Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal sales promotion girl Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta : studi deskriptif.

(1)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA Guruh Himawan Pramudianto

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) > mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.


(2)

viii ABSTRACT

CONSUMER PERCEPTION TOWARD

INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,

YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology

Sanata Dharma Yogyakarta University 2009

The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.

Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.

Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.


(3)

i

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI

INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA

YOGYAKARTA

(Studi Deskriptif)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Guruh Himawan Pamudianto

NIM : 019114179

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

Halaman Motto

Kenalilah dirimu sendiri, karena dari situ kau akan mengenal

Tuhanmu…

Ikhlas sesuatu yg mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan oleh

karena itu kita mesti belajar dan melatihnya…

Saat kita berusaha lihatlah prosesnya dan nikmati, sedangkan saat

kita berkhayal lihat hasil akhir yang memuaskan dan syukuri…

Hati adalah tempat bersemayamnya jiwa yang murni dan dekat

dengan penciptanya…

Tuhan tidak butuh kita bela, tidak butuh kita sembah, bahkan Tuhan

tidak butuh kita ada, karena kitalah yang membutuhkan Nya…

Kenyataan yang aku tinggali sekarang mungkin berbeda dengan

kenyataan mu, tapi aku yakin suatu saat kita akan berdiri diatas

kenyataan yang sama…

Saya tidak menyia-nyiakan waktu dengan bertanya, "Apakah saya melakukannya dengan benar?" Saya hanya bertanya, "Apakah saya melakukannya?"

- Georgette Mosbacher -

Mudahkanlah urusan orang lain

dan lihat apa yang terjadi dalam hidup mu...


(7)

v

Halaman Persembahan

Aku persembahankan karya kecil ini kepada Allah SWT terima kasih Tuhan atas semua nikmat, kebahagiaan,

kemudahan, dan kelancaran yang senantiasa Kau limpahkan kepada kami...

Untuk almarum Papa yang sekarang berada di samping Nya, maafkan aku karena baru sekarang bisa mengabulkan

cita-cita mu untuk melihat kelulusan ku meski papa tidak di sampingku...

dan untuk Mama

yang dengan sabar berjuang sendiri demi kelangsungan hidup kami dan menunggu datangnya hari ini ... Terima kasih telah mengantarkanku kedalam dunia yang

indah ini...

Love You and miss you Dad ... Love you Mom ...

TUHAN BERADA DIDALAM DIRIKU,MANUNGGALING

KAWULA LAN GUSTI

- Syekh siti jennar -

Untuk kakakku ... Yang senantaisa siap mengingatkanku untuk selalu bersyukur...

Adek kecilku yang gede bom2... yang selalu siap membantuku untuk apapun yang aku butuhkan...

Teman-temanku terkasih... Yang senantiasa siap mengulurkan tangannya disaat aku jatuh...

Olif dan Alif ...

Terima kasih untuk selalu memelukku ketika aku sedih dan menemaniku setiap saat baik dalam suka maupun duka ...


(8)

(9)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA Guruh Himawan Pramudianto

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl

Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) >

mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean

empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.


(10)

viii

ABSTRACT

CONSUMER PERCEPTION TOWARD

INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,

YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology

Sanata Dharma Yogyakarta University 2009

The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.

Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.

Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO DI AMBARUKMO PLAZA (Studi Deskriptif)” ini dengan baik.

Banyak hal yang harus dilalui untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga akhirnya siap untuk diujikan, banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses tersebut. Oleh sebab itu, untuk menghargai semua pihak, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak P Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, pembimbing akademik, sekaligus Dekan yang telah bekerja keras membimbing dengan penuh kesabaran, membantu melalui tahap demi tahap, memberi petujuk dan saran yang sangat berguna demi selesainya penelitian ini.

2. Ibu Silvya CYMM.,S.Psi.,M.si, selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selalu memberi semangat dan mengingatkan untuk terus berjuang menyelesaikan perkuliahan ini, terima kasih banyak ya bu. 3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang sudah membimbingku.

4. Mas Gandung dan Bu Nanik selaku administrasif Fakultas Psikologi dan khususnya Pak Gie yang selalu memberi senyum dan siap membantu.

5. Mas Muji yang senantiasa memberi saran dan semangat buat ngejar skripsiku. 6. Erbe sentanu dengan bukunya “Quantum Ikhlas”, terima kasih karena mas nunu

telah mengajarkan banyak hal tentang keikhlasan melalui buku tersebut sehingga saya mencapai transformasi diri saya saat ini.


(13)

xi

7. Papa dan mama yang selalu memberi aku kasih sayang yang berlimpah. Terima kasih atas cinta, perhatian, bimbingan, terlebih keringat yang selalu dicurahkan untukku. Aku bangga memiliki orang tua seperti Papa dan Mama, terlebih untuk Papa yang selalu berusaha mengajari aku untuk menjadi seorang “laki-laki” yang bertanggung jawab.

8. Kakakku, Mbak dewi, Mas Yunan dan Si kecil yordan. Akhirnya aku nyusul kamu mbak. Mas yang sabar ya mengahadapi kakakku hehe….Yordan om kangen ma kamu nak…

9. Dua orang yang sering kali memelukku dengan erat. Terima kasih untuk cinta dan kesabaranmu menghadapi keegoisan dan emosiku dan selalu berusaha bertahan untuk aku. Bersamamu kalian berdua aku menjadi sadar untuk menghargai waktu yang mungkin tidak akan kembali. Olive dan alif aku sayang kalian.

10. Adek ku bom2, yang selalu siap menghabis2kan semua makanan yang ada di rumah hehehe…ayo bom segera susul aku ya kasihan mama berjuang sendiri. Semangat!!!

11. Keluarga besarku. Keluarga Eyang Slamet di Semarang dan keluarga Eyang citro di magelang dan sekitarnya Makasi selalu mendukung baik moril maupun materiil dalam kehidupan ini. Terima kasih Budhe Is, Budhe Fat, Budhe anik untuk selalu nanya “dah selesai skripsinya Gur?” tiap kali ketemu sehingga aku selalu ingat kembali ke skripsi yang sering terabaikan ini.

12. Kakak sepupuku Angga yang selalu ngajak ngobrol ketika aku lagi suntuk.

13. Jakarta2 fried chicken babarsari dan nologaten beserta semua crew, sekarang udah ganti nama jadi Chicken And Shake yang menempa ku untuk mengenal kemandirian. Thanks buat ownernya Awan dan pelo yang selalu sabar menghadapi karyawan yang satu ini hehehehehe…thanks guys, I miss that moment…

14. Mas sugeng yang membantu mengedit bahasaku yang tidak lazim ini he. . meski kadang bahasa mu juga ga lazim mas he..he..


(14)

xii

15. My friend angga, justo, roma, orry, selalu siap memberikan bimbingan pada penyusunan skripsiku ini, terima kasih untuk kalian semua…

16. Seseorang yang sudah menemaniku saat jatuh ku di perkuliahan. Makasi buat dukungan dan cintamu waktu itu, tanpa kamu berat aku jalani semua.

