ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN DI KAWASAN INDUSTRI BULU MATA KABUPATEN PURBALINGGA.

(1)

ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN DI KAWASAN INDUSTRI BULU MATA

KABUPATEN PURBALINGGA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

AGUS TINA NUGRAHENI NIM 12110241020

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.” (Sutan Syahrir) “Live as if you were to die tomorrow.


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua saya, Bapak Purwiyanto Slamet Mulyono (alm) dan Ibu Siti Kundiarti, yang tidak kenal lelah memperjuangkan hidup saya.

2. Adik-adik saya, Febry Margi Rahayu dan Diky Tri Wibowo, yang dengan tulus memberikan dorongan semangat.

3. Saudara-saudara saya, Eyang Nurhadi, Eyang Kunayah, Eyang Muchawiyah, Ibu Sari, Bapak IPDA. Abdul Haris Sugiarto, Ristika Oktavina, S.Kom dan Riza Nanda Oktalina.


(7)

ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN DI KAWASAN INDUSTRI BULU MATA

KABUPATEN PURBALINGGA

Oleh

Agus Tina Nugraheni NIM 12110241020

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Aspirasi Masyarakat Tentang Pendidikan di Kawasan Industri Bulu Mata Kabupaten Purbalingga.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskripstif kualitatif. Subjek penelitian adalah masyarakat kawasan industri bulu mata, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis data Miles and Hubberman yang meliputi, pengumpulan data, reduki data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data mengunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan, (1) Pandangan masyarakat kawasan industri bulu mata, bahwa pendidikan sangat penting, sebagai upaya meningkatkan wawasan, pola pikir, dan intelektualitas, (2) Minat terhadap pendidikan yaitu pada pendidikan keterampilan dan pendidikan formal, (3) Harapan masyarakat kepada pendidikan bahwa pendidikan di Indonesia dapat lebih maju, terutama sarana, prasarana dan akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah, sehingga SDM dan masyarakat dapat maju, (4) Tingkat pendidikan minimal yang harus dienyam masyarakat sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas, (5) Tujuan seseorang berpendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan intelektual, agar masyarakat dapat maju dan mengikuti perkembangan, (6) Pendidikan merupakan hak bagi semua masyarakat, baik yang mampu maupun tidak mampu, baik laki-laki maupun perempuan, (7) Industri bulu mata memberi dampak positif dapat mensejahterakan masyarakat dan dampak negatif menurunkan pasrtisipasi sekolah masyarakat, (8) Masyarakat berpendapat ada kaitannya anatara tingkat pendidikan masyarakat dengan tingginya keterlibatan masyarakat di industri bulu mata. Kata Kunci :Aspirasi Masyarakat, Pendidikan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Aspirasi Masyarakat Tentang Pendidikan di Kawasan Industri Bulu Mata Kabupaten Purbalingga” dengan baik.

Penyususnan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Kepala Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama perkuliahan.

3. Ibu Dra. Lusila Andriani Purwastuti, M.Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, membantu, memberikan arahan, dorongan, serta masukan-masukan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Dr. Rukiyati, M.Hum, dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan dorongan, dan menginspirasi penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan.

5. Seluruh dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.

6. Bapak Endro Irianto, S.Sos, Camat Purbalingga, yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di wilayah Kecamatan Purbalingga.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penenlitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Aspirasi ... 8

1. Pengertian Aspirasi ... 8

2. Aspek-Aspek Aspirasi ... 9

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aspirasi ... 10

B. Pengertian Masyarakat ... 14

C. Pendidikan ... 19

1. Pengertian Pendidikan ... 19

2. Fungsi Pendidikan ... 22

3. Tujuan Pendidikan ... 23

4. Jalur Pendidikan ... 24

5. Kebijakan Pengarus Utamaan Gender Bidang Pendidikan ... 25

D. Penelitian Relevan ... 28

E. Kerangka Berfikir ... 30

F. Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38


(11)

hal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Kabupaten Purbalingga ... 41

