Pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan : studi kasus pada karyawan Pabrik Roti Hoya Pekanbaru, Riau.
Studi Kasus pada karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Jessica Tiffani Liawandi
NIM: 122214037
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
Studi Kasus pada karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Jessica Tiffani Liawandi
NIM: 122214037
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jangan hanya menghin dari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin kita capai .(Mario Teguh)
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.(Mario Teguh)
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini aku
persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas limpahan do’a kasih sayang dan perhatian serta dukungan yang diberikan selama ini. 2. Adiku tersayang dan saudara-saudaraku 3. Orang yang kucintai yang selalu
memotivasiku dan mendo’akanku. 4. Semua pihak yang telah mendukung saya
(6)
(7)
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat menyusun Skripsi dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan:Studi Kasus pada karyawan Pabrik Roti Hoya
Pekanbaru, Riau”. Dalam Penyusunan Skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan semua pihak penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Johanes Eka Priyanto, M.Sc, PhD. selaku Rektorat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Falkutas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maria Theresia Ernawati, S.E., M.A., selaku Wakil Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda, M.Si., selaku dosen Pembimbing I, yang dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi serta selalu mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs. L. Bambang Hartono, M.Si., selaku dosen Pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.
7. Segenap dosen dan karyawan Falkutas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman hidup kepada penulis.
(9)
(10)
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 8
1. Manajemen ... 8
(11)
a. Pengertian Lingkungan Kerja 8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja 10 c. Aspek Lingkungan Kerja 14 d. Manfaat Lingkungan Kerja 15
4. Gaya Kepemimpinan 16 a. Pengertian Gaya Kepemimpinan 16 b. Teori Kepemimpinan 17
c. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan 21 d. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja 28
5. Kepuasan Kerja a.Pengertian Kepuasan Kerja ... 30
b.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 31
c.Indikator Kepuasan Kerja Karyawan ... 35
d.Manfaat Kepuasan Kerja ... 36
B. Penelitian Terdahulu ... 37
C. Kerangka Konseptual ... 41
D. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
(12)
D. Variabel Penelitian ... 45
1. Identifikasi Variabel ... 45
2. Pengukuran Variabel ... 45
E. Definisi Operasional ... 46
F. Populasi dan Sampel ... 48
1. Populasi ... 48
2. Sampel ... 48
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 49
H. Sumber Data ... 49
1. Data Primer ... 49
2. Data Sekunder ... 50
I. Teknik Pengumpulan Data ... 50
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 50
1. Uji Validitas ... 50
2. Uji Reliabilitas ... 51
K. Teknik Analisis Data ... 52
1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 52
2. Uji Asumsi Klasik ... 53
a. Uji Multikoloniearitas ... 53
(13)
3. Koefisien Determinasi ... 54
a. Uji t ... 54
b. Uji F ... 55
BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 58
B. Perkembangan Roti Hoya Pekanbaru ... 59
C. Struktur Organisasi ... 60
BAB V ANALISIS DATA A. Uji Instrumen ... 63
1. Validitas ... 63
2. Reliabilitas ... 65
B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 65
1. Karakteristik Penelitian ... 65
a. Jenis kelamin ... 65
b. Usia Responden ... 66
c. Tingkat Pendidikan ... 67
d. Masa Kerja ... 67
2. Variabel penelitian ... 68
a. Gaya Kepemimpinan ... 68
(14)
C.Asumsi Klasik ... 72
1. Uji Normalitas ... 72
2. Uji Multikolinearitas ... 73
3. Uji Heteroskedastisitas ... 74
D. Analisis Regresi Linier Berganda ... 75
1. Persamaan Regresi ... 76
2. Uji Simultan (Uji-F) ... 77
3. Uji Parsial (Uji t) ... 78
4. Koefisien Determinasi ... 81
E. Pembahasan ... 82
BAB VI KESIMPULAN,SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
C. Keterbatasan ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
V.1 Hasil Validitas Lingkungan Kerja,Gaya Kepemimpinan
dan Kepuasan Kerja ... 64
V.2 Hasil Uji Realibilitas ... 65
V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 66
V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 67
V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 67
V.7 Varibel Gaya Kepemimpinan... 68
V.8 Varibel Lingkungan Kerja ... 70
V.9 Variabel Kepuasan Kerja ... 71
V.10 Uji Multikolineritas ... 74
V.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 76
V.12 Uji F (Uji Slimutan) ... 77
(16)
Gambar Judul Halaman
II.1 Kerangka Konseptual ... 41
IV.1 Struktur Organisasi ... 60
V.1 Uji Normalitas ... 73
(17)
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 95
Lampiran 2 Tabulasi Data ... 99
Lampiran 3 Hasil Olah Data ... 123
Lampiran 4 Tabel Uji F ... 149
Lampiran 5 Tabel Uji t ... 150
(18)
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus pada Karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan pada pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau. Populasi penelitian ini adalah 200 orang karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau. Sampel yang diambil adalah sebanyak 70 karyawan dari seluruh karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel
Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket kepada
responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa: (1) Gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau. (2) Lingkungan kerja secara parsial berpengaruh bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau. (3) Gaya kepemimpinan dan Lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau.
(19)
EFFECT OF WORK ENVIRONMENT AND LEADERSHIP STYLE ON THE JOB SATISFACTION OF EMPLOYEES
(Case Study at Employees Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau)
This research aims to identity the effect of work environment and leadership style on the employees job satisfaction at Hoya bread factory Pekanbaru, Riau. The population of this study is 200 employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. The research size sample is 70 employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, who are taken under Accidental Sampling technique. The data collection technique is questionnaire. The data analysis technique used is regression analysis. Based on the results it is found that: (1) The leadership style partially affects the job satisfaction of employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. (2) The working environment partially affects the job satisfaction of employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. (3) The leadership style and work environment simultaneously influence the satisfaction of employees at Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau.
(20)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai keselarasan tujuan, seorang pemimpin harus dapat
mempengaruhi anggota organisasinya agar tujuan individu konsisten dengan
tujuan organisasi itu sendiri. Kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran tergantung pada manajer dan gaya kepemimpinannya. Gaya
kepemimpinan merupakan suatu model kepemimpinan, dimana pemimpin
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok demi pencapaian
tujuan. Banyak terdapat karyawan pada suatu organisasi atau perusahaan yang
memiliki kepribadian, kemampuan, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan
keinginan yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan bentuk reaksi, hasrat, pola
pikir, dan tingkah laku yang berbeda. Perbedaan yang timbul pada
masing-masing individu karyawan menuntut seorang manajer mampu mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengarahkan, mengkombinasikan, dan menyelaraskan
semua perbedaan yang ada agar menjadi kekuatan dan potensi hebat guna
membantu dan mempermudah dalam menciptakan stategi mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan.
Manajer juga dituntut mampu memotivasi karyawan, dimana motivasi
(21)
mencapai tujuan-tujuannya. Motivasi yang baik dapat memelihara prestasi,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan kinerja, dan menambah semangat
untuk melaksanakan tugas mereka sesuai aturan dan pengarahan. Motivasi yang
berhasil diberikan kepada karyawan dapat memberi pencapaian kebutuhan dan
mengurangi ketidakseimbangan.
