Pembahasan Penelitian

C. Pembahasan Penelitian

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar

Kompetensi profesional merupakan salah satu dari beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik antara lain guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya. Seorang pendidik tidak hanya menguasai tehnik-tehnik dasar mengajar tetapi lebih luas yaitu membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU no. 14 tahun 2005). Dalam kondisi dilapangan di Stikes Muhammadiyah Samarinda saat ini terdapat 10 dosen tetap yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi S-2 dari

40 dosen tetap yang terdaftar (sumber data Kepala Bagian Administrasi Umum Stikes Muhammadiyah Samarinda). Dosen tetap yang sedang menyelesaikan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 6 orang dan jenjang pendidikan S-3 ada 1 orang. Jika sesuai yang dijadwalkan pada tahun 2013 Stikes Muhammadiyah Samarinda memiliki 17 dosen yang telah memenuhi kualifikasi akademik dan secara bertahap meningkatkan jenjang pendidikan bagi dosen yang belum memenuhi kualifikasi akademik diharapkan semua dosen telah memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda sudah mencukupi, sebagian besar lulusannya di bidang kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang menunjang. Tidak hanya itu saja yang dapat dikatakan seorang dosen tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU no. 20 tahun 2003).

Untuk tujuan pendidikan nasional secara umum telah sesuai dengan hasil wawancara terhadap dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda dapat disimpulkan bahwa mencerdaskan manusia Indonesia sehingga membentuk karakter bangsa yang beradab, yang berahlak mulia dan berketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaannya tujuan pendidikan nasional lebih bersifat umum dan luas untuk seluruh jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal.

Salah satu jenjang pendidikan formal adalah jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi yang kita ketahui peranan dan fungsi Perguruan Tinggi tidak lepas dari tridarma Perguruan Tinggi adapun tridarma tersebut adalah Perguruan Tinggi sebagai media transport kognitif, afektif, dan psikomotor yang tercermin dalam perubahan knowladge, attitude dan skill menjadi lebih baik, Perguruan Tinggi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dengan cara pengembangan penelitian dan Perguruan Tinggi sebagai wadah mencetak manusia yang siap terjun dalam pengabdian masyarakat sedangkan di Stikes Muhammadiyah Samarinda menerapkan caturdarma Perguruan Tinggi. Selain peran dan fungsi Perguruan Tinggi secara umum, di Stikes Muhammadiyah Samarinda merupakan salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah mengemban nilai dan kaidah-kaidah Kemuhammadiyahan yang dalam pelaksanaan selalu mencerminkan budaya Islami. Nilai-nilai Islami tidak lepas dari segi siar dan dakwah Islam sehingga Perguruan Tinggi sebagai ajang siar dan dakwah islam. Hal ini sesuai wawancara yang dikemukan oleh dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda melalui simpulan wawancara adalah sebagai pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan siar serta dakwah dalam bentuk Kemuhammadiyahan dan Islam yang tidak meninggalkan kearifan-kearifan lokal.

Guna memenuhi peran perguruan tinggi tersebut maka diharapkan sebuah institusi pendidikan mempunyai visi, misi serta tujuan yang jelas sehingga dapat dijalankan oleh seluruh staf dan dosen di institusi tersebut. Bagi seorang pendidik memiliki kemampuan mengetahui dan menerapkan prinsip psikologi pendidikan dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar merupakan dasar yang harus diketahui serta diterapkan guna menciptakan proses belajar mengajar yang efektif

dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa prilaku belajar siswa dalam psikologi pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh peubahan prilaku yang baru secara keseluruan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Yudhawati dan Haryanto.2011: 22). Di Stikes Muhammadiyah Samarinda penerapan prinsip psikologi pendidikan adalah berupa meningkatkan motivasi dengan memberikan pendahuluan serta humor segar pada saat penyampaiannya agar mahasiswa lebih menikmati, meningkatkan keaktifan dengan memberi tugas, diskusi guna meningkatkan kreatifitas, pengulangan materi yang telah disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang membimbing diharapkan mahasiswa dapat ingat dengan materinya, dalam penyampaian materinya dengan menggunakan media audio- visual dan membimbing secara individu setiap mahasiswa.