2. Kondisi Sosial Masyarakat Kawasan Industri Bulu Mata ... 42

B. Data Hasil Penelitian 1. Pandangan Masyarakat Mengenai Arti Penting Pendidikan ... 43

2. Jenis Pendidikan yang Diminati Masyarakat ... 45

3. Jenjang Pendidikan ... 47

4. Tujuan Seseorang Berpendidikan ... 48

5. Hak Masyarakat dalam Mengenyam Pendidikan ... 50

6. Harapan Masyarakat Kepada Pendidikan ... 53

7. Pandangan Masyarakat Mengenai Menjamurnya Industri Bulu Mata 55 8. Keterkaiatan Tingkat Pendidikan Dengan Tingginya Keterlibatan Masyarakat di Industri Bulu Mata ... 61

C. Pembahasan 1. Ketetapan hati (arti penting pendidikan) ... 65

2. Minat ... 67

3. Intelegensi (Tingkat Pendidikan) ... 68

4. Tujuan ... 69

5. Tradisi Budaya ... 70

6. Cita-Cita ... 72

7. Pandangan Masyarakat Mengenai Industri Bulu Mata ... 73

8. Keterkaitan Tingkat Pendidikan dengan Tingginya Keterlibatan Masyarakat di Industri Bulu Mata ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 39

Table 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ... 37

Tabel 4. Persentase Tingkat Pendidikan ... 42

Tabel 5. Aspek Aspirasi ... 63


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 82

Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 83

Lampiran 3. Tabel Reduksi Data ... 99

Lampiran 4. Dokumentasi ... 114


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aspirasi merupakan suatu topik bahasan penting, karena aspirasi berkaitan dengan cita-cita, tujuan, rencana, serta dorongan untuk bertindak dan berkarya. Aspirasi dipengaruhi oleh aspek-aspek sosial yang melengkapi individu, dan dalam beberapa hal dapat membawa pengaruh terhadap aspek-aspek sosial di sekitar individu tersebut (T.O Ihromi, 1995: 315).

Aspirasi tumbuh di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sebab aspirasi berkaitan dengan apa yang melatarbelakangi seseorang untuk mencapai suatu tujuan di dalam hidupnya. Dalam hal ini bahwa aspirasi dapat pula kita maknai sebagai suatu ukuran bagi individu dalam melakukan apa yang ingin atau tidak ingin dilakukan dalam kehidupannya.

Masyarakat yang merupakan sekelompok manusia yang telah lama hidup bersama dalam satu kesatuan sosial, tentu memiliki harapan dan cita-cita didalam hidupnya, tanpa terkecuali harapan dan cita-cita dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses yang menghantarkan manusia kedalam kesempurnaan hidup dan menjadikan manusia mampu mengembangkan kehidupannya, menjadi salah satu hal yang dibutuhkan masyarakat.

Sebagai salah satu jembatan yang menghantarkan manusia kedalam kesempurnaan hidup, pendidikan memiliki peran yang penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia. Indikator upaya pembangunan sumber daya manusia salah satunya yaitu melalui peningkatan partisipasi sekolah


(15)

masyarakat. Masyarakat sebagai pelaku sosial yang tidak terlepas dari perubahan zaman, dituntut untuk dapat mengikuti perubahan zaman. Salah satu hal yang dapat menjadikan masyarakat dapat mengikuti perubahan zaman yaitu intelektual masyarakat.

Intelektual masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan juga merupakan ukuran intelektual masyarakat, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kesempatan untuk mengembangkan intelektualnya. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi faktor yang berpengaruh besar terhadap intelektual masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentase tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyarakat. Adapun persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyarakat Kabupaten Purbalingga, sebagai berikut. Pada tahun 2013 masyarakat yang menamatkan tingkat Sekolah Dasar sebanyak 33,58%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 20,55%, tingkat Sekolah Menengah Atas 12,36% dan tingkat Pendidikan Tinggi 3,58%. Sedangkan pada tahun 2014 masyarakat yang menamatkan tingkat Sekolah Dasar sebanyak 34,53%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 20,24%, tingkat Sekolah Menengah Atas 12,63% dan tingkat Pendidikan Tinggi 3,42%. Kemudian pada tahun 2015 masyarakat yang menamatkan tingkat Sekolah Dasar sebanyak 36,97%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 19,10%, tingkat Sekolah Menengah Atas 13,29% dan tingkat Pendidikan


(16)

Tinggi 3,57%.

