Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga T2 942011058 BAB II

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Strategi Peningkatan Kualitas

2.1.1. Pengertian Strategi

Setiap institusi pendidikan memerlukan strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya (Bush dan Coleman, 2008). Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Strategi sangat diperlukan guna mencapai suatu tujuan, dalam hal ini demi kepuasan pelanggan yang akhirnya berdampak positif juga bagi pemakai strategi tersebut.

Desseler (2008) mendefinisikan bahwa strategi adalah rencana jangka panjang organisasi berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Sedangkan Tjokroamidjojo (2000) mengemukakan pendapat bahwa strategi adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan


(2)

dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Berbeda sedikit dengan pendapat sebelumnya, kedua ahli tersebut menjelaskan teknis cara mencapai tujuan dari strategi yang akan diterapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi sedikitnya menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu : (1) cara, (2) sumber, (3) tujuan. Dapat dikatakan bahwa strategi ialah cara yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang lebih baik dari semula. Strategi memerlukan pemikiran yang matang sebelum dilaksanakan agar menghasilkan sesuatu dengan maksimal.

Agar strategi perusahaan atau organisasi dapat disusun secara efektif, maka diperlukan adanya informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan atau organisasi tersebut. Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Menurut Griffin (2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknes) internal suatu organisasi yang dilakukan secara berhati-hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, stategi terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2)


(3)

menetralisasikan ancamannya, dan (3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya.

2.1.2. Pengertian Kualitas

David Hoyle mendefinisikan kualitas sebagai berikut:

The word quality has many meanings, : e.g A degree of excellence, Conformance with requirements, The totality of characteristics of an entity that bear on its ability to satisfy stated or implied needs, Fitness for use, Fitness for purpose, Freedom from defects, imperfections or contamination, and Delighting customers.”

Bisa diartikan bahwa :

“Kata kualitas memiliki banyak makna, : misalnya tingkat

keunggulan, kesesuaian dengan persyaratan, totalitas karakteristik sebuah entitas yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat, kesesuaian untuk digunakan, kesesuaian untuk mencapai tujuan, bebas dari cacat, ketidaksempurnaan atau kontaminasi, dan memuaskan pelanggan”.

Jika diringkas kualitas menurut Hoyle berkaitan dengan keunggulan dalam beberapa hal yang dipersyaratkan yang pada akhirnya dapat memuaskan pelanggan.

Sedangkan Goetsch dan Davis dalam Tjiptono (2003:4) menjelaskan bahwa kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain itu, ahli yang menjelaskan makna dari kualitas seperti Philip B. Crosby (Suardi, 2003) mengemukakan bahwa kualitas merupakan kesesuaian terhadap persyaratan. Dalam


(4)

buku yang sama Edwards Deming menjelaskan bahwa kualitas merupakan pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.

Menurut beberapa ahli diatas kualitas memiliki beberapa hal yang sama, antara lain kondisi yang memenuhi atau melebihi harapan, yang akhirnya memuaskan pelanggan. Bahkan menurut Deming kualitas perlu untuk disempurnakan terus-menerus, hal ini berkaitan dengan semakin tingginya tuntutan terhadap suatu produk barang maupun jasa yang kompetitif.

2.1.3. Mengembangkan Budaya Kualitas

Agar kualitas dapat senantiasa dijaga dan ditingkatkan terus-menerus, diperlukan suasana yang kondusif serta penciptaan budaya kualitas. Dan agar tercipta budaya kualitas, diperlukan komitmen dari seluruh anggota organisasi, dan dalam dunia pendidikan ialah warga sekolah. Menurut Tjiptono (2006:90) ada beberapa faktor yang dapat memperlancar dan sekaligus dapat menghambat pengembangan jasa yang berkualitas, yaitu : (1). Manusia, (2). Organisasi/struktur, (3). Pengukuran, (4) Pendukung sistem, (5) Pelayanan, (6). Program, (7). Komunikasi internal, dan (8). Komunikasi eksternal. Sekolah pada dasarnya adalah lembaga dimana para guru memberikan jasanya untuk mendidik anak, dan ke delapan faktor tersebut juga terdapat di dunia pendidikan.