Pembentukan kepuasan kerja karyawan pada perusahaan tidak terlepas dari
lingkungan kerja yang dirasakan. Karyawan mempunyai harapan untuk mencapai
kepuasan terhadap kebutuhannya, saat mereka memasuki organisasi kerja.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak hanya untuk mengejar gaji yang tinggi,
tetapi juga kebutuhan untuk aktualisasi diri. Salah satu wujud untuk
menunjukkan aktualisasi diri seseorang adalah kepuasan kerja. Dalam hal ini,
karyawan menginginkan iklim kerja yang menyenangkan, meliputi ruang kerja
yang aman dan nyaman, pemimpin yang bijaksana dan adil, fasilitas sarana dan
prasarana fisik yang baik, kebijakan dan peraturan yang baik dan tepat, imbalan
jasa uang dan non uang yang layak, jenis pekerjaan yang sesuai dan berkualitas,
serta tantangan kerja yang menarik.
Setiap organisasi pada umumnya baik yang berskala besar, menengah,
maupun kecil semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan di mana organisasi
atau perusahaan tersebut berada. Lingkungan itu sendiri mengalami
perubahan-perubahan sehingga organisasi atau perusahaan yang bisa bertahan adalah
(22)
Sebaliknya, organisasi akan mengalami masa kehancuran apabila organisasi
tersebut tidak memperhatikan perkembangan dan perubahan di sekitarnya. Dalam
perjalanan suatu organisasi apapun tidak pernah memisahkan atau terpisahkan
dari lingkungan di mana organisasi tersebut berada. Hal ini tentunya lebih
dikarenakan adanya ketergantungan antar organisasi atau individu organisasi.
Tidak hanya keselarasan tujuan yang ingin dicapai, tetapi kepuasan kerja juga
ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan. Kepuasan kerja merupakan
faktor kritis untuk dapat tetap mempertahankan individu yang berkualifikasi
baik. Aspek-aspek spesifik yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu
kepuasan yang berhubungan dengan gaji, keuntungan, promosi, kondisi kerja,
praktik organisasi, dan hubungan dengan rekan kerja. Kepuasan kerja (job
satisfaction) merujuk pada suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya.
Melalui kajian ilmu perilaku organisasi dapat dipahami bahwa aktivitas
manusia dalam mencapai tujuan dilatarbelakangi oleh perilaku individu, perilaku
kelompok, dan perilaku sistem organisasi. Ketiga perilaku tersebut berdampak
pada tinggi rendahnya kinerja, perputaran karyawan (turn over), dan kepuasan
kerja. Untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, maka pimpinan
perusahaan harus berusaha agar setiap bawahan dapat bekerja sama dengan
segala kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang
(23)
Menurut Engko dan Gudono (2007), dalam hubungannya dengan kepuasan
kerja karyawan berdasarkan teori jalur tujuan, perilaku pemimpin dapat diterima
ketika para karyawan memandangnya sebagai suatu sumber kepuasan, di mana
bawahan secara aktif mendukung pemimpinnya selama dia memandang bahwa
tindakan pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya. Selain itu, perilaku
pemimpin memberikan motivasi sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang
mengganggu pencapaian kepemimpinan dan kepuasan kerja.
Menurut Robbins (Wibowo, 2012:78) kepuasan kerja merupakan sikap
terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah
penghargaan yang diterima dan jumlah yang seharusnya diterima. Hasibuan
(Tunjungsari, 2011) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan
dan mencintai pekerjaannya. Menurut Faud Mas’ud (Manurung, 2012) kepuasan
kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan diri seseorang.
Menurut Suranta (2002), dalam hubungannya dengan kinerja dijelaskan
bahwa pemimpin merupakan tulang punggung pengembangan organisasi, karena
tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Jika
seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka
orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang masalah tersebut maka
(24)
Kerja dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja karyawan?
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi beberapa hal pokok yang akan diteliti, agar tidak
meluasnya permasalahan yang ada dan penelitian lebih terarah. Adapun batasan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Responden yang meliputi karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru.
2. Lingkungan kerja yang diteliti dalam penelitian yaitu lingkungan yang
mendukung kerja karyawan untuk bekerja, fasilitas yang diberikan
perusahaan untuk bekerja dan hubungan atasan dan bawahan.
3. Gaya kepemimpinan yang diteliti dalam penelitian yaitu intelegensi
(25)
bergaul dengan karyawan dan adanya kebutuhan prestasi tinggi dari
pemimpin terhadap karyawannya.
4. Kepuasan karyawan yang diteliti dalam penelitian yaitu gaji yang diperoleh
apa sesuai dengan kerjaannya, promosi yang dilakukan perusahaan untuk
penghargaan kerja karyawan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan.
2. Untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan.
3. Untuk menguji pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja karyawan?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini mampu memberikan pengetahuan seberapa
jauh pengaruh gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap
(26)
2. Bagi perusahaan, agar dijadikan evaluasi tentang determinasi hubungan
gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh positif atau
negatif terhadap kepuasan kerja karyawan.
3. Bagi akademis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
(27)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori
Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu
tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama dengan
orang-orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1. LINGKUNGAN KERJA
a. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan
proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja
mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan
proses produksi tersebut. Lingkungan kerja adalah suasana dimana karyawan
melakukan aktivitas setiap harinya.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan
(28)
akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan. Beberapa ahli
mendifinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut:
Menurut Nuraini 2013: 97 lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi dalam menjalankan
tugas yang diembankan kepadanya misalnya dengan adanya air conditioner
(AC), penerangan yang memadai dan sebagainya. Lingkungan kerja adalah
sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas seperti temperatur, kelembapan, ventilasi,
penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya
alat-alat perlengkapan kerja. (Isyandi, 2004: 134)
Menurut (Simanjuntak, 2003: 39) lingkungan kerja dapat diartikan
sebagai keseluruhan alat perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
dimana seorang bekerja, metode kerjanya, sebagai pengaruh kerjanya baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Sedangkan menurut
(Mardiana, 2005:78) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai
melakukan pekerjaannya sehari-hari.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja atau karyawan
(29)
pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal, dimana
dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas kerja yang mendukung
karyawan dalam penyelesaian tugas yang bebankan kepada karyawan guna
meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu (Siagian, 2006: 63):
1) Bangunan tempat kerja
2) Ruang kerja yang lega
3) Ventilasi pertukaran udara
4) Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan
5) Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan
nyaman dan mudah
Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:163) secara umum lingkungan
kerja terdiri dari lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikis:
1. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan yang berada disekitar
pekerja itu sendiri. Kondisi di lingkungan kerja dapat mempengaruhi
(30)
a) Rencana Ruang Kerja
Meliputi kesesuaian pengaturan dan tata letak peralatan kerja, hal ini
berpengaruh besar terhadap kenyamanan dan tampilan kerja karyawan.
b) Rancangan Pekerjaan
Meliputi peralatan kerja dan prosedur kerja atau metode kerja,
peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi
kesehatan hasil kerja karyawan.
c) Kondisi Lingkungan Kerja
Penerangan dan kebisingan sangat berhubungan dengan kenyamanan
para pekerja dalam bekerja. Sirkulasi udara, suhu ruangan dan penerangan
yang sesuai sangat mempengaruhi kondisi seseorang dalam menjalankan
tugasnya.