Pelaksanaan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi merupakan media perpindahan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang tidak lepas dari peran pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya Perguruan Tinggi dengan memberikan keleluasaan bagi Perguruan Tinggi tersebut untuk mengembangkan kurikulum institusi secara mandiri. Pada pelaksanaan pengembangan kurikulum di Stikes Muhammadiyah Samarinda masih mengacu ke kurikulum yang bersifat nasional dan secara berkelanjutan dikembangkan oleh perhimpunan pendidikan profesi yang salah satu tugasnya adalah secara periodik untuk mengembangkan kurikulum bagi Perguruan Tinggi yang menciptakan lulusan keprofesian misalnya S-1 Ilmu Keperawatan adalah AIPNI (Asosiasi Pendidikan Nurse Indonesia) atau S-1 Kesehatan Masyarakat dengan IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Seperti yang dikemukakan oleh para dosen kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum di Program Studi D-3 Keperawatan dan Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan menggunakan kurikulum sesuai SISDIKNAKES sedangkan untuk Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan menggunakan kurikulum AIPNI dan untuk Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat menggunakan kurikulum IAKMI. Hal ini sejalan dengan yang ditertuang dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 9 ayat 1 yang berbunyi “Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut yang bersangkutan untuk setiap program studi”.

Pengembangan kurikulum yang digunakan Perguruan Tinggi masih bersifat umum sehingga disesuaikan dengan sarana prasarana dan keunggulan- keunggulan Perguruan Tinggi tersebut. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda mempunyai keunggulan dibidang emergensi (kegawatdaruratan) sehingga kurikulum yang bersifat nasional tersebut diberi tambahan dengan muatan-muatan lokal maka munculnya kurikulum institusi. Kurikulum intitusi ini yang menjadi acuan para dosen dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 9 ayat 4 yang berbunyi “Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalamam muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing”.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan dosen selalu mengacuh pada kurikulum institusi yang dibuat melalui lokakarya interen Perguruan Tinggi yang khusus membahas tentang kurikulum yang akan digunakan oleh institusi, lokakarya ini rencananya akan dilakukan secara periodik guna peningkatan mutu pendidikan ditingkat Perguruan Tinggi. Penyusunan program pembelajaran dilakukan oleh dosen dengan menentukan tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk pencapaian mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

Penentuan tujuan pembelajaran ini merupakan bentuk turunan dari kurikulum institusi yang mengacu pada kurikulum nasional, tujuan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda penetapan tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum dan diusahakan dapat dicapai yang pada akhirnya dapat tercapainya kompetensi mahasiswa sehingga kita batasi dan disesuaikan dengan kondisi. Senada dengan yang dikemukakan oleh Hamnuri bahwa tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan dalam Penentuan tujuan pembelajaran ini merupakan bentuk turunan dari kurikulum institusi yang mengacu pada kurikulum nasional, tujuan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda penetapan tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum dan diusahakan dapat dicapai yang pada akhirnya dapat tercapainya kompetensi mahasiswa sehingga kita batasi dan disesuaikan dengan kondisi. Senada dengan yang dikemukakan oleh Hamnuri bahwa tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan dalam

Setelah menentukan tujuan pembelajaran langkah berikutnya adalah mencari bahan penunjang. Bahan penunjang yang baik ialah bahan penunjang yang relevan dengan program studi atau mata kuliah dan juga sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi kuliah merupakan ilmu terkini (up to date). Untuk mendapatkan bahan penunjang yang update, seorang dosen harus berusaha untuk mencari dari literatur (buku-buku) yang tahun penerbitanya baru, jurnal-jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan lembaga yang berkompeten dalam pengambangan ilmu pengetahuan serta browsing di internet menggunakan situs-situs atau website yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengambilan materi sebagai bahan penunjang dengan jurnal-jurnal juga harus terlebih dahulu dilakukan telaah ilmiah (critical appraisal) yang fungsinya untuk mengetahui apakah jurnal-jurnal tersebut dapat digunakan sebagai landasan atau acuan.

Bahan pembelajaran merupakan rangkuman yang diambil dari beberapa bahan penujang. Kumpulan bahan penunjang yang digunakan tidak hanya satu bahan penunjang atau satu sumber saja tetapi ada beberapa bahan penunjang dari beberapa sumber yang terpecaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam membuat bahan pembelajaran harus sesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sesistematis mungkin sehingga mahasiswa dapat menerima pembelajaran dengan baik. Sejalan yang ungkapkan oleh Hamnuri bahwa bahan pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat (Hamruni.2011: 12).

