STUDI PENGGUNAAN E-LEARNING PROGDI AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

Syahrial Briosandhi

0713010038/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Syahrial Briosandhi ABSTRACT

This study aims to determine the extent of effort Puskom, Progdi Accounting, lecturers and students use e-learning as a medium of learning. Because of these questions, so the researchers hoped that the research is to know in depth the use of e-learning can help the learning process on students. The method used is qualitative analiysis

Based on the profound observation that the purpose of e-learning on UPN "Veteran" East Java is to civilize the Information Technology (IT) for lecturers and students. E-learning is a global demand in the world of college externally and internally liability of the Rector. Efforts are made by Puskom to run e-learning at the University of National Development "Veteran" East Java with socialization into progdi by organizing training to the lecturers.

Understanding of faculty and students know what it is e-learning. The reason for the ease, effectiveness, and efficiency in conducting learning by using e-learning for students. And for lecturers to improve performance in the teaching of students. Lecturers play an important role in the use of e-learning in accounting progdi UPN because the frequency of students using e-learning depends on the professor.

Due to lack of communication between Puskom going well, Progdi Accounting, and lecturer. Coupled with progdi role that has not been so significant in the use of e-learning in Accounting Progdi lead level of concern using e-learning is reduced.


(3)

Syahrial Briosandhi ABSTRAK

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam membentuk insan yang cerdas dan kompetitif sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi atau bersaing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan merupakan salah satu bidang yang sudah tersentuh oleh revolusi teknologi informasi dan komunikasi tersebut.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mulai diperkenalkan sebagai sarana pembelajaran untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Penggunaan teknologi informasi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dari keterampilan. Yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. E-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi elektronik internet.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya Puskom, Progdi Akuntansi, dosen dan mahasiswa menggunakan e-learning

sebagai media pembelajaran. Karena dari pertanyaan tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui secara mendalam penggunaan e-learning dapat membantu proses pembelajaran pada mahasiswa. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif.

Berdasarkan observasi mendalam bahwa tujuan adanya e-learning di UPN “Veteran” Jawa Timur yaitu untuk membudayakan Informasi Teknologi (IT) untuk dosen dan mahasiswa. E-learning merupakan tuntutan secara global Perguruan tinggi di dunia secara eksternal dan kewajiban dari Rektor secara internal. Upaya yang dilakukan oleh Puskom untuk menjalankan e-learning di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan sosialisasi ke progdi dengan cara mengadakan pelatihan ke dosen.

Pemahaman dosen dan mahasiswa mengetahui apa itu e-learning. Alasan kemudahan, efektivitas, dan efisiensi dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan e-learning bagi mahasiswa. Dan bagi dosen untuk meningkatkan kinerja dalam pengajaran terhadap mahasiswa. Dosen memegang peranan penting dalam penggunaan e-learning di progdi akuntansi UPN karena frekuensi mahasiswa menggunakan e-learning tergantung dari dosennya.

Akibat kurang berjalan baik komunikasi antara Puskom, Progdi Akuntansi, dan dosen. Ditambah dengan peran progdi yang belum begitu signifikan dalam penggunaan e-learning di Progdi Akuntansi mengakibatkan tingkat kepedulian menggunakan e-learning berkurang.


(4)

DAFTAR TABEL ...

iii

DAFTAR GAMBAR ...

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...

v

BAB I : PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Permasalahan ...

8

1.3. Tujuan Penelitian ...

8

1.4. Manfaat Penelitian ...

8

1.4.1. Manfaat Teoritis ...

9

1.4.2. Manfaat Praktis ...

10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...

11

2.1. Penelitian Terdahulu ...

11

2.2. Landasan Teori ...

14

2.2.1. Akuntansi Perilaku ...

14

2.2.2.

E-learning ...

15

2.2.2.1. Pengertian dan Konsep

E-learning ...

15

2.2.2.2. Manfaat

E-learning

...

21

2.2.2.3. Kekurangan

E-learning ...

24

2.2.2.4. Perkembangan

E-learning

di Indonesia ...

25

2.2.3. Internet ...

28

2.2.3.1. Pengertian Internet ...

28

2.2.3.2. Manfaat Internet ...

30

2.2.4. Proses Pembelajaran ...

34

2.2.5. Prestasi Mahasiswa ...

36

BAB III : METODE PENELITIAN ...

40

3.1. Jenis Penelitian ...

40

3.2. Fokus Penelitian ...

41

3.3. Alasan Ketertarikan Peneliti ...

41

3.4. Informan ...

42

3.4.1. Deskripsi Informan ...

42

3.5. Lokus ...

44

3.6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...

45


(5)

4.3.

E-learning

UPN “Veteran” Jawa Timur ...

55

4.4. UPN “Veteran” Jawa Timur ...

58

4.4.1. Sejarah UPN “Veteran” Jawa Timur ...

58

4.4.2. Visi, Misi & Tujuan UPN “Veteran” Jawa Timur ...

59

4.4.3. Dosen dan Mahasiswa ...

60

4.4.4. Prestasi UPN “Veteran” Jawa Timur ...

61

4.5. UPT Telematika ...

61

4.5.1. Profil Periodisasi UPT Telematika ...

61

4.5.2. Struktur Organisasi ...

64

4.6. Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur ...

65

4.6.1. Profil Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur ...

65

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...

68

5.1. Tujuan

E-learning

UPN ...

68

5.2. Upaya Puskom untuk

E-learning

UPN ...

69

5.3. Upaya Puskom jika

E-learning

UPN Bermasalah ...

70

5.4. Kendala

E-learning

UPN ...

72

5.5. Fungsi

E-learning

bagi Progdi Akuntansi ...

73

5.6. Upaya Progdi Akuntansi untuk

E-learning

UPN ...

75

5.7. Dosen Pengguna

E-learning

UPN ...

76

5.7.1. Pemahaman Dosen tentang

E-learning ...

76

5.7.2. Alasan Dosen Menggunakan

E-learning ...

79

5.7.3. Penggunaan

E-learning

UPN

...

82

5.7.4. Fasilitas

E-learning

yang Digunakan Dosen

...

83

5.7.5. Kendala Dosen Pengguna

E-learning

...

84

5.8. Mahasiswa Pengguna

E-learning ...

86

5.8.1. Pemahaman Mahasiswa tentang

E-learning ...

86

5.8.2. Frekueansi Penggunaan

E-learning

oleh Mahasiswa

...

87

5.8.3.

E-learning

Membantu Proses Pembelajaran Mahasiswa

...

88

5.8.4. Kendala Mahasiswa Penggunaan

E-learning ...

89

5.9. Tingkat Kepedulian (

Concern

) Penggunaan

E-learning

...

90

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ...

97

6.1. Kesimpulan ...

97


(6)

Tabel 2.1 Paradigma Perguruan Tinggi ...

26

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan ...

52

Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa Progdi Akuntansi ...

67

Tabel 5.1 Refleksi Pemahaman Dosen mengenai

E-learning ...

76

Tabel 5.2 Daftar Dosen Progdi Akuntansi Pengguna

E-learning

...

78

Tabel 5.3 Refleksi Alasan Dosen Menggunakan

E-learning ...

80

Tabel 5.4 Refleksi tentang Penggunaan

E-learning ...

82

Tabel 5.5 Refleksi tentang Fasilitas

E-learning ...

83

Tabel 5.6 Refleksi tentang Kendala Dosen Pengguna

E-learning ...

84

Tabel 5.7 Refleksi Pemahaman Mahasiswa mengenai

E-learning ...

86

Tabel 5.8 Refleksi tentang Penggunaan

E-learning

oleh Mahasiswa ...

87

Tabel 5.9 Refleksi tentang Manfaat Penggunaan

E-learning ...

88


(7)

hal

Gambar 1.1 Tampilan Dosen Pengguna

E-learning ...

7

Gambar 2.1 Implementasi

E-learning

di Perguruan Tinggi

...

27

Gambar 3.1 Analisis Interaktif Miles dan Huberman ...

49

Gambar 4.1 Tampilan

E-learning

UPN “Veteran” Jawa Timur ...

56

Gambar 4.2 Tampilan

Web

UPN “Veteran” Jawa Timur ...

57

Gambar 4.3 Tampilan Membuat

Account

E-learning

...

57

Gambar 4.4 Struktur Organisasi UPN “Veteran” Jawa Timur ...

