STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDI (1)

STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I. Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2:

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72:

Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I. Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Diterbitkan oleh:

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Bekerjasama dengan:

Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (ST IY ) AO

Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

viii + 175 hlm: 19 cm x 27 cm Cetakan 2, Maret 2017 ISBN: 978-602-61179-1-5 Penulis: Drs. Mangun Budiyanto, M.S.I & Syamsul

Kurniawan, S.Th.I, M.S.I

Editor: Imam Machali Lay Out: Sui Suhami

Desain Sampul: Zainal Ariin

© Copyright 2017

Diterbitkan oleh : Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jln. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Tlp. 0274 – 513056 Fax: 0274 - 519732 http://www.mpi.uin-suka.ac.id

Bekerjasama dengan: Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO) Jln. Ki Ageng Giring Trimulyo II Bansari Kepek Wonosari

Gunungkidul Yogyakarta 55813 Tlp. 0274 - 391224

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim Hanya berkat karunia Allah SWT. kami berdua

bisa menyelesaikan buku ini. Dari itu, puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada-Nya. Sholawat dan salam semoga dicurahkan Allah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikut setianya. Amin.

Buku Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidi kan Agama Islam ini kami susun berdasarkan silabi yang dikembangkan Sekolah Tinggi Agama Islam Yogya- karta (STAIYO) di Wonosari Gunungkidul Yogya karta, yang dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal keahlian untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang professional. Namun demikian tidak menutup kemungkinan para mahasiswa Tarbiyah dan para guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya, bisa memanfaatkan buku ini.

Akhirnya, kami berdua mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya buku ini, khususnya kepada Bapak Drs.

Pendidikan Agama Islam - v

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

H. Mardiyo, M.Si. (Ketua STAIYO di Wonosari) yang menyambut baik kehadiran buku ini. Tegur sapa dan kritik untuk perbaikan buku ini, masih tetap senantiasa diharapkan.

Semoga sekecil apapun percikan pemikiran yang tersaji di dalam buku ini dapat berguna bagi pengem- bangan keilmuan, pendidikan dan kemajuan bangsa, nusa dan agama. Amin.

Yogyakarta, 15 Maret 2017 Penulis

- Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I. - Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

vi- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

BAB I: AKTIVITAS PEMBELAJARAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN Islam merupakan salah satu bidang studi yang banyak mendapat perhatian dari ilmuan. Hal ini karena di samping perannya yang amat strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena dalam pendidikan Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks. Bagi mereka yang terjun ke dunia pendidikan Islam, mereka harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan sesuai dengan tuntutan zaman (Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2009: 1).

Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya berkreasi dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran. Aktivitas pembela- jaran hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar.

Pendidikan Agama Islam - 1

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

Berkenaan dengan itu, pada bab ini akan dibahas: (1) Hakikat pembelajaran; (2) Interaksi pembelajaran sebagai proses komunikasi pendidikan; dan (3) Prinsip- prinsip pembelajaran.

A. Hakikat Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah suatu keniscayaan yang mesti terwujud dalam aktivitas keseharian pendidikan (lihat Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2009: 213). Dengan demikian, hakikat pembelajaran dalam perspektif pendidikan Islam perlu dipahami terlebih dahulu sehingga bangunan pemikiran kependidikan ke depan dan implementasinya dapat diwujudkan dalam pendidikan secara khusus dan dalam kehidupan secara umum (Andreas Harefa, 2004: 85-86).

Dalam kamus bahasa Inggris (lihat John M. Echols dan Hassan Shadhily, 1993: 352), learn berarti mempelajari dan learning artinya pengetahuan. Dalam pengertian kamus ini, belajar diorientasikan pada sebuah proses transfer of knowledge yang berlangsung di kelas.

Dalam perspektif pendidikan Islam, ilosoi belajar dida sa ri pada satu konsep ilmu yang muncul dari perin- tah membaca.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

2- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al ‘Alaq: 1-5).