17. Teman2 seperjuangan di semester 4, nyaris banget ya kita…

18. Motor GL-Pro dan Jupiter merah ku yang selalu mengantarkanku kemanapun, saying kalian udah gak ada sekarang…

19. Buat saudara perempuan yang aku temukan di kampus, Ria Ika, Niken, terima kasih atas semangat yang senantiasa kalian berikan ke aku..,aku menyusul kalian sekarang he..he..he…

20. Mas doni, Mas Ableh, Mas wawe, Mas cip2, Mas thyna, Mas pipit yang selalu menghibur dangan canda tawa, thanks juga atas nama baru(brutus) yang kalian beri ke aku, kalian orang-orang yang hebat..

21. Temen-temen KKN ku. Jaja, Conrad, Lina, Moniq, Ika. Makasi mau berbagi kasih bersamaku selama 3 bulan. Bersama kalian aku belajar banyak hal tentang hidup.

22. Kucing ku Hippy yang sekarang ada di Purwokerto. Sekarang kamu digantikan oleh molly hehehehe tetep kucing juga…

23. Laptop ku yang item dan CD digital prayer yang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi…

24. Temen-temen angkatan 2001 terlebih temen-temen yang berjuang bersamaku di akhir waktu ini, Orry, Lasro, Justinus, Angga, Jelly, Roma, Jaja, Rini, Aris, Vemby, karena ada kalian aku jadi merasa ‘tenang’ hehehe. . . Chayo !!!

25. Temen-temen ku di facebook yang selalu setia mendukung dengan doa dan semangat…untung ada kalian jadi kalo pas ga bias tidur ada temennya hehe….


(15)

xiii

26. Semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang sudah mendukungku selalu hingga selesainya skripsi ini. Aku akan selalu mengingat kalian karena tanpa kalian semua aku tidak akan sampai disini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan kontribusi untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Yogyakarta, 29 Oktober 2009

Penulis


(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... ………..…..……… i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ...…...………... ii

Halaman Pengesahan... ………... iii

Halaman Motto... ………... iv

Halaman Persembahan... …….……….……….... v

Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak...……….……… vii

Abstract...………... viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya………... ix

Kata Pengantar... ...………... x

Daftar Isi...……….………... xiv

Daftar Tabel... ……….……… xvii

Daftar Gambar... ………...……... xviii

Daftar Lampiran...…….………...………... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ……….……….... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ………...……….……...……….. 9


(17)

xv

2. Faktor-faktor Persepsi……..………...……….……….. 11

3. Aspek yang membentuk persepsi………...…...13

B. Komunikasi Interpersonal……...………..….…… 15

1. Pengertian Komunikasi………...15

2. Komunikasi Interpersonal ………..19

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ...21

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal ...27

C. Sales Promotion Girl………...………..…. 28

D. Persepsi Konsumen terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl………..………30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel penelitian……….. 32

B. Lokasi penelitian ……… 32

C. Definisi Operasional ... ……….. 33

D. Subyek Penelitian ………. 33

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 33

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..……… 35

1. Uji Validitas ………. 35

2. Seleksi Item... ……….. 36

3. Uji Reliabilitas ………. 38


(18)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... 41

1. Orientasi Kancah ………. 41

2. Persiapan Penelitian... ……….. 41

B. Pelaksanaan Penelitian………... 42

C. Hasil Penelitian…….………. 43

1. Uji Normalitas ... 44

2. Deskripsi Data Penelitian ... 45

D. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

1. Bagi SPG Rokok Marlboro... ... 57

2. Bagi Peneliti Lain... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban...35

Tabel 2. Blueprint Skala Persepsi Sebelum Uji Coba...35

Tabel 3. Blueprint Skala Persepsi Setelah Uji Coba……….……...38

Tabel 4. Norma Kategori Jenjang...40

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….…43

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia...43

Table 7. Uji Normalitas…………...44

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian...45

Tabel 9. Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro……….47

Tabel 10 Uji normalitas untuk masing-masing aspek ……….47

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Per Aspek...48

Table 12 Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta berdasarkan masing-masing aspek...49


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Tabulasi Uji Coba

Data Skor uji coba………...………...…. 58

Reability Analisis Scale Item Statistic……...………. 60

Item Total Statistic...……….. 61

Reability Statistic... 63

Tabulasi Penelitian Data Skor………...………...…. 64

Reability Analisis Scale Item Statistic……...………. 70

Item Total Statistic...……….. 71

Reability Statistic... 72

Scale Statistic...……... 72

Frequencies Total Statistic Total...………...………...…. 73

Total...………...………...…. 73

Descriptive Statistic………...………...…. 74

Frequencies Aspek 1 Statistic Total...………...………...…. 75

Total...………...………...…. 75

Descriptive Statistic………...………...…. 76

Frequencies Aspek 2 Statistic Total...………...………...…. 76

Total...………...………...…. 77

Descriptive Statistic………...………...…. 77

Frequencies Aspek 3 Statistic Total...………...………...…. 78


(22)

xx

Total...………...………...…. 78 Descriptive Statistic………...………...…. 79 Frequencies Aspek 4

Statistic Total………...79 Total……….79 Descriptive Statistic……….80 Frequencies Aspek 5

Statistic Total………..80 Total………81 Descriptive Statistic………81 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test..…………...…. 82 Descriptive Statistic...…………...…...82 Uji-T

One Sample Test (Mean Topik)...…………...…....84 One Sample Statistic...…………...…..84 One Sample Test (Mean Total)...…………...…….84 Skala Uji Coba………...85 Skala penelitian …………..………...88


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, manufaktur dapat menghasilkan lebih banyak dan semakin efisien memproduksi barang serta jasa dibandingkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan persaingan dibidang bisnis menjadi sangat ketat. Adanya persaingan yang sangat ketat dalam bisnis saat ini membuat suatu perusahaan berusaha untuk memberikan kepuasan kepada konsumennya agar dapat berkembang, atau paling tidak mampu bertahan ditengah persaingan. Kini, pemasaran tidak dapat lagi mengabaikan fenomena-fenomena psikologis dan sosial yang ikut mengkondisikan perilaku konsumen. Falsafah dasar sukses pemasaran sebenarnya tetap sederhana, yaitu sangat penting untuk menciptakan kepuasan konsumen. Implementasinya memang tidak mudah, namun tetap harus dilaksanakan, karena konsumen merupakan value-maximizer (Sulaksana, 2005 : 3). Dewasa ini tenaga

pemasaran dituntut untuk memahami istilah-istilah seperti benefit, persepsi, dan

sikap konsumen, serta bagaimana mereka turut menentukan kesuksesan strategi pemasaran.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah faktor psikologis. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor-faktor psikologis yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian konsumen. Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan juga


(24)

mempengaruhi sikap. Tidak disangsikan lagi bahwa individu telah menunjukkan suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu produk-produk tertentu. Sikap itu dilakukan berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lainnya (Kotler, 1987).