d) Tingkat Visual Privacy dan Acoustical Privacy
Dalam tingkat pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang
dapat memberi privasi bagi karyawannya. Yang dimaksud privasi disini
adalah sebagai “keleluasaan pribadi” terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dan kelompoknya. Sedangkan acoustical privasi berhubungan dengan
(31)
2. Faktor Lingkungan Psikis
Faktor lingkungan psikis adalah hal-hal yang menyangkut dengan
hubungan sosial dan keorganisasian. Kondisi psikis yang mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan adalah :
a. Pekerjaan Yang Berlebihan
Pekerjaan yang berlebihan dengan waktu yang terbatas
atau mendesak dalam penyelesaian suatu pekerjaan akan
menimbulkan penekanan dan ketegangan terhadap karyawan,
sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
b. Sistem Pengawasan yang Buruk
Sistem pengawasan yang buruk dan tidak efisien dapat
menimbulkan ketidakpuasaan lainnya, seperti ketidakstabilan
suasana politik dan kurangnya umpan balik prestasi kerja.
c. Frustasi
Frustasi dapat berdampak pada terhambatnya usaha
pencapaian tujuan, misalnya harapan perusahaan tidak sesuai
dengan harapan karyawan, apabila hal ini berlangsung terus
menerus menimbulkan frustasi bagi karyawan.
d. Perubahan-Perubahan dalam Segala Bentuk
Perubahan yang terjadi dalam pekerjaaan akan
(32)
perubahan lingkungan kerja seperti perubahan jenis pekerjaan,
perubahan organisasi, dan pergantian pemimpin perusahaan.
e. Perselisihan Antara Pribadi dan Kelompok
Hal ini terjadi apabila kedua belah pihak mempunyai
tujuan yang sama dan bersaing untuk mencapai tujuan tersebut.
Perselisihan ini dapat berdampak negatif yaitu terjadinya
peselisihan dalam berkomunikasi, kurangnya kekompakan dan
kerjasama. Sedangkan dampak positifnya adalah adanya usaha
positif untuk mengatasi perselisihan ditempat kerja, diantaranya:
persaingan, masalah status dan perbedaan antara individu.
Lingkungan kerja fisik maupun psikis keduanya sama
pentingnya dalam sebuah organisasi, kedua lingkungan kerja ini
tidak bisa dipisahkan. Apabila sebuah perusahaan hanya
mengutamakan satu jenis lingkungan kerja saja, tidak akan
tercipta lingkungan kerja yang baik, dan lingkungan kerja yang
kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih
banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja
yang efisien dan akan menyebabkan perusahaan tersebut
(33)
c. Aspek Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau bisa
disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja, bagian-bagian itu bisa di
uraikan sebagai berikut (Simanjuntak, 2003:39):
1. Pelayanan kerja
Pelayanan karyawan merupakan aspek terpenting yang harus
dilakukan oleh setiap perusahaan terhadap tenaga kerja. Pelayanan yang
baik dari perusahaan akan membuat karyawan lebih bergairah dalam
bekerja, mempunyai rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan
pekerjaannnya, serta dapat terus menjaga nama baik perusahaan melalui
produktivitas kerjanya dan tingkah lakunya. Pada umumnya pelayanan
karyawan meliputi beberapa hal yakni:
1) Pelayanan makan dan minum
2) Pelayanan kesehatan
3) Pelayanan kamar kecil atau kamar mandi ditempat kerja, dan
sebagainya
2. Kondisi Kerja
Kondisi kerja karyawan sebaiknya diusahakan oleh manajemen
perusahaan sebaik mungkin agar timbul rasa aman dalam bekerja untuk
(34)
udara yang tepat, keributan yang didapat dikendalikan, pengaruh warna,
ruang gerak yang diperlukan dan keamanan kerja karyawan.
3. Hubungan karyawan
Hubungan karyawan akan sangat menentukan dalam
menghasilkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena adanya
hubungan antara motivasi serta semangat dan kegairahan kerja dengan
hubungan yang kondusif antar sesama karyawan dalam bekerja,
ketidakserasian hubungan antara karyawan dapat menurunkan motivasi
dan kegairahan yang akibatnya akan dapat menurunkan produktivitas
kerja.
d. Manfaat Lingkungan Kerja
Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja,
sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang
diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah
pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan
diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang
ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
(35)
2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi akan sangat
membantu dalam mengatasi masalah dan terutama masalah yang
berhubungan dengan bawahan atau karyawan. Gaya kepemimpinan yang baik
harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi yang ada di
lingkungannya. Gaya kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk mempengaruhi
atau mengatur dan mengubah perilaku seseorang untuk bertindak sesuai
dengan arahan pemimpin.
Gaya kepemimpinan berakar dari kata pemimpin dan kepemimpinan.
Menurut Nawawi dan Hadari (1995: 9) kata pemimpin berarti orangnya dan
kepemimpinan adalah kegiatannya. Dari segi organisasi, kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang
(dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Tampubolon (2007) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan,
sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya. Menurut Hersey dan Blanchard dalam
(36)
secara efektif, manajer atau atasan harus memperhatikan dan menyesuaikan
dengan tingkat perkembangan bawahannya.
Beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan strategi atau cara yang diambil oleh seorang
pemimpin dalam bersikap dan bertingkah laku dengan maksud untuk
mempengaruhi bawahannya agar berperilaku sesuai dengan arahan atau
petunjuk pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Pemimpin harus
menyesuaikan gaya atau cara kepemimpinannya dengan bawahan yang
dipimpinnya.
b. Teori Kepemimpinan
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan.
Dari beberapa literatur menjelaskan hal-hal yang berbeda tentang asal
kepemimpinan sesuai dengan pendapat dari penulis atau pengarang literatur
tersebut. Ada teori yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat
atau dibentuk. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa pemimpin itu karena
adanya kelompok orang-orang dan ia melakukan pertukaran dengan yang
dipimpin. Ada juga teori yang menyatakan bahwa situasilah yang membentuk
pemimpin.
Terry dalam Kartono (1983: 45) mengemukakan beberapa teori
(37)
1. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas
perintah-perintah dan pemaksaan serta tindakan-tindakan yang arbitrer.
Pengawasan dilakukan secara ketat agar pekerjaan yang ada dilakukan
secara efisien.Dalam teori ini otokrat dibedakan menjadi tiga, yaitu
otokrat keras, otokrat lembut dan otokrat inkompeten. Otokrat keras
pada intinya memiliki sifat tepat, seksama dan sesuai dengan prinsip,
namun keras dan kaku, dan tidak mau mendelegasikan otoritas.
Sedangkan otokrat lembut atau baik memiliki kemiripan dengan otokrat
keras. Pemimpin hanya mentolerir kepatuhan yang sesuai dengan
perintah dan prinsip-prinsip yang diciptakannya sendiri.Tetapi
pemimpin ini memiliki sikap royal terhadap anggota atau karyawannya.
Berbeda dengan kedua tipe otokrat di atas, otokrat inkompeten tidak
mempunyai prinsip, tidak mengindahkan moral dan bersifat jahat.
2. Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bahwa fungsi pemimpin adalah
mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan
bekerja para pengikut dan anak buahnya. Pemimpin mengarahkan anak
buahnya untuk mau bekerja untuk mencapai sasaran dan tujuan
organisasi maupun tujuan pribadi. Pemimpin juga memperhatikan
(38)
3. Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha untuk melancarkan
atau memperbaiki hubungan dalam organisasi dan usaha untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi di dalamnya agar tercapai kerja
sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang akan
dicapai dan mengikut sertakan para pengikut dalam pengambilan
keputusan terakhir.
4. Teori Suportif
Dalam teori ini, pemimpin beranggapan bahwa semua
pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan pemimpin bertugas
membimbing pengikutnya dengan sebaik-baiknya melalui tindakan
tertentu. Pemimpin akan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
yang membantu mendorong para pengikutnya untuk melaksanakan
pekerjaan sebaik mungkin.
5. Teori Laissez Faire
Teori ini menjelaskan pemimpin yang kurang mampu
mengerjakan pekerjaan dan tanggung jawabnya sehingga pekerjaan
dan tanggung jawab yang ada diserahkan sepenuhnya kepada
bawahan. Akibatnya, kelompok yang dipimpinnya ini menjadi tidak
(39)
6. Teori Kelakuan Pribadi
Teori ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin itu selalu
berkelakuan kurang lebih sama yaitu melakukan tindakan yang
berbeda dalam setiap situasi yang dihadapi. Pemimpin harus bersifat
fleksibel karena pemimpin harus mampu mengambil langkah yang
tepat untuk setiap masalah yang dihadapinya
7. Teori Sifat
Sudah banyak usaha yang dilakukan orang untuk
mengidentifikasikan sifat-sifat yang diharapkan ada pada seorang
pemimpin untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada
beberapa ciri-ciri unggul yang diharapkan dimiliki oleh seorang
pemimpin yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif,energik,
memiliki kedewasaan emosional, memiliki daya persuatif,mempunyai
keterampilan, komunikatif, memiliki kepercayaan diri,peka, kreatif,
memberikan partisipasi sosial yang tinggi dan lain-lain.
8. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan bahwa pemimpin harus mempunyai
sifat dan sikap fleksibilitas yang tinggi menyesuaikan dengan keadaan
dan perkembangan zaman yang ada. Kepemimpinan harus bersifat
multidimensional agar mampu melibatkan diri dan menyesuaikan diri
(40)
kepemimpinan terdiri atas tiga elemen dasar yaitu pemimpin,
pengikut dan situasi
c. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan
Dalam praktiknya gaya kepemimpinan sekarang ini telah menjadi
semakin berkembang, beberapa tipe kepemimpinan yang sekarang ini ada
diantaranya adalah sebagai berikut (Siagian 2002):
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis adalah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
a) Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi,
b) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
c) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
d) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat,
e) Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya
f) Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan
yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari
seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah
(41)
a) Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan,
b) Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat
dan jabatannya;
c) Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan,
d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan,
e) Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective),
b) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan,
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif,
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
(42)
4. Tipe Kharismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki kharisma. Umumnya diketahui
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan
pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat banyak,
meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Kurangnya pengetahuan tentang
sebab seseorang menjadi pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin seperti ini diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk pemimpin tipe kharismatik.
5. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratis yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal
ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia,
b) Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya,
(43)
d) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha
mencapai tujuan,
e) Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain,
f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses,
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Sedangkan Robbins (2006) mengidentifikasi empat jenis gaya
kepemimpinan antara lain:
1. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik
atau yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu
pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin
kharismatik:
a) Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal
yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami oleh orang lain.
b) Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh resiko
personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam
(44)
c) Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis
kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
membuat perubahan.
d) Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik
perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan
responsif terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
e) Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam
perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional
lebih berfokus pada hubungan pemimpin bawahan tanpa adanya usaha untuk
menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik
pemimpin transaksional:
a) Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang
dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian.
b) Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dan mencari
penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
c) Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika
(45)
d) Laissez Fair : melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan
keputusan
3. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional mencurahkan perhatian pada
hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut.
Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan
persoalan- persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama
dengan cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan,
dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi
mencapai sasaran kelompok. Terdapat empat karakteristik pemimpin
transformasional:
a) Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan
kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan
b) Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol
untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting
secara sederhana.
c) Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati
d) Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi,melayani
(46)
4. Gaya Kepemimpinan Visioner
Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis,
kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi
yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi
dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga
bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan
membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk
mewujudkannya.
Menurut Nawawi dan Hadari (1995: 83) menjelaskan bahwa gaya
kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu:
1) Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas
secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara
maksimal.
Pemimpin dalam pola ini memiliki keinginan dan tekad yang
besar untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas - tugasnya tanpa
campur tangan orang lain. Pemimpin menghendaki para anggotanya
untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan dan fokus terhadap
tugas tersebut dengan tidak mencampuri tugas yang diberikan kepada
karyawan lain. Pemimpin berasumsi apabila setiap anggota
menjalankan dan menyelesaikan tugas dengan baik maka tujuan
(47)
2) Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hubungan kerja
sama.
Pemimpin berkeinginan dan mengutamakan agar setiap
anggotanya dapat menjalin kerja sama dalam melaksanakan tugas
-tugasnya. Karyawan dituntut untuk mampu bekerja sama baik dengan
atasan atau pemimpin maupun dengan karyawan lain. Pemimpin
berkeyakinan bahwa dengan kerja sama yang baik semua tugas dapat
terselesaikan dengan maksimal dan perusahaan dapat berkembang
dengan baik.
3) Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat
dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok atau organisasi.
Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan menuntut
anggotanya untuk berprestasi. Pemimpin berpandangan bahwa hasil
yang dicapai adalah gambaran dari baik atau buruknya
kepemimpinannya. Cara untuk mencapai hasil tersebut tidak
diperhatikan karena yang terpenting dalam pola kepemimpinan ini
adalah hasil bukan proses.
d. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara dimana seorang pemimpin
dapat mempengaruhi dan dengan tepat mengarahkan tujuan perseorangan
(48)
efektif akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan
nyaman bagi karyawan. Menurut Rivai dan Mulyadi (2011:42), gaya
kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat
memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah
menyesuaikan dengan segala situasi.
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi akan
mampu menciptakan suasana kerja yang baik dalam perusahaan sehingga
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kepuasan kerja
karyawan. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaan yang dilakukannya. Seorang karyawan akan berharap bahwa
lingkungan kerja, pekerjaan yang dilakukannya, sikap atasan atau manajemen
atas akan bersikap baik atau bersahabat dengan karyawan. Semakin banyak
aspek yang sesuai dengan keinginan karyawan tersebut maka semakin tinggi
kepuasan kerjanya.
Apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat dengan tepat
mengarahkan tujuan organisasi dengan aspek-aspek atau tujuan yang
diharapkan individu atas pekerjaannya, mampu menciptakan kondisi atau
lingkungan kerja yang kondusif bagi karyawan maka semakin tinggi
kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan. Karyawan akan merasa
nyaman dalam bekerja tanpa adanya tekanan baik dari rekannya ataupun dari
(49)
tidak berhasil jika tidak bisa memotivasi, menggerakan, dan memuaskan
pegawai pada suatu pekerjaan dan lingkungan tertentu.