Perintah membaca pada ayat di atas secara umum menurut Basuki dan M. Miftahul Ulum (2007: 125) memerintahkan umat Islam untuk selalu belajar. Belajar mempunyai makna ilosoi yang sangat dalam sekali. Belajar sekaligus sebagai jendela menuju dunia pengetahuan. Oleh karenanya Islam menjadikan “belajar” sebagai perintah wajib yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai jalan menuju pengetahuan.

Rasulullah SAW bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang muslim (HR

Al Baihaqi) Belajar adalah sebuah proses untuk mencari, mene-

mukan, dan memaknai (Mahfudh Shalahuddin, 1990: 29-30). Belajar adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengerti hakikat sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada diri peserta didik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sedangkan mengajar berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 39). Alvin W. Howard seperti dikutip oleh Slameto (2003: 32), mendefinisikan aktivitas mengajar sebagai suatu kegiatan untuk mencoba mendorong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita),

Pendidikan Agama Islam - 3

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

appreciations (penghargaan), dan knowledge. Bertolak dari pengertian ini, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari bagaimana partisipasi anak didik dalam proses pembelajaran dan seberapa jauh hasil yang dicapainya.

Sebagai makhluk, manusia menurut Al Qur‘an mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk yang lain, ialah karena mempunyai akal untuk meraih ilmu dan mengembangkannya (lihat QS Al Baqarah: 30-34). Dengan akalnya, manusia dapat memiliki dan mencapai kebebasan dari berbagai belenggu yang dapat menurunkan derajat atau martabatnya seperti kebodohan dam keragu-raguan. Dengan sifatnya yang dinamis, kreatif dan dengan kecerdasannya sebagai manusia, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema- problema.

Sehubungan dengan ini, usaha untuk meningkatkan kecerdasan adalah tugas utama dalam aktivitas mengajar. Sebagai makhluk, anak didik hendaklah dipandang tidak hanya sebagai kesatuan jasmani dan rohani saja, melainkan juga manifestasinya sebagai tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan perlu difung sikan dalam arti anak didik berada aktif dalam dan meman- faatkan sepenuh-penuhnya lingkungannya. Ia perlu men da patkan kesempatan yang cukup untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian- kejadian yang berlangsung di sekitarnya. Hal ini teru- tama mengenai kejadian-kejadian dalam lapangan kebu-

4- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

dayaan (Imam Barnadib, 1994: 35). Dalam rangka usaha mencapai efisiensi dalam

belajar, menggerakkan kognisi (mengetahui), afeksi (merasa), dan konasi (berbuat), merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian yang cukup. Tujuannya tidak lain adalah agar anak didik mengalami perkembangan kepribadian yang utuh (integral) dan seimbang.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perwu judan proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan anak didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlang- sung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan anak didik itu merupakan syarat utama bagi ber lang sungnya aktivitas pembelajaran. Interaksi dalam aktivitas pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekadar hubungan antara guru dan anak didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri anak didik yang sedang belajar.

B. Interaksi Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi Pendidikan

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti menga dakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi yang berlangsung dalam bidang sosial ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Salah satu dari interaksi tersebut berupa interaksi edukatif yang berarti interaksi

Pendidikan Agama Islam - 5

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan (Winarno Surachmad, 1984: 7).

Interaksi edukatif dapat berlangsung baik di lingku- ngan keluarga, masjid, sekolah, maupun masyarakat. Interaksi edukatif yang berlangsung secara khusus dengan ketentuan-ketentuan tertentu di lingkungan sekolah lazim disebut interaksi pembelajaran. Interaksi pembelajaran mengandung pengertian adanya kegiatan interaksi dari guru yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan anak didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain (Sardiman AM., 1989: 2).

Adapun ciri-ciri interaksi pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Ada tujuan yang jelas akan dicapai; (2) Ada bahan yang menjadi isi interaksi; (3) Ada anak didik yang aktif mengalami; (4) Ada guru yang melaksanakan; (5) Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan; (6) Ada situasi yang subur yang memungkinkan proses interaksi berlangsung dengan baik; dan (7) Ada penilaian terhadap hasil interaksi tersebut (Winarno Surachmad, 1984: 16).