Terbentuknya sikap individu dipengaruhi oleh pandangan atau persepsi dari individu itu sendiri, karena seperti yang kita ketahui bahwa persepsi merupakan suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Apabila ditinjau dari segi definisinya persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

Terkait dengan masalah persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman produk dengan menawarkan produk dengan cara memberikan sampel gratis. Hal ini sama artinya dengan menawarkan pada

konsumen pengalaman mencoba produk yang bersifat langsung dan tanpa resiko. Di lain pihak, ada pula produsen yang “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman produk dengan menawarkan produk melalui model-model cantik


(25)

(SPG) yang menarik. Hal ini dimaksudkan untuk semakin menarik konsumen untuk memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Adanya pengalaman terhadap produk yang ditawarkan memungkinkan konsumsen untuk memberikan tanggapan. Tanggapan awal dengan adanya pengalaman pertama terhadap produk adalah pada aspek kognitif. Menurut Peter dan Olson (1999), aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran. Aspek kognitif akan membantu seseorang dalam menginterpretasi, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk persepsi. Dengan aspek kognitif ini konsumen dapat melakukan penilaian, yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Setelah aspek kognitif terpenuhi, tahap selanjutnya adalah aspek afektif, yang mengacu pada tanggapan perasaan. Menurut Peter dan Olson (1991) Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif.

Kunci dalam membina hubungan dengan pelanggan adalah relationship

marketing. Untuk suksesnya relationship marketing adalah dengan menjalin

komunikasi interpersonal dengan konsumen. Komunikasi Interpersonal menurut Effendi (1986:188) adalah: “Komunikasi yang berlangsung dua arah, timbal balik dalam bentuk percakapan antara dua orang atau lebih, baik secara tatap muka maupun melalui media”. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung. Oleh karena itu,


(26)

komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct

communication).

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah perilaku konsumen. De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi interpersonal : Cognitive Effects yang berkaitan dengan transmisi

pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi, Affective Effect yang

berhubungan dengan emosi, sikap/nilai, dan Behavioral Effects yang

menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik proses komunikasi interpersonal, di mana komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan yang berupa arus balik atau umpan balik (feedback) tersalurkan langsung kepada komunikator. Arus balik

atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator bisa positif atau negatif,


(27)

kemudian komunikan bisa menyampaikan umpan balik (feedback) berupa

kata-kata, gerak tubuh, atau mimik tertentu.

Dalam sebuah perusahaan, komunikasi interpersonal biasanya dilakukan melalui SPG (Sales Promotion Girl). Dengan komunikasi interpersonal SPG yang

persuasif diharapkan mampu meningkatkan penjualan langsung, secara kualitas maupun kuantitas. Dalam komunikasi interpersonal antara SPG dengan calon konsumen, SPG bertindak sebagai komunikator yang memberikan informasi-informasi tentang produk kepada konsumen yang bertindak sebagai komunikan. Suksesnya komunikasi ini adalah jika konsumen bisa menerima informasi yang diberikan SPG. Untuk itu harus ada persepsi yang positif dari konsumen, maka SPG dituntut untuk bisa menyampaikan informasi secara baik dan jelas, sehingga konsumen bisa mempunyai persepsi positif seperti yang diinginkan SPG. Setelah konsumen mengetahui informasi tentang produk secara lengkap, diharapkan ada tindakan berupa sikap positif terhadap produk tersebut dan dilanjutkan dengan perilaku berupa pembelian produk (menggunakan produk).

Agar konsumen bisa berubah perilakunya, yaitu mau membeli (menggunakan) produk, maka SPG dituntut untuk mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal yang baik, maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh SPG, antara lain: 1) keterbukaan, yaitu keinginan terbuka terhadap konsumen, 2) empati, yaitu mencoba ikut merasakan seperti yang dirasakan konsumen, 3) dukungan, yaitu mengungkapkan dukungan pada konsumen, 4) kepositifan, yaitu bersikap positif terhadap konsumen, 5) kesamaan, yaitu saling menghargai dan menghormati terhadap konsumen.


(28)

SPG dapat melakukan persuasi kepada calon konsumen melalui komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi dua arah dalam komunikasi interpersonal antara SPG dan calon konsumen lebih bisa memungkinkan terjadinya persuasi, dibandingkan melalui media massa yang sifatnya kebanyakan hanya komunikasi satu arah. Hal ini disebabkan melalui komunikasi interpersonal SPG bisa langsung mengetahui feedback (umpan balik) calon konsumen, tidak

seperti komunikasi melalui media massa di mana komunikator tidak dapat secara langsung mengetahui feedback komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas dan lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal. Bila SPG menawarkan produk kepada calon konsumen secara tatap muka, SPG akan memperhatikan bukan saja ucapan calon konsumen, tetapi juga kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan tidak terhitung lambang-lambang nonverbal lainnya. Semuanya menjadi umpan balik yang diterima SPG lewat seluruh indera SPG. Menurut Rakhmat (2005 : 192) tidak demikian pada komunikasi massa; umpan balik sebagai respons boleh dikatakan hanyalah zero feedback.

Dengan komunikasi tatap muka, hubungan psikologis antara komunikator (SPG) dan komunikan (calon konsumen) lebih erat, sehingga ada empati antara SPG dan calon konsumen. Adanya empati ini menyebabkan calon konsumen mempunyai persepsi positif sehingga bisa terpersuasi oleh SPG. SPG bisa membujuk agar konsumen mau “mencoba” menggunakan produk, sehingga diharapkan setelah calon konsumen merasakan ada pengalaman dengan produk yang ditawarkan oleh SPG akan mempengaruhi aspek kognitif dan afektif konsumen sehingga konsumen mempunyai persepsi positif, dan akhirnya


(29)

konsumen bisa melakukan pembelian ulang dan dalam jangka panjang bisa menjadi konsumen yang loyal terhadap produk tersebut.

Penelitian ini akan mengkaji persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo

Plaza Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena latar belakang fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat terkait dengan image

SPG yang negatif, seperti : berpenampilan seksi, “bispak” (bisa dipakai), gampangan, dekat dengan kehidupan malam, dan lain sebagainya. Image negatif

yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya ini bisa menghambat tugas SPG dalam melakukan persuasi dan penjualan produk, padahal agar persuasi yang dilakukan SPG bisa berhasil harus ditimbulkan persepsi positif dari calon konsumen terlebih dahulu. Jika ada persepsi positif dari konsumen terhadap SPG maka akan lebih mendukung berlangsungya proses komunikasi interpersonal antara SPG dan konsumen, sehingga SPG bisa melakukan persuasi agar konsumen membeli produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil SPG sebagai objek persepsi dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza


(30)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro

di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu psikologi industri, serta menjadi referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan rokok Marlboro dalam menyusun kebijakan-kebijakan promosi, khususnya promosi yang dilakukan dengan cara penjualan langsung (direct selling).

b. Bagi SPG

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk melakukan komunikasi secara baik agar tujuan mempromosikan dan melakukan penjualan produk bisa tercapai.


(31)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976 dalam Rakhmat 2005 : 51).