65

Gambar 5.1 Grafik Penggunaan

E-learning

UPN “Veteran” Jawa Timur ...

71


(8)

Lampiran 1 Foto Wawancara Peneliti dengan Ka Puskom

Lampiran 2 Foto Wawancara Peneliti dengan Progdi Akuntansi

Lampiran 3 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Dosen M

Lampiran 4 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Dosen D

Lampiran 5 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Dosen E

Lampiran 6 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Mahasiswa R

Lampiran 7 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Mahasiswa H

Lampiran 8 Foto Wawancara Peneliti dengan Informan Mahasiswa N

Lampiran 9 Aktivitas

E-learning

Informan Dosen M

Lampiran 10 Aktivitas

E-learning

Informan Dosen D

Lampiran 11 Aktivitas

E-learning

Informan Dosen E

Lampiran 12 Aktivitas

E-learning

Informan Mahasiswa R

Lampiran 13 Aktivitas

E-learning

Informan Mahasiswa H

Lampiran 14 Aktivitas

E-learning

Informan Mahasiswa N

Lampiran 15 Gambar

Mind Maping

Lampiran 16 Ringkasan Wawacara Informan

Lampiran 17

Desain Research


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi informasi dan komputer merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini menyentuh berbagai aspek kehidupan di masyarakat dan telah mengubah pemikiran baru di masyarakat. Peran ilmu pengetahuan sangatlah menonjol yang menuntut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga tidak terjadi ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan kemampuan sumber daya manusia yang ada.

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam membentuk insan yang cerdas dan kompetitif sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi atau bersaing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan merupakan salah satu bidang yang sudah tersentuh oleh revolusi teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mulai diperkenalkan sebagai sarana pembelajaran untuk


(10)

dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

Penggunaan e-learning juga dikarenakan isu Peringkat Universitas Dunia Webometrics. Webometrics adalah inisiatif untuk mempromosikan dan membuka akses publikasi ilmiah guna meningkatkan kehadiran akademik dan lembaga - lembaga penelitian di Situs Web. Peringkatan dimulai pada tahun 2004 dan didasarkan pada gabungan indikator yang memperhitungkan baik volume maupun isi Web, visibilitas dan dampak dari publikasi web sesuai dengan jumlah pranala luar yang diterima. Peringkat ini diperbaharui setiap bulan Januari dan Juli, penyedia Web

indikator universitas dan pusat penelitian di seluruh dunia. Pendekatan yang mempertimbangkan berbagai kegiatan ilmiah diwakili di situs akademik.

Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur peringkat

Webometric adalah Size, Visibility, Rich file, dan Scholar. Penjabarannya adalah sebagai berikut :

1. Size (S) atau Ukuran Website, yaitu jumlah halaman yang terindek oleh empat mesin pencarian utama yaitu : Google, Yahoo, Live Search dan Exalead.

2. Visibility (V) atau Ketertampakan Website, yaitu: jumlah keseluruhan tautan ekternal yang unik dan terdeteksi oleh Google search, Yahoo Search, Live Search and Exalead.


(11)

3. Rich Files (R) atau Banyaknya Dokumen, yaitu: banyaknya file yang terdeteksi, khususnya file yang memiliki tingkat relevansi terhadap aktivitas akademik dan publikasi ilmiah, dalam bentuk:

Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps), Microsoft Word (.doc) dan Microsoft Powerpoint (.ppt).

4. Scholar (Sc) atau Kepakaran, yaitu: paper atau karya ilmiah dan kutipan-kutipan yang ditemukan dalam Google Scholar.

Webometric bukanlah tujuan akhir, namun webometric yang merupakaan pemetaan dari kekuatan perguruan tinggi di bidang Social Networking baik internal sekaligus ekternal. Apapun tujuan webomteric

sangatlah perlu dihargai dan diapresiasi untuk memacu perguruan tinggi memacu partisipasinya ke masyarakat luas, salah satunya dari publikasi penelitian. Pengukuran Webometric hanya menekankan pada publikasi secara elektronik melalui Website, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.


(12)

Tabel 1.1 Ranking Webometric Perguruan Tinggi di Indonesia

Sumber : prayudi.wordpress.com

E-learning adalah salah satu model atau metode pembelajaran yang sedang digiatkan oleh pemerintah, khususnya di bidang pendidikan. Pembelajaran e-learning ini merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yaitu jaringan Internet. Rosenberg dalam Suyanto (2005) menekankan bahwa e-learning merujuk


(13)

pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Penggunaan e-learning sudah banyak digunakan oleh sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang ingin memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan prestasi dan kemampuan anak didiknya. Kemampuan (ability) mahasiswa dalam proses pembelajaran adalah sejauh mana mahasiswa tersebut dapat mengerti dan memahami materi ajar yang disampaikan oleh dosen. Banyak hal yang dapat di jadikan tolak ukur dalam melihat kemampuan mahasiswa dalam memahami materi ajar. Pemanfaatan pembelajaran e-learning adalah salah satu upaya yang bisa di terapkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa memahami materi ajar dalam perkuliahan. Faktor kemampuan mahasiswa dalam memahami materi ajar dibagi menjadi 3 aspek pokok yang dikemukakan oleh Blooms dalam Sahfitri (2009) yaitu kemampuan pemahaman kognitif yaitu menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi. Pemahaman secara

kognitif ini meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek kemampuan pemahaman yang kedua adalah

afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Dimensi ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik yaitu pemahaman yang menekankan pada gerakan - gerakan jasmaniah dan kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola - pola gerakan atau


(14)

keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar. Selain untuk meningkatkan kemampuan pemahaman mahasiswa, pemanfaatan e-learning juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat peningkatan prestasi belajar mahasiswa.

Penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dari keterampilan. Yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. E-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi elektronik internet. Namun pada kenyataannya ditemukan penggunaan e-learning itu mulai ditinggalkan dikarenakan sistem e-learning yang sering bermasalah sehingga e-learning itu sendiri tidak banyak digunakan.

Fenomena terbukti dari tampilan e-learning yang dimiliki oleh Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Hanya beberapa dosen saja yang menggunakan fasilitas E-learning sebagai media pembantu proses pembelajaran mahasiswa.


(15)

Gambar 1.1 Tampilan Dosen Pengguna Fasilitas E-learning  

                                 


(16)

Hal inilah yang melatarbelakangi dibuatnya sebuah gagasan mengenai “Studi Penggunaan E-learning Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah, untuk mengetahui bagaimana Mahasiswa progdi akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur menanggapi fenomena e-learning ini dan menggunakannya sebagai media untuk meningkatkan proses pembelajaran mahasiswa.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan fokus penellitian yang telah ditetapkan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

Bagaimana penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran di progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran mahasiswa progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.


(17)

Penelitian ini juga memiliki manfaat bagi: 1. Bagi penulis

Menambah wawasan peneliti terhadap penggunaan e-learning

yang telah sediakan oleh Universitas Pembangungan Nasional “Veteran” Jawa Timur fakultas ekonomi progdi akuntansi. 2. Bagi Intitusi Pendidikan / Fakultas

Dapat memberikan informasi mengenai apa saja kendala yang dialami oleh progdi, dosen dan mahasiswa dalam penggunaan e-learning. Untuk selanjutnya dapat dijadikan saran masukan kepada Universitas Pembangungan Nasional “Veteran” Jatim fakultas ekonomi progdi akuntansi sebagai penyedia dan penyelenggara e-learning.

3. Bagi pengembangan ilmu

Berperan sebagai salah satu penyumbang ilmu pengetahuan mengenai penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran mahasiswa sehingga untuk memotivasi penelti-peneliti lain di masa yang akan datang.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah mengembangkan ilmu akuntansi terutama pada aspek keperilakuan mahasiswa akuntansi terhadap penerapan e-learning yang diselengarakan oleh universitas. Serta untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui e-learning.


(18)

1.4.2. Manfaat Praktis

Penerapan e-learning yang telah diselenggarakan oleh universitas, apabila dimanfaatkan dengan baik, maka dapat meningkatkan proses pembelajaran mahasiswa sehingga dapat juga meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Dengan kata lain peneliti dapat menggunakan e-learning secara optimal.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan e-learning sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.