Data di atas menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh masyarakat di Kabupaten Purbalingga, paling tinggi pada tingkat Sekolah Dasar. Hal ini terlihat pada setiap tahunnya, tingkat Sekolah Dasar selalu berada pada persentase tertinggi, yaitu kisaran 30% ke atas. Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama menduduki posisi kedua terbanyak setelah tingkat Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 19-20% ke atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh masyarakat di Kabupaten Purbalingga masih relatif rendah.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga tentu tidak terlepas dari kondisi perekonomian masyarakat dan pandangan masyarakat tentang pendidikan. Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan telah merespon permasalahan ini dengan adanya kebijakan pemberian bantuan biaya pendidikan anak usia sekolah tidak sekolah, yang diatur dalam Perbup Purbalingga Nomor 64 tahun 2016. Kebijakan pemerintah ini dalam pelaksanaannya belum dapat direspon dengan baik oleh masyarakat. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, hasil wawancara dengan bapak Ks Kepala Seksi Bidang Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan ini masih 10%. Hal ini dikarenakan rendahnya respon masyarakat terhadap kebijakan ini.

Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga yang masih rendah kemudian memberi batasan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh


(17)

masyarakat Kabupaten Purbalingga, khususnya bagi perempuan. Pekerjaan yang dapat menjadi pilihan bagi perempuan kelas bawah dengan tingkat pendidikan yang rendah sebatas pekerjaan di sektor domestik, sektor informal dan pekerjaan di industri modal besar.

Kabupaten Purbalingga merupakan Kabupaten yang memproduksi bulu mata terbesar di Indonesia, memiliki 33 industri bulu mata dengan 18 industri diantaranya adalah usaha penanaman modal asing. Para investor asing ini tidak hanya membangun pabrik, melainkan juga mengubah rumah-rumah warga di desa menjadi rumah produksi, yang kemudian menjadi anak perusahaan atau binaan industri bulu mata di perkotaan.

Industri bulu mata menjadi pilihan utama pekerjaan masyarakat perempuan kelas bawah, dikarenakan syarat untuk menjadi buruh tidak terlalu sulit, utamanya karena industri bulu mata menerima semua lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sebagai contoh, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu buruh di PT. Mahkota Tri Angjaya, PT tersebut menerima buruh dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama. Selain itu bahwa industri bulu mata di Kabupaten Purbalingga menjamur sampai ke desa-desa pinggir kota Purbalingga, sehingga industri bulu mata menjadi pilihan utama bagi masyarakat perempuan kelas bawah untuk menggantungkan hidupnya.

Penawaran ini kemudian menjadi landasan anggapan masyarakat kelas bawah mengenai tingkat pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh ibu S, bahwa sebagian besar masyarakat kelas bawah beranggapan bahwa sekolah


(18)

sampai ke jenjang yang tinggi bukan merupakan suatu keharusan, sebab bersekolah sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama sudah dapat diterima menjadi buruh di industri bulu mata. Disisi lain, bagi masyarakat kelas bawah yang memiliki kesadaran pentingnya pendidikan, memiliki aspirasi sebagai berikut, menurut ibu S bahwa pendidikan merupakan suatu keharusan, sebaiknya masyarakat dapat menyelesaikan sekolahnya sesuai dengan wajib belajar yang diberlakukan oleh pemerintah.

Menjamurnya industri bulu mata sampai ke desa-desa pinggir kota, kemudian mengkonstruksi pemikiran anak usia sekolah, khususnya anak perempuan. Bagi mereka bersekolah bukan merupakan suatu keharusan. Seperti yang dikatakan oleh ibu S bahwa fenomena saat ini, anak usia sekolah justru mengalami degradasi motivasi untuk bersekolah. Anak perempuan usia Sekolah Menengah Pertama dari kalangan keluarga kelas bawah lebih memilih menjadi buruh industri bulu mata dibandingkan harus melanjutkan sekolah. Suatu kondisi yang sangat memprihatinkan di tengah-tengah diberlakukannya kebijakan Pengarusutamaan Gender bidang pendidikan, yang memiliki tujuan mencapai cita-cita pendidikan untuk semua. Kondisi ini bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 6, Ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berkaitan dengan permasalahan degradasi motivasi bersekolah. Hal ini berdampak pada menurunnya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat


(19)

Purbalingga. Menurunnya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat kelas bawah di Kabupaten Purbalingga, tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, yang kemudian membatasi ruang gerak masyarakat untuk mencari pendapatan.

