STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA

STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh: Faried Rahman Hidayat

NIM. S541102027

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : “STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber acuhan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perudang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs- UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari Ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2013

Materai Rp 6000

Faried Rahman Hidayat S541102027

“ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS: Al-Baqarah ayat 286)

“Maka sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan”

(QS: Al-Insyirah ayat 5)

“Hidup penuh tantangan Hidup harus terus berjalan Hadapilah tantangan hidup

Dan jangan pernah menyesal”

“Semua jalan pasti ada hikmahnya Hikmah tersebut kita ambil Dengan hikmah tersebut kita melangkah ke depan yang lebih cerah Kegagalan ataupun keberhasilan juga merupakan suatu hikmah Jangan takut gagal”

(Penulis, 2003)

Tesis Ini Kupersembahkan Untuk Ibunda, Ayahanda Serta Kakakku Tercinta Begitu Besar Dukungan, Cinta Dan Kasih Sayangnya Sehingga Takkan Terbalaskan Sampai Ajal Menghampiri Tidak Lupa Untuk Istri dan Calon Anakku Yang Setia Dan Sabar Menunggu

Terselesainya Pendidikan Ku

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Tesis mengenai Studi Analisis Profesionalitas Dosen di STIKES Muhammadiyah Samarinda tidak semudah yang peneliti bayangkan. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan peneliti dan kurangnya pengalaman dalam penelitian kualitatif. Namun berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak, semua hambatan dapat teratasi dan tesis ini dapat diselesaikan sebagaian syarat untuk menempuh ujian akhir Program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak tersebut, maka peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Megister Kedokteran Keluarga.

4. Ari Natalia Probandiri, dr, MPH, PhD selaku Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Keluaraga.

5. Prof. Dr. Ambar Mugdigdo, dr, Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang memberikan bimbingan dan bantuan serta cara tesis yang baik.

banyak memberikan bimbingan,petunjuk maupun saran kepada peneliti.

7. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku mantan Ketua Program Studi Megister Kedokteran Keluarga yang telah menerima kami sebagai mahasiswa pada minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

8. Seluruh staf pengajar dan administratif Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada peneliti.

9. Ketua, Dosen dan seluruh Staf Stikes Muhammadiyah Samarinda yang telah memberikan dukungan administrasi dan proses pengambilan data demi kelancaran tesis yang sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis.

10. Ayahanda Ir Muhazir, Ibunda Ida Era Salam BA dan kakak saya dr Fouzy Hanifa Hijriah yang telah memberikan yang terbaik bagi kami baik moril, materil dan spiritual yang tiada henti–hentinya serta kasih sayangnya yang tak terhingga. Kami tidak dapat membalas semua itu yang terlalu besar, maafkan segala kesalahan, baik yang kami sengaja maupun tidak.

11. Kepada istri ku Rini tersayang yang telah sabar menunggu kami dalam menyelesaikan pendidikan dan dengan tulus memberikan dorongan moril kepada kami.

12. Kepada semua rekan-rekanku PdPK Paraler 2 dan 3 2011 yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat untuk penyelesaian tesis ini.

telah banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual demi perampungan tesis ini. Akhirnya peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,

karenanya peneliti mengharapkan dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang sifatnya membangun yang diharapkan akan menyempurnakan tesis ini. Namun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat tesis ini bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.

Surakarta, Januari 2013

Peneliti

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar .......................................................................... 112

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 122

3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda ............................................. 126

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 130

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar .......................................................................... 130

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ............... 131

3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda ............................................. 131

B. Implikasi ............................................................................... 134

C. Saran ..................................................................................... 135

1. Bagi institusi perguruan tinggi ........................................ 135

2. Bagi dosen ....................................................................... 135

3. Bagi peneliti ..................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 138

Lapiran-lampiran

Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Pembimbing II: Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).

Tujuan penelitian adalah menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar, menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran dan menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

Bentuk penelitian yang sesuai dengan fokus masalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus terpancang tunggal. Tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan analisa dokumen. Keabsahan data dengan triangulasi (sumber, metode, teori, dan penelitian). Tehnik analisis data mulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan yang saling berinteraksi.

Hasil dan kesimpulan penelitian pada kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang guru dan dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 7 tentang profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip kemudian dosen telah memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran sedangkan kendala dalam melaksanakan kompetensi dosen dalam belajar mengajar dan dosen memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda antara lain jumlah kelas, kelengkapan laboratorium, pengadaan literatur baru, dan kurikulum baru yang memerlukan pemahaman baru tentang kurikulum tersebut. Cara mengatasinya dengan mendayagunakan ruang yang ada seperti ruang rapat dan laboratorium, sering mengikuti pelatihan, mengusulkan pada pimpinan untuk penambahan literatur, alat dan bahan laboratorium.

