Cukup 0.464 Valid

5 0.80 Mudah 0.4 Cukup 0.579 Valid

6 0.80 Mudah 0.4 Cukup 0.579 Valid

7 0.85 Mudah 0.3 Kurang 0.514 Valid

8 0.85 Mudah 0.3 Kurang 0.492 Valid

9 0.55 Sedang 0.7 Baik 0.505 Valid

10 0.75 Mudah 0.5 Baik 0.537 Valid

11 0.55 Sedang 0.3 Kurang 0.505 Valid

12 0.85 Mudah 0.3 Cukup 0.536 Valid

13 0.65 Sedang 0.5 Baik 0.474 Valid

14 0.40 Sedang

-0.2 Buruk -0.141 Tdk Valid

15 0.65 Sedang 0.5 Baik 0.490 Valid

16 0.75 Mudah 0.3 Cukup 0.500 Valid

17 0.65 Sedang 0.5 Baik 0.524 Valid

18 0.65 Sedang 0.3 Cukup 0.490 Valid

19 0.85 Mudah 0.3 Cukup 0.536 Valid

20 0.65 Mudah 0.3 Kurang 0.490 Valid

21 0.65 Mudah 0.3 Kurang 0.457 Valid

22 0.65 Sedang


(36)

23 0.60 Sedang 0.6 Baik 0.592 Valid

24 0.40 Sedang 0.6 Cukup 0.486 Valid

25 0.30 Sedang 0.2 Kurang 0.471 Valid

26 0.60 Sedang 0.4 Cukup 0.576 Valid

27 0.25 Sedang 0.5 Cukup 0.464 Valid

28 0.60 Sedang 0.4 Baik 0.447 Valid

29 0.70 Mudah 0.4 Cukup 0.578 Valid

30 0.70 Mudah 0.6 Baik 0.560 Valid

3.Tingkat Kesukaran

Melihat tingkat kesukaran butir soal berdasarkan pada kelompok atas dan kelompok bawah siswa yang telah disusun dengan menggunakan rumus:

JS B

P= (Arikunto, 2003)

Keterangan:

P : indeks tingkat kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal itu benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran adalah:

a. P antara 1,00 sampai 0,30 adalah : soal sukar b. P antara 0,30 sampai 0,70 adalah : soal sedang c. P antara 0,70 sampai 1,00 adalah : soal mudah


(37)

Tabel 3.3

REKAPITULASI TINGKAT KEMUDAHAN SOAL KETERANGAN TINGKAT KESUKARAN BUTIR_SOAL Diff_Level kriteria

1 0.35 Sedang

2 0.65 Sedang

3 0.65 Sedang

4 0.75 Mudah

5 0.80 Mudah

6 0.80 Mudah

7 0.85 Mudah

8 0.85 Mudah

9 0.55 Sedang

10 0.75 Mudah

11 0.55 Sedang

12 0.85 Mudah

13 0.65 Sedang

14 0.40 Sedang

15 0.65 Sedang

16 0.75 Mudah

17 0.65 Sedang

18 0.65 Sedang

19 0.85 Mudah

20 0.65 Sedang

21 0.65 Sedang

22 0.65 Sedang

23 0.60 Sedang

24 0.40 Sedang

25 0.30 Sedang

26 0.60 Sedang

27 0.25 Mudah

28 0.60 Sedang

29 0.70 Mudah


(38)

4. Daya Pembeda Untuk Test Hasil Belajar

Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut:

PB

A P B J

B B A J

A B

D= − = − (Arikunto,2003)

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya pembeda adalah: a. D : 0,00 – 0,20 : jelek b. D : 0,20 – 0,40 : cukup c. D : 0,40 – 0,70 : baik

d. D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

Dari hasil pengolahan data hasil uji coba, diperoleh daya pembeda tes sebagai berikut:


(39)

