Mendidik Anak Menurut Islam Ol

MENDIDIK ANAK

MENDIDIK ANAK

Pdt. Kalis Stevanus, M.Th.

MENDIDIK ANAK

Oleh Pdt. Kalis Stevanus, M.Th.

Hak Cipta © 2018 pada penulis

Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, terma- suk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Tajuk Entri Utama: Stevanus, Kalis MENDIDIK ANAK/Kalis Stevanus

− Edisi Pertama. Cet. Ke-1. − Yogyakarta: Lumela, 2018 viii + 90 hlm.; 25 cm

Bibliografi .:

KATA PENGANTAR

Saya mendapati suatu kenyataan bahwa kerusakan atau kenakalan anak yang terjerumus dalam pelbagai perbuatan negatif, misalnya narkoba tidak sepenuhnya kesalahan anak, tetapi sebagian besar disebabkan karena faktor keluarga: keluarga yang hancur (broken home), pola asuh yang tidak bijak, perceraian orangtua, orangtua yang sibuk dengan pekerjaan/pelayanan, dan tidak ada penanaman iman sejak dini dalam keluarga.

Menyadari hal itu, seharusnya orangtua lebih menghargai anugerah Tuhan, yaitu anak-anak yang dipercayakan kepadanya. Orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan, mengasuh, mendidik dan membidikkan anak kepada rancangan Tuhan bagi mereka.

Buku ini kiranya benar-benar menghasilkan terobosan dalam mendidik anak.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

V DAFTAR ISI

VII BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Fakta Dunia Hari Ini dan yang Akan Datang

1.2 Pendidikan Sentral : di Keluarga

1.3 Kekuatan Keluarga

BAB 2 TANGGUNG JAWAB ORANGTUA

2.1 Menerima dan Mengasihi Anak

2.2 Mencukupi Kebutuhan Anak

2.3 Mendidik Anak 2.3 Mendidik Anak

BAB 5 PERATURAN DI KELUARGA

5.1 Peraturan Keluarga Mutlak Diperlukan

5.2 Catatan Penting Mengenai Peraturan di Keluarga

5.3 Contoh Peraturan di Keluarga

BAB 6 MEMUPUK RASA PERCAYA DIRI ANAK

6.1 Pentingnya Rasa Percaya Diri

6.2 Cara Orangtua Memupuk Rasa Percaya Diri Anak

BAB 7 MENJADI KONSELOR BAGI ANAK

7.1 Pikiran yang Tidak Benar

7.2 Benarkah Semua Agama Sama?

7.3 Sulit Mengampuni

7.4 Terikat Dosa

7.5 Meragukan Keselamatan

7.6 Merasa Gagal

BAB 8 POLA ASUH ORANGTUA

8.1 Pola Asuh Otoriter

8.2 Pola Asuh Permisif

8.3 Pola Asuh Fleksibel

REFLEKSI BAGI ORANGTUA

9.1 Introspeksi Diri

DAFTAR PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 FAKTA DUNIA HARI INI DAN YANG AKAN DATANG

bahwa dunia hari ini akan semakin sekuler, duniawi di mana kebanyakan orang K

ita harus menerima kenyataan bahwa dunia hari ini tidak akan semakin baik justru semakin bobrok, merosot moralnya seperti ada tertulis di

2 Timotius 3:1-4). Apa yang dikatakan Alkitab tidak dapat dibantah,

hanya sibuk mempersoalkan masalah duniawi daripada kekekalan. Alkitab sudah memperingatkan bahwa pergaulan buruk merusakkan

kebiasaan baik yang dibangun sekian tahun lamannya (1 Kor 15:33). Segalanya yang telah diberikan orangtua kepada anak baik ajaran, pendidikan, biaya dan sebagainya, semuanya bisa menjadi rusak oleh pengaruh pergaulan buruk.

Pergaulan buruk bukan hanya dengan sesama, tetapi juga bisa terjadi lewat bacaan, tontonan, musik, dan lain sebagainya. Biarlah kegentingan dunia

2 Mendidik Anak

Keluarga adalah tempat yang paling baik untuk pendidikan. Tidak ada tempat pendidikan yang lain, baik yang didirikan oleh pemerintah atau gereja, yang dapat menggantikan keluarga. Pendidikan di sekolah maupun gereja hanya membantu atau menambah apa yang kurang, yang dilakukan oleh orangtua, tetapi bukan untuk menggantikannya. Pendidikan di luar rumah hanyalah pelengkap pendidikan yang telah didasarkan di keluarga.

Orangtua diberi tugas oleh Tuhan untuk mendidik anak-anaknya seperti tertulis dalam amanat agung,”Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:20). Paulus pun menegaskan tentang pentingnya pendidikan bagi anak di dalam keluarga,”Dan kamu, bapa- bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan ” (Ef 6:4).

Setiap keluarga yang telah menerima Tuhan Yesus wajib mewujudkan amanat agung tersebut di keluarga, yaitu dengan menjadikan keluarga sebagai tempat mendidik anak untuk takut kepada Tuhan ; hidup seperti cara hidup yang diteladankan oleh Tuhan dengan menjalankan segala sesuatu yang diperintah- Nya. Tuhan mau agar orangtua mengasuh anak-anaknya dengan pola asuh yang benar guna membawa anak mereka ke tingkat kedewasaan melalui pendidikan di keluarga sehari-hari (Ul 6:7). Bila orangtua bertobat dan takut akan Tuhan akan menjadi sumber kebahagiaan bagi seluruh keluarganya (Mzm 128)

Marilah kita mendidik anak-anak kita takut akan Tuhan. Kalau orangtua tidak pernah memberikan teladan hidup yang takut Tuhan setiap hari yang dapat dilihat anak, anak akan rapuh bahkan bisa hancur hidupnya setelah dewasa. Anak akan sakit hati karena melihat orangtuanya hanya pandai memerintah,

Pendahuluan 3

Kita bisa amati hari-hari ini, merebaknya kejahatan sudah sampai tingkat yang memprihatinkan dunia. Bahkan kini narkoba mungkin sudah tidak dapat diberantas secara tuntas lagi di seluruh dunia. Pertanyaannya, adakah lembaga yang masih bisa dipercaya untuk menanggulanginya? Ada! Yaitu keluarga.

Pada zaman modern sekarang ini, semakin banyak manusia tidak menyadari bahwa lembaga keluarga adalah lembaga tertua yang dibangun oleh Allah sendiri sejak dunia dijadikan. Berbagai terpaan pencobaan datang silih berganti dari zaman ke zaman menimpa lembaga ini, namun faktanya telah teruji dan tetap tegar tak tergoyahkan dari masa ke masa. Namun pertanyaan, keluarga siapakah yang dapat dijadikan contoh hidup dalam berkeluarga di zaman modern sekarang ini? Ya, seharusnya keluarga Kristen. Marilah kita kembali pada prinsip Alkitab tentang bagaimana membangun keluarga sesuai rencana-Nya semula. Tuhan akan menolong kita.