(5)

Dikemukakan lebih lanjut oleh Tjiptono (2006:91) bahwa ada delapan program pokok yang saling terkait guna membentuk budaya kualitas, yaitu : (1). Pengembangan individual, (2). Pelatihan manajemen, (3). Perencanaan Sumber Daya Manusia, (4). Standar kinerja, (5). Pengembangan karier, (6). Survey opini, (7). Perlakuan yang adil, (8). Profit sharing. Meskipun budaya kualitas yang dimasud oleh Tjiptono adalah dalam hal penyediaan jasa yang terkait dengan ekonomi, tetapi bisa diaplikasikan dalam pendidikan, dengan menyesuaikan beberapa hal, misalnya pelatihan manajemen diartikan sebagai pelatihan kompetensi. Dalam hal profit sharing, untuk lembaga pendidikan negeri lebih ke arah eksistensi sekolah di mata masyarakat, sedangkan untuk lembaga pendidikan swasta adalah profit untuk yayasan pengelola pendidikan.

Mengacu pada pendapat Tjiptono di atas pengembangan kualitas kompetensi profesional guru dapat dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan SDM, misalnya dengan pelatihan-pelatihan. Selain itu dengan mengikuti standar kinerja yang telah ditentukan, misalnya dengan aktif membuat dan mengembangkan materi pembelajaran. Pengembangan karier selain dilakukan dengan megikuti pelatihan dapat dilakukan dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar dan in house training yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi profesional guru.


(6)

2.2.

Kompetensi Profesional Guru

2.2.1. Kompetensi Profesional Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1). Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Guru adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidiknya dengan nilai-nilai yang konstruktif. Dapat dikatakan bahwa guru mengemban misi dan tugas yang sangat berat demi kemajuan bangsa di masa mendatang.

Profesional menurut rumusan UU No. 14 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 digambarkan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan Ali Mudlofir mengungkapkan bahwa profesional itu mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya (2012:35). Dapat disimpulkan bahwa guru sebagai suatu profesi harus dilaksanakan dengan


(7)

profesional mengingat profesi tersebut menjadi sumber penghasilan, melewati pendidikan profesi, dan terlebih lagi berfungsi untuk mencetak SDM yang handal.

Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011: 48). Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diajarkannya baik teori maupun praktik, sehingga proses transfer ilmu kepada peserta didik bisa lebih optimal.

Berdasarkan peraturan yang tertuang dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, seorang pendidik/guru harus memenuhi standar minimal kompetensi yang terdiri dari kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Standar kompetensi profesional guru menurut permendiknas tersebut adalah : (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif, (4)


(8)

Mengembangkan keprofesionalan secara bekelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Jika kita disimak lebih lanjut, Permendiknas No. 16/2007 bersifat terbuka dan dinamis. Artinya, meskipun peraturan mengatur standar minimal kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/guru, tetapi tidak terdapat ukuran baku yang menyatakan bahwa seorang pendidik/guru dinyatakan telah kompeten atau profesional. Peraturan tersebut adalah rambu-rambu yang di dalamnya mengandung tuntutan agar pendidik/guru senantiasa mampu mewujudkan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi dan profesional kerja.

2.2.2. Pentingnya Kompetensi Profesional Guru

Globalisasi sebagai suatu konsep yang mau tidak mau terjadi akan membawa berbagai dampak, dan diyakini akan menimbulkan keadaan yang penuh persaingan dan tantangan dalam berbagai hal, termasuk di dunia pendidikan. Dalam kondisi yang demikian guru dituntut untuk lebih kreatif, responsif dan inovatif. Hal ini dikemukakan oleh Daryanto (2013:122). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kreatif menuntut para guru untuk mencari dan menemukan cara-cara yang terbaik dalam meningkatkan kualitas anak didik. Responsif menuntut para guru untuk cepat tanggap terhadap segala permasalahan yang timbul, sedangkan inovatif menuntut para guru untuk selalu


(9)

mencarai dan mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Jika kita perhatikan dengan seksama, hal-hal di atas berkaitan erat dengan profesionalisme guru.