Kata kunci: Profesionalitas, Dosen, Stikes Muhammadiyah Samarinda

Professionalism in Stikes Muhammadiyah Samarinda . THESIS. First consultant: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Second Consultant: Prof. Dr. Sri Jutmini, S.Pd, M.Pd. Family Medical Magister Study Program of Health Profession Education Main Interest of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

For a lecturer, the success of teaching-learning process would be able to improve satisfaction, self-confidence, as well as high spirit. It means that the lecturer’s professional attitude was needed in globalization age with various progresses, particularly in the term of science and technology progresses that affected education (Usman. 2010: 5).

The objective of research were to analyze how the professional competency was in the teaching learning process, to analyze how the lecturers fulfilled the standard learning process and to analyze the obstacles the lecturer faced and how to solve them as the professional faculties in Stikes Muhammadiyah Samarinda.

The form of research was corresponding to the focus of problem by using descriptive qualitative research methods with a strategy case study single rooted. Techniques of data collection interview, observation and document analysis. The validity of the data by triangulation (sources, methods, theories, and research). Technique of analyzing data was started from data collection, data reduction, data display and conclusion, all of which were interacted each other.

The results and conclusions of research on the professional competence of teachers in the teaching-learning process in accordance with the provisions in the Act of teachers and lecturers number 14 year 2005 article 7 of the profession of teachers and lecturers are specific areas of work undertaken by several principles then teachers has fulfilled learning standards in Stikes Muhammadiyah Samarinda accordance with the Regulation of the Minister of National Education number 41 year 2007 on a standard process in the implementation of learning while the obstacles in implementing teachers competency in teaching-learning and standards lecturer at Stikes Muhammadiyah Samarinda include number of classrooms, completeness laboratory, procurement of new literature and a new curriculum requires a new understanding. How to cope with utilizing the existing space such as meeting room and laboratory, often through the course, proposes to the head to addition of the literature, equipment and materials laboratories.

Keywords: Professionalism, Lecturer, Stikes Muhammadiyah Samarinda

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi dalam menyiapkan lulusannya agar mampu berkompetisi dalam memperebutkan pasar kerja dan menghasilkan lulusan yang inovatif dan kreatif. Secara internasional, mulai tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) akan dimulai. Hal ini berarti persaingan tenaga kerja akan terbuka, konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisihkan oleh tenaga kerja asing dari Malaysia, Philipina, Bangladesh, India, dan sebagainya (Prasetyaningrum.2009: 8 ).

Perguruan tinggi merupakan lembaga utama dalam mencapai tujuan program pendidikan. Dalam kenyataan keberhasilan pada tingkat ini justru yang menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Pendidikan Nasional, oleh karena itu pemberdayaan perguruan tinggi sebagai unit pendidikan yang secara langsung

mengelola peserta didik, diharapkan akan lebih meningkat efisiensi dan efektifitasnya dalam program pembangunan pendidikan dimasa datang (Haryadi.2008: 2 ).

Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).

Mengantisipasi hal tersebut Stikes Muhammadiyah Samarinda baru berdiri pada tahun 2009: SK MENDIKNAS RI No: 143/D/O/2009. Merupakan salah satu dari perguruan tinggi swasta di indonesia dan juga merupakan salah satu diantara ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di indonesia dibawah naungan di bawah Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (majelis DIKTILITBANG) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Stikes Muhammadiyah

Samarinda.2011). Berupaya meningkatkan mutu proses belajar mengajar dari segi kuantitas (jumlah) dan kualitas (kemampuan) dosen.

Kuantitas (jumlah) dosen tetap Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil survey november 2011 didapatkan jumlah dosen tetap sebanyak 42 orang dengan latar belakang pendidikan DIII adalah 1 dosen, S1 adalah 32 dosen dan S2 adalah 9 dosen. Terdapat 14 dosen yang masa kerjanya kurang dari 3 tahun dan 28 dosen yang masa kerjanya diatas 3 tahun.