Seorang guru dalam mengajar hendaknya mempertim-bangkan tujuan pembelajaran. Dengan menempatkan tujuan sebagai pusat orientasi interaksi pembelajaran, maka komponen lainnya dalam pembelajaran menjadi sarana atau pendukung tercapainya tujuan tersebut. Bahan atau materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan. Penilaian materi pelajaran dengan sendirinya memperhatikan tingkat perkembangan anak didik

6- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

(Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 119). Interaksi pembelajaran diarahkan agar aktivitas

berada pada pihak anak didik. Hal ini menjadi keharusan, karena memang anak didik merupakan orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan pembelajaran. Peranan guru Pendidikan Agama Islam di sini sebagai pembimbing, yang dapat mengarahkan anak didik dan memberikan motivasi, untuk mencapai hasil yang optimal.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan diper- lukan prosedur atau metode yang merupakan langkah- langkah sistematis dalam proses pembelajaran. Prosedur atau cara ini ada kemungkinan berbeda antara satu proses pembelajaran dengan tujuan tertentu dan proses pembelajaran dengan tujuan yang lain. Jadi, prosedur ini menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam suatu aktivitas pembelajaran juga dibutuhkan situasi yang mendukung, seperti sarana dan prasarana maupun suasana yang akrab, demokratis yang memungkinkan berkembangnya proses pembelajaran.

Pada akhirnya kegiatan dalam rangka proses pembe- lajaran perlu dilihat hasilnya dengan cara mengadakan evaluasi. Hal ini perlu dilakukan karena kegiatan pendidikan melalui aktivitas pembelajaran ini mengalami batas waktu sehingga keterikatan kepada waktu juga menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran (Suharyono dkk., 1991: 135).

C. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Untuk interaksi pembelajaran yang efektif, di

Pendidikan Agama Islam - 7

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

samping menggunakan strategi dan metode yang tepat juga harus memperhatikan dan melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 45). Prinsip pembelajaran yaitu kaidah-kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar lebih berhasil dalam mengajar. Jadi, dalam uraian ini yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran adalah prinsip- prinsip, kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru secara maksimal agar lebih berhasil (Suharyono dkk., 1991: 6)

Agar anak didik mudah dan berhasil dalam belajar, guru Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan sekurang-kurangnya delapan prinsip berikut dalam mengajar:

1. Prinsip konteks

Mengajar dengan memperhatikan prinsip ini, guru Pendidikan Agama Islam dalam menyajikan pelajaran hendaknya dapat menciptakan berma- cam-macam hubungan dalam kaitan bahan pela - jaran. Menghubungkan bahan pelajaran dapat menggunakan bermacam-macam sumber, misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan, atau lingkungan sekitar.

Dengan prinsip ini, anak didik akan mengetahui “konteks” dari bahan yang dipelajari. Tanpa adanya konteks, pengetahuan satu dengan pengetahuan lain, biarpun terletak dalam satu rumpun, akan terpisah-pisah sehingga pengetahuan anak didik menjadi kurang kokoh.

8- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

2. Prinsip menarik perhatian

Bila dalam mengajar, anak didik memiliki perhatian penuh kepada bahan pelajaran, maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab ada konsentrasi yang pada gilirannya hasil belajar akan lebih berhasil dan tidak mudah lupa.

3. Prinsip memberikan suasana kegembiraan

Prinsip ini dijabarkan dari sabda Rasulullah SAW kepada Muadz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy‘ari untuk berdakwah kepada Gubernur Romawi di Damaskus sebagai berikut:

Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah mereka dan jangan berbuat yang menyebabkan mereka menjauhi kamu.

Prinsip ini sesuai dengan irman Allah:

Allah menghendaki kemudahan bagimu dan ti- dak menghendaki kesukaran bagimu... (QS Al Baqarah: 185)

4. Prinsip penyesuaian perkembangan anak didik

Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan Islam diberikan kepada anak sesuai umur, kemam- puan, perkembangan jiwa, dan bakat anak. Setiap usaha dan proses pendidikan haruslah memper- hatikan faktor pertumbuhan anak.