UU Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru merupakan suatu profesi tersendiri di masyarakat yang setara dengan profesi-profesi lain seperti dokter, akuntan, notaris, pengacara, atau apoteker. Ditegaskan dalam UU tersebut bahwa guru adalah pendidik profesional. Di dalam Permendikas No. 16 tahun 2007 ditetapkan Standar Kompetensi Guru, yang menyebutkan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dan sesuai dengan kebijakan pembangunan di negara kita yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru bermakna sangat strategis. Jadi kebutuhan guru-guru yang berkualitas sangat diperlukan demi mempersiapkan SDM yang berkualitas.

Tingkat kualitas kompetensi profesi seseorang itu tergantung kepada tingkat penguasaan kompetensi kinerja (performance competence), hal tersebut dikemukakan oleh Mudlofir (2012:66). Kompetensi kinerja lebih ditunjukkan dengan unjuk kerja dalam melakukan profesi, atau dalam hal mengajar lebih mengacu kepada kompetensi profesional atau penguasaan materi meskipun dalam hal ini kompetensi yang lain, misalnya kompetensi pedagogik juga turut mendukung.


(10)

2.2.3. Aspek-aspek Kompetensi Profesional Guru

Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, pada halaman lampiran dijabarkan tentang kompetensi inti yang merupakan aspek dari masing-masing 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Pada paparan kompetensi profesional tabel adalah seperti berikut ini.

Tabel 2 : Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru

No. KOMPETENSI INTI GURU

Kompetensi Profesional

20 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

21 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

22 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

23 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

24 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri


(11)

Beradasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi standar kompetensi profesional, guru harus memenuhi 5 aspek, yaitu : (1) penguasaan materi dan konsep ilmu, (2) penguasaan standar kompetensi, (3) pengembangan materi bahan ajar, (4) pengembangan diri/profesi, (5) pemanfaatan teknologi pembelajaran. Selain menguasai materi, guru juga harus selalu mengembangkan diri dan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Guru mau tidak mau harus mengembangkan penguasaan materi terkalit dengan pelajaran yang diampunya. Agung (2012:104) menyatakan bahwa pengembangan materi oleh guru dapat dilakukan apabila dirinya terus menerus mewujudkan kemauan, kemampuan, dan upaya mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan dan pengetahauan dari berbagai sumber. Melalui penguasaan itu guru akan berusaha untuk meningkatkan bahan/materi ajar dalam pelaksanaan tugas pembelajaran.

Telah peneliti kemukakan bahwa guru mempunyai peran sangat strategis dalam membina dan mengembangkan potensi anak bangsa, dan dengan derasnya arus globalisasi guru harus senantiasa


(12)

meng-up date materi ajarnya, mengingat dinamisnya ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Pentingnya pengembangan penguasaan materi, konsep, paradigma dan sebagainya penting diperhatikan dikemukakan oleh Agung (2012:105), yang bisa dilakukan antara lain melalui pembekalan kepada calon guru dalam LPTK agar setelah lulus guru dapat terus menerus mengembangkan penguasaan materi.