Kualitas (kemampuan) dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda memberi kesempatan pada para dosen untuk meningkatkan jenjang pendidikan

melalui ijin belajar maupun tugas belajar. Dari data didapat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1 dosen yang sedang menjalani jenjang pendidikan S1, 6 dosen sedang menjalani jenjang pendidikan S2, dan 1 dosen sedang menjalani jenjang pendidikan S3. Selain itu dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda juga diberi

kesempatan untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran misal pekerti dan AA.

Data diatas menunjukan bahwa dosen dengan latar belakang pendidikan DIII mengajar pada tingkat DIII dan latar belakang pendidikan S1 mengajar pada

tingkat S1. Bertentangan dengan keputusan DIKTI bahwa tenaga pendidik haruslah diatas tingkatan peserta didik. Sejalan dengan Pelaksanaan AKREDITASI oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), syarat tersebut merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh BAN-PT mengenai kompetensi seorang dosen. AKREDITASI oleh BAN-PT untuk Stikes Muhammadiyah Samarinda rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012.

Berdasarkan pengalaman dilingkungan akademik yang dirasakan tentang proses belajar mengajar dan berdasarken latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang profesionalitas dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini situasi sosial adalah profesionalitas dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Fokus penelitian diarahkan pada:

1. Kompetensi dosen dalam proses belajar mengajar.

2. Faktor yang mempengaruhi profesionalitas dosen dalam proses belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang ditetapkan tersebut maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar?

2. Bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran?

3. Kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar.

2. Menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran.

3. Menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan Stikes Muhammadiyah Samarinda sebagai masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Teoritis Menambah bukti dan mendukung teori tentang profesionalitas dosen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam bab ini akan diuraikan konsep teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, terutama yang berhubungan dengan objek penelitian dan segala sesuatu yang mendasarinya.

1. Profesionalitas dosen Dosen mempunyai tanggung jawab tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga

sebagai peneliti yang memperdalam, memperluas, dan mengembangkan IPTEK dan seni. Kompetensi yang dibutuhkan bagi dosen bukan sekedar menguasai IPTEK dan seni yang sudah mapan, melainkan juga menemukan IPTEK dan seni baru melalui penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.

Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan menguasai struktur dan metode keilmuan sampai pada tahap mutahir, melaksanakan penelitian dasar dan terapan, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam konteks keilmuan. selain itu juga dosen mempunyai tanggung jawab untuk

mengembangkan potensi peserta didik usia dewasa melalui program akademik, vokasi atau profesi, serta terikat oleh etika sivitas akademika. Dosen disiapkan di perguruan tinggi pada jenjang pendidikan Magister dan atau Doktor (Danim.2010: 66-67).

a. Pengertian profesionalitas dosen Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Kunandar.2010: 45).

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga menunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga menunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,

mengembangkan

dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian dan pengabdian masyarakat (Peraturan Pemerintah.2009). Dosen profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan atau pendidikan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dosen dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain seorang dosen yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman.2011: 15).

Dosen profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. kode etik

merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Dosen memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Dosen membuat keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut (Alma dkk.2009: 132).

Istilah profesi, memang selalu men yangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpang siuran tentang arti profesi dan hal-hal yang bersangkutan dengan profesi, berikut ini dikemukakan beberapa istilah profesi menurut Surya. H. M. (1999: 45) sebagai berikut:

“Profesional” menunjukkan kepada dua hal. (1) orang yang menyandang suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang “profesional”. (2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

“Profesionalisme” menunjukan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih menggabarkan suatu keadaan derajat keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

“Profesionalisasi” menunjukan pada proses peningkatan kualitas maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.

b. Komponen profesionalitas Ada dua hal yang menjadi dasar profesionalitas yaitu kemampuan atau kewenangan formal dan keahlian praktik. Profesionalitas bidang pendidikan memerlukan dipenuhinya syarat pendidikan, keilmuan, tehnologi dan art

sampai mencapai tingkat tertentu secara terintegrasi sehingga memenuhi standar (Alma.2009: 141).

Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, tanggung jawab sosial, tanggung jawab intelektual, tangung jawab moral dan tanggung jawab

spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetesi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penugasan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral (Surya.2005 dalam Kunandar.2010: 47-48).

Undang-undang guru dan dosen nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7 menyatakan: profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar prinsip berikut (Kunandar.2010: 54-55):

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan kerja.

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja.

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangakan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan.