Baihaqi (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi perilaku kerja seperti kepuasan karyawan. Gaya
kepemimpinan memberikan pengaruh secara langsung terhadap kepuasan
kerja melalui kecermatannya dalam menciptakan pekerjaan dan lingkungan
kerja yang menarik, pelimpahan tanggung jawab serta penerapan peraturan
dengan baik.
3. Kepuasan Kerja
a) Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut Luthans dalam Engko (2008: 2) dapat
dipahami dalam tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk
respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan
kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja.Ketiga, kepuasan
kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja.
Menurut Mangkunegara (2011: 117) kepuasan kerja adalah suatu
perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
(50)
satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka.
Menurut Hasibuan (2009: 202) kepuasan kerja adalah sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kepuasan kerja merupakan sikap dan perasaan pegawai, karyawan
atau pekerja terhadap pekerjaan yang dilakukannya, lingkungan kerjanya,
ganjaran atau imbalan yang diterimanya dan penilaian terhadap hasil
pekerjaannya. Perasaan tersebut dapat berupa perasaan senang, tidak senang,
nyaman atau tidak nyaman.
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain upah,
kesempatan Promosi, lingkungan kerja dan sebagainya. Kepuasan kerja
karyawan dalam suatu perusahaan memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kinerja karyawan atau kinerja perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja menurut Hasibuan (2009: 203) sebagai
(51)
1. Balas jasa yang adil dan layak
2. Penempatan yang tepat sesuai keahlian
3. Berat ringannya pekerjaan
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan
5. Peralatan yang menjangkau pelaksanaan pekerjaan
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya
7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut pendapat
Gilmer (1966) dalam As’ad (2004: 114) sebagai berikut:
1. Kesempatan untuk Maju.
Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh
peningkatan pengalaman dan kemampuan kerja selama bekerja.Termasuk di
dalamnya adalah kesempatan untuk promosi atau naik jabatan.
2. Keamanan Kerja.
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik
karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi
perasaan kerja karyawan selama bekerja. Karyawan akan berhenti dan
berpikir ulang apabila pekerjaan yang dilaksanakannya mengandung bahaya
dan efek Negatif didalamnya. Misalnya bekerja pada pabrik cat atau zat
(52)
3. Gaji.
Gaji merupakan salah satu bentuk kompensasi yang sering
menyebabkan ketidakpuasan dan jarang orang yang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya. Gaji yang kecil
dengan beban kerja yang cukup berat akan membuat karyawan kecewa dan
merasa dirugikan. Gaji harus sesuai dan diberikan dengan adil kepada
karyawan.
4. Manajemen Kerja.
Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi dan
kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman.
5. Kondisi kerja.
Dalam hal ini adalah sarana dan prasarana kerja seperti tempat kerja,
ventilasi, penyinaran, kantin, dan tempat parkir. Sarana yang lengkap dan
aman akan memberikan kenyamanan kerja pada karyawan.
6. Pengawasan
Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus
atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over yang
(53)
7. Faktor intrinsik dari pekerjaan.
Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu.
Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan.
8. Komunikasi.
Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pimpinan dapat
meningkatkan kepuasan karyawan. Pemimpin yang bersedia untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi serta
keluhan-keluhan karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan kepuasan kerja.
Karyawan akan merasa diakui dan dihargai keberadaannya dalam lingkungan
perusahaan.
9. Aspek sosial dalam pekerjaan.
Aspek ini merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi
dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
Misalnya, perusahaan atau manajemen memberikan santunan kepada
karyawan yang sedang mengalami musibah, memberikan libur atau cuti
kepada karyawan yang sakit dan sebagainya.
10.Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa
(54)
c) Indikator Kepuasan Kerja Karyawan
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan. Indikator-indikator
kepuasan kerja menurut Marihot (2002: 290) meliputi :
1) Gaji
Gaji adalah balas jasa berupa uang yang diberikan perusahaan
kepada Pegawai atau karyawannya. Apabila jumlah bayaran atau gaji
yang diterima seseorang adil sesuai dengan beban kerjanya, prestasinya,
dan kinerjanya dalam perusahaan maka karyawan akan merasa puas,
karena merasa dihargai dengan setimpal.
2) Pekerjaan itu sendiri
Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan juga dipengaruhi
oleh pekerjaan yang dikerjakannya. Isi pekerjaan yang dilakukan
seseorang apakah memiliki elemen yang memuaskan.
3) Rekan kerja
Rekan kerja dalam suatu perusahaan juga memberikan
pengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan. Hubungan yang
baik dengan sesama karyawan akan membuat suasana kerja yang
(55)
4) Atasan
Atasan atau pimpinan merupakan orang yang mengatur
jalannya operasi perusahaan. Pemimpin yang menentukan kebijakan
dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan. Cara atau gaya
pemimpin dalam mengelola perusahaan akan mempengaruhi
kepuasan kerja yang dirasakan karyawan.
5) Promosi
Perusahaan perlu mengadakan program promosi bagi
karyawan yang memiliki prestasi yang bagus dan kinerja yang baik.
Karyawan akan termotivasi untuk berprestasi dan meningkatkan
kinerjanya sehingga karyawan akan merasa diakui eksistensinya
dalam perusahaan.
6) Lingkungan Kerja
Lingkungan yang kondusif akan membuat karyawan merasa
nyaman dalam menjalankan pekerjaannya. Lingkungan kerja yang
nyaman akan mempengaruhi tingkat kepuasan yang dirasakan
karyawan.
d) Manfaat Kepuasan Kerja
Luthans (2006) dalam Mahesa (2010) mengemukakan bahwa
(56)
1. Kinerja
Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, kinerjanya akan
meningkat. Kepuasan yang dirasakan oleh karyawan dalam bekerja
akan memberikan dorongan untuk bekerja lebih baik lagi dan
berprestasi. Ada beberapa variabel moderating yang menghubungkan
antara kinerja dengan kepuasan kerja, salah satunya adalah
penghargaan. Jika karyawan menerima penghargaan yang mereka
anggap pantas mendapatkannya, dan puas, ia akan menghasilkan
kinerja yang lebih besar.
2. Pergantian Karyawan
Kepuasan kerja yang tinggi akan membuat pergantian
karyawan menjadi rendah, karena karyawan merasa nyaman untuk
terus bekerja pada perusahaan tersebut. Berbeda apabila terdapat
ketidakpuasan kerja, karyawan merasa tidak nyaman, tertekan dan
hasilnya karyawan tidak mapu bekerja dengan baik dan akibatnya
pergantian karyawan akan tinggi.
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Pratiwi, Suwesty Yunia, 2011, Pengaruh Kepemimpinan dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan melalui Kepuasan Kerja
sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Daerah Air Minum
(57)
mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh secara langsung dan tidak
langsung kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan,
mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja karyawan
terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitian ini adalah 318 orang
merupakan karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo
dengan sampel sejumlah 76 orang menggunakan rumus Slovin. Metode
pengumpulan data dokumentasi dan kuesioner, metode analisis yaitu uji
instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis deskriptif persentase, uji
asumsi klasik dan analisis jalur menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. Kepemimpinan berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Wonosobo. Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan.