Penelitian sebelumnya dilakukan Cheng (2008) dengan judul “The Gap between E-learning Managers anf Users on Satisfaction of E-learning in the Accounting Industry”. Dari hasil penelitian ini dilakukan kuesioner

survey di dua internasional suatu perusahaan akuntansi di Taiwan untuk mengetahui kesenjangan antara e-learning manajer dan pengguna pada kepuasan e-learning di industri akuntansi. Penemuan menyarankan bahwa kepuasan dengan e-learning memiliki efek positif pada persepsi dari efek perilaku dan efek keluaran. Pengguna yang lebih puas dengan e-learning

akan lebih dipengaruhi oleh e-learning dalam berperilaku dan kinerja output. Dengan kata lain, jika sebuah kantor akuntansi dapat menawarkan memuaskan e-learning kursus untuk karyawan, karyawan akan menunjukkan peningkatan kinerja dalam perilaku dan output.

Penelitan selanjutnya oleh Samoa (2007) dengan judul “Penerapan E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Mahasiswa Akuntansi


(20)

di Perguruan Tinggi di Surabaya”. Dalam penelitian ini peneliti menemukan penerapan e-learning sangat mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan akuntansi. Yang dibuktikan dengan tingginya nilai A pada semua matakuliah yang menggunakan e-learning dalam proses belajar mengajar dan banyaknya IPK katagori cukup memuaskan, memuaskan, dan sangat memuaskan. Untuk penerapan e-learning adalah sebagian besar responden atau hampir seluruh responden merespon positif penerapan e-learning ini dalam kegiatan pembelajaran mereka. Pertama memudahkan proses belajar mengajar (mengakses, mengerjakan atau mengumpulkan tugas, update bahan belajar, komunkasi dengan dosen), kedua meningkatkan kualitas mahasiswa, ketiga tidak ‘gaptek’. Alasan lainnya adalah mampu bersaing dengan universitas lain, tidak ketinggalan informasi, lebih siap menghadapi dunia kerja, efektifitas dan efisiansi waktu, biaya, dan tempat belajar.

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Sahfitri (2008) yang berjudul “Pemanfaatan Pembelajaran E-learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Pemahaman Mahasiswa (Studi Kasus Program Studi Teknik Komputer Univ. Bina Darma)”. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial tidak ada hubungan atau pengaruh yang signifikan antara variabel pemanfaatan e-learning terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pada kondisi ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial tidak terdapat pengaruh pemanfaatan e-learning terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh secara parsial dari variabel


(21)

pemanfaatan e-learning dengan kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan uji yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Pada kondisi ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial terdapat pengaruh pemanfaatan e-learning terhadap kemampuan pemahaman mahasiswa. Hasil pengujian regresi yang dilakukan secara bersama-sama atau uji serentak di peroleh hasil bahwa pengaruh secara bersama dari variabel pemanfaatan e-learning dengan prestasi belajar mahasiswa dan kemampuan pemahaman mahasiswa menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Roshida (2009) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Mahasiswa dengan Penerapan E-learning” peneliti menyimpulkan bahwa computer experience, computer anxiety berpengaruh signifikan terhadap prestasi mahasiswa. dan email/web experience oral commucation, apprehension-dyads, and written commucationan apprehension berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi mahasiswa. Email/web experience oral commucation, apprehension-dyads, and written commucationan apprehension bukanlah variabel penyebab naik turunnya prestasi mahasiswa.


(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Akuntansi Perilaku

Konsep perilaku (Behavioral Accounting) pada awalnya merupakan kajian bidang utama dalam psikologi dan sosial psikologi. Namun faktor -faktor psikologi dan sosial psikologi seperti motivasi, presepsi, dan personalia juga sangat relevan dalam bidang akuntansi (Siegal & Marconi, 1986) dalam Anggraini (2009).

Akuntansi perilaku merupakan gabungan antara akuntansi dan ilmu sosial yang berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia dapat memperngaruhi data akuntansi dan kepatuhan usaha. Selama ini organisasi umumnya menitik beratkan pada pengukuran pendapatan dan biaya serta mempelajari prestasi organisasi dimasa lalu untuk memprediksi dimasa yang akan datang. Padahal disamping itu dampak dari perilaku yang dilakukan masing - masing individu juga membutuhkan suatu perhatian yang mendasar.

Organisasi - organisasi cenderung mengabaikan bahwa pengendalian organisasi efektif harus dimulai dari motivasi dan pengendalian perilaku, tujuan, dan aspirasi individu yang melibatkan dalam organisasi tersebut. Tanpa adanya hal tersebut maka akan sulit bagi organisasi untuk meningkatkan prestasi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu organisasi harus memperhatikan dampak perilaku dari masing - masing individu yang menjalankannya sebagai akibat dari apa yang dilakukan.


(23)

Penelitian ini mengkaji tentang aspek perilaku manusia dalam penggunaan e-learning. Dalam hal ini adalah mahasiswa, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan akuntansi perilaku di Indonesia khususnya bidang pendidikan dalam menerapkan teknologi e-learning.

2.2.2. E-learning

2.2.2.1. Pengertian dan Konsep E-learning

Nugraha (2007) dalam Roshida (2009) mengemukakan bahwa berbagai pengertian tentang e-learning saat ini sebagian besar mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet. Seperti pengertian dari Rosenberg menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menggunakan media internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning. Bahkan Onno (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha - usaha pengajaran lewat teknologi internet.

E-learning adalah salah satu perkembangan yang paling cepat dan paling menjanjikan didalam bidang pendidikan. Tempat pelatihan online


(24)

Downey, et. al., 2005) dalam Roshida (2009) mengatakan bahwa: e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,

intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning memiliki fleksibelitas untuk belajar dari mana saja, kapan saja, dan dengan kecepatannya sendiri. Dalam pusat pelatihan perusahaan yang menggunakan e-learning, e-learning biasanya lebih singkat, dan lebih banyak orang dapat dilatih karena waktu pelatihan yang lebih cepat tersebut. Hasilnya, biaya pelatihan dapat dikurangi, dan dapat menghemat biaya sewa ruang dan fasilitas yang berhubungan dengan metode pelatihan tradisional (Rosenberg, 2001) dalam Roshida (2009). Bagaimanapun juga, tanpa suatu alat penghubung yang efektif suatu sistem e-learning tidak bisa efisien. Suatu alat penghubung yang dirancang dapat menarik pelajar adalah perhatian, memotivasi ke arah interaksi dengan sistem, dan membantu mereka belajar mencapai keberhasilan tanpa kebingungan dan kelelahan Downey, et. al., (2005), dalam Roshida (2009). Ini juga berperan untuk mutu dan kegunaan sistem tersebut Downey, et. al., (2005) dalam Roshida (2009).

E-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan web. Ini dapat dilakukan di dalam ruang kelas sebagai pendukung pengajaran tradisional, seperti ketika para mahasiswa belajar melalui web di rumah atau di dalam ruang kelas. E-learning juga dapat dilakukan di dalam ruang


(25)

kelas virtual, di mana semua kegiatan dilakukan online dan pelaksanaan kelas tidak dilakukan secara langsung.

Menurut Cheng (2006) dalam Roshida (2009), huruf “e” pada kata

e-learning mempunyai beberapa arti tersendiri, antara lain :

1. Exploration : peranti yang digunakan oleh internet untuk mengeksplorasi informasi.

2. Experience : pengalaman belajar yang dilengkapi dengan internet untuk pelajar diseluruh area dan dapat meningkatkan keberanian pelajar untuk mengeksplorasi belajar secara mandiri.

3. Engagement : langkah inovatif yang dilengkapi oleh internet yang dapat membantu pelajar untuk memperoleh pengetahuan terkini. 4. Ease of use : kemudahan penggunaan yang diberikan oleh internet

untuk mengakses segala macam bentuk pengetahuan.

5. Empowerment : perkembangan dari isi, cara, dan tingkatan dari pembelajaran yang disediakan oleh internet, sehingga pelajar dapat memahami secara otodidak.

E-learning pada dasarnya adalah suatu bentuk pendidikan yang difasilitasi internet dan berbagai komponen teknologinya (Fuller, et. al., 2006) dalam Roshida (2009). Arti e-learning adalah pelajar mendapatkan ilmu pengetahuan melalui penggunaan media digital atau elektronik secara individu, seperti computer, tape, CD, Internet, dan lain-lain.

Terdapat dua konsep e-learning menurut Cheng (2006) dalam Roshida (2009) yaitu online learning dan off line learning. On-line


(26)

learning mempunyai arti bahwa pelajar mencapai tujuan belajar melalui media internet maupun internet, konsep ini juga dikatakan web-based learning (WBL). Sedangkan off-line learning merujuk pada pembelajaran yang menggunakan komputer dan materi pembelajaran tersimpan dalam format disket atau CD. Konsep ini dapat dikatakan pula sebagai computer-based learning (CBL).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat banyak definisi yang telah ditemukan mengenai E-learning. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Cheng (2006) dalam Roshida (2009), E-learning

adalah transmisi data berupa materi pembelajaran dan replikasi file menggunakan internet, me-review buku secara on-line dan mengirimkan gambar multimedia serta efek suara. Sedangkan menurut Trace dan Cheng (2006) dalam Roshida (2009), diperkirakan E-learning termasuk dalam tahap pembelajaran yang melibatkan computer-based learning dan web-based learning. Definisi tersebut diperkuat lagi oleh Cardno (2000), Cheng (2006) dalam Roshida (2009), yang menyatakan bahwa e-learning

merujuk pada penggunaan aplikasi computer-based learning, web-based learning, dan kelas virtual yang menggunakan internet. Sedangkan menurut Cheng (2006), dalam Roshida (2009) definisi e-learning adalah koneksi web melalui media, menggunakan berbagai macam peralatan elektronik atau digital, termasuk komputer, telepon seluler, PDA, dan sebagainya yang memungkinkan pelajar memperoleh pengetahuan terkini, kapanpun dan dimanapun.


(27)

LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms [Glossary, 2001] dalam Roshida (2009) menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone. Pengertian tersebut menyempitkan arti “elektronik” pada huruf “e”dalam istilah “e-learning”. Selain karena, selain komputer juga masih terdapat alat-alat elektronik lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran, misalnya radio, tape audio/video, tv interaktif, cdrom, LCD Proyektor, OHP. Sebelum internet ditemukan, alat-alat tersebut sudah terlebih dulu digunakan sebagai media pembelajaran statis maupun interaktif. Mahasiswa bisa menggunakan tape recorder untuk merekam ceramah dosen di kelas untuk didengarkan dilain waktu. Dosen juga menggunakan OHP untuk mempresentasikan materi kuliahnya kepada mahasiswa sehingga hanya menuliskan materi di papan tulis seperlunya saja. Dosen juga dapat memberikan salinan dokumen materi kuliah dan referensi dalam bentuk CDROM kepada mahasiswanya untuk dipelajari dirumah. Media - media elektronik tersebut sangat membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah.

Pengertian e-learning yang sederhana namun mengena dikatakan oleh Nugraha dalam Roshida (2009), e-learning terdiri dari dua bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi, e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khusus perangkat


(28)

komputer. Jika dilihat dari berbagai pengertian e-learning, kebanyakan dari para pakar mengatakan bahwa e-learning merupakan pembelajaran menggunakan sarana internet. Namun, jika dilihat dari arti harfiah bahwa

e-learning yang mempunyai kepanjangan electronic-learning berarti pembelajaran yang menggunakan sarana elektronik.

Menurut Wahono (2008) komponen-komponen yang membentuk

E-learning adalah:

1. Infrastruktur E-learning

Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia.

2. Sistem dan Aplikasi E-learning

Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar.

3. Konten E-learning

Konten dan bahan ajar yang ada pada E-learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk

Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa).


(29)

2.2.2.2. Manfaat E-learning

Secara teoritis, terdapat banyak manfaat dari e-learning. Belajar dengan keinginan sendiri dan dengan kecepatan yang disesuaikan sendiri meningkatkan pemahaman akan isi (Urdan dan Weggen, 2000) dalam Roshida (2009). Bahan online menawarkan peluang untuk mengirimkan isi yang paling baru, dengan kualitas tinggi (yang dibuat oleh para ahli) dan yang konsisten (disajikan dalam cara yang sama setiap waktu). Para mahasiswa dalam situasi e-learning memiliki fleksibelitas untuk belajar dari mana saja, kapan saja, dan dengan kecepatannya sendiri. Dalam pusat pelatihan perusahaan yang menggunakan e-learning, e-learning biasanya lebih singkat, dan lebih banyak orang dapat dilatih karena waktu pelatihan yang lebih cepat tersebut. Hasilnya, biaya pelatihan dapat dikurangi, dan dapat menghemat biaya sewa ruang dan fasilitas.

Beberapa kelemahan memang ada dan dapat menetralkan manfaat dari e-learning. Para instruktur mungkin perlu dilatih agar dapat mengajar secara elektronik, dan pembelian peralatan multimedia tambahan mungkin dibutuhkan. Para mahasiswa harus bisa mengoperasikan komputer dan mungkin merasa kehilangan interaksi langsung dengan para instrukturnya. Selain itu terdapat masalah mengenai penilaian pekerjaan mahasiswa karena instrukturnya tidak benar - benar tahu siapa yang menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Dari berbagai pengalaman informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya


(30)

dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangovan, 1999; Soekartawi, 2002; Muvihil, 1997; Utarini, 1997) dalam Roshida (2009) antara lain sebagai berikut:

a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan komunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi jarak, tempat, dan waktu.

b. Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar yang dipelajari.

c. Mahasiswa dapat belajar atau mengulang kembali bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d. Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajari, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.

e. Berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. f. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari

pergururan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri.


(31)

Menurut Hardini (2008) dalam Roshida (2009) secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut mahasiswa sebagai peserta dan dosen:

1. Dari Sudut Mahasiswa sebagai Peserta Didik

Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibelitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan - bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan dosen setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

2. Dari Sudut Dosen

Dengan adanya kegiatan e-learning beberapa manfaat yang diperoleh dosen/instruktur antara lain adalah bahwa dosen / instruktur dapat: a. Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang

menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi.

b. Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak. c. Mengontrol kegiatan belajar peserta didik.

d. Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu

e. Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik


(32)

2.2.2.3. Kekurangan E-learning

Walaupun banyak manfaat dan kelebihan tetapi penerpan e-learning

juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) dalam Muzid (2005), antara lain sebagai berikut:

a. Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar mahasiswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis / komersial.

c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

d. Berubahnya peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.

e. Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajat tinggi cenderung gagal.

f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

Namun dari beberapa kekurangan yang telah dipaparkan, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan e-learning sebatas sebagai sistem pendukung bukan sebagai sistem pengganti. Dengan


(33)

kekurangan diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan individu baik mahasiswa maupun dosen.

2.2.2.4. Perkembangan E-learning di Indonesia

Konsep belajar mengajar masih memiliki makna sebagai sebuah interaksi antara dosen dengan mahasiswa melalui sebuah pertemuan yang terjadi secara kasat mata di dalam kelas. Dosen atau pengajar berperan dominan di dalam ruang kuliah. Padahal, pembelajaran yang efektif seharusnya terfokus pada karakteristik yang tergambar dari (proses) pembelajarannya. Pembelajaran dimaksud, sebenarnya, merupakan paradigma lama yang menggambarkan dominasi dosen dalam menggunkan berbagai cara dalam memberikan kuliah di perguruan tinggi (Inglis Ling, dan Joosten, 1999) dalam Damayanti (2007), dalam konteks ini menunjukkan perbedaan antara paradigma lama dengan paradigma baru terkait dengan konsep pendidikan peerguran tinggi yang sekarang ini terjadi yang terlihat pada tabel di bawah ini.


(34)

Tabel 2.1 : Perbedaan antara Paradigma Lama dan Paradigma baru Perguruan Tinggi

Paradigma lama pendidikan tinggi Paradigma baru pendidikan tinggi Matakuliah sesuai yang diberikan

Registrasi dan kegiatan akademik sangat tergantung pada kalender akademik

Universitasnya berada dilokasi tertentu

Lama kuliah dibatasi perolehan gelar Umur berkisar 18-25 tahun

Buku adalah medium utama

Tergantung pada kegiatan intitusinya Keluaran/produknya bersifat tunggal Mahasiswa diperlakukan sebagai objek

Pembelajaran dilakukan didalam kelas

Single discipline dalam pengetahuan Terfokus pada institusi

Dibiayai pemerintah

Teknologi merupakan investasi yang mahal

Memilih matakuliah sesuai keinginan Registrasi dan keinginan terbuka sepanjang tahun dan kalender fleksibel Universitasnya bersifat maya

Belajar sepanjang hayat

Umur 18 tahun sampai tak terbatas Segala macam format informasi dipakai

Tergantung penilaian pasar

Informasi yang diperoleh dapat digunakan ulang

Mahasiswa dianggap sebagai konsumen

Pembelajaran dapat dilakukan dimanapun juga

Pengetahuan Multi discipline

Terfokus pada pasar

Dibiayai melalui dana masyarakat Teknologi sebagai unsur pembeda Sumber : Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 99-113

E-learning dapat diimplementasikan pada perguruan tinggi yang hanya menerapkan sistem pembelajaran tatap muka, pada perguruan tinggi yang menerapkan konsep pembelajaran jarak jauh, dan pada universitas yang menerapkan mixed modes (lihat gambar 2.1). Implementasi pada perguruan tinggi belajar jarak jauh, pada dasarnya, ditujukan untuk meningkatkan kualitas motode mengajar dan penguasaan konsep perkuliahan (Garrison &Anderson, 2000) dalam Damayanti (2007) dan


(35)

meningkatkan kualitas belajar seorang dosen. Namun demikian, sekarang ini, e-learning digunakan juga oleh dosen perguruan tinggi konvensional sebagai salah satu metode mengajar tatap muka untuk mendukung pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Gambar 2.1 : Implementasi E-learning di Perguruan Tinggi

Face to face university Distance education university

Single mode Dual modes Single mode

(Enchance the Dominance of (Combination) (Alternative Teaching & Teaching) Learning Transaction)

Sumber : Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 99-113

Kelas maya (virtual classrom) seharusnya tidak jauh berbeda dengan kelas nyata (real classroom) atau dengan kelas yang dipergunakan untuk pelatihan (training room), sebuah kelas yang efektif (Porter, 1997) dalam Damayanti (2007) seharusnya mampu untuk enam hal sebagai berikut:

1. Menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa manakala mereka membutuhkan dan bila tidak memungkinkan untuk menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan dalam kelas, dosen akan menjelaskan di mana peralatan tersebut dapat diperoleh.

2. Menumbuhkan harapan bagi mahasiswa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi mereka.


(36)

3. Menumbuhkan rasa kebersamaan antara dosen dengan mahasiswa untuk saling berbagi informasi dan bertukar gagasan.

4. Memungkinkan para mahasiswa untuk secara bebas bereksperimen, menguji pengetahuan mereka, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, dan apabila memungkinkan menerapkan teori yang telah mereka diskusikan atau telah mereka baca.

5. Menciptakan atau mengembangkan mekanisme untuk meng evaluasi kemampuan (performance) mahasiswa.

6. Menyediakan tempat aman dan nyaman bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Kelas maya secara subtansial, seharusnya memang tidak berbeda dengan kelas nyata. Dosen berencana membangun kelas maya dan menggunakan semua teknologi yang cocok bagi mahasiswa course yang diampu. Dosen seharusnya menciptakan lingkungan belajar efektif sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

2.2.3. Internet

2.2.3.1. Pengertian Internet

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya. Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah


(37)

rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

Menurut Widjajanto (2001) dalam Astutik (2009) bukunya Sistem Informasi Akuntansi Internet adalah suatu jaringan internasional dari berbagai jaringan yang menghubungkan puluhan juta penduduk pada lebih dari seratus Negara sehingga merupakan lalu lintas informasi yang luar biasa di bumi.

Internet adalah jaringan komputer yang ada di seluruh dunia dan saling terhubung dengan alur telepon kabel maupun satelit. Dalam hal ini komputer yang dahulunya standalone dapat berhubungan langsung dengan host atau komputer yang lainnya. Awalnya adalah departemen Pertahanan Amerika pada tahun 1969 yang membuat jaringan komputer yang tersebar untuk menghindarkan terjadinya informasi terpusat, sebagai bagian dari strategi pertahanan. Sistem informasi yang tersebar bila satu bagian dari sambungan network terganggu akibat serangan musuh, jalur yang melalui sambungan itu secara otomatis dipindahkan kesambungan lainnya. (Himawan, 2008 :1) dalam Astutik (2009).


(38)

2.2.3.2. Manfaat Internet

Internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan. Saat ini telah ratusan ribu jaringan lokal terhubung ke internet. Penggunanya kini telah mencakup berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, surat kabar, penerbit, stasiun TV, artis, para pendidik, pengelola perpustakaan, penggemar komputer, dan sebagainya. Dari internet, kita dapat memperoleh beberapa manfaat:

a. On-Line News, dalam aktifitas bisnis dan administrasi pemerintahan, dengan internet bias mengurangi biaya pemakaian kertas dan biaya distribusi.

b. Sarana Informasi dan Komunikasi yang sangat efektif, cepat, dan murah.

c. E-Goverment, mempercepat pertukaran data dan informasi pemerintahan.

d. E-Commerce, yaitu fasilitas internet untuk kebutuhan perdagangan. e. Internet Banking, mempermudah transaksi perbankan lewat internet. f. E-learning, mempermudah dan membantu dalam pembelajaran

mahasiswa mahasiswa di bidang dunia pendidikan

g. Internet merupakan media yang sangat membantu suatu kolaborasi yang biasanya terhanbat oleh ruang dan waktu. Melalui internet, kita dapat melakukan Konferensi dengan berbagai pihak dimanapun mereka berada.


(39)

Menurut Tappscott (1996) berpendapat bahwa bagaimana dampak teknologi internet pada kehidupan manusia. Hal-hal berikut menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam kehidupan manusia:

1. Produk yang digerakkan sistem komputer

Di masa depan produk-produk kebutuhan hidup manusia sehari-hari akan menjadi produk yang cerdas (smart product). Produk yang cerdas adalah produk yang telah memiliki komponen inteligensi manusia. Produk yang demikian bisa membantu manusia untuk melakukan hal terbaik bagi kehidupannya. Berikut ini berbagai contoh produk yang cerdas:

a. Mobil yang cerdas (smart car). Mobil masa kalau mobil rusak, sistim komputer akan memberi tahu bagian mana saja yang rusak. Layar monitor dalam mobil memberi tahu daerah yang macet lalu lintasnya.

b. Kartu yang cerdas (smart card). Berbagai kartu yang ada (ATM, SIM, KTP, Asuransi, Kesehatan, dll) akan dihimpun dalam satu kartu saja. Selain itu kartu bisa digunakan untuk berbagai fungsi lain, misalnya untuk kunci mobil, kunci rumah, dll.

c. Rumah yang cerdas (smart house). Rumah bisa diperintah untuk melaksanakan sendiri tugas - tugas seperti, menentukan


(40)

suhu ruangan, menghidupkan mesin air di bak mandi disaat pemilik rumah dalam perjalanan menuju rumah

d. Jalan yang cerdas (smart road). Jalan bisa memberi tahu pengendara mobil kalau ada kecelakaan di depan. Selain itu ia bisa mengingatkan bahaya kecelakaan jika jarak antar mobil yang di depan dan di belakang terlalu dekat.

2. Perancangan produk dikelola oleh komputer

Sistem komputer yang sudah menjadi net-work intelligence akan memudahkan kehidupan konsumen. Melalui internet pembeli dapat menghubungi berbagai perusahaan yang menwarkan produk. Di masa depan produk yang akan dibeli dirancang sendiri oleh konsumen.

3. Proses kerja yang digerakkan oleh komputer

Tersedianya fasilitas intranet dan internet memungkinkan orang bekerja dari mana saja. Orang bisa berhubungan dengan kantornya dari rumah, dari pesawat, dan dari kamar hotel. Pekerjaan dapat dilakukan dari jarak jauh. Kantor menjadi maya (virtual). Bank tidak perlu lagi mempunyai karyawan terlalu banyak karena transaksi dilayani secara elektronik. Kini orang berbelanja dari rumah melalui internet. Biro perjalanan semakin tersaingi oleh internet, karena orang dapat memesan langsung tiket pesawat, tiket kapal laut, tiket kereta api, atau tiket bis pada perusahaan transportasi.


(41)

4. Komputer menjadi sarana komunikasi efektif

Kehadiran bisnis internet telah merubah pola komunikasi. Kiriman surat semakin berkurang karena orang lebih banyak berkirim surat dengan e-mail. Orang sekarang bisa mengobrol dari dalam kamarnya dengan siapa saja tanpa batas ruang dan waktu. Program

internet relay chatting (IRC) yang tersedia dalam komputer bisa diakses dengan internet, dan pemakai bisa menghubungi siapa saja, apakah teman chatting berasal dari kota yang sama, atau di kota lain di seluruh dunia. Internet semakin mengurangi pengggunaan mesin faksimili, karena dokumen dapat dikirim dalam waktu yang sangat cepat dengan e-mail. Dokumen dapat dikirim pada banyak orang diseluruh dunia. Penghematan yang sungguh luar biasa, dari segi waktu, biaya dan tenaga.

5. Komputer sebagai pusat informasi

Tersedianya website yang bisa diakses melalui internet telah membuat komputer sebagai suatu pusat informasi. Komputer yang terhubungi oleh internet menjadi guru buat semua orang. Hampir semua jenis informasi bisa dicari dari internet. Di beberapa perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, sudah banyak dosen yang menyimpan catatan kuliah, artikel jurnal, dan bahan bacaan lainnya di dalam homepage pribadi mereka. Mahasiswa dapat dengan leluasa membuka homepage tersebut dan membaca serta mencetak artikel untuk keperluan studi mereka.


(42)

2.2.4. Proses Pembelajaran

Menurut Prayudi (2007) proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan mahasiswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri. Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek

kognitif dan aspek afektif.

Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek

kognitif difasilitasi lewat berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktivitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri mahasiswa.

Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu :


(43)

1. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan di kelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktivitas untuk berbagi dan mengolah informasi.

2. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi,

tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi.

3. Mekanisme balikan, kuis, ulangan / ujian serta komentar dan survey

adalah bagian dari proses balikan.

4. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasarkan pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey

terbatas.

Seharusnya implementasi proses pembelajaran di perguruan tinggi senantiasa dievaluasi untuk memenuhi aspek-aspek diatas.

Menurut Muchith (2008) belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses tiada henti dan berkesinambungan yang mengubah individu dalam berbagai cara. Proses pembelajaran merupakam inti dari kegiatan kependidikan di perguruan tinggi. Agar tujuan pendidkan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian kegiatan - kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut administrasi kurikulum.

Hal sependapat dikemukakan oleh ahli tentang proses pembelajaran dengan jenis-jenis kategori dan tahapan yang dikenal dengan


(44)

taksonomi belajar. Kategori jenis-jenis belajar menurut beberapa ahli diantaranya:

1. Taksonomi Bloom yang paling populer dan mengkategorikan dari 3 tingkatan sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Reliawati, 2009).

2. Taksonomi Robert M.Gagne yang berpendapat bahwa kategori pembelajaran meliputi kecakapan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motoris, informasi verbal dan sikap (Reliawati, 2009). 3. Taksonomi UNESCO yang terdiri dari learning to how, learning to

do, learning together, and learning to be (Reliawati, 2009).

4. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon (Reliawati, 2009).

5. Menurut Jerome S. Bruner, seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori kognitif, pembelajaran adalah proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa (Reliawati, 2009).

2.2.5. Prestasi Mahasiswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi akademik adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb.

Kinerja individual adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, kinerja yang dimaksud oleh


(45)

peniliti dalam hal ini adalah prestasi mahasiswa karena menurut Jumali (2005) dalam Roshida (2009) kinerja individu adalah pencapaian prestasi/hasil kerja dari serangkaian tugas mahasiswa dengan dukungan teknologi sistem informasi yang ada.

Penilaian prestasi atas seseorang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai, sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi adalah sebagai penentu secara periodik efektifitas operasional individu berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditentukan.

Pencapaian kinerja individual dinyatakan dengan pencapaian serangkaian tugas - tugas individu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Pengukuran kinerja individual ini melihat dampak sistem yang baru terhadap efektifitas pneyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakai lebih produktif dan kreatif (Goodhue dan Thomson, 1995 dalam Roshida 2009).

Pencapaian kinerja individu yang baik jika didukung dengan adanya teknologi sistem informasi yang memadai. Bagi mahasiswa, kinerja individu akan terlihat dari prestasi mahasiswa dalam menggunakan teknologi sistem informasi seperti contohnya komputer sebagai alat penghasil informasi yang diperlukan oleh mahasiswa dan diperoleh melalui jaringan internet serta media komunikasi lainnya yang akan menghasilkan output secara cepat, akurat serta efektif yang dapat membantu mahasiswa untuk menyelesaikan tugasnya.


(46)

Prestasi mahasiswa dapat meningkat dikarenakan adanya motivasi yang dapat membentuk kepribadian seseorang dan pengalaman seseorang untuk mewujudkan kinerja yang diharapkan. Untuk itu digunakan teori kepribadian sebagai pendukung motivasi

Menurut Robbins (2001: 50) dalam Roshida (2009), Kepribadian adalah keseluruhan total dari cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian antara lain :

1. Lingkungan

Diantaranya fakor-faktor yang menekan pada pembentukan kepribadian kita adalah budaya dimana kita dibesarkan, pengkondisian dini, norma-norma diantara keluarga, teman-teman, dan kelompok-kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Lingkungan yang dipaparkan pada kita memainkan suatu peran yang cukup besar dalam membentuk kepribadian kita.

2. Situasi

Situasi mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang, walaupun pada umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak melihat pola kepribadian dalam keterpencilan (isolasi).


(47)

Teori humanistik (Gibson, et. al., 1996: 160) dalam Roshida (2009) dengan pendekatan humanistik guna memahami kepribadian dicirikan oleh adanya pemusatan perhatian pada perkembangan individu dan aktualisasi diri dan pentingnya bagaimana seseorang mempersepsi dunianya dan semua kekuatan yang mempengaruhi mereka.

Berdasarkan paparan teori tersebut diatas menunjukkan bahwa seorang dosen berusaha memotivasi mahasiswa dalam peningkatan prestasinya dengan mengadakan forum diskusi dengan harapan mahasiswa akan terbiasa mengutarakan pendapatnya sehingga tidak adanya rasa rendah diri atau tertekan untuk mengungkapkan hasil kerjanya baik secara individu atau secara kelompok.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian menurut jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.

Peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui secara mendalam penggunaan e-learning di Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penelitian ini membahas tentang perilaku manusia khususnya dalam menggunakan e-learning untuk meningkatkan proses pembelajaran mahasiswa progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan demikian, untuk membahas perilaku tersebut, diperlukan metode kualitatif yang lebih lanjut, suatu perilaku dipengaruhi oleh segi budaya didalamnya tercakup segala pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, symbol dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dengan perannya sebagai pelaku ekonomi.


(49)

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diarahkan pada empat komponen e-learning dalam Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yaitu:

1. Pusat Komunikasi (Puskom) 2. Progdi Akuntansi

3. Dosen 4. Mahasiswa

3.3. Alasan Ketertarikan Peneliti

Alasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti. Fasilitas e-learning

yang disediakan oleh Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Mahasiswa menggunakan fasilitas e-learning untuk download

materi kuliah, atau upload tugas yang diperintahkan atau diberikan oleh dosen. Peneliti ingin mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa sebagai pengguna e-learning..

Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai sejauh mana upaya Puskom, Progdi Akuntansi, dosen dan mahasiswa menggunakan e-learning sebagai media pembelajaran. Karena dari pertanyaan tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui secara mendalam penggunaan e-learning dapat membantu proses pembelajaran pada mahasiswa.


(50)

3.4. Informan

Informan kunci disini adalah Ketua Pusat Telematika, dikarenakan informan ini adalah penanggung jawab sistem dan sekaligus penggerak e-learning di UPN “Veteran” Jawa Timur. Informan kedua adalah Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur dimana informan merupakan penanggung jawab ruang lingkup tempat penelitian ini dilakukan. Informan ketiga adalah dosen Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur selaku pengguna e-learning UPN “Veteran” Jawa Timur. Informan terakhir adalah mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur juga selaku pengguna sistem e-learning itu sendiri.

3.4.1. Deskripsi Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan dilihat dari 4 pihak yaitu : a. UPT Telematika sebagai pengelola fasilitas e-learning UPN

”Veteran” Jawa Timur.