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, lembaga keluarga dinilai mempunyai kekuatan untuk mencegah anak-anak agar tidak terjerumus narkoba yang tengah mengancam dunia ini. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa lembaga keluarga adalah kunci yang tepat dan dapat dipercaya dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya. 2

1 Dick Iverson, Memulihkan Keluarga (Jakarta : Harvest Publication House,1990), 1 2 Erwin Pohe, Peran Keluarga Menghadapi Narkoba (Jakarta : Gerbang Aksa,2000), 6

Bab 2 TANGGUNG JAWAB ORANGTUA

M Secara jasmani, anak bertumbuh sehat dan tidak sakit-sakitan. Secara jiwani,

embesarkan anak bukan hanya menyangkut masalah makanan saja (hal jasmani), namu juga menyangkut jiwani dan rohani. Setiap orangtua tentu ingin agar anaknya bertumbuh sehat dari segala segi.

yakni emosi dan pikirannya bertumbuh normal, memiliki rasa percaya diri, dan hidup saling mengasihi. Secara kerohanian, anak bertumbuh dewasa dalam pengenalan akan Tuhan dan hidup berkenan kepada-Nya (2 Ptr 3:18).

Ada tiga tanggung jawab utama orangtua kepada anak, adalah menerima kehadiran anak, mencukupi kebutuhan anak, dan mendidik anak.

2.1 MENERIMA DAN MENGASIHI ANAK

a. Menerima diri anak seutuhnya

6 Mendidik Anak

Orangtua harus menempatkan penilaian Tuhan di atas penialian manusia. Terkadang orangtua menilai anak laki-laki lebih daripada anak perempuan, anak yang tampak/cantik maupun pintar lebih dihargai daripada anak yang biasa- biasa saja. Padahal Tuhan tidak pernah memandang dan menilai demikian.

Menerima kehadiran anak adalah wujud nyata kasih orangtua terhadap anak. Kasih adalah berkat besar yang dinikmati anak dalam sebuah keluarga. Keluarga seharusnya menjadi tempat kasih bertumbuh dan menghasilkan tindakan kasih. Orangtua harus mengasihi anak-anaknya dengan kasih Kristus,yaitu kasih tanpa syarat apapun. Kasih tanpa syarat merupakan ungkapan kasih Allah. Cara mengasihi yang sesuai dengan cara Allah diungkapkan dalam kesediaan untuk saling menerima tanpa syarat orang lain sebagai pribadi yang seutuhnya. Menerima kehadiran anak yang seutuhnya berarti menerima

segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak karena faktor

pembawaan sejak lahir. Misal, anak pemalu, cacat fisik, kurang pintar, kurang tampan atau cantik, dan sebagainya. Menerima kehadiran anak bukan

saja mau menerima kekurangan anak tetapi juga membantu mencari dan mengembangkan kelebihan yang ada pada anak. Sikap penerimaan orangtua

yang tanpa syarat adalah dasar yang sejati bagi perkembangan emosi dan

kerohanian anak. Anak merasa kehadirannya sangat diterima dan diharapkan serta diperhatikan oleh orangtua. Dr.Volkhard Scheunemann mengatakan sebagai berikut:

“Pentingnya orangtua menerima keberadaan anak dan salah satu bentuknya adalah kesediaan untuk mendengarkan. Orangtua yang baik mengusahakan

waktu untuk mendengar dengan penuh perhatian, terlebih untuk mengerti

Tanggung Jawab Orangtua 7

b. Mengasihi anak dengan kasih murni

Setiap orangtua tentu mengasihi anak-anaknya. Tetapi kadangkala anak itu tidak merasakan kasih tersebut. Malah mungkin ia merasa dibenci oleh orangtuanya. Pertanyaannya mengapa kasih tersebut tidak sampai ke diri anaknya? Dr. Setiawani menguraikan mengenai kasih dengan bagus sekali sebagai berikut : 2

Kasih yang kurang tepat

1) Kasih yang bersifat memiliki Keinginan untuk memiliki menjadikan orangtua mendorong anak untuk bersandar kepada orangtua secara berlebihan. Ketika masa kanank-

kanak, adalah kecenderungan yang wajar jika anak bergantung pada orangtuanya. Anak itu sangat bergantung dan membutuhkan orangtuanya. Tetapi semakin bertambahnya usia anak itu, tingkat ketergantungan itu seharusnya semakin berkurang.

Ada orang yang menginginkan anak itu terus menerus bergantung kepada mereka. Anak-anak mereka dianggap sebagai milik mereka. Orangtua yang demikian pada akhirnya akan menghalangi mereka menjadi anak-anak yang mandiri.

2) Kasih yang bersifat menggantikan Kasih yang bersifat menggantikan ini adalah kasih yang menghendaki

agar anak-anak itu dapat menggenapi cita-cita yang diidamkan oleh orangtuanya, dimana pada masa lalu, orangtua itu gagal mencapai ciota- cita tersebut.Misalnya, pada masa lalu seorang ibu gagal menjadi seorang

8 Mendidik Anak

umumnya, orangtua yang demikian adalah orangtua yang kekurangan kasih atau kesepian sehingga menuntut agar anak menyertainya dan mengerti dirirnya. Kasih seperti ini adalah kasih yang memutarbalikkan peranan. Sebenarnya, anaklah yang membutuhkan perhatian, kasih dan pendamping di dalam hidupnya.

4) Kasih yang bersifat pilih kasih Kecenderungan orangtua lebih mengasihi anak yang pandai, cantik atau tampan, menarik dan sebagainya. Kasih ini banyak menimbulkan masalah.

Contoh yang nyata dalah kasus Ishak lebih mengasihi Esau daripada Yakub, yang akhirnya menimbulkan masalah yang berlarut-larut dalam keluarga. Bahkan hampir terjadi pembunuhan.

Anak membutuhkan kasih dan juga keadilan. Kasih yang bersifat pilih kasih adalah kasih yang tidak adil (merata). Mengapa banyak anak menghjina dan tidak menghormati orangtuanya, salah sebabnya adalah karena orangtua yang tidak mampu berlaku adil terhadap anak-anaknya. Kasih yang tidak adil banyak menimbulkan kesulitan dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak.

Kasih yang tepat : kasih Kristus

Orangtua harus menanamkan kasih yang tanpa syarat, yaitu kasih Kristus. Kasih Kristus adalah kasih yang walaupun dan bukan jikalau. Kasih tanpa syarat itu telah dinyatakan Kristus di kayu salib mati untuk kita, bahkan ketika kita masih berdosa (Rm 5:8), bukan karena syarat-syarat tertentu di dalam diri kita yang menjadikan Dia mengasihi kita. Bukan kita yang lebih dulu mengasihi

Tanggung Jawab Orangtua 9

2.2 MENCUKUPI KEBUTUHAN ANAK

Kebutuhan anak meliputi kebutuhan jasmani, emosi, intelektual, sosial, dan religius serta karakter.

a. Kebutuhan jasmani

Kebutuhan jasmani bisa mencakup sandang, pangan, dan kesehatan. Pertumbuhan jasmani dan kesehatan merupakan kebutuhan vital bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Orangtua perlu memperhatikan makanan bergizi dan sehat bagi pertumbuhan dan kesehatan anak.