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen dan peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang standar nasional, mengamanatkan pada guru dan dosen memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber belajar baru dan menguasai

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Sagala.2011: 30). Kompetensi tersebut dapat dijabarkan seperti dibawah ini:

1) Kompetensi pedagogik Kemampuan pedagorgik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditukukan oleh penguasa pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan yang kompleks dan sifatnya multidimensional (Alma.2009: 141)

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi (Sagala.2011: 32):

a) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.

b) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan pembelajaran sesuai keunikan masing-masing peserta didik.

c) Guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implikasi dalam bentuk pengalaman belajar.

d) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

e) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

f) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan.

g) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan pedagogik bagi seorang guru atau pendidik bukan hal

yang sederhana, karena k ualitas guru haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual (Sagala.2011: 32-33) meliputi:

a) Logika pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenai lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun secara

hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hierarkis tersebut meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian.

b) Etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional disusun secara hierarkis. Yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.

c) Estetika sebagai pengembangan psikomotor yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Yaitu terdiri dari: gerak refleks, gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih dan komunikasi nondiskursif.

2) Kompetensi kepribadian Guru atau pengajar sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang di-gugu dan di-tiru) (sanjaya.2008: 145).

Kompetensi kepribadian dilihat dari aspek psikologis guru menunjukan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (Sagala.2011: 33-

34) yaitu:

a) Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukun, norma sosial dan etika yang berlaku.

b) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam

berfikir dan bertindak.

d) Berwibawa yaitu prilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

e) Memiliki ahlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka

menolong. Kompetensi pribadi menurut Usman (2011: 16-17) meliputi:

a) Mengembangkan kepribadian. (1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa

Pancasila. (3) Mengembangkan sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi seorang

guru.

b) Berinteraksi dan berkomunikasi. (1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan

profesional. (2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi

pendidikan.

c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. (1) Membimbing siswa untuk memahami kesulitan belajar. (2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus.

d) Melaksanakan Administrasi Sekolah. (1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah. (2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. (1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah. (2) Melaksanakan penelitian sederhana.

3) Kompetensi profesional Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, serta metode teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan (Alma.2009: 142)

Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan

tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional pendidikan dan spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan

kuantitatif (Sagala.2011: 41). Kemampuan profesional seorang guru harus meliputi hal berikut (Usman.2011: 17-19):

a) Menguasai landasan pendidikan (1) Mengenai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional. (2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat (3) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan

dalam proses belajar mengajar

b) Menguasai bahan pengajaran (1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan (2) Menguasai bahan pengayaan

c) Menyusun program pembelajaran (1) Menetapkan tujuan pembelajaran. (2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.

(3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar. (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

d) Melaksanakan program pembelajaran (1) Menciptakan iklim belajar yang tepat. (2) Mengatur ruang belajar. (3) Mengelola interaksi belajar mengajar.

e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah di laksananakan (1) Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran.

(2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

4) Kompetensi sosial Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya (Alma.2009: 142).

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak yang berkepentingan dengan sekolah (Sagala.2011: 38).

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai mahluk sosial, meliputi (sanjaya.2008: 146):

a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungi setiap lembaga kemasyarakatan.

c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok. Selain komponen diatas dosen juga harus mampu melaksanakan penelitian dasar dan terapan guna menunjang penemuan IPTEK dan seni (Danim.2010: 67). Dalam melakukan penelitian dosen dapat menggunakan metode kualitatif, kuantitatif dan penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D) yang dapat dilakukan secara langsung oleh seorang dosen maupun tidak lansung dalam bentuk bimbingan penelitian kepada mahasiswa.

Dosen juga melaksanakan pengabdian masyarakat dan peyuluhan dalam konteks bidang keilmuan (Danim.2010: 67). Pengabdian masyarakat dapat

dilakukan secara langsung terjun kemasyarakat maupun tidak langsung yang berupa bimbingan mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja nyata maupun daerah binaan.

2. Proses belajar mengajar Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai terjemahan dari istilah “instruction” terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar (teaching and learning) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Widoyoko.2007: 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Ormrod (2003: 188) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman.

Proses belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keretampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau tetap dengan adanya suatu ciri khas dari hasil proses belajar, perubahan tersebut tampak dari belum maupun menjadi mampu (Budiningsih.2008: 10).

Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang sering Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang sering

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams and Decey dalam Basic Principles of Student Teaching , antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana,

supervisor, motivator dan konselor (Usman.2011: 9). Pengertian dan penjelasan mengenai proses belajar mengajar secara singkat telah dijelaskan. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tidak akan lepas dari interaksi antar individu yang sangat

kompleks sehingga peran psikologi dalam pendidikan juga memegang peranan penting. Adapun penjelasan mengenai psikologi pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pengertian psikologi pendidikan Para pendidik, terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar dan lain-lain. Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi, aspek, unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip-prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang a. Pengertian psikologi pendidikan Para pendidik, terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar dan lain-lain. Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi, aspek, unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip-prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang

b. Tujuan psikologi pendidikan Guru atau dosen adalah seorang dewasa yang telah mempersiapkan diri dan menjalankan tugas sebagai pendidik, pembimbing, pengajar dan pelatih siswa atau mahasiswa. Interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu

yaitu lingkungan pendidikan. Ada tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah atau kampus dan lingkungan masyarakat. Ada dua tujuan utama psikologis pendidikan yaitu: (1) agar para dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mempunyai

pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan; (2) agar para dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan lebih baik (Sukmadinata.2009: 29-30).

c. Ruang lingkup psikologi pendidikan Ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah sebagai lingkungan pertama, lingkungan sekolah atau kampus sebagai lingkungan kedua dan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan ketiga mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan siswa atau peserta didik. Pada psikologi pendidikan yaitu mempelajari tentang situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa atau peserta didik menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa atau peserta didik sedangkan guru atau para pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan siswa atau peserta didik. Berbagai bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan oleh guru atau para pendidik (Sukmadinata.2009: 31). Interaksi pendidikan dengan c. Ruang lingkup psikologi pendidikan Ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah sebagai lingkungan pertama, lingkungan sekolah atau kampus sebagai lingkungan kedua dan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan ketiga mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan siswa atau peserta didik. Pada psikologi pendidikan yaitu mempelajari tentang situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa atau peserta didik menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa atau peserta didik sedangkan guru atau para pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan siswa atau peserta didik. Berbagai bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan oleh guru atau para pendidik (Sukmadinata.2009: 31). Interaksi pendidikan dengan

d. Faktor-faktor psikologis belajar mengajar Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar mengajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya penyampaian tujuan belajar yang optimal. Pentingnya faktor-faktor psikologis dapat dipandang sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pamahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar menurut Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis (Sardiman.2011: 39) antara lain:

1) Motivasi Menurut Hill (2012) perihal motivasi dapat dijelaskan dalam bentuk sebagai (1) interpretasi penguatan dan dorongan, (2) sisbernetika dan (3) teori proses-berlawanan.

a) Pada interpretasi penguatan dan dorongan ada tiga trend antara lain (Hill W F.2012: 256-257): (1) Trend yang pertama adalah deskripsi baru mengenai dorongan

adalah salah satu dorongan yang dipuaskan melalui pengalaman baru. (1) Dorongan yang pertama ini lebih dikenal dengan dengan berbagai nama seperti dorongan ingin tahu, dorongan eksplorasi, dorongan manipulasi atau dorongan mencari hal baru sebagai mana keberadaannya didukung oleh eksperimen Harlow, Butler (1953), Montgomery, Berlyne 1960, dan Welker (1961). (2) Dorongan jenis kedua yang orang dipuaskan melalui aktivitas. Aktifitas tidak harus menghasilkan stimulasi baru. Aktivitas semacam itu terjadi ketika seekor tikus memasuki jentera (sebuah lingkaran yang bergerak memutar bebas pada porosnya). Menurut Kagan dan Bekun (1954) telah membuktikan bahwa kesempatan untuk berlari didalam roda

seperti itu akan memperkuat penekanan tombol, dan Hill (1956) menunjukkan bahwa tikus akan lebih ban yak lagi berlari di dalam roda ketika mereka kekurangan aktifitas dalam waktu yang cukup lama. (3) Dorongan jenis ketiga disebut sebagai kenyamanan kontak (contact comfort). Kenyamanan kontak adalah dorongan yang dipuaskan melalui kontak tertentu secara fisik. Menurut Harlow (1958) temuan dalam eksperimennya ini menunjukan bahwa kenyamanan kontak yang diperlihatkan oleh rasa ketertarikan bayi kera kepada induk buatan dari kain merupakan faktor penting dalam perkembangan kepribadian, bukan hanya dari segi kelekatan bayi kepada induknya,namun juga dari segi-segi lain seperti kasih sayang, perilaku seksual, dan perkembangan hubungan sosial. Berbagai dorongan ini mengandung arti penting buhan karena menyadarkan kita (Hill W F.2012: 257-259).