Alternatif yang bisa dilaksanakan oleh para guru agar bisa menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan misalnya melalui seminar-seminar yang saat ini sering diadakan. Akses yang luas pada media cetak dan media elektronik saat ini sangat menguntungkan guru. Meski guru sebagian besar telah memiliki sertifikat pendidik, studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi guna menambah wawasan keilmuan juga perlu dilakukan. Peluang beasiswa dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah bisa dimanfaatkan. Guru yang tidak mau mengembangkan dirinya dalam penguasaan materi dan konsep keilmuannya pada akhirnya merugikan anak didik, yang artinya tidak memahami profesinya sebagai guru.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

Standar Kompetensi (SK) adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap


(13)

tingkat dan atau semester, standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara Nasional ( Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006), sedangkan Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

Guru dalam mengajar berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Standar kompetensi yang telah ditetapkan harus tuntas diberikan kepada siswa, tetapi guru perlu untuk terus mengembangkannya agar lebih optimal diterima peserta didik. Dalam hal ini guru harus memahami kemampuan anak didiknya, sekaligus memahami tujuan dari setiap kegiatan pengembangan yang dilakukan.

Erat kaitannya dengan kurikulum, maka guru dapat mengembangkan penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diampunya melalui kegiatan bedah kurikulum, review dan

sinkronisasi kurikulum. Penyusunan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) juga mencantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus diberikan, sehingga guru harus benar-benar menguasainya.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

Pada dasarnya pengembangan materi/bahan ajar oleh guru dipengaruhi penguasaan teori terhadap


(14)

pelajaran yang diampunya. Seorang guru akan terkendala mengembangkan materi/bahan ajar dalam pembelajaran apabila tidak diimbangi dengan penguasaan teori yang memadai. Agung (2012:107) mengemukakan bahwa penguasaan materi saja belum tentu akan memberikan dampak positif terhadap peserta didik apabila guru kurang mampu mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran, dan diduga menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang stagnan atau tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Dalam menghasilkan tenaga pendidik, peran LPTK dalam membekali calon guru penguasaan pengembangan materi/bahan ajar baik secara teoritis maupun praktis sangat penting. Termasuk dalam hal ini adalah pemanfaatan metode pembelajaran yang relevan. Kreatifitas guru sangat penting dalam memberikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat optimal.

Usaha-usaha yang bisa dilaksanakan oleh para guru dalam mengembangkan materi misalnya melalui MGMP, yang hampir telah ada di setiap daerah di Indonesia. Kunjungan guru ke perpustakaan perlu digalakkan. Peluang lain yang juga bisa dimanfaatkan adalah terbukanya jendela dunia lewat internet. Akhirnya berpulang kembali ke guru, guru yang telah merasa puas dengan materi yang dikuasai dan tidak mau mengembangkannya akan semakin ketinggalan dan hanya akan membebani usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan di negara kita.


(15)

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

Guru sebagai suatu profesi, sebagai konsekuensinya guru harus menguasai berbagai kompetensi. Kompetensi bukanlan suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat ilmu pengetahuan juga terus mengalami perkembangan. Guru yang tidak mau mengembangkan profesinya jelas akan merugikan peserta didik, bahkan mengingkari profesi sebagai pendidik.

Pengembangan profesi dapat dilakukan melalui beberapa cara. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah alternatif pengembangan profesi kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kaitannya dengan kemampuan penguasaan materi baik teori maupun praktik dilaksanakan melalui berbagai pendidikan dan latihan yang rutin menjadi program pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

Pemerintah membuka peluang untuk pengembangan profesi bagi guru kejuruan melalui LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), BP Dikjur (Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan), dan PPPGT (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Teknologi) yang ada di beberapa provinsi di Indonesia.


(16)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika pada waktu-waktu sebelumnya hubungan antara pendidik dan peserta didik hanya berlangsung lewat tatap muka, dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, maka kini telah dikembangkan komunikasi on-line yang dapat menembus ruang dan waktu.