Tanpa kesehatan tubuh akan menghambat segala aktifitas anak. Selain itu, orangtua perlu mengajarkan anaknya memiliki pola hidup, pola makan yang baik untuk kepentingan anak sendiri dan juga kepentingan pelayanan bagi Tuhan,”Muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Kor 6:20).

b. Kebutuhan emosi

Perkembangan jasmani yang dialami oleh anak juga mempengaruhi keadaan emosinya dalam usaha menemukan identitas dirinya ketika memasuki masa remaja. Penerimaan dan penilaian orangtua terhadap anak akan menjadi dasar penerimaan dan penilaian anak terhadap dirinya sendiri. Sikap, tindakan dan kata-kata orangtua sangat memengaruhi perkembangan emosi anak.

Hal utama yang perlu orangtua ketahui untuk memenuhi kebutuhan emosi anaknya adalah suasana tenang dan aman dalam rumah tangga orangtuanya. Itulah yang paling dibutuhkan oleh anak. Banyak kenakalan anak

10 Mendidik Anak

mengandung imunisasi tetapi sekaligus membuka kontak yang hangat dan in- tim serta meletakkan rasa aman pada jiwa anak. Kedua, hubungan orangtua dan anak. Perasaan aman pada anak tergantung pada kerukunan hidup orangtua. Itulah yang menjamin suasana keluarga yang kondusif dan sejahtera. Karena itu, orangtua jangan sekali-kali ribut atau bertengkar di depan anak. Keributan atau percekcokan yang disaksikan oleh anak dapat membuat anak-anak tidak betah tinggal di rumah dan suka mengembara. Jadi, pertengkaran orangtua

merugikan alam perasaan anak. 3

Sebaliknya, tunjukkan rasa hormat di antara suami istri agar anak-anak Saudara juga belajar untuk dapat menunjukkan rasa hormat kepada Saudara sebagai orangtua serta saudaranya. Dan juga kelak kepada suami atau istrinya. Karakter baik ini dimulai dari dalam keluarga, terutama dari dalam diri orangtua sendiri.

Berikut adalah cara praktis bagaimana orangtua bisa memenuhi kebutuhan emosi anaknya secara sehat :

 Libatkan diri Saudara dalam kehidupan anak Orangtua perlu melibatkan diri dalam kehidupan anaknya sehingga akan

tercipta suatu hubungan yang akrab, harmonis, hangat dan terbuka antara orangtua dan anak. Dengan melibatkan diri dalam kehidupan anak, orangtua dapat mengerti kesulitan yang sedang dihadapi oleh anaknya sehingga orangtua bisa membantu memberikan solusi.

Saya hampir setiap minggu meninggalkan rumah beberapa hari karena panggilan pelayanan maupun mengajar ke luar kota. Setiap saya pulang dari luar

Tanggung Jawab Orangtua 11

Kondisi seperti ini makin mengakrabkan antara orangtua dan anak. Orangtua menjadi bagian dari kehidupan pribadi anak, sehingga ketika anak memiliki pergumulan atau masalah, ia akan menyelesaikannya melalui orangtua. Anak tidak mencari solusi di luar rumah.

Bambang Mulyono mengungkapkan sebagai berikut: “Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menimbulkan

akibat buruk bagi anak. Bila orangtua tidak memberi kesempatan dialog dan komunikasi, maka anak-anak tidak mungkin membuka diri dan menceritakan masalah atau persoalannya. Anak tidak dapat berkembang dengan baik. Justru anak akan banyak menemui masalah yang sulit dalam perkembangannya”. 4

Dengan demikian, penting sekali orangtua membangun hubungan yang akrab sehingga tercipta komunikasi terbuka antara orangtua dan anak. Melalui dialog dan komunikasi terbuka tersebut, orangtua dapat menyatakan rasa kasih sayang sebagai wujud nyata perhatiannya kepada anak.

 Berikanlah waktu yang berkualitas untuk anak Saudara Saya amati anak-anak yang terjerumus dalam pelbagai perilaku yang tidak

wajar sering disebabkan karena kurangnya komunikasi dengan orangtua dalam masa kanak-kanak hingga masa perkembangan selanjutnya. Bisa disebabkan karena orangtua sibuk dengan pekerjaan atau pelayanan sehingga kebutuhan anak yang paling mendasar yaitu kasih sayang, perhatian dan pelukan dari orangtua terabaikan.

12 Mendidik Anak

Seringkali banyak orangtua berdalih “kami bekerja siang malam kan demi kesejahteraan taraf hidup keluarga—anak-anak!” Itulah sebabnya banyak orangtua menggantikan “waktu bersama” anak dengan materi, maupun hadiah- hadiah. Memang anak butuh semua itu tetapi kebersamaan dengan anak tidak dapat digantikan oleh apa pun juga kecuali kehadiran orangtua.

Dr. Narramore menjelaskan bahwa anak yang merasa tidak dikasihi bukan berarti anak yang menyendiri, menyesali diri dan merenungkan betapa kesepian dan tidak dikasihi mereka. Namun, anak yang merasa tidak dikasihi dapat mewujudkan diri dalam bentuk kesepian, merasa tidak dihargai di rumah,

merasa kehadirannya mengganggu orang lain, atau sekedar dikesampingkan. 5

Kesibukan orangtua yang terlalu banyak menyita waktu dan hampir- hampir tidak ada waktu bagi anak dapat mengakibatkan hal-hal buruk bagi anak. Kebutuhan anak bukan saja materi, tetapi juga kasih sayang, perhatian dan penerimaan yang tulus dari orangtua. Akibatnya anak tidak betah tinggal di rumah, cenderung untuk meninggalkan rumah dan ingin bersama teman- temannya.

Memang cara anak mengeskpresikan perasaannya tidaklah sama. Ada anak hanya menyerah begitu saja dan mengalami depresi. Ada lagi yang suka bermusuhan, membuat keributan, perkelahian karena merasa sok jagoan. Ada juga anak yang berpaling kepada narkoba, alkohol, seks bebas, dan perbuatan buruk lainnya sebagai usaha untuk mendapatkan penerimaan, pengakuan, perhatian dan kasih sayang yang mereka tidak peroleh di rumah.

Itu sebabnya orangtua perlu membagi waktu yang efektif bagi anak.

Tanggung Jawab Orangtua 13

mengungkapkan kasih kita kepada anak-anak kita selain memprioritaskan mereka. Praktekkanlah!