Berawal dari degradasi motivasi bersekolah sampai pada tertindasnya pemikiran masyarakat, menjadi keprihatinan tersendiri bagi dunia pendidikan. Anak usia sekolah yang dipekerjakan di industri bulu mata dan cenderung mengabaikan pendidikan, yang kemudian menurunkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Purbalingga.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu adanya penelitian yang lebih dalam, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aspirasi Buruh Perempuan Tentang Pendidikan di Kawasan Industri Bulu Mata Kabupaten Purbalingga”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1.Tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Purbalingga masih rendah. 2.Lahirnya anggapan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak

penting.

3.Menurunnya partisipasi bersekolah masyarakat Kabupaten Purbalingga. 4.Rendahnya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, karena

rendahnya tingkat pendidikan. C. Batasan Masalah


(20)

Dari identifikasi masalah di atas maka penelitian masalah difokuskan pada aspirasi masyarakat tentang pemdidikan di kawasan industri bulu mata. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana aspirasi masyarakat tentang pendidikan di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Mendeskripsikan aspirasi masyarakat tentang pendidikan di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi berbagai macam manfaat, diantaranya :

1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada mata kuliah Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, serta dapat memberikan sumbangsih terhadap Kebijakan Pendidikan.

2. Manfaat Praktis A. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Purbalingga, untuk dapat mengetahui aspirasi masyarakat tentang pendidikan.


(21)

B. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga khususnya pada bidang pendidikan nonformal mengenai aspirasi masyarakat tentang pendidikan.


(22)

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1.Aspirasi

a. Pengertian Aspirasi

Aspirasi berkaitan dengan cita-cita, tujuan, rencana, serta dorongan untuk bertindak dan berkarya. Aspirasi dipengaruhi oleh aspek-aspek sosial yang melengkapi individu, dan dalam beberapa hal dapat membawa pengaruh terhadap aspek-aspek sosial di sekitar individu tersebut. Pembentukan aspirasi tidak dapat dilepaskan dari dua hal, keinginan untuk mengembangkan diri, yaitu suatu dorongan yang berasal dari dalam diri setiap individu, dan keinginan untuk memenuhi tanggung jawab sesuai dengan apa yang diharapkan lingkungan sosial individu (T.O Ihromi, 1995: 135).

Ahmadi (2009: 134) berpendapat bahwa aspirasi dapat diartikan sebagai suatu kemauan, yaitu suatu dorongan kehendak yang diarahkan pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dengan mempertimbangkan akal budi. Sedangkan Hurlock (1999: 23) mengartikan aspirasi sebagai suatu keinginan terhadap suatu hal yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuan akhir. Selanjutnya Slameto (2003: 182) mengemukakan bahwa aspirasi merupakan harapan atau keinginan seseorang mengenai keberhasilan atau prestasi tertentu.


(23)

dan minat yang mendorong individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu aspirasi juga merupakan kemauan yang ada di dalam diri individu untuk bertindak dan berkarya. Sehingga aspirasi dapat kita maknai sebagai suatu ukuran bagi individu dalam melakukan apa yang ingin atau tidak ingin dilakukan dalam kehidupannya.

b. Aspek-Aspek Aspirasi

Hurlock (1980: 45) berpedapat bahwa aspek-aspek aspirasi terdiri dari tiga hal, sebagai berikut :

1. Cita-cita

Cita-cita adalah sesuatu yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam kehidupan nyata individu pada waktu yang akan datang, yang merupakan harapan dari suatu kehidupan yang diinginkan. 2. Hasrat

Hasrat adalah sesuatu yang ingin diperoleh individu terhadap apa yang telah dilakukan untuk jangka waktu yang cepat atau dalam jangka waktu yang panjang. Hasrat lebih ditekankan pada kemajuan diri atau prestasi yang diperoleh individu.