Pemilihan strategi pembelajaran ikut berperan dalam trasport ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang disampaikan dosen. Strategi pembelajaran mencakup metode pembelajaran atau prosedur dan tehnik

pembelajaran atau alat atau media sehingga dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar yang terencana untuk mencapai tujuan pembelajaran secara tepat guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Dalam pelaksanaannya pemilihan strategi pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda dengan menggunakan pembelajaran orang dewasa dengan memadukan antara TCL (Teaching Centered Leaning) untuk penyampaikan konsep-konsep sedangkan SCL (Student Centered Leaning) bisa berupa small group discussion, role play , presentasi, seven jump atau penugasan jurnaling agar kreatifitas mereka lebih terasah baik kognitif, afektif dan psikomotor. Pembelajaran orang dewasa dapat diartikan bahwa manusia (peserta didik) berusaha sendiri dengan berlatih dan belajar guna memenuhi tuntutan kebutuhannya. Semua usaha tersebut berujung pada kepuasan mahasiswa dalam menerima materi. Hal ini sesuai dengan klasifikasi strategi pembelajaran yang terbagi menjadi lima yaitu langsung, tak langsung, interaktif, mandiri dan melalui pengalaman (Hamruni.2011: 8)

Metode pembelajaran merupakan cara yang di seorang pendidik dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Cara yang dipakai dalam proses pembelajaran dapat berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan oleh dosen sebagai tenaga pendidik telah sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk proses komunikasi horisontal antara pendidik dan peserta didik. Guna kelancaran dan mengurangi kesalahan dalam komunikasi tersebut dengan menggunakan media, media sendiri berarti tengah-tengah (antara dua pihak), penggunaan media pembelajaran ini merupakan bentuk dari tehnik pembelajaran yang sangat membantu mahasiswa selaku peserta didik untuk dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan mudah. Dengan perkembangan ilmu dan tehnologi saat ini mendorong juga untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih interaktif dan lebih menarik. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti perkembangan tehnologi. Penggunaan media pembelajaran berbasis pada Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk proses komunikasi horisontal antara pendidik dan peserta didik. Guna kelancaran dan mengurangi kesalahan dalam komunikasi tersebut dengan menggunakan media, media sendiri berarti tengah-tengah (antara dua pihak), penggunaan media pembelajaran ini merupakan bentuk dari tehnik pembelajaran yang sangat membantu mahasiswa selaku peserta didik untuk dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan mudah. Dengan perkembangan ilmu dan tehnologi saat ini mendorong juga untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih interaktif dan lebih menarik. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti perkembangan tehnologi. Penggunaan media pembelajaran berbasis pada

Mahasiswa adalah pengguna jasa dari pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi sehingga sumber belajar sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan yang tidak hanya didapat dari pertemuan di kelas. Sumber belajar yang terdapat di Perguruan Tinggi berupa perpustakaan, sarana online, ruang diskusi dan laboratorium. Sumber belajar tidak hanya berupa bentuk fisik seperti buku dan elektronik melainkan bentuk komunikasi mahasiswa antara teman dan dosen juga merupakan bentuk sumber belajar. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda sumber belajar sudah tepat sebagai indikator mereka adalah penyelesaian tugas sesuai dengan perkembangan ilmu yang terbaru. Mereka menggunakan tidak hanya literatur cetak yang ada di perpustakaan kampus maupun daerah juga literatur elektronik yang berupa e-book dan jurnal- jurnal yang didapat di internet. Sumber belajar tidak hanya berupa literatur, berkomunikasi dan berdiskusi dengan ahlinya dan teman sejawat juga merupakan sumber pelajar. Dan dosen hanya sebagai fasilitator saja. Senada dengan yang dikemukakan oleh Woolkfolk bahwa guru dapat membuat program pembelajaran yang memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah, pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat (Woolkfolk dkk.1984: 307-338)