Dewasa ini bahkan telah berkembang pembelajaran dengan sistem e-learning. Aunurrahman (2010:232) mengemukakan bahwa e-learning adalah pengalaman mengajar atau belajar dengan memanfaatkan spektrum teknologi secara luas utamanya internet untuk mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. Pemanfaatan teknologi melalui internet yang juga bisa dimanfaatkan adalah blog dan e-mail. Hal yang demikian hanya bisa dilakukan oleh guru apabila guru menguasai teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

SMK Negeri 2 Salatiga telah memanfaatkan internet dan intranet untuk pembelajaran di kelas, menyusun administrasi dan melaporkan hasil pembelajaran lewat sikadu (sistem akademik terpadu). Guru-guru juga telah diberikan pelatihan tentang e-learning.


(17)

5.1.

Menyusun Strategi untuk Meningkatkan

Kualitas dengan Analisis SWOT

5.1.1. Analisis SWOT

Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk membuat strategi meningkatkan kualitas adalah dengan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari

Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threats. MDITC (2005) menjelaskan bahwa SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Sedangkan Rangkuti (2000:19) berpendapat bahwa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan dan ancaman dalam menghadapi lingkungan eksternal.

Model analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis matrik IFAS (Internal Factors Analisis Summary), analisis matrik EFAS (External Factors Analisis Summary) dan analisis matrik SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and

threats) model Grand Strategy. Matrik IFAS

menggambarkan lingkungan internal yang memberikan informasi tentang kekuatan yang harus digunakan secara optimal dan kelemahan harus diatasi atau diminimalkan. Matrik EFAS menggambarkan


(18)

lingkungan eksternal yang memberikan informasi tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus di hindari.

Matrik SWOT menunjukkan empat kemungkinan alternatif strategis berdasarkan hasil audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Langkah-langkahnya seperti berikut ini (Rangkuti, 2002: 24) :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada berdasarkan Permendiknas No. 16/2007 .

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3. Menentukan bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dai 1,0 (paling berpengaruh) sampai 0,0 (tidak berpengaruh), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tesebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).

4. Menentukan skor (1 sampai dengan 5) dari masing-masing faktor berdasarkan penting tidaknya faktor tersebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru mutu sekolah.

5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan skor untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

6. Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman).


(19)

2.3.2. Merumuskan Strategi dengan Analisis SWOT

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap subjek penelitian, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model perumusan strategi. Model yang dipergunakan adalah matrik Grand Strategy. Dalam Rangkuti (2000:47) ide dasar dari strategi ini adalah pemilihan dua variabel sentral di dalam proses penentuan tujuan utama Grand strategy; memilih faktor-faktor internal atau eksternal untuk pertumbuhan atau protabilitas.

Diagram analisis SWOT menurut Rangkuti (2000:19) yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi tetapi peneliti adaptasikan dalam bidang pendidikan dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1:

Diagram Analisis SWOT

6. Mendukung Strategi Turn Around 1. Mendukung Strategi Agresif

4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi BERBAGAI

PELUANG

BERBAGAI KELEMAHAN

BERBAGAI KEKUATAN

BERBAGAI ANCAMAN


(20)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki

Peluang dan Kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang diterapkan adalah defensif, misalnya dengan melakukan efisiensi dan efektifitas kerja.


(1)

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

Guru sebagai suatu profesi, sebagai konsekuensinya guru harus menguasai berbagai kompetensi. Kompetensi bukanlan suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat ilmu pengetahuan juga terus mengalami perkembangan. Guru yang tidak mau mengembangkan profesinya jelas akan merugikan peserta didik, bahkan mengingkari profesi sebagai pendidik.

Pengembangan profesi dapat dilakukan melalui beberapa cara. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah alternatif pengembangan profesi kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kaitannya dengan kemampuan penguasaan materi baik teori maupun praktik dilaksanakan melalui berbagai pendidikan dan latihan yang rutin menjadi program pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

Pemerintah membuka peluang untuk

pengembangan profesi bagi guru kejuruan melalui LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), BP Dikjur (Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan), dan PPPGT (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Teknologi) yang ada di beberapa provinsi di Indonesia.