Pendidikan Agama Islam - 9

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

Pemahaman yang benar tentang perkembangan anak didik akan membantu untuk memberi perlakuan yang tepat kepada anak-anak didik. Perkembangan anak didik pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh bagian diri anak, baik fisik, sosial, emosi, dan kognitif (berpikir). Anak didik akan lebih tertarik perhatiannya bila bahan pelajaran yang diterimanya sesuai dengan perkembangannya.

Keharusan bagi setiap guru Pendidikan Agama Islam untuk mengetahui perkembangan anak didik, yaitu taraf kematangan yang telah dicapai anak didik serta taraf kesediaannya untuk belajar adalah mutlak. Guru Pendidikan Agama Islam harus menjaga taraf kematangan dan taraf kesediaan anak didik pada setiap proses belajar dan pada setiap pengalaman yang ingin dipelajarinya. Hal ini dilakukannya agar usahanya berhasil dan menjamin anak didik dapat mengambil manfaat dari unsur-unsur yang dilakukannya dalam pengajaran, bimbingan, dan pelatihannya. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Islam berbicara dengan mereka sesuai dengan akal, taraf pengamatan dan pemahaman mereka. Guru tidak bercakap-cakap dengan anak didik usia kanak-kanak dengan bahasa bagi orang dewasa, dan demikian pula sebaliknya. Di samping itu, guru Pendidikan Agama Islam harus mengajar mereka sesuai dengan kematangan jasmani, akal, dan emosi mereka. Misalnya mengajar anak- anak didik di Sekolah Dasar berbeda caranya bila

10- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

mengajar anak didik di Sekolah Menengah Umum. Mengajar anak didik kelas I Sekolah Dasar berbeda dengan ketika mengajar anak didik kelas VI. Di dalam mengajar, guru Pendidikan Agama Islam harus mengajar dari yang mudah kepada yang kompleks, dari yang telah diketahui kepada yang belum diketahui, dari yang kongkret kepada yang abstrak, dan seterusnya.

5. Prinsip prasyarat

Prinsip ini menunjukkan pentingnya appersepsi sebelum memulai suatu aktivitas pembelajaran. Prinsip ini memberikan petunjuk kepada guru Pendidikan Agama Islam bahwa dalam mengajar hendaknya selalu mengaitkan dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan cara tersebut, anak akan lebih tertarik sehingga bahan pelajaran mudah diserap. Prinsip ini dilaksanakan pada permulaan pembelajaran.

6. Prinsip peragaan

Prinsip peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga, proses pembelajaran tidak hanya dengan kata-kata (verbalistis). Pelaksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan menggunakan bermacam alat peraga atau media pembelajaran. Kalau pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga, hasil belajar anak didik lebih jelas dan ia pun tidak cepat lupa.

Pendidikan Agama Islam - 11

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

7. Prinsip motoris

Mengajar hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik anak didik. Belajar yang melibatkan aktivitas motorik, menyebabkan anak didik tidak cepat lupa dan menimbulkan hasil belajar yang tahan lama.

8. Prinsip motivasi

Motivasi ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang peranan penting dalam pembelajaran. Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Dengan kata lain, intensitas (kekuatan) belajar sangat ditentukan oleh motivasi (dorongan).

Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya pada proses belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilak- sanakan anak didik akan menjadikan anak didik itu lebih giat belajar. Barangsiapa yang bekerja berda- sarkan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Islam perlu memelihara motivasi anak didiknya dan semua yang berkaitan dengan motivasi seperti kebutuhan, keinginan, dan lain- lain. Strategi dan metode mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan sikap positif belajar

12- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

dan gemar belajar. Dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip di

atas, guru Pendidikan Agama Islam dapat: (1) Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak didik; (2) Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman anak didik; (3) Memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Prinsip-prinsip tersebut dalam pelaksanaannya hendaklah dapat diterapkan secara integral. Hal itu dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak didik dalam melakukan kegiatan belajar dapat berlangsung secara intensif dan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen (tetap) (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 44).

Untuk itu, guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas mental dan isik. Proses pembelajaran yang demikian itu akan terwujud bila mendapat dukungan dari situasi belajar di mana delapan prinsip di atas dapat dilaksanakan.

Pendidikan Agama Islam - 13

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

BAB II: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

ADAPUN uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran, skemanya dapat disusun dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 1.1. Diagram faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran

14- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

A. Faktor dari Luar

Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yaitu:

1. Faktor environmental input (lingkungan)

Kondisi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Basuki dan M. Miftahul Ulum (2007: 145) berpendapat bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan isik/alami termasuk di dalamnya adalah seperti suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia misalnya, orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih baik hasilnya daripada belajar pada siang atau sore hari.

b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya, atau bercakap-cakap yang cukup keras di dekatnya. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin

Pendidikan Agama Islam - 15

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu lintas, dan pasar.

2. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 105-106).

Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud, seperti:

a. Kurikulum, yaitu rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program studi tertentu (Abuddin Nata, 1997: 123). Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut

16- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

Muhaimin dan Abdul Mujid (1993: 185), konsep dasar kurikulum tidak hanya sebatas makna kata, akan tetapi juga menekankan pada aspek fungsinya yang ideal: (1) Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh anak didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya; (2) Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya proses pembelajaran; (3) Kurikulum sebagai kegiatan terencana, yaitu yang memuat kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan eisien; (4) Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-hasil yang dimaksud. Dalam pengertian lain, memuat seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan; (5) Kurikulum sebagai reproduksi kultural, yaitu proses transformasi dan releksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut; (6) Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah; dan (7) Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkat tugas yang

Pendidikan Agama Islam - 17

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

b. Program/ bahan yang harus dipelajari, yaitu seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Program/ bahan yang harus dipelajari secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Ditinjau dari pihak guru, program/ bahan yang harus dipelajari itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa, program/ bahan yang harus dipelajari itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian pembelajaran.

c. Sarana dan fasilitas, yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya aktivitas pembelajaran. Sarana dan fasilitas ini, seperti: gedung perlengkapan belajar, ruangan kelas, alat-alat praktikum, perpustakaan, dan sebagainya. Dalam pendidikan Islam,

18- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

ketersediaan sarana dan fasilitas jelas diperlukan. Sebab sarana dan fasilitas mempunyai peranan yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Guru, yaitu orang yang kerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas (Hadari Nawawi, 1989: 123). Guru memegang peranan penting dalam aktivitas pembelajaran. Para ahli sepakat bahwa di antara kunci keberhasilan aktivitas pembelajaran adalah berada pada faktor guru (Mangun Budiyanto, 2010: 61). HAR Tilaar, seperti dikutip Agus Maimun (2001: 29) berpendapat bahwa profesionalisme seorang guru baik secara intelektual, moral, dan spiritual sangat memegang peranan penting dalam memajukan atau berkembangnya Pendidikan Agama Islam. Guru, memiliki dua peran sekaligus, yaitu sebagai transfer of knowledge dan transfer of value. Misi ilmu pengetahuan meniscayakan guru untuk menyampaikan ilmu sesuai perkembangan dan tuntutan masa depan (aspek IQ), sehingga sebagai generasi yang hidup pada hari ini dan untuk esok hari, dan terkait dengan hari kemarin, anak didik tidak terputus dari mata rantai yang ada dan terasing dari dunianya, akan tetapi justru dapat mengambil inisiatif dan peran di tengah-tengah masyarakat. Misi pewarisan nilai mengharuskan guru untuk memberikan bekal mental, moral, serta spiritual kepada anak didik (aspek EQ dan SQ) secara

Pendidikan Agama Islam - 19

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

bersama-sama. Kemampuan untuk mengambil apa yang baik dari masa lalu dan menimbang apa yang baik pada masa kini merupakan sebuah keterampilan analisis dan sintesis secara bersama-sama yang harus dimiliki oleh seorang guru, sehingga anak didik tidak alergi dengan masa lalu dan phobia terhadap modernitas, akan tetapi dapat menimbang dan menakar serta menempatkannya secara adil, proporsional, dan balance antara keduanya (Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan, 2009: 172-173).

Kiranya jelas bahwa faktor-faktor yang disebutkan di atas dan faktor-faktor lain yang sejenis, besar pengaruhnya terhadap hasil dan proses mengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi mengenai keberhasilan usaha pembelajaran, maka faktor-faktor instrumental tersebut harus ikut diperhitungkan.

B. Faktor dari Dalam

Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian: (1) Kondisi isiologis anak; dan (2) Kondisi psikologis anak.

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, maka sebenarnya kondisi individu anak didiklah yang memegang peranan paling menentukan, baik kondisi isiologis maupun psikologis.

20- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

1. Kondisi isiologis anak

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kese- hatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini mengganggu kondisi isio- logis), dan sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.

Anak yang kekurangan gizi, misalnya, kemam- puan belajarnya berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang keku- rangan gizi biasanya cenderung lekas lelah, capai, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Di samping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar orang melakukan aktivitas belajar dengan mempergunakan indera penglihatan dan pendengaran.

Membaca, melihat contoh atau model, mela- kukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengar keterangan guru, mendengarkan cera- mah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi, dan sebagainya hampir tidak dapat lepas dari indera penglihatan dan pendengaran.

Karena pentingnya penglihatan dan pende- ngaran inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk

Pendidikan Agama Islam - 21

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru Pendidikan Agama Islam yang baik tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan panca indera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 106-107).

2. Kondisi psikologis anak

Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang dianggap utama dalam mempe- ngaruhi proses dan hasil belajar:

a. Minat. Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Tanpa adanya minat untuk belajar, anak didik tidak akan bergairah untuk menyerap materi. Seseorang yang menaruh minat yang tinggi pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan dan termotivasi terhadap mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila minat dan motivasi belajar rendah maka perhatian terhadap materi yang sedang diajarkan akan sangat berkurang. Jika hal ini terjadi berlarut-larut dan terus-menerus tanpa adanya upaya seorang guru untuk membangkitkannya maka bisa jadi anak didik tidak akan pernah memahami dan menaruh perhatian terhadap materi pelajaran.

b. Kecerdasan. Kecerdasan memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya anak didik mempelajari sesuatu atau mengikuti

22- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

sesuatu program pendidikan. Anak didik yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada anak didik yang kurang cerdas. Kecerdasan anak didik biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quotient (IQ). Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Dengan memahami taraf IQ setiap anak didik, maka guru akan dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada anak didiknya secara tepat.

c. Bakat. Di samping kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Anak didik yang memiliki bakat yang tinggi pada bidang tertentu, disebut anak berbakat. Secara deinitif, anak didik berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan- kemampuan yang tinggi. Anak didik tersebut adalah anak yang membutuhkan program

Pendidikan Agama Islam - 23

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.

d. Motivasi . Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian mengungkap bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

e. Kemampuan-kemampuan kognitif. Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor; namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak didik di sekolah. Selama sistem pendidikan masih berlaku seperti sekarang ini, kiranya jelas bahwa kemampuan-kemampuan kognitif tetap merupakan faktor terpenting di antara ketiga aspek tersebut di atas. Karena itu,

24- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

kemampuan-kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor penting dalam belajar para siswa atau anak didik.

Setelah diketahui berbagai faktor yang mempe- ngaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan di atas, maka hal penting untuk dilakukan bagi para pendidik, guru, dosen, orang tua, dan sebagainya adalah mengatur faktor-faktor tersebut yang mempunyai pengaruh dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Misalnya, kalau mengetahui bahwa tempat yang gaduh tidak baik untuk belajar, maka jangan melakukan kegiatan belajar di tempat yang ramai, dan sebagainya (Munawir Yusuf, 1984: 59).

Pendidikan Agama Islam - 25

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNTUK melaksanakan tugas secara profesional, guru Pendidikan Agama Islam memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah dirumuskan, baik tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara eksplisit, maupun hasil ikutan yang didapat dalam proses pembelajaran, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah anak didik mengikuti diskusi kecil kelompok dalam proses belajar.

Berangkat dari pemikiran di atas, maka pembahasan dalam bab ini mencakup: (1) Hakikat Strategi Pembelajaran; (2) Klaksiikasi Strategi Pembelajaran; dan (3) Pelaksanaan Strategi Pembelajaran.

A. Hakikat Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Istilah

26- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Penetapan strategi tersebut harus didahului oleh analisis kekuatan musuh yang meliputi jumlah personal, kekuatan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi itu akan dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan-tindakan nyata dalam medan pertempuran (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 11).

Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk ilmu pendidikan. Dalam kaitannya dengan aktivitas pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor/ kekuatan untuk mengamankan sasaran pembelajaran yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada, termasuk pula perhitungan tentang hambatan-hambatan baik fisik maupun non fisik (seperti mental, spiritual, dan moral baik dari subyek, obyek, maupun lingkungan sekitar) (lihat Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2009: 214-215).

Dihubungkan dengan aktivitas pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suatu sistem

Pendidikan Agama Islam - 27

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Maksudnya agar tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen- komponen pembelajaran Pendidikan Agama Islam sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antara komponen pembelajaran dimaksud.

Menurut Newman dan Logan, seperti dikutip Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005: 12), strategi dasar arti setiap usaha mencakup 4 masalah, yaitu: (1) Pengidentiikasian dan penetapan spesiikasi dan kualiikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya. (2) Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran. (3) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. (4) Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks aktivitas pembe- lajaran dalam Pendidikan Agama Islam, keempat strategi tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) Mengi dentiikasikan serta menetapkan spesiikasi dan kualiikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. (2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. (3) Memilih dan

28- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

menetapkan metode pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan mengajarnya. Dan (4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran, yang selanjutnya menjadi umpan balik bagi penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas, tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dijadikan pedoman dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran:

Pertama , spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu. Dengan kata lain, menentukan sasaran dari kegiatan pembelajaran tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan kongkret sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang diharapkan setelah anak didik mengikuti suatu kegiatan pembelajaran itu harus jelas, misalnya, dari tidak bisa membaca menjadi dapat membaca. Kalau sebelum mengikuti pembelajaran para anak didik tidak mampu membaca atau menulis huruf Al Qur‘an, maka setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, mereka menjadi mampu membaca dan menulis huruf Al Qur‘an, dari tidak bisa melaksanakan shalat, berubah menjadi dapat melaksanakan shalat, dan seterusnya. Suatu aktivitas

Pendidikan Agama Islam - 29

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

pembelajaran tanpa sasaran yang jelas, berarti aktivitas tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Suatu usaha atau aktivitas yang tidak mempunyai arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua , memilih cara pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan jika cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian, konsep ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar, atau adil menurut pengertian, konsep dan teori dalam ilmu hukum, juga akan tidak sama bila kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar, atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga dengan cara pendekatan yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam.

Belajar menurut teori asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut teori problem solving. Topik tertentu dalam Pendidikan Agama Islam yang dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal akan berbeda hasilnya apabila dipelajari atau dibahas dengan teknik

30- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikata topik yang sama dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori.

Ketiga , memilih dan menetapkan prosedur dan metode pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode untuk mendorong para anak didik mampu berpikir dan memiliki cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, kita dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan.

Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan pada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang lain lebih terfokus pada peranan guru atau alat pengajaran seperti buku atau komputer. Adapula metode yang lebih berhasil bila digunakan anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi Pendidikan Agama Islam tertentu. Demikian juga apabila kegiatan pembelajaran itu berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, atau di masjid, tentu metode yang diperlukan agar tujuan tercapai, untuk masing-masing tempat tersebut tidak

Pendidikan Agama Islam - 31

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

sama. Tujuan instruksional yang ingin dicapai itu tidak selalu tunggal, bisa terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu, guru Pendidikan Agama Islam membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan.

Keempat , menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru Pendidikan Agama Islam mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas- tugas yang dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Evaluasi dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.

Apa yang harus dievaluasi dan bagaimana evaluasi itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam. Seorang anak didik dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil bila dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari aspek kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, keterampilan, dan sebagainya, atau dilihat dari gabungan berbagai aspek.

B. Klasiikasi Strategi Pembelajaran

Ada berbagai masalah sehubungan dengan strategi pembelajaran, yang secara keseluruhan diklasiikasikan sebagai berikut:

32- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

1. Konsep dasar strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum tindakan guru-anak didik dalam manifestasi aktivitas pembelajaran (Lihat Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991:31).

Konsep dasar strategi pembelajaran ini meli- puti: (1) Menetapkan spesiikasi dan kualiikasi peru bahan perilaku; (2) Menentukan pilihan berke- naan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, dan memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar; dan (3) Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran sebagai suatu sistem

Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian seperangkat komponen yang saling bergantung antara satu dan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran meliputi sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar setiap komponen itu terjadi kerjasama. Karena itu, guru Pendidikan Agama Islam tidak boleh hanya memperhatikan komponen tertentu saja, misalnya: metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Berbagai persoalan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam antara lain: (1) Tujuan- tujuan apa yang hendak dicapai; (2) Materi

Pendidikan Agama Islam - 33

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

Pendidikan Agama Islam apa yang perlu diajarkan; (3) Metode dan alat apa yang harus dipakai; dan (4) Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi. Secara khusus dalam proses pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, dan lain-lain.

Untuk itu wajar bila guru Pendidikan Agama Islam harusnya bisa memahami segenap aspek pribadi anak didik. Beberapa aspek pribadi anak didik menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005: 17), seperti: (1) Kecerdasan dan bakat khusus. (2) Prestasi sejak permulaan sekolah; (3) Perkembangan jasmani dan kesehatannya; (4) Kecenderungan emosi dan karakternya; (5) Sikap dan minat belajar; (6) Cita-cita; (7) Kebiasaan belajar dan bekerja; (8) Hobi dan penggunaan waktu senggang; (9) Hubungan sosial di sekolah dan di rumah; (10) Latar belakang keluarga; (11) Lingkungan tempat tinggal; dan (12) Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik.

Usaha guru Pendidikan Agama Islam untuk memahami anak didik ini bisa melalui evaluasi. Selain itu, guru Pendidikan Agama Islam mempunyai kewajiban untuk melaporkan perkembangan hasil belajar para anak didik tersebut ke kepala sekolah dan orang tua murid.

3. Hakikat proses belajar

Hakikat belajar adalah proses perubahan perila-

34- Strategi dan Metode Pembelajaran

Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.

ku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.

Faktor yang sangat penting dalam proses belajar adalah anak didik atau subjek belajar. Sebagai subjek belajar, anak didik mempunyai kepribadian yang unik. Ia mempunyai kapasitas mental yang berbeda untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan oleh guru. Keunikan lain yang ada pada anak didik ialah mereka mempunyai bakat dan inteligensi yang berbeda (DN Adjai Robinson, 1980: 13).

Hal lain, mereka mempunyai motivasi belajar yang tidak sama. Motivasi ini sangat berperan dalam menggerakkan anak didik untuk melakukan aktivitas belajar. Seperti yang juga sudah diuraikan di bab II sebelumnya, kondisi isik subjek belajar juga berpengaruh sekali terhadap hasil belajar. Anak yang kekurangan gizi, misalnya, kemampuan belajarnya berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi biasanya cenderung lekas lelah, capai, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

4. Sasaran kegiatan belajar

Setiap aktivitas pembelajaran tentu mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan ber- jenjang mulai dari yang sangat operasional dan

Pendidikan Agama Islam - 35

Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.

kongkret, yaitu tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan institusional, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru Pendidikan Agama Islam atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir aktivitas pembelajaran akan mempengaruhi tujuan yang akan dicapai. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan.

Pada tingkat sasaran dan tujuan yang univer sal, manusia yang diidamkan tersebut harus mempunyai kualiikasi: (1) Pengembangan bakat secara optimal; (2) Hubungan antar manusia; (3) Eisiensi ekonomi; dan (4) Tanggung jawab selaku warga negara (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005: 16).