3. Ketetapan Hati

Ketetapan hati adalah suatu penilaian terhadap sesuatu yang dianggap penting, sebagai standar pencapaian atas apa yang dilakukan individu. Ketetapan hati lebih ditekankan pada kepuasan yang ingin dicapai individu atas apa yang telah dilakukan.


(24)

Berdasarkan pemaparan Hurlock diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa aspirasi berkaitan dengan ukuran atau derajad bagi individu untuk menentukan apa yang ingin atau tidak ingin dilakukan dengan nilai sebagai ukuran pertimbangan keputusan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aspirasi

Hurlock (1999: 25) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi adalah, sebagai berikut:

Faktor Pribadi 1. Intelegensi

Tingkat pendidikan sangat penting dalam suatu kelompok, banyak individu mempunyai aspirasi yang tinggi tetapi tidak realistis, kondisi ini disebabkan karena tuntutan dari kelompok terhadap anggota kelompok didalamnya.

2. Minat Pribadi

Minat timbul dari dalam diri setiap individu, minat ini biasanya tergantung dari jenis kelamin, bakat, lingkungan kerja, lingkungan sepermainan.

3. Pengalaman Masa Lampau

Perubahan aspirasi pada setiap individu dipengaruhi oleh kesuksesan dan kegagalan dalam melakukan sesuatu di masa lampau. Kesuksesan/keberhasilan dalam melakukan suatu hal dapat memperkuat aspirasi seseorang dan sebaliknya kegagalan dalam melakukan suatu hal dapat melemahkan aspirasi seseorang.


(25)

4. Pola Kepribadian

Kepribadian seseorang menentukan arah tujuan cita-citanya. Jika seorang individu bercita-cita tidak sesuai dengan kemampuan dirinya, maka aspirasinya sering kali tidak realistis. Sedangkan individu yang mampu menyesuaikan harapan dengan kenyataan, maka aspirasinya dapat lebih realistis.

5. Nilai Pribadi

Nilai menentukan aspirasi apa saja yang penting bagi individu, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya, maka semakin tinggi pula aspirasi yang dimiliki.

6. Jenis Kelamin

Aspirasi laki-laki dengan perempuan memiliki perbedaan. Aspirasi perempuan lebih mengarah pada minat dalam bidang-bidang sosial, sedangkan laki-laki lebih mengarah pada bidang-bidang pekerjaan, akademik dan olahraga.

7. Kompetisi

Aspirasi seringkali didasarkan pada keinginan untuk melebihi orang lain. Kebiasaan berkompetisi dengan orang lain, dapat memberikan pengaruh terhadap aspirasi seseorang.

8. Latar Belakang Ras

Individu dari kelompok minoritas seringkali memiliki aspirasi yang tinggi dan tidak sesuai dengan realitas yang ada.


(26)

Faktor Lingkungan 1.Ambisi Orang Tua

Orang tua berperan besar dalam menentukan cita-cita anaknya, lebih utama pada anak yang terlahir pertama dibandingkan anak selanjutnya. Orang tua sangat mengintervensi proses pencapaian tujuan seseorang dengan selalu menekankan proses yang baik, sebab melalui proses yang baik maka dapat meberi keberuntungan bagi aspirasi seseorang.

2.Harapan Sosial

Kelompok soaial masyarakat menekankan bahwa ketika seseorang telah berhasil pada satu bidang maka diharapkan dapat pula berhasil pada bidang yang lain. Melalui harapan kelompok ini secara tidak langsung individu akan berusaha untuk memenuhi harapan tersebut, sehingga semakin menguatkan aspirasi individu agar dapat diakui didalam kelompoknya.