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
2. Penelitian Defri Edasa dan Elsanra Eka Putra (2015) Pengaruh Gaya
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai LPP-RRI Bukittinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh secara parsial dan
(58)
Dari populasi sebanyak 93 orang pegawai. Kemudian dilakukan proporsi
sampel berdasarkan masing - masing Pengelompokan Tugas. Penentuan
ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 orang. Teknik pengambilan sampel
digunakan adalah teknik Proportional cluster sampling. Metode
pengumpulan data dokumentasi dan kuesioner, metode analisis yaitu uji
instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis deskriptif persentase, uji
asumsi klasik dan analisis regresi berganda menggunakan SPSS 16.0 for
Windows. Gaya Kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap
Motivasi Kerja pegawai LPP-RRI Bukittinggi. Semakin baik pimpinan dalam
menjalankan fungsi Gaya Kepemimpinannya tentu akan membentuk
Motivasi Kerja pegawai LPP-RRI Bukittinggi menjadi lebih baik (2)
Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan positif terhadap Motivasi Kerja
pegawai LPP-RRI Bukittinggi. Semakin baik Lingkungan Kerja yang yang
dirasakan pegawai tentunya akan meningkatkan Motivasi Kerja pegawai
LPP-RRI Bukittinggi. (3) Gaya Kepemimpinan berpengaruh signifikan
positif terhadap Kinerja pegawai LPPRRI Bukittinggi. Semakin baik
pimpinan dalam melaksanakan tugas akan meningkatkan Kinerja pegawai
dalam melaksanakan tugasnya seharihari. Artinya apabila unsur pimpinan
pada LPP-RRI Bukittinggi dapat menjalankan fungsi Gaya Kepemimpinan
(59)
Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas (4)Lingkungan Kerja
berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja pegawai LPP-RRI
Bukittinggi. Semakin baik Lingkungan Kerja yang dirasakan pegawai
tentunya akan meningkatkan Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya
seharihari. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai ditentukan oleh
memadai atau tidaknya Lingkungan Kerja. (5) Motivasi Kerja pegawai
berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja pegawai LPP-RRI
Bukittinggi. Semakin baik Motivasi Kerja pegawai tentunya akan
meningkatkan Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Artinya tinggi rendahnya Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas akan
ditentukan oleh baik buruknya Motivasi Kerja pegawai yang dirasakan oleh
(60)
C. Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Menunjukkan pengaruh secara bersama-sama
: Menunjukkan arah secara Parsial Gaya Kepemimpinan (X1):
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:
keputusan diambil sendiri
tugas yang tidak sesuai
ada unsur pemaksaan
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:
Mengutamakan musyawarah
Karyawan diperlakukan secarasama
3. Gaya Kepemimpinan Laissezfaire:
Kebebasan berpendapat
Sistem kepemimpinan tidakterstruktur
Lingkungan Kerja (X2): 1. Lingkungan Kerja Fisik:
Fasilitas
Ruang kerja
Penerangan
Sirkulasi
Kebisingan
2. Lingkungan Kerja non fisik:
Hubungan kekeluargaan
komunikasi
Kepuasan Kerja (Y) 1. Gaji
2. Promosi 3. Pekerjaan itu sendiri
4. Rekan Kerja 5. Atasan
(61)
Keterangan:
1. Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepuasan Kerja (Y).
2. Variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan (X1)
dan Lingkungan Kerja (X2).
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya Gaya
Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja yang baik, maka Kepuasan Kerja karyawan
juga baik. Apabila seorang pemimpin dapat memimpin karyawannya dengan baik
serta tidak terlalu menekan karyawannya, maka akan menimbulkan kepuasan kerja
bagi karyawan itu sendiri. Lingkungan kerja yang nyaman juga akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi karyawan agar dapat menjalankan tugasnya.
8. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang belum tentu kebenarannya
dan perlu dibuktikan melalui penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran objektif tentang pengaruh antara gaya kepemimpinan
dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja. Hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
1) Terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap
(62)
2) Terdapat pengaruh signifikan antara lingkungan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan.
3) Terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan dan
lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja
(63)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan studi kasus,
sebagai langkah awal, studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan
buku-buku yang menjadi sumber referensi memperoleh data landasan teori dan
cara menganalisis data. Langkah selanjutnya dengan studi kasus, yaitu
pendekatan penelitian dengan cara peneliti meneliti pada subjek tertentu dan
kesimpulannya hanya berlaku pada subjek tersebut.
B. Subjek penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah karyawan Pabrik Roti Hoya di
Pekanbaru, Riau.
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah lingkungan kerja, gaya kepemimpinan
dan kepuasaan karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
(64)
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Pabrik Roti Hoya Jalan Kapur No 27
D-G Pekanbaru, Riau.
D. Variable Penelitian
1. Identifikasi Variabel
a. Variable Independen (X)
Variable independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2007: 3).
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu lingkungan kerja dan
gaya kepemimpinan.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 3).
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kepuasan karyawan.
2. Pengukuran Variabel
Skala yang digunakan oleh penulis adalah skala Likert
merupakan skala yang didasarkan pada penjumlahan sikap responden
dalam merespon pertanyaan yang berkaitan dengan
indikator-indikator suatu konsep atau variabel yang sedang diukur. Skala
pengukuran untuk variabel lingkungan kerja, gaya kepemimpinan dan
(65)
Keterangan Skor Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju ( STS) 1
E. Definisi Operasional
1. Gaya kepemimpinan (X1)
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan agar mau berkerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Indikatornya:
1) Gaya Kepemimpinan Otokratis:
a. Keputusan diambil sendiri
b. Tugas yang tidak sesuai
c. Ada unsur pemaksaan
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis:
a. Mengutamakan musyawarah
b. Karyawan diperlakukan secara sama
3) Gaya Kepemimpinan Laissezfaire:
a. Kebebasan berpendapat
b. Sistem kepemimpinan
2. Lingkungan kerja (X2)
Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja segala yang ada di
(66)
menjalankan tugas yang dibebankan (Nitisemito, 2002:183).
Indikator dari lingkungan kerja :
1) Lingkungan Kerja Fisik:
a. Fasilitas
b. Ruang kerja
c. Penerangan
d. Sirkulasi
e. Kebisingan
2) Lingkungan Kerja non fisik:
a. Hubungan kekeluargaan
b. Komunikasi
3. Kepuasan Kerja (Y)
Kepuasan kerja adalah sikap atau rasa seseorang puas atau
tidak puas terhadap pekerjaannya dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan sekerja, atasan
promosi dan lingkungan kerja (Marihot tua Efendi, 2005: 291).
Indikatornya:
a. Gaji
b. Promosi
c. Pekerjaan itu sendiri
(67)
e. Atasan
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang
biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian
(Kuncoro, 2003: 103). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya
adalah karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau berjumlah 200
orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116), sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 70 karyawan Pabrik
Roti Hoya di Pekanbaru, Riau. Untuk mendapatkan sampel yang
dapat menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sampel
penelitian ini menggunkan rumus Slovin (Umar, 2007: 78) sebagai
berikut:
Keterangan:
n : Ukuran sampel yang minimum yang akan diambil
(68)
e : Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masil dapat ditolerir (error).
Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidak
telitian sebesar 10%, maka menggunakan rumus diatas diperoleh sampel
sebesar:
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 karyawan dari
seluruh karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Accidental Sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan atau inccidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai narasumber.
H. Sumber Data
1. Data Primer
Data akan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang dilakukan
oleh peneliti dengan pertanyaan meliputi lingkungan kerja dan gaya
(69)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang sudah ada
(Hasan, 2004: 19).
I. Teknik Pengumpulan Data
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Kuesioner ini diberikan untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan.
J. Teknik Pengujian Instrument
1. Uji Validitas Kuesioner
Menurut Sugiyono (2008: 172), instrumen yang valid berarti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Item yang mempunyai
korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang
tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang
tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi
syarat adalah kalau r =0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor
(70)
tidak valid. Rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment
(Sugiyono, 2004: 213):
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
∑X : Jumlah skor X
∑XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y N : Banyak Responden
∑Y : Jumlah skor Y
∑ : Jumlah pangkat dua nilai variabel X
∑ : Jumlah pangkat dua nilai variabel Y
Jika r dihitung > r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
Jika r dihitung < r tabel, maka instrument tersebut dikatakan tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat alat ukur memiliki
kemampuan dalam penggunaannya, baik ditinjau dari waktu ke waktu
maupun dari kondisi satu dengan kondisi yang lain. Untuk menguji
reliabilitas, digunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
(71)
{ } { ∑ }
Keterangan:
: Reabilitas instrument
: Banyaknya butir pertanyaan
∑ : Jumlah varian butir
: Varian Total
Setelah diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah n sampel, pada taraf signifikan 5%. Intrumen handal
jika >r tabel. Tingkat reabilitas juga dilihat dari nilai probabilitas (P), dinyatakan handal jika P < 0,05.
K. Teknik Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas yaitu: lingkungan kerja (X1), gaya
kepemimpinan (X2) dan kepuasan karyawan (Y). Persamaan regresi
linier berganda adalah:
Keterangan:
Y : Variabel dependen (kepuasan karyawan)
(72)
: Koefisien regresi gaya kepemimpinan
: Variabel lingkungan kerja
: Variabel gaya kepemimpinan
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik model regresi berganda menurut (Sunyoto, 2007:
89):
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
independen. Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan
masalah Multikolinearitas (Ghozali, 2005: 38).
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah menguji apakah model regresi, kedua
variabel mempunyai distribusi normal dan setidaknya
mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah ketidaksamaan varian dari
(73)
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedistisitas.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen (lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan) terhadap variabel dependen (kepuasan karyawan).
Rumus yang digunakan:
∑
Keterangan:
: Koefisien determinasi
: Variabel independen
: Koefisien regresi
: Variabel dependen (kepuasan karyawan)
4. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas
berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Uji
t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X
dan Y, apakah variabel lingkungan kerja (X1) dan gaya
kepemimpinan (X2) berpengaruh terhadap Kepuasan karyawan (Y)
(74)
H0: Variabel-variabel bebas merupakan lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
karyawan.
Ha : Variabel-variabel bebas merupakan lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan mempuyai pengaruh terhadap kepuasan
karyawan.
a. Menentukan Signifikansi (α)
Tingkat signifikansi α = 5% adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.
b. Menentukan t hitung dengan menggunakan SPSS atau rumus t
hitung (Hasan, 2004: 103):
Keterangan:
: Nilai koefisien regresi
: Nilai koefisien regresi untuk populasi
: Simpangan baku koefisien regresi 5. Uji F
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
(75)
H0 : Tidak terhadap pengaruh lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh lingkungan kerja dan gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan karyawan.
Hipotesis kemudian diuji untuk mengetahui diterima atau
ditolak hipotesisnya. Pengujian hipotesis ditunjukkan untuk menguji
ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara keseluruhan
terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of varian
(Anova).
Pengujian Anova atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu melihat tingkat signifikasi atau dengan membandingkan dengan - pengujian dengan tingkat signifikasi pada tabel Anova < maka Ho ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat signifikasi pada tabel Anova > , maka Ho diterima (tidak berpengaruh).
Pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2012: 223) dapat
digunakan rumus signifikasi korelasi ganda sebagai berikut:
(76)
: Jumlah variabel independen
: Jumlah anggota sampel
: (n-k-1) derajat kebebasan
Pengujian dengan membandingkan dengan dilakukan dengan ketentuan yaitu:
Kriteria Uji:
a) Jika > pada 5% maka Ho ditolak dan diterima (berpengaruh).
b) Jika < pada = 5% maka Ho diterima dan ditolak (tidak berpengaruh).
(77)
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perkembangan Perusahaan
Roti Hoya bermula di provinsi Sumatera Barat, tepatnya di Kota Padang,
Jalan Cokroaminoto. Mulai berdiri pada tahun 1980, dengan kondisi pada saat itu
produksi dalam jumlah yang kecil jika dibanding dengan saat ini. Dan alat
produksinya saat itupun masih sangat sederhana dan manual. Seiring dengan
berjalannya waktu roti Hoya di Kota Padang ternyata melekat dihati para konsumen
dan mengembangkan usaha. Pada tanggal 8 Februari 2000, Roti Hoya
mengembangkan usaha ke kota Pekanbaru, beralamat dijalan Durian nomer 37 A-B
(depan pemancar TVRI). Bermula dengan peralatan-peralatan yang sederhana dan
masih dikerjakan dengan manual, dan perusahaan baru bisa memperkerjakan empat
orang karyawan yang berasal dari Hoya Padang dan dipimpin oleh seorang manager
bernama Wempie Gunawan. Dengan kegigihan manager serta ketekunan melalui
setiap tantangan untuk eksistensi industri baru ini. Produksi pertama adalah roti
tawar, melihat pasar yang semakin baik serta konsumen mulai mengenal roti Hoya
maka produksi ditambah dengan roti manis, donat, bakery, cake dan kue jajanan
pasar. Sampai pada saat ini, perusahaan terus berkembang dengan baik untuk
mengimbangi para pesaing yang cukup ketat dan berbagai macam cara dilakukan
untuk dapat menjaga produk yang bermutu tinggi dan telah memperoleh sertifikat
(1)
FREQUENCIES VARIABLES=Jenis Usia Pendidikan Masa /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Jenis kelamin Usia Pendidikan Masa kerja
N Valid 70 70 70 70
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pria 32 45.7 45.7 45.7
Wanita 38 54.3 54.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20 tahun sd 25 tahun 17 24.3 24.3 24.3
> 25 tahun 53 75.7 75.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid .00 5 7.1 7.1 7.1
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
6 8.6 8.6 15.7
Sekolah Menengah Atas (SMA)
59 84.3 84.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Masa kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 1 tahun 5 7.1 7.1 7.1
1 tahun sd 3 tahun 16 22.9 22.9 30.0
>3 tahun 49 70.0 70.0 100.0
(2)
148 STRING a b c (A20).
RECODE X1 X2 Y (1.00 thru 1.79='Sangat tidak setuju') (1.80 thru 2.59='Tidak setuju') (2.60 thru 3.39='Cukup setuju') (4.20 thru 5.00='Sangat setuju') (3.40 thru 4.19='Setuju') INTO a b c.