Ir. Kemal Wijaya MTP merupakan Ka Upt Telematika. Berusia 51 tahun bertempat tinggal di daerah Larangan Sidoarjo, pria merupakan lulusan S1 Geologi ITB dan Magister Perencanaan UGM. Menjabat sebagai Kepala UPT Telematika sejak tahun 2008. b. Progdi Akuntansi

Fajar S.A., SE, MAKS merupakan staff dari progdi akuntansi. Merupakan pria kelahiran Surabaya, 22 Oktober 1980 yang beralamat Jl. Griya Pesona Asri A-12. Merupakan lulusan S-1


(51)

Akuntansi UPN tahun 2002 dan Magister Akuntansi S-2 tahun 2006 dengan konsentrasi akuntansi manajemen.

c. Dosen

Peneliti mengambil tiga dosen pengguna e-learning sebagai informan penelitian yaitu :

a. Drs. Ec Munari

Adalah dosen tetap UPN “Veteran” Jawa Timur di fakultas ekonomi akuntansi. Bapak Munari Kelahiran 2 April 1961 bertempat tinggal Jl. Griya Kebraon Tengah X blok U no. 28. Lulusan SMEA Pembina I angkatan 1978. Kemudian melanjutkan kuliah S-1 di UPN 1981, kuliah S-2 IBMT Surabaya, Konsentrasi ilmu pangajarannya bidang akuntansi keuangan.

b. Dra. Ec. Dwi Suhartini

Wanita kelahiran 15 desember 1968, beralamatkan Jl. Gunung Anyar Lor Gg 3A no.22 merupakan lulusan S-1 Akuntansi UPN dan S-2 Magister Akuntansi Manajemen. Menjadi tenaga bantu pengajar tahun 1994 kemudian menjadi dosen tetap tahun 1998.

c. Drs. Eko Riyadi

Pria kelahiran 01 Mei 1957 yang bertempat tinggal di Sedati Permai blok BB-26, Sidoarjo. Merupakan dosen fakultas


(52)

ekonomi progdi akuntansi yang alumni S-1 lulusan UPN angkatan tahun 1979 dan S-2 UPN Akuntansi Keuangan. d. Mahasiswa

Peneliti mengambil tiga mahasiswa pengguna e-learning sebagai informan penelitian yaitu :

a. Risan Adiwitarsa adalah mahasiswa semester VIII jurusan Akuntansi. Kelahiran Sidoarjo, 3 Februari 1988. Beralamat di Jl. Delta Sari Indah AA-23 Sidoarjo.

b. Hesti Rahmasari adalah semester VIII jurusan Akuntansi lahir Surabaya, 3 November 1989 beralamat Jl. Kapuas FI 21 Wisma Tropodo Sidoarjo.

c. Nabila. Kelahiran Sidoarjo, 3 Oktober 1989 mahasiswa semester VIII mahasiswa dengan nama panggilan Bila ini tinggal di Jl. Wedoro Masjid no. 42 Waru, Sidoarjo. Mahasiswa telah menjalani ujian lisan di bulan Februari.

3.5. Lokus

Penelitian ini dilakukan di Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur dan Pusat Telematika UPN “Veteran” Jawa Timur. Kedua tempat ini berada dalam satu lokasi yaitu UPN “Veteran” Jawa Timur dimana Pusat Telematika sebagai penanggung jawab sistem e-learning dan Progdi Akuntansi tempat dimana pengguna e-learning itu sendiri.


(53)

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam universitas, seperti Pusat Telematika dan Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

Pengumpulan data (login the data) ada 3 (tiga) teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam, dokumen dan observasi.

Ketiga teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Wawancara mendalam

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara semacam ini dilakukan dengan informan yang ada pada lokasi


(54)

penelitian terutama untuk mendapatkan data yang valid guna menjawab masalah penelitian.

b. Observasi

Observasi dalaksanakan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa timur yang menggunakan e-learning. Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai active participant karena peneliti juga pengguna fasilitas e-learning sehingga akan memudahkan berkomunikasi dan melaukan pengamatan.

c. Analisis dokumen

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian berupa foto-foto yang menujukkan mahasiswa yang benar-benar menggunakan e-leaning sebagai pembelajaran mereka.

Dalam pengumpulan data penelitian ini ada tiga proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu:

1. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik administrative maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh


(55)

pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan yang akrab dengan informan.

2. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)

Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena merupakan kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.

3.6. Teknik Analisa

Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui penyuntigan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data ini dilakukan terus-menerus selama proses penelitian ini berlangsung.


(56)

2. Penyajian Data

Peyajian data (display data) dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpulan tentative. Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus-menerus, baru ditarik kesimpulan yang bersifat “grounded.” Dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.


(57)

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema berikut:

Gambar 3.1. Analisis Interaktif menurut Miles dan Huberman

Sumber : Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data kualitatif, Jakarta: UI-Press, 1992.

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara : 1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I (2 Maret 2011) dan periode II (7 Maret 2011), data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Periode I belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan


(58)

masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memeberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah Ketua Puskom, Progdi Akuntansi, Dosen


(59)

dan Mahasiswa Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(60)

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan yang Mendukung.

Research Question Source Justification

Komponen 1: Puskom

1. Apa tujuan dibuatnya e-learning?

2. Bagaimana upaya pihak sistem telematika bila sistem

e-learning itu bermasalah? 3. Bagaimana upaya pihak

telematika menanggapi bila e-learning ditinggalkan?

4. Apa kendala e-learning UPN?

Observasi dan wawancara informan yaitu Penanggung jawab Sistem Telematika

Untuk mengetahui tujuan dibuatnya e-learning upaya pihak sistem telematika bila sistem e-learning itu bermasalah serta upaya pihak telematika menanggapi bila e-learning ditinggalkan

Komponen 2: Progdi Akuntansi 1. Apa fungsi e-learning progdi

Akuntansi?

2. Bagaimanakah upaya progdi menerapkan e-learning pada progdi Akuntansi?

Observasi dan wawancara informan

yaitu Progdi Akuntansi

Untuk mengetahui fungsi e-learning progdi Akuntansi serta upaya progdi dalam menerapkan e-learning

Komponen 3: Dosen Akuntansi 1. Bagaimana pemahaman dosen

mengenai e-learning?

2. Mengapa dosen mengarahkan

mahasiswa untuk mengirimkan tugas dan

mendapatkan materi kuliah melalui e-learning?

3. Sejak kapan menggunakan e-learning?

4. Fasilitas apa saja yang digunakan di e-learning UPN

5. Bagaimana kendala

penggunaan e-learning?

Observasi dan wawancara informan yaitu Dosen Akuntansi

Untuk mengetahui pemahaman, alasan. dam

kendala dosen menggunakan e-learning

Komponen 4: Mahasiswa Akuntansi

1. Bagaimana pemahaman

mahasiswa mengenai e-learning?

2. Apakah sering menggunakan

e-learning?

3. Bagaimana menurut anda, apakah e-learning membantu proses belajar anda?

4. Bagaimana kendala

penggunaan e-learning?

Observasi dan wawancara informan yaitu Mahasiswa Akuntansi

Untuk mengetahui pemahaman, manfaat, kendala

penggunaan e-learning bagi mahasiswa


(61)

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1. Sejarah E-learning

E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Menurut Purnomo (2008) Perkembangan e-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) dalam FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.

2. Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.

3. Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul


(62)

LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.

4. Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.

4.2. E-learning di Indonesia

Menurut Agoes (2006) peranan regulasi dari pemerintah atau departemen terkait dalam mendukung terealisasinya dukungan e-learning

dalam proses pendidikan di Tanah Air. Hingga saat ini Indonesia sudah memiliki Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang PTJJ (Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh). Di mana secara lebih spesifik UU ini mengizinkan penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui cara PTJJ dengan memanfaatkan


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya dengan mengacu fokus penelitian bagaimana penggunaan e-learning di UPN “Veteran” Jawa Timur ditinjau dari pihak Puskom, Progdi akuntansi, Dosen dan mahasiswa.

Tujuan adanya e-learning di UPN “Veteran” Jawa Timur yaitu untuk membudayakan Informasi Teknologi (IT) untuk dosen dan mahasiswa. E-learning merupakan tuntutan secara global Perguruan tinggi di dunia secara eksternal dan kewajiban dari Rektor secara internal. Upaya yang dilakukan oleh Puskom untuk menjalankan e-learning di UPN “Veteran” Jawa Timur dengan sosialisasi ke progdi dengan cara mengadakan pelatihan ke dosen. Apabila e-learning UPN mengalami masalah, Puskom bisa bersedia menerima lewat telfon atau sms, untuk ke depannya Puskom akan membuat manual prosedur menyampaikan permasalahan e-learning.

Pemahaman dosen dan mahasiswa mengetahui apa itu e-learning. Alasan kemudahan, efektivitas, dan efisiensi dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan e-learning bagi mahasiswa. Dan bagi dosen untuk meningkatkan kinerja dalam pengajaran terhadap mahasiswa.


(2)

98 

Awalnya dosen progdi akuntansi mempunyai tingkat kepedulian (Concern) yang tinggi dalam menggunakan e-learning sejak dilakukan pelatihan oleh Puskom. Hal ini terbukti dengan menduduki tertinggi peringkat ketiga dari semua progdi di UPN “Veteran” Jawa Timur. Akan tetapi setelah lama tidak diadakan pelatihan oleh Puskom. Dosen progdi mengalami kendala dalam menggunakan e-learning. Kurang berjalan baik komunikasi antara puskom, progdi, dan dosen. Ditambah dengan peran progdi yang belum begitu signifikan dalam penggunaan e-learning di Progdi Akuntansi. Kondisi ini menyebabkan dosen enggan lagi menggunakan e-learning yang disediakan oleh UPN “Veteran” Jawa Timur. Dengan kata lain kepedulian (Concern) dosen terhadap e-learning saat ini tergolong tidak terlalu tinggi. Dosen tidak mengupdate lagi materi kuliah yang ada di e-learning UPN. Dari kejadian ini, e-learning di UPN bukan merupakan suatu kewajiban untuk menggunakan e-learning, tetapi merupakan himbauan dari Rektor karena tidak ada keharusan untuk menggunakan e-learning oleh dosen.

Metode pembelajaran dengan e-learning hanya sarana pembantu saja, bukan pengganti pembelajaran di kelas secara classical. Perbandingan yang akan diterapkan kedepannya 80% kuliah secara tatap muka dan 20% menggunakan e-learning. Dan e-learning bukan jadi jaminan untuk mahasiswa menjadi pintar.

Dosen mempunyai peran yang besar terhadap mahasiswa sebagai pengguna e-learning. Dari semua mahasiswa yang dijadikan informan,


(3)

frekuensi menggunakan e-learning tergantung pemberitahuan dan perintah tugas yang diberikan dari dosen.

6.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dijadikan bahan pertimbangan :

1. Bagi Puskom

Bagi pengelola keberadaan e-learning agar meningkatkan sarana dan prasarana yang sudah dimiliki sebelumnya untuk meminimalisasi kendala teknis yang akan terjadi. Sehingga dosen tidak enggan menggunakan e-learning. Peneliti juga menyarankan agar Puskom membuat semacam buku modul cara menggunakan e-learning pada waktu pelatihan e-learning, karena tiap dosen mempunyai pemahaman dan pengalaman berinternet yang berbeda-beda. Jadi setelah pelatihan berlalu, sewaktu-waktu ada dosen yang lupa cara menggunakannya tinggal membaca buku modul panduan tersebut.

2. Bagi Progdi Akuntansi

Progdi yang membawahi dosen dan mahasiswa. Diharapkan berperan dan partisipasi lebih besar lagi. Peneliti menyarankan kepada Progdi untuk sering rutin mengevaluasi bagaimana penggunaan e-learning di progdi akuntansi baik dari dosen maupun mahasiswa. Dari hasil evaluasi tersebut progdi dapat


(4)

100 

mengetahui sejauh mana penggunaan e-learning. Apabila kendala yang dialami dosen dalam menggunakan e-learning, diharapkan progdi dapat menampung kendala tersebut untuk disampaikan ke Puskom kemudian ditindak lanjuti penyelesaiaan dari kendala tersebut, sehingga dosen tidak enggan menggunakan e-learning.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneliti-penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk peneltian selanjutnya akan lebih baik lagi penelitian ini tidak hanya dilakukan di ruang lingkup progdi akuntansi saja, akan tetapi juga untuk progdi lain di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

Penerbit Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Anonim, Tappscot, Don, 1996, Digital economy: Promise and Peril in the Age of Networked

Intelligence

,

http://annisakarliana.blog.com/2009/11/20/psikologi-dan-tantangan-

millenium-ke-tiga-dampak-teknologi-internet-pada-kehidupan-manusia-dan-pengelolaan-institusi-pendidikan-psikologi/.

Agoes, 2006, E-learning sebagai Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia,

http://

agoestbkl.multiply.com/journal/item/11

Anggraini, Mirza, 2009,

Pengaruh Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akuntansi terhadap

Tingkat Pemahaman Akuntansi pada

UPN “Veteran” Jawa Timur,

UPN “Veteran” Jawa

Timur,

Surabaya.

Astutik, Puji, 2009, Pengaruh Stuctural Assuranse dan Perceived Reputation terhadap

E-commerce, UPN “Veteran” Jawa Timur. ,

Surabaya.

Chen, Wen, Kai, 2008, The Gap between learning Managers and User on Satisfaction of

E-learning in the Accounting Industry, UPN “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya.

Damayanti, Tri, 2007,

E-learning pada Pendidikan Jarak Jauh: Konsep yng Mengubah

Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Indonesia,

http://

jurnal.pdii.lipi.go.id/ admin/ jurnal/ 820799113.pdf.

Hisam, Lukman, 2009, Pengaruh Computer Anxety, Computer Self Efficacy, Ease of Internet

use, dan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi terhadap Kinerja Individu

Mahasiswa Akuntansi STIE Perbanas, STIE Perbanas, Surabaya.

Huberman, Miles, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Muzid, Syaiful, dan, Munir, Misbahul, 2005,

Persepsi Mahasiswa dalam Penerapam

E-learning sebagai Aplikasi Peningkatan Kualitas Pendidikan (Studi Kasus pada

Universitas Islam Indonesia),

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2005 (SNATI 2005).

Padmo, Dewi, dan Julaeha, Siti, 2007, Tingkat Kepedulian dan Self Efficacy Mahasiswa

Universitas Terbuka terhadap E-learning,

jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81074053.pdf

Purnomo, Wahyu, 2009

,

Perkembangan e-Learning di Indonesia,


(6)

Reliawati, Dian, 2009, Analisis Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan

di SMAN 13 Medan,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7241/1/10E00143.pdf

Rizal, Yose, 2009,

Implementasi Pengelolaan Keuangan Pribadi pada Masa Dewasa Lajang

pada Komunitas Sulap RnB, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Roshida, Vivin Alfiantun, 2009, Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Prestasi

Mahasiswa dengan Penerapan E-learning (Studi Empiris pada Mahasiswa

Akuntansi

UPN “Veteran” Jawa Timur),

UPN “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya.

Sahfitri, Vivi, 2009,

Pemanfaatan Pembelajaran E-learning dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar dan Kemampuan Pemahaman Mahasiswa, (Studi Kasus Progam Studi Teknik

Komputer Univ. Bina Darma

)

, http://blog.binadarma.ac.id/vivi/?p=34.

Samoa, Debbi Sisilia, 2007, Penerapam E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Mahasiswa Akuntansi di Perguruan Tinggi di Surabaya, STIE Perbanas, Surabaya.

Supriyadi, Dartho, 2003, Pengaruh Persepsi Kemudahan, Persepsi Kemanfaatan, Kecemasan,

Sikap,dan Penggunaan Komputer terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Akuntan

Pendidik (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi di Indonesia), Maksi Publishing.

Suyanto, Asep Herman, 2005, Pengenalan E-learning, http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id.

Wahono, Romi, Satria, 2008, Meluruskan Salah Kaprah tentang E-learning,

http://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/

Widyanto, Wasis Rizki, 2009, Implementasi Pencatatan Akuntansi di Industri Rumahan

(Studi Kasus pada Pengusaha Warung Internet di Daerah Wadungasri ),

UPN

“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Yuhertiana, Indrawati, 2009, Panduan Penelitian Kualitatif bagi Pemula, Eureka Smart

Publishing.