Menurut Thoha (1983: 138), persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu berhadapan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi melibatkan aktivitas manusia terhadap obyek tertentu, maka persepsi selalu menggambarkan pengalaman manusia tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut. Oleh karena itu persepsi hanyalah penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan yang pasti atau faktual tentang situasi tersebut.

Menurut Luthans persepsi lebih kompleks dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi dari kegiatan seleksi,


(32)

penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif akan menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data tersebut (Thoha, 1983: 139).

Pengertian persepsi menurut Gibson (1994) adalah proses kognitif yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan menginterpretasikan stimuli tersebut menjadi gambaran yang bermakna dan koheren. Setiap orang mengartikan sendiri stimuli yang diperolehnya, maka ada perbedaan dari masing-masing individu dalam memandang sesuatu.

Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

Persepsi adalah suatu pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pengenalan seseorang terhadap suatu stimulus dengan panca inderanya terhadap obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan


(33)

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut, sehingga individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan

2. Aspek-aspek yang Membentuk Persepsi

Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2005) merumuskan tiga dalil persepsi. Pertama, persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Kedua, medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Individu mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Ketiga, sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.

Menurut Peter dan Olson (1999), aspek-aspek persepsi terdiri dari: a. Kognitif

Aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran. Fungsi utama dari kognitif adalah menginterpretasikan, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi mereka. Selain itu, kognitif berfungsi untuk memproses (memikirkan) interpretasi atau arti tersebut dalam melakukan tugas kognitif. Jadi aspek kognitif akan membantu seseorang dalam menginterpretasi, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang, sehingga terbentuk persepsi. Aspek kognitif meliputi, pengertian, yaitu menginterpretasikan atau menetapkan arti aspek khusus lingkungan


(34)

seseorang. Penilaian, menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Perencanaan, menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau tujuan. Penetapan, membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut pandang sifat yang relevan dan mencari alternatif yang terbaik. Berpikir, yaitu aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses di atas.

b. Afektif

Afektif mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan merupakan salah satu unsur persepsi. Hal ini dikarenakan perasaan yang ada dalam diri seseorang akan menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif. Ada empat jenis tanggapan afektif, yaitu: pertama adalah tanggapan emosi, misalnya; cinta, marah, gembira. Kedua adalah tanggapan perasaan tertentu, misalnya; kehangatan, perhargaan, kepuasan. Tanggapan afektif yang ketiga adalah suasana hati, misalnya; santai, tenang, bosan, sedih. Tanggapan keempat adalah evaluasi, misalnya; suka, tidak suka, menikmati, dan jelek.

c. Konatif (behavioral)

De Vito (1986) menyatakan bahwa persepsi bisa dimanifestasikan dalam perilaku, yaitu yang menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan atau kegiatan berperilaku.


(35)

Melalui uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ada tiga aspek yang membentuk persepsi, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan konatif. Aspek kognitif berfungsi menginterpretasi, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk persepsi, aspek afektif mengacu pada tanggapan perasaan, dan aspek konatif menunjukkan pada perilaku.

3. Faktor-Faktor Persepsi

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977 : 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut faktor-faktor personal (Rakhmat, 2005: 55). Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu (Rakhmat, 2005: 58).

Menurut Muhammad (2001: 207), secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor personal yang terdapat dalam diri si pengirim dan si penerima pesan dan faktor di luar diri mereka yang dinamakan faktor organisasi.

Menurut Walgito (1991) dan Sasanti (2003) faktor yang berpengaruh dalam persepsi adalah:

a. Perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan untuk mempersepsi. Walaupun banyak stimulus mengenai individu, tetapi tidak semuanya akan mendapat tanggapan dari individu yang bersangkutan.


(36)

b. Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam individu, yaitu langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari luar yang langsung mengenai alat indera.

c. Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap objek atau situasi tertentu, maka ia akan mempunyai persepsi yang baik. Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, maka individu akan mempunyai persepsi yang buruk.

d. Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia untuk bersikap dan berperilaku. Biasanya seorang individu menggunakan sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.

Menurut Siagian (1989: 101-105), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

Pertama, diri orang yang bersangkutan (subyek yang melakukan persepsi). Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli. Apabila seorang melihat sesuatu ia akan memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individualnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

Kedua, sasaran persepsi (obyek yang dipersepsi). Obyek atau sasaran persepsi bisa orang, benda atau peristiwa. Sifat dari obyek persepsi biasanya mempengaruhi persepsi yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lainnya dari sasaran perpsepsi turut menentukan penilaian orang yang melihatnya.


(37)

Ketiga, faktor situasi. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Sebagai contoh, kehadiran seseorang dengan pakaian renang di pantai tidak akan mengherankan karena orang berpersepsi bahwa orang berada di pantai untuk berenang. Akan tetapi jika ia mengenakan pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan olah raga renang, tentu akan menarik perhatian karena kehadirannya itu bukanlah hal yang lumrah.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor persepsi berdasarkan hubungan individu dengan sasarannya ada tiga, yaitu faktor pribadi atau karakteristik orang yang melakukan persepsi, faktor sasaran persepsi, dan faktor situasi.

B. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi

Hovland (dalam Muhammad, 2002 : 4), mendefinisikan komunikasi sebagai: “proses dengan mana seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain”. Dari definisi tersebut, komunikasi bukan sekedar penyampaian pesan, melainkan mempunyai tujuan mengubah tingkah laku orang lain.

Kincaid dan Schramm (1977: 6) lebih menekankan adanya proses berbagai informasi dalam komunikasi. Proses yang azasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama. Pengertian ini lebih tepat untuk


(38)

menerima. Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan

informasi secara bersama, dan pertalian antara peserta dalam proses komunikasi.

Menurut Citrobroto (1982: 2) komunikasi adalah penyampaian pengertian dari seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang. Sedangkan Wursanto (1982: 31), mendefinisikan komunikasi sebagai proses kegiatan pengoperan atau penyampaian informasi/berita/pesan yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Selanjutnya menurut Hartini (1999: 30), komunikasi adalah penggunaan bahasa dan lambang-lambang, penyampaian informasi dan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku.

Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In

Which Channel To Whom With What Effect?”.

Dari rumursan Lasswell tersebut terlihat bahwa dalam proses komunikasi dikenal ada lima unsur atau komponen, yaitu:

a) Sumber (source)

b) Komunikator (encoder)

c) Pernyataan/media pesan (message)

d) Komunikan (decoder)

e) Tujuan (destination) (Susanto, 1988: 31).

Fungsi komunikasi menurut Susanto (1988: 42), secara umum dapat dikelompokkan atas empat yaitu:


(39)

b) pendidikan c) mempengaruhi

d) mengisi waktu senggang (menghibur)

Apa yang diungkapkan Susanto di atas menunjukkan bahwa komunikator sangat berperan dalam komunikasi. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena suatu komunikasi dapat berjalan lancar dan serasi bila ada kepentingan bersama antara komunikator dengan komunikan. Suatu komunikasi tidak akan efektif apabila kepentingan bersama tidak ada. Akhirnya orang melihat bahwa antara komunikator dan komunikan terdapat suatu hubungan sosial dan dalam hubungan inilah proses komunikasi berlangsung.