Memberikan waktu ber-”kualitas” pada dasarnya berisikan kemampuan kita untuk mendengarkan anak-anak kita dengan penuh simpati, menghargai pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan mereka, dan menikmati waktu kita bersama-sama. 6

Kami sekeluarga menjadwalkan agenda waktu-waktu khusus bagi anak- anak kami. Kami menyediakan waktu untuk bisa beraktivitas bersama mereka. Agenda bersama anak itu tidak selalu harus mengeluarkan banyak biaya. Kami berjalan-jalan bersama, bermain, mengajaknya ke luar membeli es krim, nonton TV atau film, menemani anak lomba, mengantar anak les, mengantar pergi ke toko mainan, atau makan malam di luar. Hal-hal itu kami lakukan sebenarnya kami sedang mengajarkan tentang pentingnya hubungan pribadi. Kami dapat melihat betapa senang anak-anak kami berada di dekat kami. Dan kami pun sangat menikmati kebersamaan itu.

Sesekali saya mengajak keluarga ikut pelayanan ke luar. Kebersamaan itu kami manfaatkan untuk sharing tentang harapan, cita-cita, saling tukar menukar informasi, menceritakan pengalaman kami berdua, menceritakan pelayanan bahkan bisa berbagi pergumulan keluarga untuk didoakan bersama. Berbagi pergumulan bukan bermaksud memberi beban mental bagi anak, tetapi kami ingin mengajarkan hidup bertanggungjawab kepada anak-anak kami. Memang tidak semua pergumulan kami ceritakan. Ada hal-hal tertentu hanya untuk kami pribadi sebagai orangtua, dan anak tidak perlu tahu.

14 Mendidik Anak

saya tidak sadar bahwa saya tadi sedang bermain dengan anak saya. Saya hanyut dalam pusaran kesibukan saya sendiri. Ketika saya sedang membaca buku sambil mengajak anak untuk bermain, itu tidak bisa disebut “waktu bersam-sama”! Karena itu jangan menghitung waktu duduk bersama-sama di satu ruangan sambil membaca sebagai “waktu bersama-sama” dengan anak. Itu bukan waktu tenang.

Sejak ditegur oleh istri saya, dan saya mulai menyadari bahwa anak- anak memerlukan waktu untuk bersama-sama dengan saya. Saya berusaha keras untuk menyediakan waktu. Saya memutuskan mencari suatu cara untuk bersantai dan melepaskan segala kesibukan dan ketegangan maupun kegiatan membaca agar dapat melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama dengan anak-anak kami.

Saudara perlu membina hubungan baik dengan cara meluangkan sedikit waktu setiap hari atau setiap minggu bersama anak-anak Saudara, hanya sekedar untuk bersenang-senang bersama. Tentu saja, apa hendak Saudara lakukan berbeda-beda sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan anak Saudara dan juga tergantung pada selera anak Saudara. Pasti itu sangat menyenangkan hati mereka.

Tonci Salawaney mengatakan : “Banyak orangtua yang tidak mengerti sifat anak-anaknya, sehingga

timbullah garus pemisah di antara mereka. Antara orangtua dan anak hendaknya terjalin persahabatan yang erat. Orangtua dengan kesibukan

apapun harus mengambil cukup waktu bergaul dengan anak-anak

Tanggung Jawab Orangtua 15

Keluarga harus bisa menjadi tempat komunikasi antara orangtua dengan anak. Keluarga menjadi tempat yang berfungsi untuk mencari perlindungan atau rasa aman dan dukungan baik moral, emosional maupun spiritual serta tempat memecahkan masalah bagi anak. Dengan demikian, anak tidak akan mencari solusi di luar rumah atau mencari kompensasi (pengganti) dengan hal-hal negatif (misal, tawuran, balapan motor, seks bebas, alkohol, dll) dalam menyelesaikan masalahnya atau mencari-cari pengganti kasih yang tidak mereka alami di rumah.

 Berikanlah pujian yang tulus Anak mengharapkan pujian dari orangtua adalah suatu hal yang wajar.

Orangtua perlu memuji anak atas hal-hal yang orangtua anggap penting. Misalnya, anak menunjukkan tingkah lakunya yang baik, nilai baik atau prestasi yang diperolehnya, maupun atas tanggungjawabnya yang dikerjakan dengan baik, dan lainnya.

Pujian yang tulus akan berdampak positif bagi perkembangan kepribadian dan rasa percaya diri anak. Sebagai orangtua yang bijak, Saudara jangan mengatakan sesuatu jika Saudara tidak benar-benar serius dengan ucapan Saudara.

Pujian dapat membangun rasa percaya diri dan juga sebaliknya dapat meruntuhkannya. Jan Dargatz mengatakan demikian:

“Pujian yang tulus dan ramah atas sesuatu hal yang layak dihargai sangat berperan dalam membangun harga diri dan keyakinan seorang anak. Pujian

adalah salah satu tiang penyangga untuk membangun harga diri

16 Mendidik Anak

rasa harga diri dan percaya diri anak. Tanpa sadar, itu secara halus membunuh perkembangan karakter baik di dalam diri anak Saudara. Saudara perlu bertobat untuk tidak lagi mengucapkan kata-kata yang negatif, yang merendahkan harga diri anak, kurang menghargai anak-anak, yang membangkitkan kemarahan dan kebencian di hati mereka.

 Manfaatkan waktu di meja makan Kami memanfaatkan waktu bersama di meja makan untuk saling melayani,

tempat berkomunikasi dan bercerita tentang pengalaman kehidupan kami maupun kehidupan anak. Waktu makan bersama “sekeliling meja” disitulah kami belajar untuk saling mendengarkan dan memperhatikan (Mzm 128:3).

Selain itu, percakapan pada waktu makan bersama dapat menjadi tempat “seminar harian” untuk mengajarkan banyak hal. Misal tentang nilai-nilai hidup Kristen atau membahas hal-hal yang relevan dengan berita-berita hari itu. Terkadang kami sengaja mengajukan pertanyaan atau hal-hal sehubungan dengan apa yang mereka saksikan di TV, atau apa yang terjadi di sekolah atau di mana saja. Tapi perlu Saudara pahami, jangan mengajukan masalah-masalah yang berat. Sebaiknya sesuai dengan kemampuan anak, dan disajikan dengan bahasa sederhana dan ringan sehingga pembahasan mudah dicerna oleh anak. Ingat, mereka sedang belajar dan mencari pengertian.

Bukankah Tuhan Yesus beberapa kali memakai kesempatan makan bersama untuk berkomunikasi dengan para murid-Nya? Bahkan setelah kebangkitan-Nya, Ia meminta makan pada murid-Nya. Kejadian itu mencelikan mata mereka sehingga mereka mengerti bahwa itu adalah Tuhan. Juga di kitab

Tanggung Jawab Orangtua 17

berakal...” (Mzm 32:8-9). Pikiran itu penting bagi manusia sendiri dan juga bagi Tuhan. Kemampuan berpikir adalah pemberian Tuhan bagi kita dan kita

bertanggungjawab memakainya untuk memuliakan nama-Nya,”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk 12:30).