Dosen juga memiliki peranan yang penting dalam menciptakan suasana belajar. Suasana belajar yang kondusif dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran. Suasana belajar dapat berupa kelengkapan

banguan fisik berupa gedung kelas, tata ruang kelas, alat-alat belajar dan keadaan proses belajar mengajar. Selain berupa kelengkapan bangunan fisik, suasana pergaulan kampus atau sering disebut suasana akademik juga berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sardiman bahwa untuk mengajar suati kelas guru dituntut mampu mengelola kelas yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk keberlangsungan proses belajar mengajar, kegiatan pengelolaan kelas akan menyangkut pengaturan tataruangan kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi (Sardiman.2011: 169). Di Stikes Muhammadiyah Samarinda sudah kondusif ruangan permanen, fasilitas memadai dan terpasang AC. Ditambah dengan pengertian antara dosen dan mahasiswa. Suasana akademik berangsur- angsur meningkat. Kondisi tertentu mengakibatkan suasana belajar tidak kondusif seperti lampu mati dan hujan deras.

Pengaturan ruangan juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan pengaturan ruangan tersebut, dosen menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan kearah yang optimal dalam proses belajar mengajar. Dosen dapat melakukan mengatur ruang sesuai dengan strategi dan metode pembelajaran yang dipakai sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada pelaksanaanya di Stikes Muhammadiyah Samarinda mengenai pengaturan ruangan ditujukan pada mahasiswa dengan memberi instruksi yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dan perubahan posisi tempat duduk. Perubahan posisi tempat duduk juga dilakukan bila dosen melakukan perubahan metode pembelajaran misalnya dengan perubahan dari ceramah ke diskusi kelompok.

Sarana prasarana sangat mendukung terpenuhinya suasana belajar yang kondusif. Sarana prasarana pendidikan dalam bentuk fisik antara lain berupa bangunan kelas, sarana prasarana proses pembelajaran dikelas, lahan parkir, perpustakaan, dan ruang dosen sedangkan dikelas sudah terpasang papan tulis, LCD, layar, pengeras suara dan AC guna kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Sarana prasarana pada proses belajar di laboratorium kampus masih perlu peningkatan pengadaan peralatan dan SDM (Sumber Daya Manusia)nya.

Selain itu juga sarana prasarana lain juga harus perlu dikembangkan khususnya bidang tehnologi informatika guna dapat bersaing dengan kemajuan jaman yang semakin pesat.

Interaksi dosen dan mahasiwa dalam berbagai macam kegiatan baik didalam maupun diluar kelas juga dapat mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Di Stikes Muhammadiyah Samarinda dalam pelaksanaan interaksi dosen dan mahasiswa dosen yang mengajar tidak hanya duduk didepan tetapi berkeliling agar kedekatan dengan mahasiswa tercipta, meningkatkan volume suara agar mahasiswa lebih fokus, menambahkan humor yang menyegarkan agar tidak tegang, melempar ke mahasiswa kembali bila ada pertanyaan dari mahasiswa agar lebih kreatif dan memanggil secara pribadi nama mahasiswa agar merasa senang dan diperhatikan. Sesuai dengan yang diungkapkan Sardiman bahwa sikap yang harus diperhatikan guru selama memimpin proses belajar mengajar ini meliputi baik sikap tubuh pada waktu mengajar, sikap terhadap kondisi ruang atau jumlah siswa, terhadap kebutuhan, terhadap keinginan dan perhatian siswa, terhadap peranan dan fungsi media, terhadap jalannya interaksi, terhadap tingkah laku yang menyimpang dan terhadap waktu yang tersedia serta sikap guru dalam berbusana (Sardiman.2011: 200).

Tahap yang juga tidak kalah penting adalah tahap penilaian karena pada tahap ini merupakan dimana seorang dosen dapat melakukan evaluasi guna perbaikan proses belajar mengajar. Penilaian yang dilakukan seorang dosen terdiri dari dua penilaian yaitu penilaian hasil belajar mahasiswa dan penilaian proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Pada pelaksanaan di Stikes Muhammadiyah Samarinda penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan sesuai prosedur penilaian yang telah ditetapkan pada silabus dan disosialiasaikan kepada mahasiswa dan membuat instrumen penilaian dan melaksanakan penilaian pencapaian mahasiswa di Stikes Muhammadiyah Samarinda instrumen penilaian dibuat sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, laboratorium dan di klinik. Pelaksanaannya dapat berupa tugas, observasi mahasiswa, UTS, UAS,