Tabel 3.4

REKAPITULASI DAYA PEMBEDA SOAL DAYA PEMBEDA

BUTIR_SOAL D_Power Kriteria

1 0.100 Kurang

2 0.200 Kurang

3 0.300 Cukup

4 0.300 Cukup

5 0.400 Cukup

6 0.400 Cukup

7 0.200 Kurang

8 0.200 Kurang

9 0.600 Baik

10 0.500 Baik

11 0.200 Kurang

12 0.300 Cukup

13 0.500 Baik

14 -0.200 Buruk

15 0.500 Baik

16 0.300 Cukup

17 0.500 Baik

18 0.300 Cukup

19 0.300 Cukup

20 0.200 Kurang

21 0.200 Kurang

22 -0.100 Buruk

23 0.500 Baik

24 0.400 Cukup

25 0.200 Kurang

26 0.300 Cukup

27 0.400 Cukup

28 0.500 Baik

29 0.300 Cukup


(40)

5. Analisa Angket Siswa dan Guru

Angket yang diberikan kepada siswa dan guru dengan menggunakan skala Likers dianalisis dengan cara mencari persentase pada setiap item pertanyaan. Kemudian jawaban mereka dideskripsikan dari perhitungan persentase pada kelompok jawaban yang sama.

F. Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan setelah perlakuan penerapan pembelajaran koopeatif tipe jigsaw dianalisis dengan cara membandingkan skor pre-test dan post-test. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gains) dengan rumus:

pre maks

pre post

S S

S S g

− −

= (Hake dalam Meltzer, 2002)

Keterangan:

Spost = skor post-test Spre = skor pre-test Smaks = skor maksimum Kriteria tingkat gain adalah:

sangat tinggi > 0,8 tinggi > 0,6


(41)

kurang > 0,2 rendah > 0,0

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas dari data hasil pre-test dan post-test dari kelas eksperimen dengan rumus:

(Ruseffendi, 1998) Keterangan:

= frekuensi dari hasil observasi = frekuensi dari hasil estimasi

2. Uji homogenitas dengan menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus:

(Ruseffendi, 1998)

Kriteria:

Pada taraf signifikansi alpha, variansi sampel dikatakan homogen jika Fmaks〈 Ftab, dengan Ftabel = (1-α)Fk;n-1

(Sudjana, 2002)

3. Uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata, setelah data diuji ternyata berdistribusi normal dan homogen dengan menggunakan uji-t. Rumus hipotesisnya adalah:

(

)

fe fe

fo 2

2 =

x

fo fe

kecil 2

besar 2

S S F=


(42)

Ho : µx = µy → Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahanan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa/ konvensional.

HA : µx > µy → Kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa/ konvensional.

Untuk menguji hipotesis di atas menggunakan rumus berikut:

) n 1 n 1 ( s Y X t Y X 2 Y X − − = − (Ruseffendi, 1998) 2 n n ) Y (Y ) X (X s Y X 2 2 2 Y X − + − + − =

Keterangan: X = skor tiap butir soal Y = skor total


(43)

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil penelitian tentang Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS, maka dengan ini peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Kelas dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh nilai rata-rata tergolong sedang. Sedangkan kelas dengan pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata tergolong kurang.

2. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Kelas dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki keterampilan berpikir kritis lebih tinggi dengan nilai rata-rata postes sebesar delapan dan N-Gain tergolong tinggi, dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional dan N-gain tergolong sedang.

3. Perbedaan peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional adalah pada kelas yang menggunakan model pembelajaran


(45)

kooperatif tipe jigsaw tergolong tinggi, sedangkan pada kelas dengan pembelajaran konvensional tergolong cukup).

4. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa secara signifikan, disamping itu juga proses pembelajaran ini sangat membantu siswa dalam memahami konsep, meningkatkan aktivitas siswa, berpikir kritis siswa dan meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa B. Saran

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai metode pembelajaran alternative untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa sebagai hasil belajar siswa, dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Oleh karena itu model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar didalam kelas, tidak hanya pada mata pelajaran IPS tetapi juga dapat digunakan pada mata pelajaran yang lainnya.

2. Pelatihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu dilakukan. Hal ini masih sedikit guru yang kurang menguasai model tersebut baik teori maupun praktek. Model ini asing bagi guru, mereka kurang menguasai cara menyusun konsep-konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara bersama dan saling berbagi informasi.

3. Bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, sebaiknya mempersiapkan alat


(46)

bantu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran misalnya alat peraga, LKS dan mengalokasi waktu seoptimal mungkin, agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal dengan harapan hasil belajar IPS siswa lebih baik/meningkat.

4. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian dalam aspek yang lebih luas tidak hanya pada pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis saja, misalnya keterampilan sosial dan sebagainya.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Sudrajat. (2008). Cooperative Learning Jigsaw.[Online]. Tersedia; http://wordpress.com/2008/07/31. [ 12 Desember 2010]

Arends, R. (1997). Clasroom Instructional Management. New York The Mc Graw- Hill Company.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bahri, S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan

Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan).

Barak, M, Ben- Chaim, D., & Zoller, U. (2007). Purposely Teaching For the Promotion of Higher- Order Thinking Skills; A Case of Critical Thinking. [Online].Tersedia; http://www. springerlink.com/content. [ 3 Febuari 2011].

Beyer, BK. (1987). Pratical Strategies for the Teaching of Thinking, Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon. Inc.

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York: Longman.

Brooks, S (1992). Adult Learner, Adult Education and the Community, Columbia University. NewYork.

Chaplin, J.R. dan Messick.,R.G (1992). Elementary Sosial Studies : A Practical Guide. 2 en ed. New York: Longman.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2002). Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI. Direktorat Ketenagaan Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Depdiknas (2007). Kurikulum IPS 2007 Sekolah Dasar/MAdrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Lanjutan Pertama.

Dasim dan Kokom. (2008), Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(48)

_______(2006), Standar Isi, Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Dimiyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Emildany, Novi, (2008). Cooperative Learning : Jakarta. Tersedia http;/ www. wordpress.com/2010/05/30. [ 15 Febuari 2011]

Ennis, R.H. (1978). An Elaboration of a cardinal goal of science instruction, Educational Phillosophy and Theory.

Ennis, R.H. (1987). A.Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities. In J. B. Baron and R.J.Sternberg (Eds), Teaching for Thinking . (pp9-26). New York : Freman.

Facione, P. A.,Nooren, N. C., Blohm, S. W., & Giancarlo, C. A. (2002). The California Critical Thinking Skill Test; Test Manual 2002 Update Edition.Milbrae CA; The California Akademic Press.

Haryanto, (2000). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Pembelajarannnya Menggunakan Model Kooperatip Tipe Jigsaw Dengan Model Tradisional Di Kelas II MAN Jember. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Ibrahim, M. et. al. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Press.

Ibrahim, dan Nur (2002) Perencanaan Pengajaran . Jakarta: Depdikbud.

Innabi, H. & Sheikh, O, E. (2006). “ The Change in Mathematics Teacher’ Perceptions of Critical Thinking afthe 15 Years of Educational Reform in Jordan” Educational Studies in Mathematic. 64,45-68.

Isjoni. (2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarolimek, J. Dan Parker, W. C. (1993). Social Studies Elementary Education. 9th. Ed. New York: Mac Millian Publishing Co.

Johnson, D.Q., Johnson, R.T., & Holubac, E.J. (1994) Cooperative Learning in The Classroom. Virginia: Associatin for Supervision and Curuculum Develovment

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.


(49)

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Meltzer, David E. (2002). “ The Relationship between Mathematics Preparation and conceptual Learning Gain in Physics: hidden variable’ in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.

Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasution, S (1998), Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bina Aksara.