Agar pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat ditanggapi oleh komunikan sebagaimana yang dikehendaki oleh komunikator, maka pesan yang disampaikan tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan (Effendy, 1986:39), yaitu:

a) Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.


(40)

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Apapun pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator akan ditanggapi oleh komunikan sesuai dengan situasi dan kondisinya, atau apa yang dipersepsikannya mengenai pesan tersebut. Hal ini karena seorang komunikan biasanya menyadari bahwa apapun keputusan yang akan diambilnya akan disesuaikan dengan tujuannya dan bersangkutan dengan kepentingan pribadinya. Tubbs (1996:210), menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang punya kecenderungan memilih komunikasi yang akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilainya sendiri. Setiap orang akan cenderung menyukai dan mencari orang-orang kepercayaan, yang sikap dan nilai-nilainya serupa dengan yang dianutnya dan menghindari orang-orang yang dipandang berbeda dengannya dalam hal-hal tersebut. Setiap orang akan mempunyai pilihan sendiri atas majalah atau surat kabar yang akan dibaca, acara radio yang akan didengar, acara TV yang mau ditonton dan sebagainya.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan dapat berupa individu, kelompok ataupun organisasi. Demikian pun penerima dapat berupa seorang anggota, kepala bagian, kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan. Istilah proses maksudnya bahwa komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap


(41)

tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya. Selain itu proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Komunikasi Interpersonal

Dalam proses komunikasi antar pribadi (interpersonal

communication) terdapat peserta-peserta yang berinteraksi. Komunikator

meng-encode suatu pesan kepada komunikan. Komunikan meng-decode

pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian memberikan tanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (overty), maka pada gilirannya ia

menjadi komunikator, sebab ia meng-encode tanggapannya itu dan

menyampaikannya kepada komunikator semula (yang pada gilirannya menjadi komunikan) (Effendy, 1981 : 33).

Komunikator/encoder A menyampaikan pesan kepada komunikan/

decoder B. setelah B men-decode pesan yang ia terima dari A itu, pada

gilirannya B meng-encode tanggapannya kepada A. tanggapan B kepada

A itu dinamakan feedback atau arus balik/umpan balik.

Arus balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, sebab ia menerangkan kepada komunikator bagaimana pesan komunikator diterima dan ditanggapi oleh komunikan. Menurut Effendy (1981 : 33) arus balik bisa bersifat verbal dalam bentuk kata seperti “ya” untuk tanda setuju atau kata “tidak” untuk menolak; bisa juga bersifat non-verbal dalam bentuk gerakan anggota badan seperti mengangguk tanda


(42)

setuju, menggeleng kepala tanda tidak mau, mengerutkan kening tanda tidak mengerti, mencibirkan bibir tanda mengejek, dan sebagainya.

Komunikasi interpersonal dapat pula disebut sebagai komunikasi tatap muka, karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan dan saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung.

Glueck (dalam Widjaja, 2000) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara langsung atau bertatap muka dan feedback bisa

langsung terjadi pada saat itu juga, sehingga yang tadinya berperan sebagai komunikan berubah menjadi komunikator, dan seterusnya.

Kemampuan dalam menjalin komunikasi interpersonal menurut De Vito (1996) sebagai berikut:

a) Confidence, yaitu keyakinan yang dimiliki komunikator untuk dapat

mengontrol kecemasan atau hambatan atau rasa malu selama menjalin komunikasi.

b) Imediacy, yaitu kemampuan menyatakan secara spontan atau

perasaan-perasaan, hubungan (kontak) serta kebersamaan pada lawan bicara.


(43)

c) Interaction management, yaitu adanya aturan main dalam menjalin

komunikasi interpersonal seperti gerakan mata, tubuh dan wajah, ekspresi vocal serta mempertahankan kelancaran komunikasi.

d) Expressiveness, yaitu kemampuan yang menunjukkan keterlibatan

penuh pada lawan bicara selama menjalin komunikasi interpersonal. e) Other orientation, yaitu individu lebih berorientasi pada orang lain

bukan pada dirinya sendiri. Di sini individu menyampaikan orientasinya pada orang lain baik secara verbal maupun non-verbal.

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal, antara lain (Lunandi, 1989):

a) Citra diri

Citra diri secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara seseorang melihat dirinya.

b) Citra pihak lain

Citra pihak lain berarti bagaimana seseorang memandang orang lain yang diajak berkomunikasi.

c) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah situasi di sekitar yang berupa benda-benda bukan manusia.

d) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial menunjuk keadaan masyarakat atau orang-orang di sekitar.


(44)

e) Kondisi

Kondisi berarti keadaan diri seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi.

f) Bahasa badan

Sikap badan berarti posisi fisik seseorang terhadap orang lain yang diajak berkomunikasi.

Sementara itu Rakhmat (2005) mengungkapkan beberapa faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal:

a) Percaya (trust)

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dihendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005: 130).

b) Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai (Taylor, 1997 dalam Rakhmat, 20025: 131).


(45)

c) Empati

Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921 dalam Rakhmat, 2005: 132).

d) Kejujuran

Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga (predictable). Ini mendorong orang lain untuk percaya.

e) Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

f) Sikap terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam

menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efisien.

De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi interpersonal:

a) Cognitive Effects, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,


(46)

dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

b) Affective Effect, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci oleh komunikan. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap / nilai.

c) Behavioral Effects, menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat

diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Liliweri (1991) menyebutkan 7 sifat komunikasi interpersonal, yaitu:

a) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non-verbal. b) Melibatkan perilaku spontan, tepat dan rasional.

c) Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis.

d) Melibatkan umpan balik pribadi yakni hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang sebelumnya).

e) komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

f) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan atau tindakan. g) Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.


(47)

Rubin, Perse, dan Barbato (dalam Hybels dan Weaver, 2004) mengungkapkan beberapa motif yang mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pleasure adalah kesenangan yang didapat saat berkomunikasi dengan

orang lain.

2) Affection adalah perasaan kehangatan yang diperoleh saat seseorang

mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang disukai. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang dapat merasakan kehangatan hubungan atau keakraban dengan orang lain.

3) Inclusion merupakan perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari

suatu kelompok tertentu. Dengan bercakap-cakap bersama teman-temannya, dalam diri seseorang akan muncul perasaan bahwa individu tersebut adalah bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.

4) Escape atau ‘melarikan diri’ terjadi saat seseorang memiliki banyak

tugas yang harus dikerjakan dan berkeinginan untuk ‘meninggalkannya’ sejenak. Seseorang ‘melarikan diri’ berarti menghindar atau meninggalkan sejenak tugas-tugasnya untuk bertemu orang lain.

5) Relaxation dapat diartikan beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan

yang ada. Dengan bertemu orang lain, seseorang dapat mencoba melepaskan beberapa kepenatan untuk mendapatkan kesegaran baru. 6) Control berarti mengendalikan atau mengatur. Saat komunikasi,


(48)

temannya atas perilaku tertentu sehingga tidak akan mengulangi kesalahannya.