kehadiaran dan OSCE (Objective Strukture Clinik Examination) bila praktik

laboratorium. Penilaian tersebut disebut juga penilaian sumatif yang dilaksanakan pada akhir program tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk bukan proses (Sudjana.2011: 5). Penilaian proses belajar mengajar dilakukan sewaktu-waktu pada saat melaksanakan proses pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Penilaian proses belajar mengajar tersebut ditujukan guna mengetahui tingkat capaian mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Penilaian proses belajar mengajar dalam upaya perbaikan dapat dilakukan pada waktu setelah subpokok bahasan atau setelah pokok bahasan. Untuk penilaian pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan di akhir pembelajaran. Penilaian tersebut disebut juga penilaian formatif adalah penilaian yang dillaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri, dengan demikian penilaian formatif beroientasi kepada proses belajar mengajar (Sudjana.2011: 5)

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran Istilah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan “manusia seutuhnya” sesuai dengan falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yaitu individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam kehudupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri sehingga pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani maupun rohani yang berkembang secara penuh (Sardiman.2011: 118-119). Oleh karena itu dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran yang meliputi: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran selalu bertujuan membentuk manusia seutuhnya.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi pembuatan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang harus dilakukan oleh seorang dosen adalah membuat perencanaan itu dengan baik dan searah dengan kurikulum institusi dan mengacu pada kurikulum nasional. Moh yamin mengungkapkan bahwa kurikulum menjadi kunci sukses maupun gagalnya sebuah pendidikan yang akan digelar oleh guru dan sekolah (Yamin.2009: 31). Dengan mengaju pada kurikulum nasional maka secara tidak langsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan kurukurum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dengan kata lain adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat dapat diwujutkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki oleh siswa (Nasution.2010: 78). Pada waktu pelaksanaan di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil analisis dokumen semua dosen telah membuat silabus dan RPP. Pada pembuatan silabus dan RPP sesuai hasil analisa dokumen telah sesuai dengan standar proses pembelajaran yang telah diatur dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.

Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi penerapan RPP yang terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda menyatakan bahwa semua dosen melaksanakan setiap bagian tersebut secara berurutan, beberapa dosen melakukan modifikasi dan juga para dosen juga berusaha untuk memberi inovasi-inovasi yang positif dalam proses belajar mengajar senada dengan yang diungkapkan oleh Sardiman yaitu guru yang lebih komprehensif akan memiliki tingkatan kualifikasi profesional, yakni: capability, inovator dan developer (Sardiman.2011: 161). Pada pengamatan atau observasi proses belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan ceklist yang sesuai dengan permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses, telah terpenuhi pada aitem pelaksanaan proses pembelajaran yang terdapat dalam RPP terbagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Penilaian hasil pembelajaran meliputi penilaian hasil belajar dan proses belajar mengajar senada dengan ungkapan bahwa keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasi belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebeb itu , perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar (Sudjana.2011: 65). Di Stikes Muhammadiyah Samarinda pemanfaatan penilaian hasil dan proses pembelajaran untuk digunakan dalam perbaikan proses belajar mengajar. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sudjana bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan dengan cara memanfaatkan hasil dari penilaian yang dilakukan secara sistematis dan periodik baik penilaian hasil belajar maupun penilaian proses belajar mengajar (Sudjana.2011: 161).

Pengawasan dalam pendidikan merupakan merupakan pengawasan yang khas yang hanya berlaku dalam pendidikan, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar yang bermutu yang dilayani guru. Dikatakan khas karena sifat pengawasannya berkaitan dengan pengakuan dan penghargaan atas diri anak sebagai manusia utuh yang harus dihargai dan dihormati. Proses mengajar yang ditangani guru dalam mengaktifkan kegiatan belajar murid sebagai pembelajaran, kegiatannya berupa transaksi akademik diantara guru dan peserta didik yang harus ditangani secara profesional oleh orang yang mempunyai keahlian (Suhardan.2010: 13-14).