NCSS.1994. A.Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Effacy, Social Education 57 NCSS. (2002). Strategies for Integraiting Media Leteracy into the Social Studies

Curriculum. [online]. Tersedia : http; // www.mediad.org/studyguides/ Strategies For Integrating Media Leteracy //htm. [ 20 maret 2011].

Nur, H. (1997). Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan IPS.

Omar, H. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Penner,K. (1995).Teaching Critical Thinking. Regent College.[Online], Tersedia http://web.ucs.ubc.ca/k/penner/c-think.htm [29 April 2011].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill: Meaning and Models. In A.L.,Costa (ed). Developing Minds: A Resource Bool For Teaching Thinking. Alexandra ASCD.

Priyadi. (2006). Berpikir Kritis.Wikipedia.[online].Tersedia http:// Priyadi. Net/archivers/ 2005/04/21/ berpikir kritis [ 24 febuari 2011].

Ratna, W, (2006). Teori-Teori Belajar, Bandung: Rosda karya.

Remsey..J.M Raming J.E & Bailer J.P (1996). Teaching Science Process Skill. Good Aple. An Imorint of Paramont Supplemental education.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.


(50)

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

_______(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosdakarya.

Santrock, J. (2005., Life Span Development. Jakarta : Erlangga. Santrock, J. (2002). Life- Span Development. Jakarta: Erlangga.

Slameto, (1996). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Sutrisno, [online]. Tersedia http/www.fkip- uninus.org/index.php/artikel pendidikan /58-tuntutan diera –krisis pembiasaan-berpikir kritis.[2 febuari 2011].

Savage, Tom V.and Amstrong, David G.(1966). Effective Teaching in in Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Sri Wardani. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Disertasi. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. A Handbook for Teacher. Sydney: Addison Wesley Publishing Company. Inc.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes, Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, (2005). Teori-teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiono. (2009). Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bina Bakti Winaya.


(51)

Solihatin & Raharjo. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, Mulyani dan Johar Permana.(1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Somantri, Nu,man.(2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursyid. (2001). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung : Alumni. Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Susanna Vonny Noviana Rante. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS SD Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif bersifat Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

________,2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung.


(52)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Sudrajat. (2008). Cooperative Learning Jigsaw.[Online]. Tersedia; http://wordpress.com/2008/07/31. [ 12 Desember 2010]

Arends, R. (1997). Clasroom Instructional Management. New York The Mc Graw- Hill Company.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bahri, S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan

Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan).

Barak, M, Ben- Chaim, D., & Zoller, U. (2007). Purposely Teaching For the Promotion of Higher- Order Thinking Skills; A Case of Critical Thinking. [Online].Tersedia; http://www. springerlink.com/content. [ 3 Febuari 2011].

Beyer, BK. (1987). Pratical Strategies for the Teaching of Thinking, Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon. Inc.

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York: Longman.

Brooks, S (1992). Adult Learner, Adult Education and the Community, Columbia University. NewYork.

Chaplin, J.R. dan Messick.,R.G (1992). Elementary Sosial Studies : A Practical Guide. 2 en ed. New York: Longman.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2002). Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI. Direktorat Ketenagaan Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Depdiknas (2007). Kurikulum IPS 2007 Sekolah Dasar/MAdrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Lanjutan Pertama.

Dasim dan Kokom. (2008), Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


(2)

_______(2006), Standar Isi, Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Dimiyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Emildany, Novi, (2008). Cooperative Learning : Jakarta. Tersedia http;/ www. wordpress.com/2010/05/30. [ 15 Febuari 2011]

Ennis, R.H. (1978). An Elaboration of a cardinal goal of science instruction, Educational Phillosophy and Theory.

Ennis, R.H. (1987). A.Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities. In J. B. Baron and R.J.Sternberg (Eds), Teaching for Thinking . (pp9-26). New York : Freman.

Facione, P. A.,Nooren, N. C., Blohm, S. W., & Giancarlo, C. A. (2002). The California Critical Thinking Skill Test; Test Manual 2002 Update Edition.Milbrae CA; The California Akademic Press.

Haryanto, (2000). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Pembelajarannnya Menggunakan Model Kooperatip Tipe Jigsaw Dengan Model Tradisional Di Kelas II MAN Jember. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Ibrahim, M. et. al. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Press.

Ibrahim, dan Nur (2002) Perencanaan Pengajaran . Jakarta: Depdikbud.

Innabi, H. & Sheikh, O, E. (2006). “ The Change in Mathematics Teacher’ Perceptions of Critical Thinking afthe 15 Years of Educational Reform in Jordan” Educational Studies in Mathematic. 64,45-68.

Isjoni. (2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarolimek, J. Dan Parker, W. C. (1993). Social Studies Elementary Education. 9th. Ed. New York: Mac Millian Publishing Co.

Johnson, D.Q., Johnson, R.T., & Holubac, E.J. (1994) Cooperative Learning in The Classroom. Virginia: Associatin for Supervision and Curuculum Develovment

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.


(3)

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Meltzer, David E. (2002). “ The Relationship between Mathematics Preparation and conceptual Learning Gain in Physics: hidden variable’ in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.

Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasution, S (1998), Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bina Aksara.

NCSS.1994. A.Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Effacy, Social Education 57 NCSS. (2002). Strategies for Integraiting Media Leteracy into the Social Studies

Curriculum. [online]. Tersedia : http; // www.mediad.org/studyguides/ Strategies For Integrating Media Leteracy //htm. [ 20 maret 2011].

Nur, H. (1997). Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan IPS.

Omar, H. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Penner,K. (1995).Teaching Critical Thinking. Regent College.[Online], Tersedia http://web.ucs.ubc.ca/k/penner/c-think.htm [29 April 2011].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill: Meaning and Models. In A.L.,Costa (ed). Developing Minds: A Resource Bool For Teaching Thinking. Alexandra ASCD.

Priyadi. (2006). Berpikir Kritis.Wikipedia.[online].Tersedia http:// Priyadi. Net/archivers/ 2005/04/21/ berpikir kritis [ 24 febuari 2011].

Ratna, W, (2006). Teori-Teori Belajar, Bandung: Rosda karya.

Remsey..J.M Raming J.E & Bailer J.P (1996). Teaching Science Process Skill. Good Aple. An Imorint of Paramont Supplemental education.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.


(4)

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

_______(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosdakarya.

Santrock, J. (2005., Life Span Development. Jakarta : Erlangga. Santrock, J. (2002). Life- Span Development. Jakarta: Erlangga.

Slameto, (1996). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Sutrisno, [online]. Tersedia http/www.fkip- uninus.org/index.php/artikel pendidikan /58-tuntutan diera –krisis pembiasaan-berpikir kritis.[2 febuari 2011].

Savage, Tom V.and Amstrong, David G.(1966). Effective Teaching in in Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Sri Wardani. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Disertasi. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. A Handbook for Teacher. Sydney: Addison Wesley Publishing Company. Inc.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes, Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, (2005). Teori-teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiono. (2009). Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bina Bakti Winaya.


(5)

Solihatin & Raharjo. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, Mulyani dan Johar Permana.(1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Somantri, Nu,man.(2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursyid. (2001). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung : Alumni. Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Susanna Vonny Noviana Rante. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS SD Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif bersifat Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

________,2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALSARI 08 KOTA TEGAL

0 4 291

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.

1 3 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP DI SEKOLAH DASAR.

0 0 42

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013.

1 4 55

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DASAR PECAHAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 47

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 1 7

[PTK] Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Materi Koperasi Di Sekolah Dasar | SDN Ciwangi Purwakarta BAB V Model Jigsaw

0 0 2

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

0 0 15

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository

0 3 206

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I - USD Repository

0 6 258