(2)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika pada waktu-waktu sebelumnya hubungan antara pendidik dan peserta didik hanya berlangsung lewat tatap muka, dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, maka kini telah dikembangkan komunikasi on-line yang dapat menembus ruang dan waktu.

Dewasa ini bahkan telah berkembang pembelajaran dengan sistem e-learning. Aunurrahman (2010:232) mengemukakan bahwa e-learning adalah pengalaman mengajar atau belajar dengan memanfaatkan spektrum teknologi secara luas utamanya internet untuk mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. Pemanfaatan teknologi melalui internet yang juga bisa dimanfaatkan adalah blog dan e-mail. Hal yang demikian hanya bisa dilakukan oleh guru apabila guru menguasai teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

SMK Negeri 2 Salatiga telah memanfaatkan internet dan intranet untuk pembelajaran di kelas, menyusun administrasi dan melaporkan hasil pembelajaran lewat sikadu (sistem akademik terpadu). Guru-guru juga telah diberikan pelatihan tentang e-learning.


(3)

5.1.

Menyusun Strategi untuk Meningkatkan

Kualitas dengan Analisis SWOT

5.1.1. Analisis SWOT

Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk membuat strategi meningkatkan kualitas adalah dengan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari

Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threats. MDITC (2005) menjelaskan bahwa SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Sedangkan Rangkuti (2000:19) berpendapat bahwa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan dan ancaman dalam menghadapi lingkungan eksternal.

Model analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis matrik IFAS (Internal Factors Analisis Summary), analisis matrik EFAS (External Factors Analisis Summary) dan analisis matrik SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) model Grand Strategy. Matrik IFAS menggambarkan lingkungan internal yang memberikan informasi tentang kekuatan yang harus digunakan secara optimal dan kelemahan harus diatasi atau diminimalkan. Matrik EFAS menggambarkan


(4)

lingkungan eksternal yang memberikan informasi tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus di hindari.

Matrik SWOT menunjukkan empat

kemungkinan alternatif strategis berdasarkan hasil audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Langkah-langkahnya seperti berikut ini (Rangkuti, 2002: 24) :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada berdasarkan Permendiknas No. 16/2007 .

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3. Menentukan bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dai 1,0 (paling berpengaruh) sampai 0,0 (tidak berpengaruh), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tesebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).

4. Menentukan skor (1 sampai dengan 5) dari masing-masing faktor berdasarkan penting tidaknya faktor tersebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru mutu sekolah.

5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan skor untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

6. Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman).


(5)

2.3.2. Merumuskan Strategi dengan Analisis SWOT Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap subjek penelitian, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model perumusan strategi. Model yang dipergunakan adalah matrik Grand Strategy. Dalam Rangkuti (2000:47) ide dasar dari strategi ini adalah pemilihan dua variabel sentral di dalam proses penentuan tujuan utama Grand strategy; memilih faktor-faktor internal atau eksternal untuk pertumbuhan atau protabilitas.

Diagram analisis SWOT menurut Rangkuti (2000:19) yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi tetapi peneliti adaptasikan dalam bidang pendidikan dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1:

Diagram Analisis SWOT

6. Mendukung Strategi Turn Around 1. Mendukung Strategi Agresif

4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI KELEMAHAN

BERBAGAI KEKUATAN

BERBAGAI ANCAMAN


(6)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki

Peluang dan Kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini

adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang diterapkan adalah defensif, misalnya dengan melakukan efisiensi dan efektifitas kerja.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dikalangan Guru SMK Pelita Salatiga

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemasaran SMK Negeri 2 Salatiga (Pasca Pembubaran RSBI) T2 942011042 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga T2 942011058 BAB IV

0 1 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga T2 942011058 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga

0 0 7

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kualitas Pelayanan Perpustakaan Sekolah Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) Studi Di SMA Negeri 2 Salatiga T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB IV

0 0 62

T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB III

0 0 13

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB II

0 0 21