Pengawasan proses pembelajaran merupakan tahap terakhir dari standar proses pembelajaran. Bagian pertama dari pengawasan proses pembelajaran

adalah pemantauan, di Stikes Muhammadiyah Samarinda pemantauan yang dilakukan oleh Ketua Program Studi. Ketua Program Studi telah memiliki Silabus dan RPP setiap dosen sehingga dapat mengvalidasi ulang sewaktu-waktu dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen. Pelaksanakan pemantauan sesuai rencana oprasional sebulan sekali dengan menggunakan buku monitoring adalah pemantauan, di Stikes Muhammadiyah Samarinda pemantauan yang dilakukan oleh Ketua Program Studi. Ketua Program Studi telah memiliki Silabus dan RPP setiap dosen sehingga dapat mengvalidasi ulang sewaktu-waktu dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen. Pelaksanakan pemantauan sesuai rencana oprasional sebulan sekali dengan menggunakan buku monitoring

Supervisi dilaksanankan di Stikes Muhammadiyah Samarinda dengan oleh Wakil Ketua I bidang Akademik dengan memberikan masukan dan konsultasi pada waktu penerimaan karyawan khususnya dosen dengan mengadakan microteaching dalam salah satu tahap penyeleksian dosen baru di Stikes Muhammadiyah Samarinda dan selanjutnya mendelegasikan supervisi kepada Ketua Program Studi tempat dosen baru tersebut ditempatkan. Supervisi yang dilaksanakan seharusnya telah ditentukan standar operasional prosedurnya yang telah ditetapkan oleh LPM sebagai lembaga yang berkompeten dalam urusan penjaminan mutu pendidikan di Stikes Muhammadiyah Samarinda tetapi karena kekurangan personil dalam pelaksanaan supervisi maka belum dapat dilaksanakan

sehingga dalam pelaksanaannya di serahkan kepada Ketua Program Studi. Pada

implikasinya di Stikes Muhammadiyah Samarinda supervisi diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan dan konsultasi pada dosen baru. dilaksanakan tidak terstruktur dengan cara memberikan contoh, pelatihan, seminar dan diskusi pada saat pembelajaran tim. Hal ini sesuai yang tercantum dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses. Hal senada juga diungkapkan oleh Suhardan yaitu supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya dan menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang mendalam serta kesanggupan untuk melihat peristiwa pembelajaran dengan tajam (Suhardan.2010: 36).

Evaluasi proses pembelajaran bertujuan untuk mengukur kinerja dosen dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda diserahkan kepada Program Studi masing-masing tempat dosen tersebut mengabdi. Pelaksanaan evaluasi di Program Studi Stikes Muhammadiyah Samarinda menggunakan buku monitoring, hasil belajar Evaluasi proses pembelajaran bertujuan untuk mengukur kinerja dosen dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda diserahkan kepada Program Studi masing-masing tempat dosen tersebut mengabdi. Pelaksanaan evaluasi di Program Studi Stikes Muhammadiyah Samarinda menggunakan buku monitoring, hasil belajar

Pada mekanisme pelaporan dosen proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda, secara berurutan dari dosen melaporkan kepada penanggung jawab bidang akademik bisa berupa koordinator bidang akademik maupun langsung pada Ketua Program Studi. Berkas pelaporan tersebut terdiri dari silabus, RPP, buku monitoring, hasil belajar mahasiswa. Pen yerahan berkas tersebut setiap akhir semester. Setelah berkas terkumpul dan dibuat laporan secara keseluruhan tentang kinerja dosen maka para Ketua Program Studi menyerahkan ke LPM (Lembaga Penjamin Mutu) dan ke Wakil Ketua I bidang Akademik. Hal ini telah sesuai dengan permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.

Tahap terakhir dari pengawasan proses pembelajaran adalah pelaksanaan tindak lanjut. Tindak lanjut biasanya berisi tindakan baik punishment dan reward. Pada pelaksanaanya di Stikes Muhammadiyah Samarinda dilakukan oleh Wakil Ketua I bidang Akademik setelah menerima laporan dari Program Studi. Dari Wakil Ketua I bidang Akademik tindak lanjut tersebut di teruskan oleh Ketua Program Studi dalam pelaksanaan isi tindak lanjut tersebut, seirama dengan yang

tersurat dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses.

3. Kendala yang dihadapi oleh para dosen cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Analisis yang dilakukan pada kajian kendala yang dihadapi oleh para dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda didapatkan bahwa ada tiga kendala 3. Kendala yang dihadapi oleh para dosen cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Analisis yang dilakukan pada kajian kendala yang dihadapi oleh para dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda didapatkan bahwa ada tiga kendala

Sarana dan prasarana antara lain yang pertama adalah kekurangan jumlah kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat mendesak, dengan adanya strategi pembelajaran yang baru sehingga kelas besar pada strategi pembelajaran TCL (Teaching Centered Learning) berganti

dengan kelas yang lebih kecil pada strategi pembelajaran SCL (Student Centered Learning ) mengakibatkan kekurangan kelas sehingga memaksimalkan seluruh ruangan yang ada dilingkungan Stikes Muhammadiyah Samarinda guna memenuhi kekurangan ruang misal ruang rapat dan laboratorium .