Dengan demikian, anak pun membutuhkan perkembangan intelektualnya. Orangtua dapat memenuhi kebutuhan intelektual ini dengan memberi kesempatan anak untuk menilai, memecahkan masalah, mengutarakan pendapat atau ide maupun argumentasi. Banyaknya pengalaman dan latihan dalam menilai, memecahkan masalah, mengutarakan pendapat atau alasan sangat membantu anak berpikir seimbang dan sehat. Jadi, penting sekali orangtua memberi kebebasan berpikir bagi anak.

Selain di atas, orangtua dapat menyediakan buku-buku bermutu yang dapat memperdalam pengertian dan memajukan daya berpikir anak. Bacaan atau berita di surat kabar maupun TV dapat menjadi bahan diskusi terbuka dengan anak untuk mengajar anak menilai dengan akal sehat dan juga berdasarkan iman Kristen. Memenuhi kebutuhan intelektual anak adalah tanggung jawab orangtua.

d. Kebutuhan sosial: Lindungi Pergaulan Anak Saudara

i) Jangan mengekang pergaulan anak Saudara Setiap anak membutuhkan pergaulan sebagai kebutuhan untuk

mengembangkan sosialnya. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dengan sifat sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial? Itulah sebabnya,

18 Mendidik Anak

ii) Berikan pedoman pergaulan Pengaruh pergaulan tidak boleh dianggap remeh oleh orangtua sebab Firman Tuhan sudah memberi peringatan tegas,”Janganlah kamu sesat:

pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik ” (1 Kor 15:33). Tidak jarang terjadi, bahwa seorang anak “terpaksa” melakukan tindakan-

tindakan yang kurang baik karena adanya “paksaan” tertentu dari teman- teman sebayanya. Bisa juga karena rasa solider sehingga ia terpaksa mengikutinya agar tidak dianggap anak mama, banci dan tidak dimusuhi oleh kelompok tersebut.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai contoh-contoh lainnya dan itu membuat para orangtua merasa kuatir dan cemas terhadap anak mereka. Apalagi kalau teman-teman sepermainannya tadi rata-rata berasal dari lingkungan sosial yang kurang baik.

Di sini betapa pentingnya orangtua mengajarkan Alkitab sebagai pedoman hidup bagi anak sehingga anak bisa menyeleksi teman pergaulannya. Anak dapat mengambil keputusan tentang apa yang baik dan yang buruk bagi dirinya sendiri sesuai pedoman Firman Tuhan yang telah diajarkan kepada mereka. Amsal 13:20 memberi peringatan,”Siapa bergaul

dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang”.

Pedoman atau patokan pergaulan yang benar bagi orang Kristen adalah Alkitab dan bukan atas dasar kekayaan atau kemampuan materiil belaka. Sebab itu hanya akan menjerumuskan anak ke dalam kesukaran- kesukaran dalam bergaul. Anak tidak bisa bersikap luwes terhadap teman-

Tanggung Jawab Orangtua 19

Orangtua tidak bisa mengawasi anak-anaknya selama 24 jam sehari. Untuk itu, orangtua harus memiliki patokan atau standar tentang apa yang benar dan yang buruk sebagai pedoman untuk dapat membimbing dan mengarahkan sikap serta perilaku anak. Pedoman yang mutlak benar adalah Alkitab yang adalah Firman Tuhan. Orangtua harus senantiasa mengajarkan Alkitab sebagai pedoman hidup dan pergaulan bagi anak.

Saya percaya tidak ada perlindungan yang benar-benar mampu menjagai anak-anak kita selain mengajarkan Firman Tuhan kepada mereka. Dengan menanamkan nilai-nilai kekristenan sejak dini berarti orangtua telah melindungi anak dari pengaruh-pengaruh buruk pergaulannya.

iii) Berikan pedoman perihal berpacaran 10  Bersikaplah realistis

Berpacaran merupakan pengalaman yang menggembirakan bukan hanya untuk remaja tetapi juga untuk ayah dan ibunya. Ketika anak menginjak remaja, ia mulai tertarik dengan lawan jenis merupakan sesuatu yang wajar. Bersikaplah realistis.  Bersikaplah fleksibel Bagaimana tindakan orangtua menghadapi anak yang mulai pacaran? Saudara harus bijak dalam menangani hal ini. Satu sisi, Saudara tidak boleh bersikap permisif (membiarkan begitu saja), tetapi di sisi lain, Saudara tidak boleh bersikap otoriter ( terlalu kaku dan ketat) seperti zaman Siti Nurbaya. Saudara harus bisa bersikap fleksibel yaitu dengan cara Saudara memberikan pedoman/batasan berpacaran yang sehat dan benar sesuai firman Tuhan.

20 Mendidik Anak

lari dari tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anak mereka dalam memilih pasangan hidup.

Memang dalam mengarahkan anak memilih pasangan hidup, bukanlah hal mudah. Ada cukup banyak hal yang sepatutnya menjadi pertimbangan.  Memberikan batasan yang jelas dan tegas Ketika anak menginjak remaja, tekanan dari teman-teman sebayanya itu sangatlah besar. Pengaruh teman-teman sebaya mereka lebih besar daripada pengaruh orangtuanya terhadap diri mereka. Sebaliknya, jika teman-temannya adalah para remaja Kristen yang aktif, maka mereka akan memperteguh petunjuk-petunjuk atau standar yang diajarkan oleh keluarga.

Selama anak tinggal di rumah Saudara, Saudara berhak untuk menentukan siapa yang boleh menjadi teman mereka. Anak tidak boleh sembarang bergaul dengan teman-teman pilihan mereka sendiri. Para remaja di luar Kristen mungkin tampak jauh lebih menarik daripada remaja Kristen. Persoalannya anak sendiri secara rohani memang belum benar atau kuat sehingga anak-anak di luar Kristen yang duniawi itu lebih menarik dia. Jika Saudara membiarkan anak Saudara keluar dari kelompok remaja Kristen dan pergi bergaul dengan orang-orang duniawi, maka orang duniawi itu akan merusakkan dia. Jika Saudara memberikan pedoman berpacaran diharapkan anak Saudara tidak akan mengikuti keinginannya sendiri yang masih belum matang.

Jangan beranggapan “ah tak mungkin anak saya yang saya didik

Tanggung Jawab Orangtua 21

mereka ketika keluar beberapa jam dengan teman kencannya. Bila orangtua sudah memberikan nasihat dan pedoman soal berpacaran/ berkencan seharusnya orangtua belajar mempercayai anak mereka.