Maksud dan tujuan orang untuk melakukan komunikasi interpersonal berbeda-beda. Menurut Carr (dalam Sisca, 1996) komunikasi interpersonal bertujuan untuk:

a) Menyelidiki suatu realita yakni adanya masukan orang lain membuat seseorang dapat menguji atau membandingkan realita yang dilihatnya dengan realita yang dilihat orang lain.

b) Mengetahui identitas diri yakni seseorang akan mengenali dirinya sendiri melalui respon yang diberikan orang lain ketika berkomunikasi.

c) Meningkatkan harga diri melalui apa yang dikomunikasikan orang lain.

d) Mengontrol lingkungan sosial yakni dengan berkomunikasi seseorang dapat mengontrol lingkungan sosial dengan bernegosiasi.

e) Berbagi informasi yakni dalam kehidupan sehari-hari setiap orang saling membutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan. f) Mengalami kesenangan yakni jika seseorang mendapat pengalaman

yang menyenangkan ketika berkomunikasi dengan orang lain ia akan cenderung mengulanginya.

De Vito (1986:14-16) membedakan maksud dan tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a) Self discovery; memahami diri sendiri.


(49)

c) Estabilishing and maintain meaning sure relationship; komunikasi

guna membangun dan memantapkan suatu hubungan.

d) Changing attitude and behaviour; merubah sikap dan tingkah laku.

e) Playing and entertains; bermain dan menghibur.

f) Help; komunikasi untuk saling membentu, memecahkan masalah dan

sebagainya.

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah perilaku konsumen. Mengapa demikian, karena kita sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (immediate

feedback). Dengan saling melihat, komunikator bisa mengetahui pada saat

berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang dikomunikasikan, Apakah jika umpan baliknya positif, komunikator akan mempertahankan cara berkomunikasi yang digunakan dan memeliharanya supaya umpan balik tersebut tetap menyenangkan, bila sebaliknya, komunikator harus mengubah tehnik berkomunikasi sehingga maksud dan tujuannya berhasil. Dalam proses komunikasi imterpersonal, yang terpenting adalah kemampuan menafsirkan feed back yang diterima. Hal

ini untuk menjaga agar tujuan komunikasi dapat menghasilkan efek yang diharapkan.

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal

De Vito (1996) mengemukakan agar komunikasi interpersonal berlangsung efisien maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh para pelaku komunikasi interpersonal, antara lain:


(50)

a) Keterbukaan, yaitu keinginan terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Keinginan untuk terbuka ini dimaksudkan agar diri masing-masing tidak menutup diri di dalam menerima informasi dari orang lain dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang.

b) Empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain. Suatu perasaan bersama orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri. c) Dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan

pada orang lain. Bentuk-bentuk dukungan yang tidak terucapkan berupa menganggukkan kepala, mengedipkan mata dan dukungan yang lain yaitu kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang berbeda.

d) Kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif.

e) Kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati.

C. Sales Promotion Girl (SPG)

Pengertian sales promotion girl dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara

penggunaan bahasa, menurut Poerwodarminto (1987:198), sales promotion girl


(51)

produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik sebagai usaha untuk menarik perhatian konsumen.

Menurut Carter (1999:37), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga sales

promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan di

pasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya menggunakan tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah

dibandingkan dengan sales promotion girl untuk semisal produk lux seperti

halnya otomotif. Dengan demikian, pemilihan penggunaan tenaga sales

promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan

dipromosikan. Kesesuaian antara produk yang akan dipromosikan dengan kualifikasi sales promotion girl memungkinkan akan meningkatkan daya tarik

konsumen pada produk yang dipromosikan.

Menurut Darmono (1998:35), seorang sales promotion girl dituntut untuk

mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan produk yang akan dipromosikan maupun yang dipasarkan dan juga mempunyai penampilan fisik yang mendukung terhadap karakter produk. Pengertian sales

promotion girl ditinjau dari sistem pemasaran, Nitisemito (2001:53) berpendapat

bahwa sebagai salah satu pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan tenaga promosi suatu produk sehingga mampu menarik konsumen. Selanjutnya, dengan kemampuan berpromosi yang dimiliki seorang sales promotion girl akan

mampu memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.

Melalui beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Sales


(52)

memiliki pengetahuan yang baik mengenai produk, dan berprofesi dalam bidang pemasaran atau promosi suatu produk.

D. Persepsi Konsumen Terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Jika komunikasi yang berlangsung dilakukan secara efektif maka akan proses komunikasi yang berlangsung tersebut bisa efisien, di mana tujuan yang dikehendaki oleh komunikator maupun komunikan dalam proses komunikasi tersebut bisa tercapai. Kompetensi komunikasi interpersonal SPG dapat dilihat dari efisiensinya dalam melakukan komunikasi interpersonal.

Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau

kecakapan. Lynn dan Nixon (1985: 86) menyatakan “competencies may range

from recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to

teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau

kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap.

Aspek efisiensi komunikasi interpersonal ada lima yaitu: keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan; sedangkan aspek persepsi terdiri dari kognitif, afektif, dan konatif (behavioral). Jika masing-masing aspek dalam

efisiensi komunikasi interpersonal maupun dalam persepsi bisa sejalan, maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara efisien.


(53)

Komunikasi yang efisien ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi seseorang bisa berupa persepsi positif maupun persepsi negatif.

Dari beberapa pengertian di atas, SPG dianggap mempunyai kompetensi jika menguasai aspek-aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal. Penguasaan SPG terhadap aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal tersebut dapat diukur melalui persepsi seseorang yang melakukan komunikasi interpersonal dengan SPG. Jika SPG menguasai keterampilan komunikasi interpersonal, maka orang (konsumen) yang diajak berkomunikasi akan memberikan persepsi yang positif.

Skema Penelitian

SPG

Aspek Efisiensi Komunikasi Interpersonal

Keterbukaan Kepositifan

Empati Kesamaan

Dukungan


(54)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu: persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro

di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Ambarumo Plaza Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan komunikasi dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Subjek diminta untuk memberikan persepsinya terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro. Alat yang digunakan untuk mengukur persepsi subjek adalah skala Likert dari item-item yang berkaitan dengan persepsi dan aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal. Agar pengukuran bisa fokus ke permasalahan, maka diberikan batasan-batasan pengertian tentang persepsi dan efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro.

Persepsi diukur dengan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan konatif (behavioral). Aspek yang harus diperhatikan untuk mengukur efisiensi

komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro antara lain: (a) keterbukaan, yaitu keinginan terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain; (b)


(55)

empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain; (c) dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan pada orang lain; (d) kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif; dan (e) kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati.

Persepsi subjek diukur dengan skor total untuk melihat mean empiriknya.