Kedua adalah penempatan ruang kelas yang berhimpitan juga merupakan kendala dalam proses belajar mengajar karena suara yang ditimbulkan dari kelas sebelah sangat menggangu konsentrasi dari mahasiswa dan dosen. Ditambah lagi dengan penggunaan media pengeras suara mengakibatkan kelas yang berhimpitan sangat tidak kondusif. Keuntungan bagi para dosen yang telah memiliki suara keras sehingga dengan keunggulan tersebut dapat meminimal gangguan dari kelas sebelah untuk mengatasi hal tersebut dengan berkoordinasi dengan kelas sebelah untuk mengecilkan sedikit pengeras suaran ya juga bisa dengan memusatkan perhatian mahasiswa dengan mengatur posisi tempat duduk kearah menjauhi kelas sebelah dan meminta mahasiswa agar tidak ribut.

Ketiga adalah bila keadaan lampu mati atau terputusnya pasokan listik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) maka di Stikes Muhammadiyah Samarinda menghidupkan sebuah genset tetapi hanya bisa mengalirkan listrik selain ke AC (Air Conditioner) ruangan sehingga bila berada dikelas pada saat proses belajar mengajar kelas jadi panas dan akibatnya tidak kondusif untuk mengatasi bila terjadi kondisi lampu mati saat proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan humor-humor yang menyegarkan sehingga mahasiswa tidak semakin stress. Hal berbeda dalam penanganan kondisi lampu mati dengan mempercepat proses pembelajaran bila kondisi tersebut berlangsung pada saat proses belajar Ketiga adalah bila keadaan lampu mati atau terputusnya pasokan listik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) maka di Stikes Muhammadiyah Samarinda menghidupkan sebuah genset tetapi hanya bisa mengalirkan listrik selain ke AC (Air Conditioner) ruangan sehingga bila berada dikelas pada saat proses belajar mengajar kelas jadi panas dan akibatnya tidak kondusif untuk mengatasi bila terjadi kondisi lampu mati saat proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan humor-humor yang menyegarkan sehingga mahasiswa tidak semakin stress. Hal berbeda dalam penanganan kondisi lampu mati dengan mempercepat proses pembelajaran bila kondisi tersebut berlangsung pada saat proses belajar

Keempat adalah guna memenuhi sumber belajar yang memadai untuk mahasiswa, pengadaan dan pemerolehan literatur terutama buku cetak. Di Kalimantan sendiri peredaran buku terutama buku baru sangat kurang sehingga pengadaan literatur yang terbaru merupakan suatu keharusan guna meningkatkan

mutu pendidikan deng memaksimalkan sumber belajar mahasiswa untuk mengatasinya dengan berusaha untuk mencari sendiri bila ingin literatur tersebut cepat didapat disamping diuntungkan dengan ada fasilitas internet juga sering mengikuti pelatihan merupankan salah satu cara dalam mengatasi minimnya literatur.

Kelima adalah akses internet yang lambat di Stikes Muhammadiyah Samarinda mengakibatkan kendala pencarian literatur dari buku elektronik. Cara mengatasinya dengan mengadangan pembelian modem sendiri.

Keenam adalah akses jurnal, dalam pemenuhan kompetensi mahasiswa diharuskan dapat mengakses jurnal. Jumlah jurnal-jurnal kesehatan di dalam

negeri sangat terbatas berbeda dengan jurnal-jurnal di luar negeri yang cukup banyak untuk mengatasi kendala tersebut dengan mengirim para dosen untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tentang analisis jurnal dan juga dengan membuka hubungan dunia maya seperti bergandengan dengan e-library.