VARIABLE LABELS a 'Gaya kepemimpinan' /b 'Lingkungan kerja' /c 'Kepuasan kerja'.
EXECUTE.
FREQUENCIES VARIABLES=a b c /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics Gaya
kepemimpinan
Lingkungan kerja
Kepuasan kerja
N Valid 70 70 70
Missing 0 0 0
Frequency Table
Gaya kepemimpinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup setuju 22 31.4 31.4 31.4
Setuju 9 12.9 12.9 44.3
Tidak setuju 39 55.7 55.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Lingkungan kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup setuju 8 11.4 11.4 11.4
Sangat setuju 16 22.9 22.9 34.3
Setuju 46 65.7 65.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Kepuasan kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup setuju 11 15.7 15.7 15.7
Sangat setuju 32 45.7 45.7 61.4
Setuju 25 35.7 35.7 97.1
Tidak setuju 2 2.9 2.9 100.0
(3)
Tabel uji F
Df uji f _ 0.05 df uji f _ 0.05 df uji f _ 0.05 df uji f _ 0.05
1 161.4476 26 4.2252 51 4.0304 76 3.9668
2 18.5128 27 4.21 52 4.0266 77 3.9651
3 10.128 28 4.196 53 4.023 78 3.9635
4 7.7086 29 4.183 54 4.0195 79 3.9619
5 6.6079 30 4.1709 55 4.0162 80 3.9604
6 5.9874 31 4.1596 56 4.013 81 3.9589
7 5.5914 32 4.1491 57 4.0099 82 3.9574
8 5.3177 33 4.1393 58 4.0069 83 3.956
9 5.1174 34 4.13 59 4.004 84 3.9546
10 4.9646 35 4.1213 60 4.0012 85 3.9532
11 4.8443 36 4.1132 61 3.9985 86 3.9519
12 4.7472 37 4.1055 62 3.9959 87 3.9506
13 4.6672 38 4.0982 63 3.9934 88 3.9493
14 4.6001 39 4.0913 64 3.9909 89 3.9481
15 4.5431 40 4.0847 65 3.9886 90 3.9469
16 4.494 41 4.0785 66 3.9863 91 3.9457
17 4.4513 42 4.0727 67 3.984 92 3.9445
18 4.4139 43 4.067 68 3.9819 93 3.9434
19 4.3807 44 4.0617 69 3.9798 94 3.9423
20 4.3512 45 4.0566 70 3.9778 95 3.9412
21 4.3248 46 4.0517 71 3.9758 96 3.9402
22 4.3009 47 4.0471 72 3.9739 97 3.9391
23 4.2793 48 4.0427 73 3.972 98 3.9381
24 4.2597 49 4.0384 74 3.9702 99 3.9371
(4)
150 Tabel Uji t
α = 5% danα = 2.5%
Df Uji_t_5 Uji_t_2.5 34 1.6909 2.0322 68 1.6676 1.9955 1 6.3138 12.7062 35 1.6896 2.0301 69 1.6672 1.9949 2 2.92 4.3027 36 1.6883 2.0281 70 1.6669 1.9944 3 2.3534 3.1824 37 1.6871 2.0262 71 1.6666 1.9939 4 2.1318 2.7764 38 1.686 2.0244 72 1.6663 1.9935 5 2.015 2.5706 39 1.6849 2.0227 73 1.666 1.993 6 1.9432 2.4469 40 1.6839 2.0211 74 1.6657 1.9925 7 1.8946 2.3646 41 1.6829 2.0195 75 1.6654 1.9921 8 1.8595 2.306 42 1.682 2.0181 76 1.6652 1.9917 9 1.8331 2.2622 43 1.6811 2.0167 77 1.6649 1.9913 10 1.8125 2.2281 44 1.6802 2.0154 78 1.6646 1.9908 11 1.7959 2.201 45 1.6794 2.0141 79 1.6644 1.9905 12 1.7823 2.1788 46 1.6787 2.0129 80 1.6641 1.9901 13 1.7709 2.1604 47 1.6779 2.0117 81 1.6639 1.9897 14 1.7613 2.1448 48 1.6772 2.0106 82 1.6636 1.9893 15 1.7531 2.1314 49 1.6766 2.0096 83 1.6634 1.989 16 1.7459 2.1199 50 1.6759 2.0086 84 1.6632 1.9886 17 1.7396 2.1098 51 1.6753 2.0076 85 1.663 1.9883 18 1.7341 2.1009 52 1.6747 2.0066 86 1.6628 1.9879 19 1.7291 2.093 53 1.6741 2.0057 87 1.6626 1.9876 20 1.7247 2.086 54 1.6736 2.0049 88 1.6624 1.9873 21 1.7207 2.0796 55 1.673 2.004 89 1.6622 1.987 22 1.7171 2.0739 56 1.6725 2.0032 90 1.662 1.9867 23 1.7139 2.0687 57 1.672 2.0025 91 1.6618 1.9864 24 1.7109 2.0639 58 1.6716 2.0017 92 1.6616 1.9861 25 1.7081 2.0595 59 1.6711 2.001 93 1.6614 1.9858 26 1.7056 2.0555 60 1.6706 2.0003 94 1.6612 1.9855 27 1.7033 2.0518 61 1.6702 1.9996 95 1.6611 1.9853 28 1.7011 2.0484 62 1.6698 1.999 96 1.6609 1.985 29 1.6991 2.0452 63 1.6694 1.9983 97 1.6607 1.9847 30 1.6973 2.0423 64 1.669 1.9977 98 1.6606 1.9845 31 1.6955 2.0395 65 1.6686 1.9971 99 1.6604 1.9842 32 1.6939 2.0369 66 1.6683 1.9966 100 1.6602 1.984 33 1.6924 2.0345 67 1.6679 1.996
(5)
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus pada Karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan pada pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau. Populasi penelitian ini adalah 200 orang karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru, Riau. Sampel yang diambil adalah sebanyak 70 karyawan dari seluruh karyawan Pabrik Roti Hoya di Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket kepada responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa: (1) Gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau. (2) Lingkungan kerja secara parsial berpengaruh bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau. (3) Gaya kepemimpinan dan Lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kepuasan kerja karyawan di Roti Hoya Pekanbaru, Riau.
(6)
ABSTRACT
EFFECT OF WORK ENVIRONMENT AND LEADERSHIP STYLE ON THE JOB SATISFACTION OF EMPLOYEES
(Case Study at Employees Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau)
This research aims to identity the effect of work environment and leadership style on the employees job satisfaction at Hoya bread factory Pekanbaru, Riau. The population of this study is 200 employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. The research size sample is 70 employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, who are taken under Accidental Sampling technique. The data collection technique is questionnaire. The data analysis technique used is regression analysis. Based on the results it is found that: (1) The leadership style partially affects the job satisfaction of employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. (2) The working environment partially affects the job satisfaction of employees of Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau. (3) The leadership style and work environment simultaneously influence the satisfaction of employees at Hoya Bread Factory Pekanbaru, Riau.