Jika mean empirik ≥ mean teoritik maka persepsi subjek dianggap positif, sedangkan jika mean empirik < mean teoritik maka persepsi subjek dianggap

negatif.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Subjek adalah konsumen yang melakukan komunikasi interpersonal dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta, yang akan diambil sebanyak 100 subjek. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap komunikasi interpersonal SPG.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.


(56)

Modifikasi skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat yang memasukkan kategori jawaban netral, karena jawaban netral mempunyai arti ganda. Di satu sisi, dapat diartikan bahwa subyek benar-benar memilih jawaban netral. Di sisi lain, ada kemungkinan subyek memiliki keraguan dalam memberikan jawaban sehingga subyek lebih memilih jawaban netral (Hadi, 1991:20). Item-item dalam skala terbagi atas dua kelompok yaitu: (1) item favorabel, yaitu item yang mendukung gagasan, (2) item unfavorabel,

yaitu item yang tidak mendukung gagasan (Hadi, 1991:37).

Skala Likert digunakan untuk memberi penilaian terhadap jawaban-jawaban subjek atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti. Cara pengukuranya adalah dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada subjek untuk diminta jawabannya dengan memberikan empat pilihan jawaban. Keempat kategori jawaban tersebut kemudian diberi nilai 1 – 4 menurut tingkat penolakan dan dukungannya. Kategori jawaban untuk pilihan subjek dalam skala ini adalah sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tujuan penentuan nilai skala tersebut adalah memberikan bobot tertinggi bagi jawaban yang paling favorabel. Jawaban favorabel adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorabel dan respon tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel. Jawaban tak favorabel adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tak favorabel dan respon tidak setuju terhadap pernyataan favorabel. Perincian penyekoran pada tabel berikut ini:


(57)

Tabel 1

Alternatif Jawaban dan Pembobotannya

Alternatif Jawaban Skor (Bobot) Untuk Item Favorabel Unfavorabel Sangat mendukung gagasan

Mendukung gagasan Tidak mendukung gagasan Sangat tidak mendukung gagasan

4 3 2 1 1 2 3 4

2. Blueprint

Berikut ini skala persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza

Yogyakarta:

Tabel 2

Blueprint persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

(sebelum uji coba) Aspek

Komunikasi Interpersonal

Persepsi

Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah

Keterbukaan 1, 3, 14, 31,41 5 9,12, 20, 36, 42 5

Empati 4, 6, 8,18 4 15, 21,40 3

Dukungan 2, 13, 19, 22 4 11, 16, 25,34 4

Kepositifan 5, 24 , 28,38 4 17, 26, 29, 30 4

Kesamaan 7, 10, 27, 37, 39 5 23, 32, 33, 35 4

Total 22 20

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut (Azwar, 2003). Menurut Hadi (1995),


(58)

suatu alat ukur dianggap baik dan jitu dalam mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan penelitian jika alat tes tersebut memiliki validitas yang tinggi.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah pengukuran validitas yang didasarkan pada kesesuaian isi tes, yaitu item-item skala dan tabel spesifikasi dengan tujuan penelitian. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement, yaitu penilaian

validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya (Azwar, 2003), dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi tiap item yaitu dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total keseluruhan item. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin mendekati angka 1 yang bertanda positif maka daya diskriminasi itemnya semakin baik. Sebagai kriteria seleksi item berdasarkan korelasi item total maka biasanya diberikan batasan rix > 0,30. Jadi item yang memiliki korelasi item total minimal 0,30 dianggap layak menjadi sebuah item (Azwar, 2003). Namun jika jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat


(59)

tercapai. Teknik korelasi item yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula koefisien korelasi produk moment Pearson. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 13.

Skala persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal

Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

terdiri dari 42 item yang dibagi menjadi 22 item favorable dan 20 item

unfavorable. Korelasi berkisar antara 0,016 sampai dengan 0,569. Dari hasil

analisis terdapat 9 item yang nilai rix < 0,30, sehingga ke-9 item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor 9, 15, 19, 22, 25, 26, 29, 30, dan 39. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan tersebut dihilangkan. Kemudian proses analisis dilakukan sekali lagi terhadap 33 butir yang dinyatakan telah sahih. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua butir pernyataan yang dianalisis ulang sudah sahih karena semua item, nilai Corrected Item – Total Correlation-nya sudah lebih besar dari 0,30.

Berikut ini skala persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza


(1)

Deskripsi Statistik

o Keterangan Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5

N 100 100 100 100 100

Skor Minimum Teoritik 9 6 5 5 8

Skor Maksimum Empirik 32 21 18 18 29

Skor Maksimum Teoritik 20 13 10 9 17

Skor Minimum Empirik 36 24 20 20 32

Mean Teoritik 14.5 9.5 7.5 7 12.5 MeanEmpirik 26.48 17.61 14.38 14.46 22.93

Median 27 18 15 15 23

Modus 27 17 15 15 24

Standard Deviasi 2.27 1.57 1.53 1.57 2.16

Varian 5.14 2.48 2.35 2.47 4.69

UJI T

One-Sample Test

Test Value = 0

T df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Aspek1 116.787 99 .000 26.48000 26.0301 26.9299 Aspek2 111.762 99 .000 17.61000 17.2974 17.9226 Aspek3 93.622 99 .000 14.38000 14.0752 14.6848 Aspek4 91.949 99 .000 14.46000 14.1480 14.7720 Aspek5 105.858 99 .000 22.93000 22.5002 23.3598

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Jumlah 100 95.8600 6.99642 .69964

One-Sample Test

Test Value = 82.5

t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper


(2)

SKALA

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL

SALES PROMOTION GIRL ROKOK MARLBORO DI AMBARUKMO

PLAZA YOGYAKARTA

Isilah titik-titik dengan jujur dan pilihlah jawaban pilihan pada dengan memberikan tsaya silang sesuai dengan jawaban saya.

I. Identitas Subjek

a. Nama : ... (boleh tidak diisi / boleh dengan inisial) b. Alamat : ...

II. Karakteristik Subjek

a. Jenis kelamin : 1. Pria

2. wanita

b. Usia : 1. 17 - 25 tahun 2. > 25 – 35 tahun 3. > 35 – 45 tahun 4. > 45 tahun III. Item Skala Penelitian

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pendapat saya dengan memberikan tsaya silang (X) pada kolom yang telah disediakan dengan pilihan jawaban:

SS : untuk jawaban Sangat Setuju S : untuk jawaban Setuju

TS : untuk jawaban Tidak Setuju

STS : untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

No Item SS S TS STS

1 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau menerima saran konsumen.

2 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau mencatat keluhan konsumen untuk

dilaporkan ke atasannya..

3 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memberikan informasi dengan tenang.

4 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tulus dalam memberikan informasi

kepada konsumen.

5 Menurut Saya SPG rokok Marlboro berbicara dengan konsumen penuh

keramahan

6 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dengan tulus sangat memperhatikan

kebutuhan konsumen.

7 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak membeda-bedakan pelayanan

terhadap konsumen.