Yang tidak kalah pentingnya adalah tingkatkan kehidupan iman anak Saudara. Untuk anak gadis jangan diijinkan “tergesa-gesa” berpacaran atau bergaul secara mengkhusus. Sebaiknya pergaulan bersifat umum dulu (bersahabat), jangan tergesa-gesa berpacaran. Biasanya bila terus mengkhusus sulit mengadakan pemilihan yang tepat sebab kehilangan kesempatan membandingkan.

Bila Saudara telah mengijinkan anak Saudara berpacaran, tanamkan kepada gadis sebaiknya bermain di tempat-tempat yang ramai, ada orang lain. Pokoknya jangan di tempat yang sepi-sepi, apalagi sepi-sepi malam hari sehingga anak Saudara tidak mudah tergelincir ke lembah kehinaan.

Kalau Saudara telah memberikan patokan yang jelas dan tegas perihal berkencan kepada anak Saudara, maka rasa kuatir setidak- tidaknya tidak mempunyai alasan untuk berkembang ketika anak Saudara pertama kali berpacaran. Jadi, perihal berkencan ini harus Saudara tanggapi secara serius.  Berikan pendidikan seks sejak dini Selain tindakan di atas, sebaiknya orangtua menjelaskan perihal pendidikan seks kepada anak mereka. Ayah untuk anak laki-laki dan ibu untuk anak perempuan. Berikanlah penjelasan tentang pendidikan seks secara masuk akal, terbuka, jelas, tegas dan jujur. Jangan menakut-

22 Mendidik Anak

Ketika anak kami mulai menginjak remaja, kami sudah mulai mengajarkan pendidikan seks kepada mereka. Bila kami belum “sampai hati” memberi penjelasan, kami menyediakan buku-buku tentang seks supaya anak dapat disuruh membaca sendiri. Terkadang muncul pertanyaan yang tak terduga dari anak kami, dan kami kebingungan menjawab. Kami pun tidak menjawab saat itu. Saya dan istri saya berdiskusi terlebih dahulu agar jawaban kami dapat memenuhi rasa ingin tahu secara cukup dan proporsional sesuai usia dan kebutuhan anak.

Bila Saudara merasa malu dan sukar untuk melakukan hal ini, tidak usah kuatir. Sebab sudah banyak buku-buku tentang seks oleh pakar Kristen di toko-toko buku Kristen.

Jangan lupa, buku-buku tentang seks itu harus disesuaikan dengan usia anak Saudara agar dapat mengarahkan anak dengan tepat dan benar. Dan bukan sebaliknya justru membangkitkan nafsu seksnya. Di sini Saudara harus berhati-hati.

e. Kebutuhan Rohani dan moral

Kebutuhan rohani dan moral (etika) saling keterkaitan atau tak terpisahkan. Kedewasaan rohani dan karakter yang menyerupai Kristus adalah kehendak Tuhan. Kedewasaan rohani dan karakter yang baik tidak terjadi dengan sendirinya , melainkan suatu proses melalui kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai Alkitab. Di sinilah peran besar orangtua dibutuhkan untuk mengajarkan kebenaran kepada anak mereka.

Tanggung Jawab Orangtua 23

telah mendapat mandat dari Tuhan untuk mendidik anak-anak mereka kepada ajaran dan nasihat Tuhan.

a. Perlunya mendidik anak

Ada beberapa alasan pokok pentingnya orangtua mendidik anakya: Pertama : karena anak sudah terlahir dalam dosa, mewarisi sifat-sifat

dosa dari Adam dan secara alami memiliki kecenderungan berbuat dosa. Anak-anak dilahirkan dengan sifat dasar yang tidak baik. Walaupun mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, mereka dilahirkan dengan kecenderungan untuk berdosa dan memberontak. Itulah sebabnya, anak-anak sangat membutuhkan didikan dan disiplin dari orangtua mereka (Ef 6:1).

Memang anak yang baru lahir belum berdosa dalam arti melakukan kejahatan dan dosa secara moral, namun ia disebut orang berdosa karena mewarisi kodrat dosa,”Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia

oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm 5:12). Perbuatan dosa secara moral itu merupakan ekspresi dari sifat berdosanya. Sebab semua manusia telah berdosa, termasuk anak-anak kecil sehingga mereka membutuhkan pengampunan dosa dan keselamatan. Orangtualah yang harus mendidik dan menuntun anak kepada jalan keselamatan,”Ingatlah

juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Tim 3:15).

24 Mendidik Anak

Ketiga : faktanya anak yang dibiarkan semaunya sendiri tidak akan pernah bisa melakukan maksud Tuhan dalam hidupnya, sebaliknya akan mempermalukan dan mendukacitakan hati orangtuanya. Salamo berkata,”Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya ” (Ams 29:15) dan selanjutnya juga dikatakan,”Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya, dan memedihkan hati ibunya ” (Ams 17:25).

b. Target dalam mendidik anak

Ada tiga target utama orangtua dalam mendidik anak, yaitu menjadikan anak takut akan Tuhan, anak taat dan menghormati orangtua serta hidup saling mengasihi. Ketiga target tersebut saya bahas di bab 3.

1 Volkhard dan Gerlinda Scheunemann, Hidup Sebelum dan Sesudah Nikah (Malang: YPPII, 2008), 90

2 Stephen Tong dan Setiawani Seni Membentuk Karakter Kristen (Surabaya : Momen- tum,1995),12-16 3 Ibid, 89-90 4 Y. Bambang Mulyono, Mengatasi Kenakalan Remaja (Yogyakarta : Andi, 1985), 46 5 Bruce Narramore, Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk (Bandung : Kalam Hidup,1980),67 6 Ibid, 69

7 Tonci R. Salawaney, Apakah Rumah Tangga Anda Bahagia (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,1998), hlm. 102-103

8 Jan Dargatz, 52 Cara Membangun Harga Diri dan Percaya Diri Anak (Jakarta : Pustaka Tang- ga,1999), 2-3 9 Soerjono Soekamto, Remaja dan Masalah-masalahnya (Jakarta :BPK Gunung Mulia,1985), 21 10 Perihal berpacaran, saya telah membahasnya secara mendalam di dalam buku saya

“Bible, Pray, Love” (Yogyakarta:Andi, 2015). Silakan membaca dan semoga membantu Saudara dalam membimbing anak Saudara perihal jodoh sehingga dapat menentukan

Bab 3 TARGET UTAMA ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

3.1 ANAK TAKUT AKAN TUHAN

O Jangan membiarkan anak-anak Saudara begitu saja dengan harapan bahwa

rangtua memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan kerohanian anak-anaknya. Saudara sebagai orangtua mempunyai hak istimewa memimpin anak Saudara untuk mengenal Tuhan Yesus secara pribadi.

mereka kelak akan mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat karena mereka tinggal di keluarga Kristen.