(2) Trend kedua berupa modifikasi atas teori dorongan yang disebut gairah optimal (optimal orausal). Menurut Barlyne dan Madsen (1973) mengemukakan teori gairah optimal berpandangan bahwa penguatan tidah harus berupa reduksi dorongan melainkan berupa perubahan dorongan ke arah level optimal tertentu. Pada interpretasi dorongan konfensional tidak terlalu berhasil menjelaskan perilaku- perilaku seperti naik roller coaster, membaca kisah horor atau sekedar keluhan bosan dan harapan agar terjadi sesuatu agar tidak merasa jenuh karena teori gairah optimal menyatakan bahwa peningkatan dan juga penurunan gairah bisa berlaku menguatkan sehingga menuntut kita untuk memastikan kapan saatnya yang satu dan kapan yang lainnya menguatkan (Hill W F.2012: 259-262).

(3) Trend ketiga dalam interpretasi penguatan yaitu mengaitkan penguatan dengan respon subjek sendiri kearah suatu tujuan. Pada respon sebagai penguat ini diungkapkan oleh Fred Shiffield (1950) dengan melaksanakan beberapa eksperimen untuk mendukung pendirian tersebut. Salah satu rumusan yang lebih umum mengenai (3) Trend ketiga dalam interpretasi penguatan yaitu mengaitkan penguatan dengan respon subjek sendiri kearah suatu tujuan. Pada respon sebagai penguat ini diungkapkan oleh Fred Shiffield (1950) dengan melaksanakan beberapa eksperimen untuk mendukung pendirian tersebut. Salah satu rumusan yang lebih umum mengenai

b) Studi mengenai mekanisme yang disebut teori kontrol (control theory) atau sibernetika (cybernitics). Istilah sibernetika diperkenalkan oleh Norbert Wiener (1948), arti kata dari sibernetika adalah ‘jurumudi’ berasal dari bahasa yunani. Jika memenginginkan suatu operasi tetap

berjalan pada jalurnya maka perlu ada kelonggaran untuk terjadinya penyimpangan sehingga diperlukan sebuah kontrol mengarahkan suatu operasi kembali kearah jalur yang benar. Ilustrasi ini menjelaskan konsep umum yang disebut umpan balik negatif (negative feedback).

Umpan balik negatif merupakan penyesuaian dalam sebuah sistem untuk menjaga agar sistem tersebut dalam keadaan stabil dengan cara memperbolehkan terjadinya penyimpangan tertentu (Hill W F.2012: 267-268).

c) Teori proses-berlawanan awalnya dilakukan eksperimen oleh Richard L. Solomon pada tahun 1950an dan 1960an, beliau melakukan eksperimen yang melibatkan pemberian sengatan listrik pada anjing dan juga mempelajari sebuah studi mengenai para penerjun payung yang baru pertama melakukan terjun payung. Solomon merenungkan perubahan reaksi anjing dan manusia terhadap situasi-situasi yang semula menakutkan dan menyimpulkan bahwa reaksi emosional diawal pengalaman menjadi melemah sementara diakhir pengalaman terjadi reaksi berlawanan yang menjadi menguat. Akhirnya Solomon dan J. D. Corbit (1974) mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan yang c) Teori proses-berlawanan awalnya dilakukan eksperimen oleh Richard L. Solomon pada tahun 1950an dan 1960an, beliau melakukan eksperimen yang melibatkan pemberian sengatan listrik pada anjing dan juga mempelajari sebuah studi mengenai para penerjun payung yang baru pertama melakukan terjun payung. Solomon merenungkan perubahan reaksi anjing dan manusia terhadap situasi-situasi yang semula menakutkan dan menyimpulkan bahwa reaksi emosional diawal pengalaman menjadi melemah sementara diakhir pengalaman terjadi reaksi berlawanan yang menjadi menguat. Akhirnya Solomon dan J. D. Corbit (1974) mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan yang

keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada dua hal: (1) mengetahui apa yang dipelajari dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inikah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar (Sardiman.2011: 40).

2) Konsentrasi Konsentrasi dimaksutkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada

suatu situasi belajar. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekadarnya. Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk perhatian dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan tetapi samar-samar di dalam kesadaran (Sardiman.2011: 40-41).

3) Reaksi Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan 3) Reaksi Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan

4) Organisasi Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian bahan pelajaran ke dalam satu kesatuan pengertian. Untuk membantu siswa agar lebih cepat dapat

mengorganisasikan stimulus (fakta dan ide) dalam pikirannya, maka diperluakan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis (Sardiman.2011: 42).

5) Pemahaman Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu