IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH TANGGA KELUARGA PENSIUNAN TNI-AL DI KOMPLEK TNI-AL TEBEL GEDANGAN SIDOARJO.

(1)

 

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Widhi Jatmiko

0613010113/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

GEDANGAN SIDOARJO

yang diajukan Widhi Jatmiko 0613010113/FE/EA

Disetujui untuk Ujian Lisan

Pembimbing Utama

Dra. EC. Dwi Suhartini, M.Aks Tanggal : ……… NIP: 030 226 900

Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Drs Ec Saiful Anwar, Msi. NIP. 030 194 437


(3)

KELUARGA PENSIUNAN TNI-AL DI KOMPLEK TNI-AL TEBEL GEDANGAN SIDOARJO

Disusun oleh :

WIDHI JATMIKO 0613010113/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 17 Desember 2010

Pembimbing Utama : Tim Penguji Utama Ketua

Dra.Ec.Dwi Suhartini, M.Aks Drs.Ec.H.Tamadoy Thamrin MM Sekretaris

Dra.Ec.Dwi Suhartini, M.Aks Anggota

Drs.Ec.R.Sjarief Hidayat, Msi Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM NIP. 030.202.389


(4)

rahmatNya, karunia serta bimbingannya, sehingga penulisan skripsi yang saya buat sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi, jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul: “Implementasi Manajemen Keuangan Rumah Tangga Keluarga Pensiunan TNI-AL Di Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo”

Tentunya dalam proses penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam hal ini secara khusus peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

5. Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, M. Aks, selaku dosen pembimbing utama skripsi yang dengan kesabaran dan kerelaanya telah membimbing dan memberikan


(5)

  ii

dan berharga selama ini dan untuk kelancaran penelitian ini.

7. Terima kasih kepada para pensiunan TNI-AL yang bermukim di Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo, yang telah mendukung penelitian ini. 8. Secara khusus dengan penuh rasa hormat menyampaikan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada Ayah - Mama ku , dan keluargaku tercinta untuk dukungan, kasih sayang, serta restunya.

9. Dengan bangga dan sayang kepada Variandiniku dan keluarga (papa - mama Zoel), atas perhatian, pengertian dan kasih sayangnya, serta seluruh teman dan sahabat yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi pada khususnya. Amin.

Surabaya, Agustus 2010


(6)

iii   

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

ABSTRAKSI...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Fokus Penelitian 4

1.3. Perumusan Masalah 5

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 7

2.2 Landasan Teori 14

2.2.1.Pengertian Akuntansi Rumah Tangga 14

2.2.2.Pengertian Manajemen 15


(7)

iv   

2.2.3.1. Proses perencanaan keuangan kelurga 19 2.2.3.2. Alasan diperlukannya perencanaan Keuangan

Keluarga 22

2.2.4. Jenis Manajemen Keuangan Keluarga 24 2.2.5 Siklus Kehidupan manusia dan Perencanaan Keuangan Pribadi 26 2.2.6. Anggaran Keuangan Keluarga 33

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 37 3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti 38 3.3. Lokasi Penelitian 38

3.4. Penentuan Informan 39 3.5. Sumber Data dan Jenis Data 40

3.6. Teknik Pengumpulan Data 40 3.7. Analisis Data 42 3.8. Keabsahan Data 43

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 47 4.2. Profil keluarga (Informan) 48


(8)

v   

4.2.4. Keluarga Bapak Rochani ...49

4.2.5. Keluarga Bapak Harjono ...49

4.3. Manajemen Keuangan Rumah Tangga 49 4.3.1. Pemahaman Manajemen Keuangan Rumah Tangga 50

4.3.2. Pengertian Anggaran dalam Rumah Tangga 53

4.3.3. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Maupun Pendek 56 4.3.4. Pihak yang dilibatkan dalam perencanaan keuangan rumah tangga...58

4.4.Penerapan Manajemen Keuangan Rumah Tangga 62

4.4.1. Penerapan Anggaran Rumah Tangga 63

4.4.1.1. Pos Pendapatan dan Pengeluaran 64

4.4.1.2. Pengeluaran yang lebih besar dari Pemasukan 64 4.4.2. Perbendaharaan 66

4.4.2.1. Dana cadangan dan Tabungan 66

4.4.2.2. Peranan Pengelola keuangan Rumah tangga 68

4.4.3. Akuntansi 69

BAB V : Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 74


(9)

vi   


(10)

vii   

TABEL 2.1 : WISDOM...18 TABEL 2.2 : SMART...v


(11)

viii   


(12)

ix   

LAMPIRAN 2 : Bukti slip Gaji pensiun

LAMPIRAN 3 : Rencana pembelanjaan keuangan rumah tangga LAMPIRAN 4 : Foto wawancara dengan informan


(13)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH TANGGA KELUARGA PENSIUNAN TNI-AL DI KOMPLEK TNI-AL TEBEL GEDANGAN SIDOARJO

OLEH : Widhi Jatmiko

ABSTRAK

Pengetahuan tentang ilmu akuntansi, anggaran dan perbendaharaan saat ini sudah tidak lagi hanya menjadi kegiatan yang hanya dilakukan di perusahaan-perusahaan industri, perdagangan atau semacamnya, namun sudah menjadi keharusan bagi sebuah rumah tangga untuk dapat melakukanya, karena perlu disadari pula bahwa rumah tangga yang di dalamnya terdapat suami, istri, dan anak-anak merupakan unit perusahaan yang terkecil.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pendapatan dan pemanfaatan serta sejauh mana sebuah perilaku akuntansi pengelolaan keuangan pada sebuah rumah tangga pensiunan TNI-AL yang penghasilannya hanya dari dana pensiun, serta penerapan akuntansinya. Metode Penelitian dalam skripsi ini adalah kualitatif, yang didapat dari langkah observasi langsung ke para pensiunan TNI-AL dengan mendapatkan juga dokumen dan interview informan kunci dan informan lain yang direkomendasikan oleh informan kunci.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuah pemahaman tentang manajemen keuangan sudah diterapkan dan dipahami oleh sebagian besar rumah tangga, khususnya dalam penelitian ini adalah rumah tangga pensiunan TNI-AL. Dengan pemahaman yang sederhana para pensiunan juga telah menerapkan kaidah-kaidah akuntansi secara sederhana juga. Disamping itu terdapat temuan bahwa kaum ibu lah yang menjadi pengendali keuangan di dalam rumah tangga.


(14)

IMPLEMENTATION OF FINANCIAL MANAGEMENT FAMILY HOUSEHOLDS RETIRED TNI-AL TNI-AL IN THE COMPLEX TNI-AL GEDANGAN SIDOARJO

BY: Widhi Jatmiko

ABSTRACT

Knowledge of the science of accounting, budget and treasury at this time is no longer the only activity carried out in industrial companies, trade or something, but it has become imperative for a household to be able to do it, because we need to realize also that households in included a husband, wife, and children are the smallest unit of the company. The purpose of this study is to investigate and analyze revenue and utilization and the extent to which a financial management accounting behavior in a household Navy retiree whose income is only from the pension fund, and the implementation of accounting. Methods The study in this thesis is qualitative, derived from direct observation step into the retired Navy to obtain also the documents and interviews with key informants and other informants recommended by key informants. The results showed that an understanding of financial management has been implemented and understood by most households, especially in this study is the household retired Navy. With a simple understanding of the retirees also have applied the accounting rules are simple as well. In addition there is the finding that the mother who became the financial

controller of the household.

Keywords: Accounting, Household Accounting, Management, Budget


(15)

1   

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan tentang ilmu akuntansi, anggaran dan perbendaharaan saat ini sudah tidak lagi hanya menjadi kegiatan yang hanya dilakukan di perusahaan-perusahaan industri, perdagangan atau semacamnya, namun sudah menjadi keharusan bagi sebuah rumah tangga untuk dapat melakukanya, karena perlu disadari pula bahwa rumah tangga yang di dalamnya terdapat suami, istri, dan anak-anak merupakan unit perusahaan yang terkecil.

Bagi seseorang yang telah menikah dan berkeluarga maka kebutuhannya terhadap uang akan semakin bertambah, karena semula uang yang dimilikinya hanya digunakan untuk kepentingan dirinya sendiri, dengan adanya keluarga maka ia juga harus menanggung kebutuhan-kebutuhan keluarganya, baik itu kebutuhan-kebutuhan konsumsi rumah tangga, suami/istri atau kebutuhan anak bila keluarga tersebut telah mempunyai anak. Kebutuhan dalam keluarga tidak hanya berupa kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat mendesak atau pengeluaran rutin seperti belanja bulanan, dana sekolah anak-anak atau rekening telepon dan biaya-biaya rutin lainya. Melainkan bila ditinjau secara lebih jauh terdapat kebutuhan lain di dalam keluarga yang sering kurang dipikirkan, yaitu


(16)

kebutuhan jangka panjang yang harus dipenuhi dikemudian hari atau masa yang akan datang seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, dll

Pengelolaan keuangan yang tidak tepat dapat mengganggu kelangsungan dan stabilitas denyut jantung keuangan keluarga. Pada dasarnya mengelola keuangan rumah tangga sama seperti mengelola keuangan di perusahaan. Penghasilan besar pasangan suami istri bukanlah jaminan bahwa kondisi cash flow keuangan dapat terjaga (Moeljadi, 2010). Perempuan berlatih mengendalikan berbagai hal keuangan, mereka sering juga disebut Menteri keuangan rumah tangga oleh para suaminya (Iwao,1993 dalam Komori,1998). Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kaum istri lah yang biasanya bertugas mengatur lalu-lintas keuangan rumah tangga mereka sendiri, sementara suami telah melakukan tugas sebagai pencari penghasilan. Sebagai contoh, lebih dari 90% wanita jepang mengendalikan keuangan dalam rumah tangga (Robins, 1983 dalam komori, 1998).

Banyak masalah perselisihan yang terjadi didalam keluarga bahkan berkembang sampai perceraian bahkan pembunuhan, yang salah satu sebabnya adalah karena tidak adanya perencanaan keuangan keluarga (Yohnson, 2004). Fakta menyebutkan bahwa Pengadilan Agama Kota Bandung, sejak bulan Januari hingga Mei 2005, tercatat 14 kasus perceraian karena alasan ekonomi. Yang terbanyak alasan bercerai adalah karena suami tak bertanggung jawab, yaitu 480 kasus (diantaranya

   


(17)

termasuk tak bertanggung jawab dalam masalah ekonomi atau materi. (Pikiran Rakyat, Minggu 26 Juni 2005).

Kenyataan diatas membuktikan bahwa tidak hanya perusahaan yang mutlak mengelola keuangan secara baik, keluarga/rumah tangga dan individu pun harus mahir menangani keuangannya agar pendapatan dan pengeluaran bisa diatur keseimbangannya. Merencanakan keuangan pribadi dan keluarga mutlak dilakukan agar perjalanan hidup selanjutnya lebih aman (Sambel, Ichsan dan Lubis, 2003).

Menurut Warren et, al, (2006:10), bahwa peranan akuntansi secara sederhana adalah menghasilkan informasi yang digunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.

Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk menganalisa kondisi dan perilaku akuntansi dari rumah tangga para pensiunan TNI yang mana para pensiunan ini sudah tidak melakukan kegiatan usaha lain dalam arti tidak mendapatkan tambahan penghasilan/pendapatan lain lagi selain uang pensiunnya (pasif). Karena ini menjadi masalah besar jika penghasilan terbatas, dengan usia yang rata-rata kurang produktif lagi itu menyesuaikan arus kebutuhan dan tujuan hidup terus saja meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini diberi judul “Implementasi Manajemen Keuangan Rumah Tangga

   


(18)

Keluarga Pensiunan TNI-AL di Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo”

1.2. Fokus Penelitian

Peneliti telah melakukan pengamatan secara umum pada rumah tangga keluarga pensiunan TNI tanpa penghasilan / pendapatan lain selain dana pensiunnya saja (non-bisnis / karir) antara Rp.1 juta- Rp.2 juta /bulan. yang bertempat tinggal di dalam area Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo, tentang bagaimana pengelolaan manajemen keuangan rumah tangganya yang mana sumber penghasilannya terbatas dan pasif.(tidak ada penghasilan lain)

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa rumah tangga keluarga pensiunan TNI dengan fokus objeknya adalah rumah tangga pensiunan TNI-AL beristri ibu rumah tangga biasa (wanita non karir / non bisnis). Penelitian ini mengacu pada pertanyaan apakah dengan dana terbatas itu mereka masih melakukan Penganggaran, Perbendaharaan, dan Akuntansinya dan bagaimana dengan pos penerimaan, pos pengeluaran dan pos sisa dana kasnya. Sebab peneliti menduga ada pengaruh kondisi keuangan terhadap penganggaran, dan pemanfaatannya / konsumsi, serta secara tidak langsung dengan gaya hidupnya (life style).

Menurut Moeljadi, 2010. Anggaran adalah perencanaan dana, dan pengawasannya. Apakah mereka dalam hal ini mencatat setiap penerimaan, pengeluaran dan sisanya pada akhir periode. Kemudian Perbendaharaan, dalam pengertian sederhana yaitu kegiatan menyimpan uang agar

   


(19)

mendapatkan keuntungan dan mengeluarkan uang serta mendayagunakan dengan efisien. Dan selanjutnya merujuk pada sebuah Akuntansi nya ,yaitu apakah ada sebuah kegiatan pencatatan semua transaksi penerimaan, pengeluaran, dan sisa dana pada akhir periode, apakah masih bisa menabung, apakah justru terdapat rekening utang, dsb.

Fokus penelitian ini diarahkan pada :

1. Pemahaman manajemen keuangan rumah tangga keluarga pensiunan TNI-AL

2. Penerapan manajemen keuangan rumah tangga keluarga pensiunan TNI-AL, baik dalam Penganggaran, perbendaharaan, dan akuntansinya.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalahnya yaitu : “Bagaimana manajemen keuangan rumah tangga keluarga pensiunan TNI-AL di komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo yang berpenghasilan terbatas yaitu hanya dari dana pensiun saja”.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pendapatan dan pemanfaatan serta bagaimana dan sejauh mana sebuah pengelolaan keuangan pada sebuah rumah tangga pensiunan TNI-AL yang penghasilannya hanya dari dana pensiun, serta penerapan akuntansinya.

   


(20)

   

Disamping itu, peneliti berharap dengan penelitian ini mampu mengetahui kondisi keuangan rumah tangga pensiunan TNI tersebut secara umum dan problematikanya.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis, adapun uraiannya sebagai berikut:

a.Manfaat praktis dan sederhana penelitian ini akan memberikan informasi, ide atau gagasan mengenai prilaku pengelolaan keuangan rumah tangga di kalangan rumah tangga pensiunan TNI AL yang tidak lagi mendapatkan pendapatan lain selain dana pensiun saja, serta permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya.

b.Manfaat teoritis, penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan khususnya tentang Akuntansi Rumah Tangga yang sebelumnya perlu diketahui bahwa di dalam Akuntansi Rumah tangga tersebut terdapat proses pengidentifikasian, penggolongan, penyortiran, pengikhtisaran, dan penyajian informasi ekonomi (meskipun dalam skala kecil dan sederhana).


(21)

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan kajian berkaitan dengan penelitian ini adalah :

2.1.1 Yose Rizal S.A (2009)

Judul yang digunakan ”Study Perencanaan Keuangan Pada Dewasa Lajang di Komunitas Pecinta Sulap RnB Magic Community Surabaya”

Adapun permasalahan :

Bagaimanakah pengelolaan keuangan pribadi pada masa dewasa lajang ?

Pembahasannya :

Perencanaan keuangan menjadi banyak peneliti karena pengetahuan ini mampu memberikan pedoman bagi seseorang untuk merealisasikan tujuan hidupnya. Perencanaan yang dilakukan lebih dini adalah lebih baik, oleh karena itu peneliti berupaya untuk mengeksplorasikan bagaimana para dewasa lajang melakukan perencanaan keuangan dalam mendalam. Kesimpulan :

Individu dewasa lajang mengetahui apa yang diinginkan kedepan, mereka memiliki tujuan dan cita-cita. Namun demikian, tujuan tersebut


(22)

belum sepenuhnya berkriteria Spesifik, Measurable, Attainable, Reality, Time-bound. Selain itu, dalam perencanaan keuangan belum ada sinkronisasi antara tujuan hidup dan manajemen keuangan informan. Karena hal ini dapat dipahami karena ketidak jelasan tujuan menyebabkan mareka kurang dapat menentukan prioritas pengeluaran. Mengenai implementasi perencanaan keuangan masih menggunakan format yang sederhana bahkan ada informan yang tidak mencatat keuangannya karena menganggapnya terlalu rumit.

2.1.2 Fitria Widyasari (2009)

Judul yang digunakan ”Studi Tentang Kinerja Wanita dalam Pengelolaan dan Perencanaan Keuangan Keluarga pada Ibu Rumah Tangga di Kawasan Siwalankerto Surabaya ”

Adapun permasalahannya :

Bagaimanakah kinerja wanita khususnya ibu dalam mengelola keuangan keluarga dan bagaimana cara untuk merencanakan secara keseluruhan ?

Pembahasannya :

Mengurus dapur rumah tangga memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, bila pemasukkan keluarga tidak menentu. Bila tidak cermat bisa saja peribahasa besar pasak dari pada tiang menghinggapi keuangan rumah tangga kestabilan ekonomi di dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang cukup menentukan


(23)

kebahagiaan di dalam keluarga, karena penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup dapat merupakan penyebab utama terjadinya pertengkaran di dalam sebuah keluarga. Terjadinya kestabilan dalam perekonomian keluarga bukan saja karena penghasilan yang tidak cukup, tetapi karena keluarga tersebut kurang bijaksana didalam membelanjakan uang atau pendapatan.

Kesimpulan :

Penerapan pencatatan keuangan yang sistematis dan lengkap, dapat membantu bahkan memberikan informasi yang signifikan tentang harta kekayaan maupun informasi lainnya yang berhubungan dengan keuangan keluarga sehingga dapat lebih mengerti oleh anggota keluarga lainnya. Agar dapat lebih baik lagi dalam mengambil keputusan yang penting dalam keuangan keluarga.

2.13. Yohnson (2004)

Judul yang digunakan ”Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya”.

Adapun permasalahannya :

Apakah minat dalam merencanakan keuangan rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu-ibu rumah tangga ?

Pembahasannya :

Dewasa ini banyak keluarga tidak mapan dalam keuangan sehingga timbul permasalahan yang rumit didalam keluarga. Penyebabnya adalah


(24)

ketidakmampuan keluarga mengelola keuangan atau tidak ada waktu untuk membuat perencanaan keuangan sehingga menimbulkan permasalahan sebagai berikut (negative cashflow), banyak aktiva tidak likuid, kesalahan investasi, kesalahan perencanaan dana pendidikan dan masih banyak lagi.

Dalam rangka menciptakan keluarga yang mapan dalam hal keuangan maka perlu adanya suatu program sosialisasi pentingnya peranan keuangan keluarga, pelatihan perencanaan keuangan keluarga dan pemberian jasa financial planner. Program-program diatas memerlukan peranan lembaga dunia pendidikan khususnya peranan universitas karena universitas adalah salah satu perannya adalah pusat studi bagi masyarakat.

Selain alasan diatas untuk mendukung perlunya program-program di atas, dari hasil penelitian keuangan keluarga yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat perencanaan keuangan keluarga adalah faktor pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di Surabaya yang sudah mengeyam pemdidikan setara S1 lebih berminat melakukan perencanaan keuangan keluarga dibandingkan dengan pendidikan menengah setara SMU, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat perencanaan keuangan keluarga.

Kesimpulan :

Oleh karena itu perlu adanya peningkatan peran univesitas dalam rangka menciptakan keluarga yang mapan dalam hal keuangan di


(25)

Surabaya. Setiap universitas di Surabaya mulai mengambil peran membuka program-program diatas. Para pengajar keuangan di universitas harus mengambil peran aktif yaitu mengambil gelar profesi keuangan yaitu menjadi finacial planner dan menjadi pembicara dalam program sosialisasi manfaat dan pelatihan perencanaan keuangan. Dengan adanya peningkatan peran aktif universitas di Surabaya maka banyak terdapat keluarga mapan di Surabaya dalam kondisi keuangan yang mengalami positif cashflow, semakin banyak aktiva likuid dapat melakukan investasi yang tepat, merencanakan dana pendidikan sesuai dengan tujuan kelurga lainnya.

2.1.4. Stephen P. Walker dan Sue Llewellyn (2000)

Judul yang digunakan “Accounting at home : interdicilianary perspectives (Akuntansi dalam rumah tangga : beberapa perspektif interdiciplinary)”.

Adapun permasalahannya :

Selama ini belum ada suatu wadah yang pantas dalam studi akademis yang ada kaitannya dengan akuntansi dalam rumah tangga maupun individual.

Pembahasannya :

Di antara fenomena sosial dan peran emosional, para wanita dipilih dalam pembahasan ini adalah karena perihal mengurus rumah tangga dan konsumen. Peran ini melibatkan monitoring pemilikan dan pembuatan


(26)

rumah tangga pembelanjaan, kalkulasi gaji dan biaya-biaya lain, pemeliharaan arsip (gudang atau toko).

Seringnya rumah disebut sebagai kantor bagi para wanita karena rumah sebagai lokasi potensi wanita-wanita dalam akuntansi. Hakekatnya praktek akuntansi di dalam rumah tangga dan individual berpotensi sama dengan institusi publik. Kini penelitian tentang satu cara dimana isu yang menyinggung ke akuntansi dan tanggung jawab sudah bertaut dengan praktisi di dalam disiplin yang lain.penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan alat penghubung antara para akuntan dan para siswa rumah (keluarga) dilandasi dari sejarah, hukum, keuangan dan perekonomian pribadi.

Rumah tangga telah menjadi “ledakan” aktifitas riset di dalam ilmu-ilmu sosial selama 25 tahun (Moris, 1990). Pengenalan arti rumah untuk pemahaman lebih besar dan struktur ekonomi sosial mempunyai hubungan terhadap sebagaian besar masyarakat sarana akuntansi. Hal ini mengejutkan, dimana akuntansi mempunyai peran yang sangat besar terhadap pencatatan keuangan keluarga atau rumah tangga, selain itu akuntansi juga telah lama menentukan corak dari praktek akuntansi dalam kehidupan sehari-hari.

Peran akuntansi dan tanggung jawab jenis kelamin nampaknya akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, sosial dan perubahan budaya yang berdampak pada rumah tangga dan hubungan antar penduduknya. Isu manajemen keuangan dan kendali dikenali oleh sarjana sosiologi sebagai


(27)

pokok kepemahaman pembagian tenaga dan pemeliharaan yang tidak sama di dalam maupun di luar rumah. Ini adalah bidang dimana akuntansi masyarakat hendaknya mempunyai suatu suara.

Kadangkala batasan-batasan norma menciptakan di sekitar penggunaan akuntansi di rumah memelihara ideologi dari rumah sebagai kepedulian, daerah ekspresif dan pada gilirannya, menguatkan asumsi tentang rumah tangga sebagai lokasi tidak produksi dan suatu daerah tidak publik. Arti dari penjelasan tersebut adalah sangat dalam mengerti kenapa rumah tangga jaman ini telah dilalaikan oleh para peneliti akuntansi, mereka tidak bisa di asumsikan untuk mempunyai pembelian analitis dan menjelaskan pengabdian dari rumah tangga sebagai lokasi permintaan keterangan dalam periode awal.

Kesimpulan :

Penelitian ini telah mencari cara untuk menawarkan sejumlah pengertian yang mendalam ke dalam cara yang ditempuh oleh literatur yang populer pada rumah tangga dan manajemen keuangan pribadi, bersama-sama dengan anggota dari lain komunitas akademis, dalam rumah tangga ini adalah pokok dimana akademi akuntansi yang dengan jelas mempunyai suatu kontribusi penting untuk membuat akuntansi dalam rumah tangga. Telah ditunjukkan bahwa rumah tangga adalah suatu lokasi penting untuk studi akuntansi. Anekaragam kemampuan akuntansi dalam kehidupan ini lebih menarik perhatian para pengacara dibandingkan para akuntan. Akuntansi rumah tangga begitu ditunjukkan untuk meliputi suatu


(28)

rangkaian tugas dan tanggung jawab yang lebih berbeda dibanding diakui di dalam literatur dan untuk melibatkan unsur-unsur otoritas dan kendali. 2.1.5. Penelitian antara Penelitian yang terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Perbedaan penelitian yang terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu pada informan yang dipilih peneliti untuk memecahkan permasalahan yang ada pada informan. Adapun informan disini adalah keluarga pensiunan TNI-AL

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Akuntansi Rumah Tangga

Pengetian Akuntansi Rumah Tangga

Akuntansi rumah tangga adalah proses pengidentifikasian, penggolongan, penyortiran, pengikhtisaran, dan penyajian transaksi keuangan yang berkaitan dengan transaksi rumah tangga, sehingga dapat diambil penilaian dan keputusan oleh anggota rumah tangga, sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa akuntansi rumah tangga tidak dapat dilepas dari perencanan keuangan keluarga atau pribadi. Selain tiu akuntansi rumah tangga menyediakan informasi yang penting untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya yang terbatas, dan keputusan di masa depan. Oleh karena itu pada bahasan selanjutnya dibahas konsep perencanaan keuangan keluarga.(www.wikipedia.com)


(29)

2.2.2 Manajemen

Definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli seperti Fayol, Terry, Taylor adalah berbeda-beda, tetapi pada pokoknya semua mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang ada hanyalah terletak pada latar belakang keahlian masing-masing, sehingga tinjauan manajemennya berbeda pula, (Swastha, 2002).

Menurut Oei Liang Lee, manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Kelima macam fungsi manajemen di atas sangat penting dalam menjalankan semua kegiatan. Semua ini dimaksudkan agar kegiatan apapun yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Namun dalam penelitian kali ini, peneliti ingin mencoba menitik beratkan sebuah manajemen dalam lingkup rumah tangga.

Menurut Moeljadi (2010:5), Prinsip-prinsip dasar manajemen keuangan sederhana yang perlu dipahami dan dijadikan oleh ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga keluarga adalah:

 Anggaran  Perbendaharaan  Akuntansi


(30)

2.2.2.1. Anggaran

Anggaran dalam arti luas adalah perencanaan pembelanjaan yang sistematis dan formil bagi manajemen untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam aspek perencanaan, koordinasi, dan pengawasan . dalam arti sederhananya adalah penyusunan dan pencatatan setiap penerimaan arus kas masuk dan arus kas keluar yang biasa disebut anggaran kas (budget cash).(Moeljadi, 2010)

2.2.2.2. Perbendaharaan

Perbendaharaan dalam pengertian yang sederhana adalah kegiatan menyimpan uang, mengeluarkan uang dan mendayagunakan sisa uang agar mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain, mengatur dan mengelola uang dengan efisien, berdaya guna dan berhasil guna agar menghasilkan keuntungan yang optimal. (Moeljadi, 2010)

2.2.2.3. Akuntansi

Akuntansi dalam pengertian sederhana adalah setiap kegiatan catat-mencatat semua transaksi penerimaan, pengeluaran,dan pencatatan sisa uang dalam periode tertentu, misal: harian, bulanan, ataupun tahunan. Dengan pencatatan yang rutin setiap terjadi transaksi penerimaan, pengeluaran dan sisa uang dalam rumah tangga keluarga, maka dapat mengetahui dengan cepat dan akurat tentang lalu-lintas keuangan rumah tangga tersebut. (Moeljadi, 2010)

2.2.3. Pengertian Perencanaan Keuangan

Financial Planning atau perencanaan keuangan mulai populer di Indonesia sekitar tiga sampai empat tahun terakhir. Mereka yang menekuni


(31)

profesi ini menyebut dirinya sebagai Financial Planner yakni orang-orang yang mendampingi individu atau keluarga untuk menyusun rencana keuangan guna mencapai tujuan-tujuan keuangan yang telah dipilih atau ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ini perencanaan keuangan lebih banyak berkaitan dengan keuangan pribadi (Personal Finance) daripada keuangan perusahaan (Corporate Finance). Primeplanner, family financial planner mendefinisikan financial planning sebagai ”proses perencanaan guna mencapai tujuan-tujuan hidup melalui pengelolaan keuangan secara terampil, cerdas, dan bijaksana”. Definisi ini dibuat dalam pengertian yang lebih bersifat praktis dan operasional.

Sebagai proses, perencanaan keuangan tidak bisa dilakukan satu kali untuk selamanya-lamanya. Perencanaan akan berkembang mengikuti dinamika kehidupan dari mereka yang merencanakannya. Berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan harus terus-menerus diakomodasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan keuangan yang pernah dibuat sebelumnya.

Proses perencanaan menjadi penting sepanjang ada tujuan-tujuan hidup (life goals) yang ingin dicapai artinya, perencanaan yang tidak dibuat sekedar demi perencanaan itu sendiri, tetapi untuk suatu maksud yang dianggap penting bagi perencanaannya. Tujuan kehidupan, antara lain mencakup: membeli rumah, membeli mobil, mempersiapkan dana untuk menikah, malahirkan dan membesarkan anak, pendidikan anak, pensiun, mengantisipasi resiko dan melindungi diri atau keluarga dari berbagai kemungkinan buruk, merencanakan liburan keluarga kemancanegara, meningkatkan penghasilan dari waktu-ke waktu,


(32)

dan sebaginya. Semua tujuan itu memerlukan perencanaan yang baik, agar peluang pencapaiannya dapat diperbesar. ”

Secara khusus proses perencanaan berkaitan dengan bidang keuangan (meskipun tidak terbatas hanya pada bidang keuangan). Dengan kaitan ini, uang dipahami lebih sebagai ”alat” dan bukan tujuan akhir. Dan agar uang dapat benar-benar ”diperalat” untuk merealisasikan tujuan masa mendatang, diperlukan berbagai keterampilan (skills), kecerdasan (intellegence) dan kearifan (WISDOM). (Sembel, 2003). Pepatah bijak mengatakan bahwa WISDOM adalah awal dari keberhasilan. Ditangan kanannya adalah awal dari keberhasilan. Ditangan kirinya ada kebahagiaan, dan jalan menuju kemakmuran. Interprestasi WISDOM bisa beraneka ragam. Sembel (2003) menggunakan WISDOM sebagai singkatan untuk mempermudah mengingat langkah perencanaan keuangan.

Tabel 2.1 : WISDOM

Sumber : Sembel et al, 2003

KONSEP PENTING : WISDOM, landasan proses keuangan W Watak, kenali situasi saat ini.

I Ingin, tentukan tujuan keuangan di masa depan. S Siasat, rancang strategi untuk mencapai tujuan itu. D Didik, tingkatan pengetahuan, keterampilan, sikap anda. O Otak / Otot, laksana strategi dengan kerja cerdas dan keras. M Manajemen / Monitoring, kelola sumberdaya dan monitor


(33)

2.2.3.1. Proses Perencanaan Keuangan Keluarga

Berikut adalah langkah-langkah dalam merencanakan pengelolaan keuangan keluarga (Sembel et al. 2003).

a. Penentuan tujuan keuangan keluarga secara spesifik dan relistik.

Setelah memahami kondisi keuangan saat ini, kita lebih siap untuk menetukan tujuan keuangan yang spesifik dan relistis dalam kaitan dengan perencanaan keuangan keluarga secara terpadu. Penetapan tujuan hendaknya memiliki karakteristik Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound yang disingkat SMART.

Tabel 2.2 : SMART

Time-bound Berjangka waktu Attainable Bisa dicapai Reality-based Realitis

Measurable Terukur Specific Spesifik KONSEP PENTING : Tujuan harus SMART

Sumber : Sinar Harapan, 2003

Salah satu kunci lain dalam menentukan tjuan keuangan keluarga adalah realitis, agar secara rasional bisa dii capai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini. Dalam menentukan tujuan jangan sampai tujuan ini menjadi seperti penguk


(34)

merindukan bulan. Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu mulus akan menjadi bomerang karena bebannya akan terasa sangat berat sehingga menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya. Selain itu, tujuan juga harus diurutkan berdasarkan prioritasnya. Bila ada beberapa tujuan keuangan, perlu dikaji urutan prioritasnya. Keterbatasan dan kendala sumber daya yang kita miliki sering mengharuskan kita untuk memilih tujuan yang paling penting harus dicapai lebih dulu. Setelah tujuan prioritas tercapai, tujuan lain bisa dikejar bila kondisi memungkinkan.

b. Penyusunan rencana strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini.

Setelah mengetahui tujuan awal dan tujuan keuangan keluarga, langkah selanjutnya adalah penyusunan strategi untuk mencapai tujuan keuangan keluarga itu, sebagai persiapan penyusunan strategi, perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap kondisi keuangan. Dari analisis dapat dilihat terpenuhinya ciri SMART dari tujuan keuangan keluarga yang ditentukan. Analisis ini juga membantu mengidentifikasi kesesuaian antara keinginan kita atau nilai-nilai yang kita miliki dan kebiasaan serta penggunaan pendapatan bulanan. Bila ditemukan ketidak sesuaian, maka perlu ditentukan sasaran jangka pendek untuk menangani kesenjangan ini. Selanjutnya, strategi yang disusun kembali harus memenuhi ciri realistis dan memiliki batas waktu.


(35)

c. Pembelajaran untuk melengkapi diri dengan pengetahuan (knowledge) keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi.

Perencanaan keuangan dapat membantu kita meningkatkan diri kita dengan mengarahkan kita untuk mempelajari diri kita dengan mengarahkan kita untuk mempelajari pengetahuan baru, ketrampilan baru, dan membangun sikap baru (KSA yaitu knowledge, skill, dan attiitude).

d. Pelaksaan strategi dengan bekerja keras dan bekerja cerdas.

Agar tujuan keuangan bisa tercapai, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk bekerja keras dan cerdas (Work hard and Smart). Kebiasaan inilah yang dalam jangka panjang akan menentukan masa depan kita.

e. Pemantauan dan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki agar tetap pada jalur rencana semula, atau melakukan penyesuaian / perubahan bila rencana semula dirasa tidak lagi sesuaian dengan kondisi.

Langkah berikutnya adalah terus mengelola sumber daya dan memantau pelaksana perencanaan agar sesuai dengan rencana. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, perlu dilakukan tindakan pemulihan. Tindakan ini bisa berupa mengembalikan perjalanan pada jalur semula, atau mengubah rencana karena sudah tidak relevan lagi dengan situasi saat ini. Revisi mungkin terjadi karena keadaan keuangan keluarga selalu berubah.


(36)

2.2.3.2. Alasan Diperlukananya Perencanaan Keuangan Keluarga

Alasan diperlukannya Manajemen keuanagn sederhana selain menambah kekayaan ialah menjaga agar kehidupan keuangan tidak kacau akibat ada hal-hal yang tidak sesuai keinginan seperti kematian anggota keluarga, harga saham anjlok, deposito yang tidak terbayar karena bank yang jahat dan lain sebagainya.

Dalam buku The Truth About Money (1998),yag dikutip oleh Sembel, Ric Edelman memaparkan 11 alasan mengapa perencanaan keuangan perlu dilakukan oleh individu maupun keluarga. Menurut Edelman, melaksanakan perencanaan keuangan lebih memungkinkan untuk :

1. Melindungi diri sendiri dan keluarga dari berbagai resiko yang berdampak secara finansial seperti kecelakaan, penyakit, kematian, dan tuntutan hukum; 2. Mengurangi hutang / hutang pribadi / keluarga;

3. Membiayai kehidupan saat tidak lagi berada dalam rentang usia produktif (ini berkaitan dengan naiknya tingkat ekspetasi hidup rata-rata manusia di suatu negara);

4. Membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak; 5. Menyediakan biaya pendididkan anak sampai perguruan tinggi; 6. Membayar biaya pernikahan anak;

7. Membeli rumah dan kendaraan

8. Mampu menentukan masa pensiun dengan gaya hidup yang kita inginkan; 9. Membayar biaya-biaya perawatan yang bersifat jangka panjang;


(37)

Daftar alasan rasional diatas bisa ditambah dan diperpanjang sesuai dengan tujuan-tujuan kehidupan yang sangat bervariasi dari orang ke orang. Misalnya; berlibur bersama sahabat, keluarga dan kerabat ke mancanegara setahun sekali, membiaya orang tua dan keluarga untuk umroh, naik haji, atau mengunjungi tanah suci, membiayai anak asuh di panti asuhan, dan sebagainya.

Pada intinya dapat dikatakan bahwa Manajemen keuangan menjadi penting karena tanpa perencanaan yang baik, maka hidup yang bagi sebagian besar anggota masyarakat sudah sulit akan semakin sulit. Bertambahnya penderitaan itu bisa dihindari dengan melakukan perencanaan keuangan dengan baik dan terarah.

Manajemen memungkinkan untuk menentukan arah dan memberi makna atas keputusan-keputusan finansial yang kita ambil. Perencanaan juga berguna agar lebih memahami dan mengerti dampak atau konsekuensi keputusan finansial terhadap kondisi keuangandan pemenuhan kebutuhan kehidupan.

Manajemen keuangan membuat lebih jelas melihat ketertarikan keputusan finansial dengan aspek fianansial lainnya secara keseluruhan, dan lebih jeli mempertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap tujuan hidup kita. Dengan perencanaan keuangan, kita akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perjalanan hidup kita dan merasa lebih aman / nyaman karena segala sesuatu yang beresiko terhadap kondisi finansial telah diantisipasi sebelumnya.


(38)

2.2.4. Jenis Manajemen Keuangan Keluarga

Manajemen keuangan pribadi adalah suatu proses pencapaian tujuan pribadi melalui manajemen keuangan yang berstuktur dan tepat. Banyak orang yang belum mempunyai perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan keuangannya, mereka selalu berharap masa depannya selalu baik atau mereka pasrah. Memang tidak mungkin untuk merencanakan semua, tetapi dengan perencanaan yang baik, setiap individu mempunyai kesempatan membuat keputusan yang lebih tepat agar hasilnya lebih baik.

Manajemen keuangan keluarga mencakup beberapa perencanaan atau bisa disebut juga ”kiat jitu” (Moeljadi, 2010), seperti dibawah ini :

1. Menyusun Anggaran

Menyusun anggarandengan membuat konsep/format pos-pos penerimaan, dan pengeluaran yang disesuaikan dengan kebutuhan yang selama ini terjadi. 2. Kebiasaan Menabung

Dengan membiasakan menabung maka kemampuan rumah tangga dalam mengelola keuangannya akan lebih mudah dan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

3. Membeli Barang Produktif

Bertujuan untuk efisiensi dana keluar yang mungkin juga bisa saja dana tersebut di alihkan ke barang yang darurat dan sangat dibutuhkan, sehingga lebih produktif, berdaya guna, dan berhasil guna.


(39)

4. Memiliki Bisnis Sampingan

Dengan memiliki sebuah usaha atau bisnis sampingan maka akan memper luas dan memper lunak gerak dari konsumsi dan pengeluaran keuangan rumah tangga itu.

5. Memiliki Proteksi

Sebuah tindakan pencegahan atau preventif akan sebuah resiko yang mungkin akan terjadi di dalam rumah tangga dan keluarga sangatlah penting di lakukan dan di perhitungkan. Yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap keuangan rumah tangga jika resiko terus berdatangan namun kita tidak mempunyai tameng atau senjata untuk mengatasinya. Namun tetap dalam konteks seperlunya dan seefisien mungkin.

6. Investasi Pasif Income dan Pasif Amal

Salah satu investasi yang tergolong pasif income adalah barang ciptaan yaitu harta produktif yang biasa kita buat dengan modal sendiri atau dengan modal orang lain dan memproduksinya secara masal dan mendapatkan pendapatan atau royalti. Kemudian pasif amal, yang dimaksud disini adalah bersedekah. Dengan bersedekah tidak akan menjadikan seseorang menjadi minskin, seperti yang di anjurkan oleh nabi Muhammad SAW.

7. Menghindari Utang

Hutang sebenarnya harus diimbangi dengan menabung, akan sangat menjadi masalah jika lebih besar hutang daripada tabungan yang dimiliki. Jadi hutang sebisanya harus diminimalisasi, atau tidak ada sama sekali.


(40)

2.2.5. Siklus Kehidupan Manusia dan Perencanaan Keuangan Pribadi

Perencanaan keuangan pribadi umumnya melakukan pendekatan individual. Hal ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan siklus kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia ialah perjalanan hidup manusia yang selalu dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan meninggalnya individu tersebut. Perencanaan dengan melihat pendekatan siklus kehidupan manusia dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat pertimbangan kebutuhan dimasa yang akan datang.

Menurut Malinda (2007), sebelum membuat suatu perencanaan keuangan, langkah awal yang harus dilakukan ialah kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data mencakup siklus kehidupan manusia, profil resiko, dan kebutuhan dana darurat.

Setiap masa dalam siklus kehidupan manusia mempunyai karakteristik yang mirip yang akan dibahas menggunakan siklus kehidupan yang telah disederhanakan. Malinda menjelaskan berbagai perilaku individu dalam setiap masa siklus kehidupan yang disarikan secara lengkap berikut ini:

Usia Sekolah Dasar sampai lulus Perguruan Tinggi S1 di usia 20-an (masa anak-anak) :

 Pada usa 0 sampai 18 tahun, umumnya orang masih berada di bangku sekolah pendidikan dasar dan seluruh biaya hidup ditanggung oleh orang tua. “Lived is beatiful, with no responsibilities what so ever…” kira-kira begitulah gambaran hidup seseorang pada masa kanak-kanak dan


(41)

remajanya. Hanya saja memang tidak seindah kenyataannya jika berkaitan dengan uang.

 Saat di Perguruan Tinggi, kebanyakan masih dibiayai orang tua, tetapi pengaruh teman-teman, mengikuti tren, atau mungkin memang terpaksa banyak juga yang harus paruh waktunya mencari penghasilan tambahan untuk tambahan ongkos kuliah. Dengan naiknya ongkos kuliah, transportasi, dan buku-buku memang agak sulit jika harus mengandalkan orang tua.

Lagipula, mempunyai uang sendiri kedengarannya lebih keren dan gaul. Lebih bebas menentukan pilihan dimana dalam membelanjakan uang, juga sesekali mentraktir orang tua dan bisa jadi kebanggaan tersendiri. Asalkan bisa membagi waktu dengan jadwal kuliah yang harus segera diselesaikan, maka bekerja paruh waktu atau berusaha mendapat uang sendiri sambil kuliah tentunya bisa dilakukan. Bekerja sambil kuliah memang memanfaatkan waktu luang dengan positif. Tentunya kita sedikit banyak bisa mempraktikkan apa yang dipelajari selama di sekolah.

Di usia 20-an (masa lajang)

 Penghasilan belum terlalu besar saat ini karena itu mulailah membangun kebiasaan berbelanja dengan cara mengeluarkan uang sesuai dengan anggaran yang sudah direncanakan.

 Pada masa ini biasanya orang masih malas menabung, tetapi rajin berbelanja. Namun seberapa penghasilan anda, usahakanlah untuk selalu bisa menyisihkan uang secara rutin dari penghasilan tiap bulan. Pastikan


(42)

bahwa anda mempunyai tabungan di bank dalam kondisi nyaman, fasilitas lengkap, biaya administrasi rendah dengan bunga tabungan yang bersaing. Pisahkan tabungan dengan rekening rekening gaji.

 Cobalah untuk bisa membentuk sejumlah dana darurat, yaitu sejumlah dana yang dengan sengaja disisihkan untuk membiayai pengeluaran mendadak yang sifatnya darurat. Pada usia ini kebutuhan dana darurat belum terlalu besar sehingga cukup mencadangkan sebesar 1 kali pengeluaran anda perbulan. Anda bisa menempatkan rekening dana dararut ini direkening tabungan.

 Mulai berpikir mengenai persiapan pensiun, walaupun masih jauh panggang dari api alias masih lama sekali anda pensiun, tidak ada salahnya sudah mulai mempersiapkan sejak sekarang. Tidak pernah ada kata terlalu cepat dan terlalu dini untuk persiapan pensiun. Jika perusahaan tempat anda bekerja mempunyai program dana pensiun sendiri, bergabunglah, atau anda bisa mengikuti program pensiun Jamsostek dari pemeerintah atau belilah program dana pensiun yang ditawarkan lembaga keuangan lain seperti bank dan perusahaan asuransi.

 Jangan membeli asuransi jiwa jika anda belum mempunyai tanggungan atau terkecuali ada hutang yang harus diselesaikan, namun pertimbangan untuk mengambil asuransi kesehatan jika perusahaan tempat anda bekerja tidak meng-cover biaya ini.


(43)

Di usia 30-an (masa menikah)

 Pada saat ini anda mungkin sudah menikah karena itu perlu sekali meng-cover penghasilan anda dengan asuransi jiwa apalagi jika sudah memiliki anak. Jangan sampai keluarga yang anda tinggalkan mengalami derita finansial yang terlalu parah karena anda meninggal terlalu cepat.

 Dengan adanya anak, maka sudah saatnya mempersiapkan dana pendidikan anak. Anda bisa mempersiapkan dengan cara menabung ditabungan pendidikan, mengambil asuransi pendidikan, atau kedalam produk investasi lain.

 Pertimbangkan jika untuk mengambil asuransi kecelakaan yang lebih lengkap seprti asuransi yang meng-cover risiko kecelakaan, penyakit kritis, cacat tetap akibat kecelakaan, atau risiko-risiko kesehatan lain yang belum dicakup oleh tunjangan kesehatan dari perusahaan anda.

 Jangan lupa untuk meng-cover harta benda anda dengan asuransi kerugian seperti asuransi kendaraan atau asuransi kebakaran

 Pastikan bahwa anda mengambil cicilan kredit rumah atau KPR yang tidak terlalu memberatkan anda. Luangkan waktu untuk membandingkan penawaran KPR antara bank yang satu dengan yang lain dan jangan malas untuk berburu rumah idaman anda, agar sesuai antara budget dengan keinginan.

 Jika anda mempunyai sejumlah harta, buat surat wasiat. Membuat surat wasiat sebanarnya mudah dan tidak mahal, tetapi orang belum terbiasa sebab tidak tahu caranya. Padahal sangat penting dilakukan agar keluarga


(44)

yang ditinggal tidak berebut harta warisan, juga memudahkan berbagai urusan administrasi bagi pasangan dan anak-anak. Sebaiknya tanyalah kepada teman yang ahli atau seorang notaris yang sudah berpengalaman dalam membuat surat wasiat.

 Evaluasi terus program pensiun yang sudah anda ikuti, pastikan telah memberikan pengembalian investasi sejumlah yang diharapkan.

 Jika anda masih bergulat dengan tagihan kartu kredit, berusahalah mengendalikan gaya hidup anda dan secara bertahap lunasi tagihan-tagihan hutang tersebut. Paling tidak carilah cara-cara begaimana agar anda bisa membayar cicilan hutang-hutang ini dengan cara yang paling murah.

 Tambah pengetahuan dan pengalaman anda dalam berinvestasi, bersikap krestif dan mulailah berinvertasi diluar produk bank. Carilah investasi dengan biaya murah, setoran investasi yang fleksibel, mudah diakses, pajak yang kecil bahkan kalau bisa bebas pajak, dan likuid.

Di usia 40-an (masa tua)

 Berusahalah untuk meningkatkan setoran tabungan dan investasi setiap tahunnya terutama untuk persiapan pensiun. Pastikan setoran tabungan dan investasi selalu naik sesuai dengan kenaikan penghasilan anda. Setiap kali mendapat rejeki lebih baik berupa bonus atau THR, sisihkan terlebih dahulu untuk menambah investasi anda.

 Evaluasi lagi jumlah uang pertanggungan asuransi jiwa yang anda ambil, apakah jumlahnya sudah sesuai dengan kebutuhan untuk meng-cover risiko


(45)

kehilangan pengahasilan. Jika biaya hidup anda telah berubah, naik atau turun, maka sebaiknya jumlah uang pertanggungan asuransi jiwanya juga disesuaikan.

 Pastikan cicilan KPR anda tetap berjalan dengan semestinya sesuai jadwal. Simpan segala bukti pembayaran berikut catatan saldo terakhir dari hutang KPR anda. Jika suku bunga naik, dan karena jumlah cicilannya menjadi terlalu berat, bisa anda pertimbangkan untuk memperpanjang waktunya.  Sebaliknya, jika beruntung anda memiliki sejumlah dana yang cukup besar,

bisa dipertimbangkan untuk mengadakan pelunasan KPR sebagian atau seluruhnya dari sisa saldo KPR sekarang. Melakukan hal ini bisa membuat anda menghemat bunga KPR dan mempercepat waktu pelunasan.

Di usia 50-an (masa pensiun)

 Disaat menjelang pensiun, ada baiknya anda mengetahui saldo pensiun anda yang terakhir, sehingga bisa melakukan evaluasi dan revisi jika dana yang terkumpul masih jauh dari target.

 Review semua investasi anda, jika hampir semua investasi anda beresiko tinggi segelah melakukan verifikasi dan alokasi secara proporsional ke investasi yang resikonya lebih rendah.

 Catat kapan cicilan KPR yang terakhir dan pastikan bahwa pembayaran cicilan KPR sudah selesai sebelum anda pensiun.

 Pertimbangkanlah untuk mengalami asuransi kesehatan hari tua, yang meng-cover biaya-biaya kesehatan dan rawat inap dirumah sakit yang terjadi.


(46)

Asuransi kesehatan hari tua atau long term care insurance keuntungannya seharusnya bisa dinikmati pada saat pensiun sampai seumur hidup anda. Di usia pensiun 55 atau 60-an (masa pensiun)

 Inilah saatnya untuk mengajukan klaim dana pensiun dari program pensiun yang anda ikuti selama ini. Dana pensiun yang anda ikuti dari perusahaan tempat anda bekerja, biasanya akan memberikan seluruh total dana pensiun secara sekaligus didepan, sehingga selanjutnya anda tinggal mengambil sesuai dengan kebutuhan tiap bulan, dan menginvestasikan sisanya agar terus berkembang kedalam instrumen investasi yang tidak beresiko, namun bisa pendapatan tetap setara dengan bunga.

 Jika anda mengikuti program pensiun yang diselenggarakan Jamsostek, segeralah ajukan klaim kepada badan pemeerintah ini. Anda bisa mendapatkan dua pilihan, apakah bisa diambil sekaligus atau mengambilnya secara bulanan seperti layaknya gaji. Jika anda sempat beberapa kali pindah keerja, namun program pensiun Jamsostek pada perusahaan sebelumnya belum sempat anda klaim, namun sudah terlanjur memulai yang baru, jangan segan-segan untuk mengajukan klaim.

 Barang kali dulu pernah iseng mengikuti program pensiun yang ditawarkan oleh bank atau perusahaan asuransi. Jangan malu untuk mengajukan klaim hanya karena merasa uangnya tidak seberapa. Sebab sedikit atau banyak pada masa usia ini jumlah berapa pun akan sangat berarti.

 Maksimalkan seluruh aset-aset anda mengangur untuk segera bisa menghasilkan pendapatan untuk anda. Misalnya, jika anda mempunyai


(47)

tanah, bangunan, atau kendaraan yang menganggur, mungkin anda bisa mengusahakan mendapatkan pendapatan sewa dari aset-aset tersebut.

 Berhati-hatilah pada investasi yang beresiko tinggi, karakternya yang fluktuatif kemungkinan besar kurang cocok dengan usia dan kesehatan anda.  Periksalah kembali surat wasiat anda apakah sudah seperti yang anda

inginkan, buatlah perubahan jika perlu. Pastikan bahwa pasangan anda dan anak-anak anda mengetahui wasiat tersebut.

 Pertimbangkanlah untuk menyisihkan sejumlah dana tunai untuk mempersiapkan dana kematian bagi anda dan pasangan. Kedengarannya memang sangat tidak menyenangkan juga menakutkan, tetapi tindakan ini akan sangat membantu keluarga yang ditinggal walaupun tidak bisa mengurangi kesedihan orang-orang yang dicintai anda telah anda tinggalkan. (Malinda, 2007)

2.2.6. Anggaran Keuangan Keluarga

Anggaran keuangan keluarga merupakan bagian dari perencanaan keuangan keluarga. Beberapa pakar bahkan menyebutkan bahwa pusat dari perencanaan keuangan keluarga adalah proses penganggaran keuangan. Anggaran merupakan perwujudan dari perencanaan keuangan yang dibuat berlandaskan pada tujuan individu baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perhatikan gambar berikur tentang proses penyusunan anggaran.anggaran pendapatan dan belanja keluarga (APBK) merupakan jantung dari sebuah perencanaan yang baik dan efektif. Anggaran yang diperhitungkan secara benar akan memaksimalkan


(48)

persiapan sasaran maupun tujuan keuangan jangka panjang ditengah keterbatasan pendapatan. Penyusunan anggaran dilakukan melalui enam tahap.

Gambar 2.1 : Proses Penyusunan Anggaran

Tinjauan ulang dan kontrol perencanaan Laksanakan perencanaan anggaran

Mendata informasi keuangan

Analisis anggaran

Membuat perencanaan anggaran Penentuan sasaran dan tujuan

Sumber : Sembel at el, 2003

Berikut penjelasan diagram di atas.

1. Penentuan sasaran dan tujuan keuangan

Langkah awal dari sebuah perencanaan anggaran adalah penentuan sasaran serta tujuan keuangan masa depan. Contoh dari sasaran adalah meningkatkan kemampuan atau tingkat menabung keuangan keluarga. Sasaran keuangan lebih menitik beratkan kepada tujuan-tujuan jangka pendek. Sasaran ini bisa dilihat dari


(49)

hasil analisis catatan keuangan yang telah dibuat pada awal proses perencanaan keuangan keluarga.

2. Pengumpulan data keuangan

Langkah kedua dalam menyusun anggaran keuangan keluarga adalah pengumpulan data keuangan. Anggaran merupakan proyeksi pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk masa depan. Informasi dari catatan keuangan, baik catatan kekayaan maupun catatan arus kas, merupakan informasi awal yang berguna untuk menyusun anggaran. Kebutuhan akan pengeluaran masa depan dan alokasi dana untuk tujuan keuangan keluarga juga harus dimasukkan dalam perhitungan. Ekspektasi pendapatan juga harus masuk dalam penganggaran. Suatu hal penting harus dipertimbangkan juga adalah menyiapkan dana darurat. Pos ini merupakan dana untuk jaga-jaga bila keadaan tak terduga terjadi. Dalam penyusunan anggaran, penting diperoleh informasi besarnya dana waktu dan tersebut dibutuhkan. Bisa terjadi secara satu periode untuk satu tahun, anggaran mengalami surplus. Tapi bila dirinci bilan per bulan, terjadi difisit dalam bebearapa bulan berjalan. Untuk menutupi defisit ini perlu dipertimbangkan dana darurat atau emergency found. Selain diperlukan untuk menutupi kekurangan arus kas bulanan, pos ini juga bisa di anggarkan untuk ketersediaan dana saat terjadinya keadaan darurat. Untuk dana darurat, jumlah yang perlu dipersiapkan dianjurkan sebesar sekitar 3 sampai 6 kali kebutuhan pengeluaran bulanan.

3. Penyusunan anggaran

Anggaran merupakan hasil pengumpulan dana dan perangkuman semua ekspektasi pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya selama satu tahun


(50)

kedalam bentuk tabel. Ditengah tabel terdapat ekspektasi pengeluaran bulanan yang diperoleh dari catatan arus kas.

4. Analisis anggaran

Setelah disusun, anggaran harus dianalisis dengan cermat. Alur kas yang terjadi baik surplus maupun defisit harus dikaji dengan baik.

5. Pelaksanaan anggaran

Pelaksanaan anggaran merupakan implementasi anggaran tersebut. 6. Peninjauan ulang dana pengendalian pelaksaan anggaran

Langkah akhir dari proses penyusunan anggaran adalah meninjau ulang dan mengendalikan atau mengawasi pelaksanaan anggaran (Sembel at el, 2003).


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Menurut Sugiyono (2007:1), Metode kualitatif dalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi Metode kualitatif ini sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Penelitian tentang perencanaan keuangan keluarga ini berorientasi untuk mengupas pengelolaan keuangan pada keluarga pensiunan TNI-AL yang berpenghasilan dari dana pensiun saja (antara 1-2 juta / bulan). Peneliti telah melakukan penjelajahan umum pada rumah tangga dari keluarga pensiunan TNI tanpa penghasilan / pendapatan lain selain uang pensiunnya saja (non-bisnis / karir) antara Rp.1 juta- Rp.2 juta /bulan. yang bertempat tinggal di dalam area Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo, tentang bagaimana pengelolaan manajemen keuangan rumah tangganya yang mana sumber penghasilannya terbatas dan pasif.(tidak ada penghasilan lain)


(52)

3.2 Alasan ketertarikan peneliti (Acknowledge)

Alasan peneliti untuk meneliti permasalahan ini adalah rasa ingin tahu yang timbul dari peneliti sendiri. Melihat fenomena disekitar bahwa bagaimana mereka mengelola keuangan rumah tangga sendiri selama ini dengan dana terbatas dalam kaitannya dengan masih banyak juga para pensiunan yang masih tetap bekerja, misalnya sebagai Satpam, membuka usaha toko, koperasi, dsb.

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa rumah tangga keluarga pensiunan TNI dengan fokus objeknya adalah rumah tangga pensiunan TNI-AL beristri Ibu rumah tangga biasa (wanita non karir / non bisnis). Penelitian ini mengacu pada pertanyaan apakah dengan dana terbatas itu mereka masih melakukan Penganggaran, Perbendaharaan, dan Akuntansinya, serta bagaimana dengan pos penerimaan, pos pengeluaran dan pos sisa dana kasnya. Sebab peneliti menduga ada pengaruh kondisi keuangan terhadap penganggaran, dan pemanfaatannya / konsumsi, serta secara tidak langsung dengan gaya hidupnya (life style).

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo yang mempunyai lingkup homogen yang artinya yaitu terdiri dari 1-2 jenis/golongan saja yaitu TNI-AL dan PNS TNI-AL namun bersal dari budaya, pengetahuan dan tingkat pendidikan berbeda-beda. Hal ini dapat membantu peneliti dalam menjawab permasalahan yang telah diangkat dengan tingkat keanekaragaman yang telah tertuang diatas. Hal itu dimaksudkan agar hasil


(53)

penelitian dapat bersifat ilmiah (nutural setting), yang menjadi karakteristik dasar dari penelitian kualitatif.

Selain itu tingkat keanekaragaman kehidupan finansialkeluarga pensiunan TNI-AL, dianggap mewakili keanekaragaman yang terjadi pada para pensiunan TNI secara umum bukan hanya dari satu tingkat finansial, pangkat, dan korps yang sama. Dengan keadaan seperti itu maka peneliti sangat tertarik untuk mengetahui cara kerja dan pengelolaanya dalam merencanakan dan manajemen keuangan rumah tangganya.

3.4 Penentuan Informan

Bungin (2003: 53) menyatakan bahwa untuk memilih sampel (dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial) lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, jika dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informan, maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informan dianggap sudah selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi juga bisa banyak, tergantung dari :

a) Tepat tidaknya pemilihan informan kunci

b) Kompelksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti

Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan informasi kunci dari pensiunan TNI-AL yang telah lama bertempat tinggal di komplek TNI-AL tersebut, yaitu Bapak Soetedjo, yang telah menempati rumah di komplek tersebut


(54)

sejak tahun 1982, dengan beranggapan bahwa dari beliau yang notabene adalah termasuk yang senior dan lama bertempat tinggal di lingkungan tersebut maka akan dapat memberikan keterangan-keterangan lengkap dan merekomendasikan untuk informan-informan selanjutnya kepada peneliti lebih luas.

3.5 Sumber Data dan Jenis Data

Unit (satuan) analisis data penelitian ini pertama adalah Pensiunan TNI khususnya para pensiunan TNI-AL yang berpenghasilan pensiunnya antara 1-2 juta rupiah per bulan, dengan kriteria:

1. Tidak berbisnis /karir lagi setelah pensiun 2. Berusia ≥ 50 tahun

Data yang diperoleh adalah data primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Sugiyono (2005: 62), sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan para pensiunan TNI-AL Tebel Gedangan

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting, berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan :

1. Observasi (pengamatan)

Observasi dilaksanakan dengan cara observasi partisipasi moderat. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam


(55)

dengan orang luar.peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam berbagai kegiatan, tetapi tidak semuanya. Hal itu dapat membantu peneliti lebih mengamati proses pengelolaan keuangan keluarga.

2. Interview (Wawancara Bebas Terpimpin)

Wawancara jenis ini dilakukan secara bebas, tetapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah dipersiapkan terlebih dahulu. Teknik wawancara semacam ini dimungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap, terutama yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan keluarga informan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian berupa foto proses wawancara, rekaman selama wawancara berlangsung dengan mengunakan kamera, perekam suara dan juga dokumen lain yang berhubungan dengan perencanaan keuangan pribadi informan.

4. Triangulasi (Gabungan)

Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(56)

3.7. Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) sebagi berikut :

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui penyutingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data ini dilakukan terus-menerus selama proses penelitian ini berlangsung.

2. Penyajian Data

dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang utuh.

3. Penarikan kesimpulan / Verifikasi

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering


(57)

timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpulan tentative. Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus-menerus, baru ditarik kesimpulan yang bersifat ”grounded”. Dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Analisis interaktif menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

verifikasi

Sumber : Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, Jakarta : UI-Press,1992.

3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat keprecayaan atas kebenaran dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standar tersebut dengan keabsahan data:


(58)

1. Derajat Kepercayaan (credibility)

Uji kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi.

a. Perpanjangan pengamatan

Perpajangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan waawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Diharapkan perpanjangan pengamatan ini berarti berhubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk kepercayaan, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatnya ketekunan

Meningkatnya ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis. Dalam meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan


(59)

pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang telah diamati.

c. Triangulasi

Tujuan triangulasi adalah untuk megecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

2. Pengujian Transferability

Seperti telah dikemukan bahwa, transefability ini merupakan validitas ekternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat ditetapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sample tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi lain. Maka penelitian tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga dapat dipahami, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila gambaran tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga dapat dipahami dengan jelas, ”semacam apa” penelitian tersebut diberlakukan , maka laporan tersebut memenuhi standar transferbilitas.


(60)

3. Pengujian Dependability

Uji Dependeability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi penelitian tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa bisa memberikan data. Penelitian ini seperti ini perlu di uji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka peneliti tersebut reliable atau dependable. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan dengan menyediakan bukti-bukti penelitian seperti perijinan, hasil wawancara, hasil observasi, dokumentasi serta jadwal aktifitas penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Uji konfirmability mirirp dengan uji dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.


(61)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian.

Purnawirawan atau yang biasa disebut dengan pensiunan TNI adalah salah satu strata sosial yang mungkin banyak problematikanya. Terutama dari segi perekonomian dan cara manajemen keuangan rumah tangganya yang sangat berkesan sederhana. Tidak sedikit dari mereka yang bisa di bilang kondisi keuangannya terbatas. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan mengkonsentrasikan pada manejemen keuangan rumah tangga yang diperoleh dari sumber pendapatan pensiunan TNI-AL yang berkisar 1 – 2 juta rupiah per bulan saja, yang bermukim di area komplek TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo. Dengan penilaian bahwa dengan uang pensiun seminim itu, apakah keluarga tersebut bisa mengatur dan melakukan sebuah manajemen keuangan rumah tangga yang baik.

Di area komplek tersebut, sesuai dengan namanya dapat dipastikan bahwa warganya terdiri dari para TNI-AL dan sedikit PNS TNI-AL. Komplek tersebut berada di desa Tebel Sidoarjo. Dengan bermacam suku, pangkat dan golongan, peneliti mencoba lebih memfokuskan pada nilai dan jumlah dana pensiunannya saja, yaitu 1-2 juta rupiah per bulan. Dengan begitu peneliti akan lebih bebas menemukan objek yang dipilih untuk di wawancarainya. Sehingga tidak memandang pangkat terakhir, atau tahun pensiun.

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini peneliti ingin mengetahui manajemen keuangan rumah tangga, maka yang dijadikan informan adalah

47   


(62)

keluarga atau rumah tangga pensiunan TNI-AL yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Adapun informan kuncinya adalah keluarga Bapak Tedjo, dari informasi yang didapat dari keluarga Bapak Tedjo, dikembangkan pada informan keluarga lain seperti pada keluarga Bapak Sukmin, Bapak Hadi, Bapak Rochani, dan keluarga Bapak Suharjono.

4.2. Profil Keluarga (Informan) 4.2.1. Keluarga Bapak Tedjo

Beliau telah lama bermukim di Komplek tersebut dengan bertempat tinggal di Jl.Badik II/32 komplek TNI-AL Tebel Gedangan, sejak tahun tahun 1982 hingga kini. Dengan pangkat terakhir Serka-Bah Sersan Kepala-Pelaut. Beliau mendapatkan dana pensiun Rp.1.748.500 . Saat ini beliau hidup dengan istri dan satu orang anaknya. Beliau mempunyai empat orang anak, namun hanya satu anak yang masih tinggal satu rumah dengan beliau. Dalam penelitian ini keluarga Bapak Tedjo dipercaya peneliti sebagai informan kunci, karena dari faktor lamanya beliau bermukim di komplek TNI-AL tersebut yang juga mempengaruhi pemahaman beliau terhadap lingkungan sekitar tersebut.

4.2.2. Keluarga Bapak Sukmin

Beliau berpangkat akhir Pembantu Letnan Dua ( Pelda ) dengan dana pensiunnya Rp.1.851.700. Bertempa tinggal di komplek tersebut dengan hanya seorang istri dan satu anak terakhirnya saja. Anak-anak beliau yang lain sudah berkeluarga dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri.

   


(63)

4.2.3. Keluarga Bapak Hadi Prajitno

Sama halnya denga kedua informan sebelumnya, Bapak Hadi ini juga terhitung sebagai senior di area tersebut. Pangkat terakhir beliau yaitu Pembantu Letnan Dua ( Pelda ) dengan setiap bulannya menerima dana pensiunnya Rp.1.956.000. Saat ini beliau tinggal hanya dengan istrinya saja. Mempunyai empat orang anak namun anak-anak beliau semua telah berkeluarga.

4.2.4. Keluarga Bapak Rochani

Keluarga ini bertempat tinggal tidak begitu jauh dari tempat tingga kunci informan Pangkat terakhir beliau yaitu Sersan Mayor (Serma) dengan penghasilan pensiunnya Rp.1.784.600. Beliau tinggal dengan seorang istri dan anak perempuan yang masih belum berkeluarga.

4.2.5. Keluarga Bapak Suharjono

Pangkat terakhir beliau adalah Sersan Mayor (Serma) dengan penghasilan pensiunnya Rp.1.811.700. Saat ini beliau tinggal dengan seorang istri dan satu orang anak perempuan yang masih kuliah dan bekerja.

4.3 Manajemen Keuangan rumah tangga

Alasan diperlukannya manajemen keuangan rumah tangga sederhana selain agar cash flow keuangan rumah tangga lebih terkendali sehingga tidak akan terjadi sebuah kondisi ”lebih besar pasak daripada tiang” yang artinya bahwa pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.

   


(64)

Manajemen keuangan rumah tangga memungkinkan untuk menentukan arah dan memberi makna atas keputusan finansial yang sebuah keluarga ambil. Perencanaan juga berguna agar lebih memahami dan mengerti konsekuensi keputusan manajerial terhadap kondisi keuangan dan pemenuhan kebutuhan kehidupan.

Manajemen keuangan membuat lebih jelas melihat keputusan keuangan dengan aspek keuangan lainnya secara keseluruhan, dan lebih jeli mempertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap tujuan hidup sebuah keluarga. Dengan perencanaan keuangan, sebuah keluarga akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perjalanan hidup sebuah keluarga dan merasa lebih aman / nyaman karena segala sesuatu yang beresiko terhadap kondisi finansial telah diantisipasi sebelumnya.

4.3.1. Pemahaman Manajemen keuangan rumah tangga

Kunci informan yang menjadi tujuan pertama wawancara penelitian ini adalah keluarga Bapak Tedjo. Wawancara berikut, peneliti menanyakan tentang bagaimana pemahaman manajemen keuangan rumah tangga. Berikut pemaparan Bapak Tedjo “...agak sedikit tahu..tapi yang lebih paham itu mamanya

(istrinya”.Berdasarkan pemaparan tersebut, beliau mengatakan kurang begitu

paham tentang sebuah manajemen keuangan rumah tangga, tetapi istrinyalah yang lebih memahami. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada informan lagi mengenai sejauh mana pemahaman akan menajemen keuangan rumah tangga.

   


(65)

Berikut pemaparannya:“...anggaran yang kita adakan jangan sampai gak imbang

dengan pendapatan! Upayakan pengeluaran kita sesuai dengan yang kita dapet ”

Berdasarkan pemaparan diatas beliau secara tidak langsung memberikan informasi bahwa sebenarnya beliau tahu tentang manajemen keuangan rumah tangga, dengan menyebut kata anggaran. Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Tedjo untuk dapat menghubungkan kebenaran pernyataan Bapak Tedjo mengenai pemahaman manajemen keuangan rumah tangga. Berikut pemaparan Ibu Tedjo:“...Oooh jelas.. orang... itu saya yang pegang kok...!”

Berdasarkan wawancara dengan Bapak dan Ibu Tedjo, disimpulkan bahwa keluarga tersebut sudah memahami manajemen keuangan rumah tangga, namun untuk pengelolaannya dilakukan oleh Ibu Tedjo. Selanjutnya peneliti mencari informan lain, guna mengkonfirmasi hasil wawancara tersebut. Informan berikut adalah keluarga Bapak Sukmin. Hasil pemaparan Bapak sukmin adalah

“...waah..babar blas.. “(maksudnya: tidak tahu sama sekali)

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Sukmin, terkait dengan pemahaman manajemen keuangan rumah tangga. Berikut pemaparan Ibu sukmin “…paham...! pengaturan keuangan dalam rumah tangga…”

Berdasarkan pemaparan diatas menyatakan bahwa Bapak Sukmin tidak tahu sama sekali tentang manajemen keuangan rumah tangga, namun Ibu Sukmin memahami meskipun dalam pengertian sedehana. Kemudian dengan pertanyaan yang sama pula, peneliti melakukan wawancara dengan informan berikutnya, yaitu keluarga Bapak. Hadi Prajitno, berikut pemaparan Bapak Hadi: “....kalo

   


(66)

saya setiap terima pensiun masalah manajemen saya serahkan istri saya ...jadi saya begitu terima pensiun, semua saya berikan ke istri..”

Untuk menghubungkan kebenaran pernyataan beliau maka wawancara berikut, peneliti mewawancarai Ibu Hadi. Berikut pemaparannya:

“....yes...paham sekali..!!..hahaha! mengelola keuangan itu ya dicukup-cukupne mas..pendapatan kita segitu ya dicukup-cukupne mas , jangan sampai ada hutang..jangan sampai besar pasak daripada tiang.”.

Berdasarkan paparan diatas, pemahaman manajemen keuangan rumah tangga menurut Ibu Hadi yaitu mengelola keuangan yang harus disesuaikan dengan berapa pun pendapatan keuangan rumah tangga pensiunan, dengan artian juga sebisa mungkin menghindari hutang. Hal ini seperti yang dikutip dari Moeljadi (2010) mengatakan bahwa sebisa mungkin kita harus menyiasati kondisi keuangan rumah tangga agar tidak defisit yaitu salah satunya dengan menghindari hutang.

Wawancara selanjutnya, ditujukan pada keluarga Bapak Rochani tentang pemahaman beliau terhadap manajemen keuangan. Berikut pemaparan Bapak Rochani:“...oo gak ngerti..” Selanjutnya wawancara ditujukan kepada Ibu Rohani dengan pertanyaan yang sama beliau menjawab. “...yaa.. pokoknya keluar

masuknya keuangan itu....”

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, peneliti masih belum merasa jenuh dengan pertanyaan yang sama, sehinnga melanjutkan pada keluarga Bapak Harjono. Berikut pemaparan Bapak Harjono.“....ya.. sedikit

mengerti..atau paham tapi ndak mendalam., sampai mendetil.. Jadi ya umpama

   


(67)

gaji sekian..harus untuk ini..untuk ini..”. Perlu diketahui bahwa pada saat

wawancara tersebut, Ibu Harjono selalu menyetujui semua pernyataan dari Bapak Harjono dengan selalu menyetujui pernyataan suaminya.

Berdasarkan informasi dari kelima keluarga informan diatas disimpulkan bahwa sebagian besar sudah memahami pengertian manajemen keuangan rumah tangga meskipun dengan pemahaman konsep yang sederhana., khususnya untuk para ibu, sedangkan para bapak belum sepenuhnya memahami pengertian manajemen keuangan rumah tangga. Perlu diketahui juga bahwa pemegang kendali pengelolaan keuangan keluaraga adalah para ibu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Komori (1998) yang menyatakan bahwa perempuan berlatih mengendalikan berbagai hal keuangan, dan mereka sering juga disebut sebagai menteri keuangan rumah tangga oleh para suaminya. (Iwao,1993 dalam Komori,1998). Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kaum istri lah yang biasanya bertugas mengatur lalu-lintas keuangan rumah tangga mereka sendiri, sementara suami telah melakukan tugas sebagai pencari penghasilan. Sebagai contoh, lebih dari 90% wanita jepang mengendalikan keuangan dalam rumah tangga (Robins, 1983 dalam komori, 1998).

4.3.2. Pengertian anggaran dalam rumah tangga

Pengelolaan Keuangan yang tidak tepat dapat mengganggu kelangsungan dan stabilitas denyut jantung keuangan keluarga. Pada dasarnya mengelola keuangan rumah tangga sama seperti mengelola keuangan di perusahaan. Penghasilan besar pasangan suami istri bukanlah jaminan bahwa kondisi cash

   


(68)

flow keuangan dapat terjaga (Moeljadi, 2010). Dalam pernyataan tersebut

mengandung arti bahwa, penghasilan yang jumlahnya terbatas juga mampu membiayai pendidikan anak-anak dan tercapainya hidup sejahtera, kuncinya adalah pengelolaan keuangan keluarga yang baik. Seperti yang dimaksud oleh Moeljadi (2010); bahwa manajemen keuangan rumah tangga dalam hal ini bisa diartikan dengan pengelolaan keuangan rumah tangga, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu anggaran, perbendaharaan dan akuntansi.

Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk memperhalus pertanyaan butir 4.3.1. yaitu menanyakan tentang pengertian anggaran dengan pertimbangan bahwa salah satu indikasi manajemen keuangan rumah tangga yaitu apabila keluarga tersebut mampu membuat anggaran dalam rumah tangga. Karena dengan pertanyaan pada butir 4.3.1 khususnya para bapak yang kurang memahami dengan gaya bahasa tersebut.

Wawancara pertama ditujukan pada informan kunci terkait dengan pertanyaan apakah pengertian anggaran dalam rumah tangga. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Tedjo. “...dana yang menunjang setiap bulannya untuk

kebutuhan kita tiap bulannya itu ...”

Sementara menurut Ibu Tedjo adalah “....mengatur pengeluaran ekonomi

per bulannya dalam rumah tangga saya..”. Hasil wawancara ini bisa

direfleksikan bahwa keluarga informan kunci khususnya bapak Tedjo sudah memahami dan hal ini berbeda pada jawaban beliau di butir 4.3.1. yang artinya bahwa keluarga tersebut sudah memahami manajemen keuangan rumah tangga.

   


(1)

5.1. Kesimpulan

Dengan berakhirnya penelitian ini, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dan gambaran yang jelas mengenai seberapa jauh pemahaman manajemen keuangan rumah tangga dan anggaran serta cara yang di gunakan para pensiunan dalam mengelola keuangan, khususnya pensiunan TNI–AL dalam upaya perbaikan dan kewajaran sebuah perjalanan keuangannya untuk dapat seefektif dan seefisien mungkin secara berkesinambungan, antara lain

1. Pemahaman setiap rumah tangga / keluarga pensiunan terhadap pengertian sebuah manajemen keuangan rumah tangga cukup sederhana, dan sempit namun sudah mencerminkan bahwa sudah ada pengetahuan dan penerapannya, meskipun dalam cara-cara yang mereka pahami sendiri-sendiri.

2. Perencanaan keuangan dalam kaitannya dengan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang tidak tampak pada dan rata-rata tidak memilikinya. Ini dikarenakan mengingat sebuah pemasukan hanya dari gaji pensiun yang tidak terlalu banyak dan berkesan pas-pasan. Sehingga pergerakan lalu lintas pengeluaran dan pembiayaan diusahakan harus seketat mungkin.


(2)

75   

3. Untuk Pos-pos pengeluaran rutin perbulan para pensiunan relatif sama. Sementara pos pemasukkan hanya dari pendapatan pensiunan TNI saja. Namun juga tidak menutup kemungkinan kadang-kadang mereka dapat tambhan pemasukkan dari pihak lain misalnya para anak-anaknya yang beberapa kali menunjang kebutuhan orang tuanya tersebut, atau dari sanak saudara dan lain-lain.

4. Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan di akui pernah terjadi di setiap rumah tangga informan dikarenakan kondisi tak terduga / darurat (misalnya; sakit, hajatan, musibah,dll)

5. Dengan hanya pemasukkan dari gaji pensiunan TNI saja , maka ruang gerak manajemen keuangan, penyusunan anggaran beserta pencatatan akuntansinya tidak dapat bebas dilakukan. Pencatatan akuntansi dan transaksinya dilakukan jika hanya dianggap perlu, misalnya kecurigaan akan konsumsi dan pembiayaan periode tertentu dimana dirasa banyak sekali pengeluaran pada saat itu dan analisanya. Selain itu juga diupayakan tidak terlalu konsumtif untuk penggunaan dana keluar di setiap bulannya. Ini yang mengakibatkan juga bahwa para pensiunan ini mengaku tidak mempunyai sebuah investasi barang mewah (misal: emas, rumah/ tanah, obligasi, saham dsb) atau tabungan, dan tentu saja tidak mungkin untuk sebuah kartu kredit. 6. Secara umum mereka mengakui dan menyiasati gerak finansial di

dalam rumah tangganya dengan sebisa mungkin menghindari hutang.

   


(3)

Dengan begitu akan lebih bisa dikatakan kondisi keuangan yang “aman” untuk rumah tangga keluarga pensiunan ini.

7. Dalam hal siapa pihak yang melakukan dan mengelola serta bertanggung jawab mengatur lalu lintas keuangan di setiap rumah tangga kebanyakan adalah kaum istri / kaum ibu. Jadi bisa dikatakan bahwa para ibu-ibu di rumah tangga pensiunan ini adalah seorang manajer, bendahara sekaligus akunting, di dalam rumah tangga. Para suami mengaku mereka hanya sebagai penyedia dana saja, selebihnya dalam hal wewenang dan tugas manajerialnya mereka percayakan kepada istri-istri mereka. Namun tetap pertanggung jawaban dan segala pengambil keputusan serta evaluasi perencanaan keuangan di setiap periode di percayakan kepada para suami sebagai kepala rumah tangga.

8. Beberapa rumah tangga menyiasati dana cadangan atau yang mereka biasa anggap selama ini adalah “tabungan” mereka yaitu dengan cara mengikuti beberapa arisan dan koperasi (simpan pinjam) yang berada di area komplek TNI-AL tersebut juga. Dengan begitu mereka sudah bisa dianggap mempunyai proteksi terhadap resiko defisit.

9. Barang dan kebutuhan para pensiunan secara umum relatif hanya kebutuhan-kebutuhan primer dan rutin, serta barang-barang produktif saja.


(4)

77   

   

5.2. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :

1. Agar Pemerintah meninjau ulang tunjangan gaji para pensiunan TNI beserta kesejahteraanya.

2. Agar para pensiunan menganggap dan berusaha bahwa masa pensiun bukan akhir dari masa kreatif. Dalam hal ini masa pensiun janganlah menjadi akhir dari masa perjuangan. Yaitu berjuang dalam hal finansial dan kebutuhan lain. Misalkan diupayakan bagi para suami (pensiunan) sendiri berusaha berkarir lagi di luar masa akhir tugasnya itu. Kemudian bagi para istri bisa juga dengan melakukan bisnis sampingan / berkarir juga untuk menunjang atau menambah kekuatan secara finansial rumah tangganya.


(5)

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

---, 2005, Harian Pikiran rakyat.

Komori, N., 2000. In search of Feminine Accounting Practice : The experience of women “Accountants”in Japan, Sheffild University Management Scholl and Wakayama University.

Miles, Mathew dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, Jakarta : UI-Press,1992.

Moeljadi, 2010, Denyut Jantung Keuangan Keluarga di Tangan Ibu-Ibu. Cetakan Pertama, Penerbit PT.Elex Media komputindo, Jakarta

Sambel, Roy dkk, 2003, Smart Saving and Ordinary Borrowing for Ordinary Family. Penerbit PT. Elex media Komputindo, Jakarta.

Sugiyono, 2007,Memahami Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga, Penerbit CV.Alfabetha, Bandung.

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Warren, et all, 2006, Pengantar Akuntans (Accounting), Edisi Dua Puluh Satu, buku satu, Penerbit Salemba empat, Jakarta


(6)

Jurnal - skripsi :

Fitria Widyasari (2009), ”Studi Tentang Kinerja Wanita dalam Pengelolaan dan Perencanaan Keuangan Keluarga pada Ibu Rumah Tangga di Kawasan Siwalankerto Surabaya ”

Rizal, Jose S.A (2009) ”Study Perencanaan Keuangan Pada Dewasa Lajang di Komunitas Pecinta Sulap RnB Magic Community Surabaya”

Walker, S.P. and Llewellyn, s.,(2000). Accountung at Home : interdisciplinary perpectives, University of Edinburgh, Edinburgh, UK.

Yohnson (2004), ”Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya”.

Non buku (Situs/Website) :