8 Menurut Saya SPG rokok Marlboro merasa trenyuh, ketika konsumen kecewa


(3)

No Item SS S TS STS

9 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak jujur dan membosankan.

10 Menurut Saya SPG rokok Marlboro hormat kepada konsumen.

11 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau tahu ketika konsumen menawar harga.

12 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau menjelaskan efek negatif nikotin.

13 Menurut Saya SPG rokok Marlboro sangat menikmati percakapan dengan

konsumen.

14 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dalam memberikan informasi tidak ada

yang disembunyikan.

15 Menurut Saya SPG rokok Marlboro cemberut karena lelah setelah berjam-jam

berdiri.

16 Menurut Saya SPG rokok Marlboro menggerutu ketika ada konsumen yang

terlalu banyak bertanya.

17 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat gugup.

18 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau mendengarkan dengan baik ketika

saya berbicara.

19 Menurut Saya SPG rokok Marlboro bisa memberikan informasi sesuai apa

yang saya butuhkan.

20 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak menepati janji ketika ada komplain

dari konsumen.

21 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat marah ketika saya menawar harga

rokok.

22 Menurut Saya SPG rokok Marlboro melayani saya dengan baik sekali.

23 Menurut Saya cara berbicara SPG rokok Marlboro mampu menghidupkan

suasana keakraban.

24 Menurut Saya SPG rokok Marlboro disiplin dalam menjalankan tugas

25 Menurut Saya SPG rokok Marlboro kurang bergairah dalam berbicara dengan

saya.

26 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dalam berbicara dengan konsumen menunjukkan sikap yang kurang sopan.

27 Menurut Saya SPG rokok Marlboro selalu tersenyum ketika berbicara dengan

saya.

28 Menurut Saya SPG rokok Marlboro cekatan dalam menjawab pertanyaan saya.

29 Menurut Saya SPG rokok Marlboro kurang rapi dalam berpakaian sehingga

saya malas bercakap-cakap dengannya.

30 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak enak diajak berbicara.

31 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memiliki pengetahuan yang luas terhadap

produk kompetitor dan bisa menjelaskan kelebihan dan kekurangan produknya dibanding kompetitor.

32 Menurut Saya SPG rokok Marlboro kurang respek terhadap konsumen yang

penampilannya kurang meyakinkan.

33 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat angkuh terhadap konsumen kelas

bawah.

34 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dalam memberikan informasi kepada


(4)

No Item SS S TS STS

35 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak menghargai konsumen yang sekedar

bertanya tapi tidak membeli produk.

36 Menurut Saya pengetahuan SPG rokok Marlboro tentang seluk beluk produk

kurang akurat.

37 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memberikan penjelasan secara jelas kepada semua konsumen, tanpa terkecuali.

38 Menurut Saya cara menawarkan produk SPG rokok Marlboro sangat menarik.

39 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memberikan pelayanan yang sama kepada

semua konsumen.

40 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau menanggapi ketika konsumen

membicarakan kelebihan dan kekurangan produknya dibandingkan merek lain.

41 Menurut Saya SPG rokok Marlboro bisa dipercaya.

42 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau terbuka soal harga rokok yang


(5)

SKALA

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL

SALES PROMOTION GIRL ROKOK MARLBORO DI AMBARUKMO

PLAZA YOGYAKARTA

Isilah titik-titik dengan jujur dan pilihlah jawaban pilihan pada dengan memberikan tsaya silang sesuai dengan jawaban saya.

I. Identitas Subjek

a. Nama : ... (boleh tidak diisi / boleh dengan inisial) b. Alamat : ...

II. Karakteristik Subjek

a. Jenis kelamin : 1. Pria

2. wanita

b. Usia : 1. 17 - 25 tahun 2. > 25 – 35 tahun 3. > 35 – 45 tahun 4. > 45 tahun III. Item Skala Penelitian

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pendapat saya dengan memberikan tsaya silang (X) pada kolom yang telah disediakan dengan pilihan jawaban:

SS : untuk jawaban Sangat Setuju S : untuk jawaban Setuju

TS : untuk jawaban Tidak Setuju

STS : untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

No Item SS S TS STS

1 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau menerima saran konsumen.

2 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau mencatat keluhan konsumen untuk

dilaporkan ke atasannya..

3 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memberikan informasi dengan tenang.

4 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tulus dalam memberikan informasi

kepada konsumen.

5 Menurut Saya SPG rokok Marlboro berbicara dengan konsumen penuh

keramahan

6 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dengan tulus sangat memperhatikan

kebutuhan konsumen.

7 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak membeda-bedakan pelayanan

terhadap konsumen.

8 Menurut Saya SPG rokok Marlboro merasa trenyuh, ketika konsumen kecewa


(6)

No Item SS S TS STS

9 Menurut Saya SPG rokok Marlboro hormat kepada konsumen.

10 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau tahu ketika konsumen menawar harga.

11 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau menjelaskan efek negatif nikotin.

12 Menurut Saya SPG rokok Marlboro sangat menikmati percakapan dengan

konsumen.

13 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dalam memberikan informasi tidak ada

yang disembunyikan.

14 Menurut Saya SPG rokok Marlboro menggerutu ketika ada konsumen yang

terlalu banyak bertanya.

15 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat gugup.

16 Menurut Saya SPG rokok Marlboro mau mendengarkan dengan baik ketika

saya berbicara.

17 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak menepati janji ketika ada komplain

dari konsumen.

18 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat marah ketika saya menawar harga

rokok.

19 Menurut Saya cara berbicara SPG rokok Marlboro mampu menghidupkan

suasana keakraban.

20 Menurut Saya SPG rokok Marlboro disiplin dalam menjalankan tugas

21 Menurut Saya SPG rokok Marlboro selalu tersenyum ketika berbicara dengan

saya.

22 Menurut Saya SPG rokok Marlboro cekatan dalam menjawab pertanyaan saya.

23 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memiliki pengetahuan yang luas terhadap

produk kompetitor dan bisa menjelaskan kelebihan dan kekurangan produknya dibanding kompetitor.

24 Menurut Saya SPG rokok Marlboro kurang respek terhadap konsumen yang

penampilannya kurang meyakinkan.

25 Menurut Saya SPG rokok Marlboro terlihat angkuh terhadap konsumen kelas

bawah.

26 Menurut Saya SPG rokok Marlboro dalam memberikan informasi kepada

konsumen kurang serius.

27 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak menghargai konsumen yang sekedar

bertanya tapi tidak membeli produk.

28 Menurut Saya pengetahuan SPG rokok Marlboro tentang seluk beluk produk

kurang akurat.

29 Menurut Saya SPG rokok Marlboro memberikan penjelasan secara jelas kepada semua konsumen, tanpa terkecuali.

30 Menurut Saya cara menawarkan produk SPG rokok Marlboro sangat menarik.

31 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau menanggapi ketika konsumen

membicarakan kelebihan dan kekurangan produknya dibandingkan merek lain.

32 Menurut Saya SPG rokok Marlboro bisa dipercaya.

33 Menurut Saya SPG rokok Marlboro tidak mau terbuka soal harga rokok yang