Kapan waktu yang tepat bagi orangtua untuk mulai mengajar anaknya tentang Tuhan? Sesuai kesaksian Alkitab adalah sejak kecil. Bagaimana caranya?

a. Jadikan diri Saudara menjadi teladan baik

Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu

26 Mendidik Anak

dan dengar dari orang lain, khususnya adalah orangtua. Orangtua adalah orang yang pertama kali dilihat anak setiap harinya. Segala sesuatu yang dilakukan orangtua dijadikan sebagai contoh dan tolok ukur bagi anak untuk menilai mengenai apa yang baik dan buruk, antara yang boleh dilakukan dan tidak. Jelas sekali, di sini pengaruh orangtua luar biasa besarnya.

Untuk itu orang tua harus menjadi teladan baik, yaitu dengan memperlihatkan (memperagakan) apa yang telah diajarkan kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Sebab jika pengajaran orang tua bertentangan atau berbeda dengan tindakan sehari-hari, maka anak akan kehilangan pengaruh terbesar, yang dibutuhkan untuk mendorong anak hidup dalam kebenaran firman Tuhan.

Sebagai orangtua, Saudara harus mempunyai kehidupan yang konsisten di depan anak-anak Saudara. Saudara perlu memeriksa diri setiap hari apakah Saudara sendiri hidup sesuai kebenaran atau tidak. Teladan baik orangtua

kepada anaknya berfungsi sebagai peta jalan bagi mereka di masa depan.

Larry Keefauver mengatakan demikian: “Teladan yang paling utama yang harus ditiru oleh anak-anak adalah

hubungan orangtua dengan Allah”. 1

Banyak orangtua beranggapan sudah memenuhi tanggungjawabnya mencukupi kebutuhan pendidikan rohani dengan menyuruh anak ke gereja, sedangkan teladan pribadi kurang bahkan sering tidak dipedulikan. Mereka juga beranggapan bahwa yang kompeten mengajarkan bidang kerohanian itu adalah tugas pendeta, guru Sekolah Minggu di gereja dan guru agama di sekolah.

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 27

manusialah yang akan meniru perilaku binatang. Mengapa? Karena manusia dilahirkan dengan karakter sedangkan binatang tidak. Binatang tidak akan saling mempengaruhi. Anak ayam tetap akan berperilaku seperti ayam walaupun tanpa diajar induknya bagaimana menjadi seekor ayam. Ayam tidak akan mengikuti perilaku binatang lain meskipun dicampur bertahun-tahun lamanya.

Lain dengan manusia. Seorang anak manusia bila tidak dididik dan diberi contoh/teladan bagaimana hidup yang benar di hadapan Tuhan oleh orangtuanya, niscaya tidak akan pernah menjadi “manusia”. Memang tubuhnya manusia, tetapi apakah perilakunya sudah mencerminkan keserupaan dengan Tuhan? Jadilah orangtua bijak untuk membawa anak Saudara kepada kepenuhan Kristus yang adalah rupa dan gambar Allah yang tidak kelihatan. Menjadi serupa Kristus sama artinya segambar dengan Allah.

Manusia itu secara tidak sadar tertular perilaku “kebinatangan” karena Adam dan Hawa relatif cukup lama bergaul dengan binatang di Taman Eden. Sebelum Adam dan Hawa berdosa, gambar Allah masih utuh sehingga segala perilaku dari luar tidak dapat menulari perilaku mereka. Setelah mereka berdosa, gambar Allah dalam diri mereka menjadi rusak (Rm 3:23). Sehingga gambar-gambar lain yang dijumpainya turut membentuk gambar dirinya. Bukankah kita pernah mendengar ungkapan kalau ada orang yang jahat, sadis terhadap sesamanya, lantas masyarakat berkata : ah... orang itu kejam seperti binatang. Mengapa tidak pernah dikatakan binatang itu kejam seperti manusia? Ingat, manusia adalah makhluk peniru, dan binatang tidak! Betapa pentingnya teladan hidup yang benar bagi anak-anak Saudara.

28 Mendidik Anak

Dia menghendaki setiap orang yang menerima-Nya mewarisi karakter dan perilaku-Nya.

Salah satu bahagia paling besar bagi keluarga yaitu mempunyai keturunan yang beribadah, mencintai Tuhan, dan yang beriman sungguh-sungguh. Harta Saudara yang paling besar bukan aset Saudara, bukan segala fasilitas hidup yang Saudara miliki dan bukan pula angka yang panjang di bank, tetapi anak-anak yang beribadah dan takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang suci serta limpah yang akan berguna bagi sesama dan terlebih bagi Tuhan dan pekerjaan- Nya.

Saudara jangan sampai kehilangan wibawa di hadapan anak-anak Saudara. Wibawa Saudara akan runtuh jika Saudara tidak sanggup memberi teladan baik bagi anak Saudara. Dr. Narramore mengatakan sebagai berikut:

“Jika anak-anak melihat orangtu mereka hidup saleh, mereka akan belajar untuk melakukan hal yang sama.Kalau seseorang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat, maka ia menjadi jujur. Kalau anak-anak memperhatikan

ayah dan ibu mereka selalu jujur, maka mereka akan jujur juga. Kalau mereka melihat orangtua mereka tidak jujur, maka mereka cenderung untuk tidak jujur terhadap diri mereka sendiri atau paling tidak hanya menaruh sedikit perhatian untuk apa yang dikatakan oleh orangtua mereka tentang Allah”. 2

Jelas bagi kita bahwa karakter anak itu ditentukan oleh bagaimana karakter orangtuanya. Penting sekali, Saudara senantiasa bercermin dan belajar pada Firman Tuhan sehingga anak-anak Saudara mengikuti jejak iman Saudara. Saya ulangi lagi, salah satu cara terbaik untuk menolong anak Saudara

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 29

yang bijak seperti Paulus berkata,”Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus” (1 Kor 11:1).

Berupayalah menjadi contoh baik, bukan sempurna bagi anak Saudara. Sebab kenyataan tidak ada orangtua yang sempurna. Saya sendiri pun menyadari memiliki kelemahan dan kekurangan baik sebagai suami bagi istri saya, sebagai ayah bagi anak-anak kami dan juga sebagai hamba Tuhan bagi jemaat yang saya gembalakan. Tanpa disadari, saya telah bertindak bodoh. Sewaktu saya menyadarinya, saya memakai pengalaman “kebodohan” itu untuk mengajarkan sikap terbuka, rendah hati, mau dikoreksi dan saya mengakui kesalahan tersebut dan meminta maaf baik kepada istri, anak-anak maupun jemaat. Jadi kebodohan pun bisa menjadi pelajaran yang berharga. Baik sebagai pelajaran saja tetapi tidak baik untuk diulang kembali!

b. Buatlah ibadah di keluarga

Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Bapak-ibu adalah guru-gurunya. Bukan sebagai guru bahasa, matematika, atau ilmu pengetahuan lainnya, melainkan sebagai guru agama dan etika. Orangtua adalah pendeta bagi anak. Pendidikan inilah yang sering diabaikan oleh banyak keluarga Kristen. Sering orangtua beranggapan bahwa mereka sudah memenuhi kebutuhan rohani anak dengan menyuruh mereka ke Sekolah Minggu, dan ibadah lainnya di gereja. Jadi, tanggung jawab memenuhi kebutuhan rohani anak anak terutama ada pada pundak orangtua, bukan pendeta, guru Sekolah Minggu atau guru agama di sekolah. Itu semuanya belum maksimal.

Gereja hanya mengajar anak selama 1 jam. Jika anak ikut kebaktian,

30 Mendidik Anak

i) Mezbah keluarga adalah tempat mencukupi kebutuhan rohani anak. Kebutuhan anak perlu diperhatikan seimbang, baik jasmani, mental emosioal, sosial, intelektual dan spiritual. Mezbah keluarga berdampak baik

sekali bagi perkembangan anak dari sisi spiritual dan juga perkembangan lain seperti mental emosional, intelektual dan sosialisasi anak.

Buatlah mezbah doa di keluarga Saudara. Bawalah seluruh keluarga Saudara pada Tuhan. Tuhan sendiri meminta agar seluruh keluarga kita dilibatkan dalam doa seperti terjadi pada Yoel 2:16,”Kumpulkanlah

bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya”. Jangan remehkan anak-anak Saudara! Berdoalah sekeluarga. Di mana ada kesehatian, di situ ada otoritas Tuhan.

Latihlah anak Saudara berdoa! Kami menjalankan ibadah di keluarga sejak kami menikah. Inilah cara kami memperkenalkan anak

sejak masih dalam kandungan. Ingat, anak belum lahir pun sudah mampu “merekam” semua kejadian yang dialaminya sejak dalam kandungan ibunya sampai hari ini.

Mulai sekarang, libatkan anak-anak Saudara berdoa— bermezbah keluarga. Ini yang diminta Tuhan kepada Saudara. Selain Yoel, raja Yosafatpun diperintahkan Tuhan untuk melibatkan anak-anak,”Sementara

itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan isteri dan anak-anak mereka.” (2 Taw 20:13).

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 31

melainkan menunggu waktu. Pendidikan dan kerohanian selalui melalui proses waktu yang relatif panjang.

Kualitas pribadi dan moral adalah produk taburan dari masa kecil. Masa kecil adalah masa peletakkan fondasi iman, kepribadian dan watak Kristus. Dampak menanamkan iman dari sejak masa kecil kita bisa lihat contohnya pada Obaja. Obaja adalah kepala istana yang bekerja untuk Raja Ahab dan Ratu Izebel yang terkenal kejam. Kitab 1 Raja-raja 18:1-15 mencatat,”Obaja itu seorang yang bersungguh-sungguh takut akan Tuhan” (ayat 3). Kualitas keimanan Obaja telah teruji ketika ia menentang rencana jahat Ratu Izebel yang waktu hendak memerintahkan untuk membunuh semua nabi. Apa yang diperbuat oleh Obaja? Ia menyembunyikan seratus orang nabi dan melindungi mereka. Ia mempertaruhkan nyawanya demi melindungi para nabi Tuhan. Obaja adalah pahlawan iman pada zamannya. Dari mana Obaja mendapat kualitas itu? Obaja membuka rahasianya,”…

hambamu ini dari sejak kecil takut akan Tuhan ” (ayat 12). 5 Contoh lain adalah Timotius. Paulus memberi kesaksian tentang

Timotius,”Ingatlah juga bahwa sejak kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus ” (2 Tim 3:15). Siapa yang

meletakkan fondasi iman kepada Timotius dari sejak kecil? Orangtuanya bahkan neneknya,”Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus, yaitu iman

yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Louis dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu ” (2 Tim 1:5).

Jadi, tabiat baik dan buruk seorang anak adalah produk taburan

32 Mendidik Anak

kepada anak-anakmu dan membicarakan apabila engkau duduk di rumah, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. Selanjutnya dikatakan juga dalam Mzm 78:3-4, “Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada

kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak menyembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan- perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya ”.

Orangtua dapat bercerita tentang Firman Tuhan melalui tokoh- tokoh iman dalam Alkitab, seperti Abraham, Daud, dan lainnya, atau bisa juga melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar Saudara maupun dengan memberi contoh-contoh kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat, diamat-amati oleh anak.

Bicara soal tempat di mana orang tua dapat bercerita Firman Tuhan kepada anak? Alkitab mengatakan setiap tempat dan waktu (Ul 6:4-9) dapat dipergunakan untuk mengajarkan firman Tuhan. Waktu berbaring, waktu dalam perjalanan, waktu makan, waktu bangun, waktu istirahat. Setiap kesempatan dapat dimanfaatkan sebagai moment mengajar anak.

iv) Manfaat lain dari ibadah di keluarga adalah keharmonisan . Tuhan menghendaki agar orangtua dan anak adalah harmonis. Suatu hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak hanya dapat terjadi

jika di dalam keluarga tersebut ada komunikasi yang baik dan hangat. Mezbah keluarga bisa menjadi jalan keharmonisan antara orangtua

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 33

“Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa rumah bagi seorang anak sebenarnya adalah orangtuanya, perasaan aman dalam diri seorang anak tidak berasal dari keadaan rumahnya, tetapi berasal dari hubungan antara kedua orangtuanya”. 6

c. Mendorong anak untuk membaca fi rman Tuhan setiap hari

Bila anak sudah dapat membaca maka Sudara dapat mendorong anak untuk membiasakan diri membaca Alkitab setiap hari (Mzm 1:1-3). Tentunya Saudara sendiri telah membiasakan diri (menjadi teladan) membaca Alkitab setiap hari (Luk 6:31). Firman Allah yang dipraktekkan adalah lebih

meyakinkan ketimbang Firman Allah yang dijelaskan.

Sejak kecil, anak kami sudah kami biasakan agar mereka membaca Alkitab setiap hari, dan hingga hari ini tanpa disuruh sudah melakukannya sendiri. Kami menanamkan pentingnya membaca Alkitab untuk pertumbuhan kerohanian mereka. Anak rajin membaca Alkitab setiap hari karena mereka diberitahu alasannya. Jangan memberi iming-iming akan membeli sesuatu kepada anak agar membaca Alkitab setiap hari. Misal, kalau kamu membaca Alkitab nanti saya belikan jajan, atau saya ajak pergi, dan sebagainya. Sekali lagi, beri alasan yang masuk akal yaitu pertumbuhan rohani.

Melalui pembacaan firman Tuhan setiap hari anak akan mengalami pertumbuhan kerohanian dan sekaligus akan memberikan pengetahuan

tentang apa yang benar dan yang salah, sehingga dalam masa perkembangan menuju masa dewasa, anak dapat mengambil sikap atau keputusan yang benar sesuai dengan firman Tuhan.