Ketujuh adalah alat dan bahan laboratorium yang menjadikan kendala adalah dari pengadaannya. Perkembangan tehnologi tidak dapat dipungkiri telah sangat cepatnya, penggunaan tehnologi dalam perkembangan ilmu kesehatan juga mengalami perkembangan yang pesat. Di literatur tehnologinya sudah sangat maju sedangkan di laboratorium kampus maupun laboratorium klinik masih menggunakan tehnologi yang lama. Cara mengatasinya yaitu menggunakan media pembelajaran yang up to date yaitu media pembelajaran dengan audio-visual, menghadirkan tehnologi tersebut dalam bentuk audio-visual sehingga tujuan pembelajaran mahasiswa tidak sampai pada mendemostrasikan tapi hanya sampai

tahu dan paham mengenai jenis alat, cara kerja, kapan digunakan, dan bagaimana prosedur penggunaanya. Pengadaan alat dan bahan yang masih kurang di laboratorium kampus mengakibatkat tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa seluruhnya terpenuhi kenyataanya tidak semua terpenuhi. hal tersebut tidak hanya dialami di laboratorium kampus juga dalam pelaksanaannya dilapangan juga pengadaan alat menjadi kendala yang serius. Cara mengatasi hal tersebut para dosen hanya bisa mengusulkan atau permintaan pengadaan ke pimpinan dan selama ini mengadakan beberapa modifikasi serta menjalin kerjasama dengan pihak yang lebih berkompeten. Kekurangan pengadaan alat dan bahan laboratorium tidak semuanya ber dampak negatif, dari kekurangan alat dan bahan tersebut dapat menciptakan modifikasi dan ide-ide cemerlang. Tidak hanya pengadaan alat dan bahan laboratorium yang masih belum memadai masalah SDM (Sumber Daya Manusia) juga menjadi kendala di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

SDM (Sumber Daya Manusia) juga merupakan kendala besar yang ada di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Kendala SDM ada beberapa antara lain pertama adalah kurikulum baru sehingga membutuhkan pemahaman kembali. Mengakibatkan dalam proses pembelajaran di lapangan terjadi menggunakan dua kurikulum yang berbeda yaitu menggunakan kurikulum yang terbaru dan menggunakan kurikulum yang lama. Belum lagi kendala dari pusat tentang kurikulum yang belum disahkan untuk mengatasinya dengan berusaha untuk berkoordinasi kepada yang lebih kompeten dalam pemahaman kurikulum dan menyesuaikan diri serta memodifikasi kurikulum tersebut juga dapat dilakukan dengan mengadakan telaah kurikulum seperti melakukan lokakarya di tingkat institusi.

Kedua adalah jumlah dosen tetap yang karena kelas selalu bertambah akibat tuntutan masyarakat dan pengembangan institusi sedangkan SDM dosen tetap tidak bertambah sehingga untuk mengatasinya dengan memaksimalkan tenaga dosen tetap.

Ketiga adalah masalah beban kerja dosen tetap akibat kekurangan jumlah dosen, beban kerja dosen tetap cukup maksimal. Beban kerja dosen tetap sudah cukup maksimal sehingga waktu pelaksanaan belajar mengajar sering tidak sesuai jadwal untuk mengatasi beban kerja dosen tetap dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan memberikan flesibilitas waktu.

Keempat adalah dosen luar yang dihargai jasanya untuk mengurangi beban kerja dosen tetap. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dosen luar jika ada yang berhalangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan sangat sulit dihubungi untuk mengatasi kekosongan jam kerena ketidakhadiran dosen luar adalah dengan mengganti dosen luar dengan mata kuliah yang sama tetapi materi berbeda. Selain masalah dosen luar yang tidak dapat mengisi materi dalam proses belajar mengajar, dosen luar juga sebagian susah untuk pengumpulan berkas guna pelaporan berupa pembuatan RPP cara mengatasi tersendatnya pelaporan dosen luar biasanya untuk kemudahan terpaksa dibantu dalan hal pembuatannya.

Kelima adalah LPM (Lembaga Penjamin Mutu) yang baru terbentuk dan terkendala pada kurangnya SDM sehingga peran dari LPM kurang maksimal untuk mengatasi hal tersebut dengan selalu berkoordinasi dengan Ketua Program Studi dalam pelaksanaan fungsi sebagai penjamin mutu akademik karena sebelum LPM dibentuk semua urusan akademik diserahkan kepada Program Studi selama ini yang dilakukan oleh LPM berusaha untuk membuat draf SOP (Standar Operasional Prosedur) tentang akademik.