3.Dorongan Keluarga

Individu yang berasal dari keluarga yang stabil lebih memiliki aspirasi yang tinggi dibandingkan dengan individu yang berasal dari keluarga yang tidak stabil. Selain itu bahwa individu yang berasal dari keluarga yang kecil lebih memiliki orientasi yang lebh besar dibandingkan dengan yang berasal dari keluarga besar, sebab orang tua dari keluarga kecil tidak hanya menuntut anak tetapi akan mendorong untuk meraih cita-citanya.


(27)

4.Urutan Kelahiran

Bagi masyarakat kelas menengah ke atas anak laki laki sulung aspirasinya akan ditekankan lebih tinggi daripada anak yang lain, sedangkan bagi masyarakat kelas bawah justru anak bungsu lah yang harus memiliki aspirasi yang lebih tinggi dari anggota keluarga yang lain.

5.Tradisi Budaya

Tradisi budaya masyarakat beranggapan bahwa setiap individu pasti mampu mencapai apa yang diinginkan apabila mau bekerja keras untuk mencapinya. Kondisi ini banyak terjadi pada masyarakat demokratis yang memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mencapai aspirasinya.

6.Nilai Sosial yang Bervariasi dengan Bidang Prestasi

Setiap individu pasti menginginkan pengakuan dari kelompoknya melalui prestasi atau harapan yang dapar diraihnya. Melalui pencapaian ini maka pengakuan dari kelompok akan semakin tinggi dan secara tidak langsung mempengaruhi aspirasi seseorang.

7.Media Massa

Media massa lebih mempengaruhi tujuan ke depan setiap individu, sehingga individu lebih beraspirasi tinggi, hal ini didasarkan pada pengetahuan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk meraih


(28)

keberhasilan yang diharapkan. 2.Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1999: 57). R. Linton seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (R . Linton dalam Abu Ahmadi, 1997: 88)

Sementara J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil (J.L Gillin dan J.P Gillin dalam Abu Ahmadi, 1997: 90). Sedangkan S.R Steinmetz dalam Abu Ahmadi (1997: 90) seorang sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan kelompok yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.


(29)

merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu lingkungan, yang memiliki tadisi dan budaya sebagai identitas masyarakat tersebut.

Sehubung dengan pemaparan definisi masyarakat diatas, maka menurut Abu Ahmadi (1997: 93) dapat diketahui bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu

c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Hassan Shadily (1999: 50) menyatakan cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan di tempat tawanan, masyarakat pengungsi atau pelarian dan sebagainya. Ke dalam (kelompoknya) bersifat Gemeinsehalf ke laur bersifat Gesellsehalf.

b. Masyarakat merdeka yang terbagi pula dalam :

1.Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya: suku-golongan atau suku, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak mudah


(30)

berhubungan dengan dunia luar. Umumnya bersifat Gemeinsehalf.

2.Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan), yaitu antara lain kongsi pereekonomian, koperasi, gereja dan sebagainya. Umumnya bersifat Gesellsehalf.

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal yang lain. Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya laipsan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian anggota kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu (Soerjono Soekanto, 1993).

Adapun unsur-unsur lapisan masyarakat menurut Soerjono Soekanto (1993: 67), sebagai berikut :

1.Kedudukan (status)

Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status), dengan kedudukan sosial (social status). Kedudukan


(31)

diartikan sebagai temapt atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Keududukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu :

a. Ascribed-Status, yaitu keududukan seseorang dalam masyarakat tanpa membedakan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. Pada umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal, atau masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Pada sistem lapisan terbuka juga mungkin ada. Misalnya keududkan laki-laki dalam satu keluarga kedudukannya berbeda dengan istri dan anak-anaknya,

b.Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan


(32)

tertentu.

c. Assigned-Status, sering mempunyai hubungan yang erta dengan achieved-status. Artinya suatu kelompok atau golongan memeberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2.Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dya menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b.Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.


(33)

3.Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Dari segi etismologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais yang berarti “Anak” dan “Ago” yang berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak. (Soedomo Hadi, 2008: 18).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Poerbakawatja dan Harahap, 1981 dalam


(34)

Syaiful Sagala, 2012: 3)

M.J Langeveld dalam Zaim Elmubarok (2008: 2) menjelaskan, bahwa pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya ke arah kedewasaan, dalam arti dapat berdiri dan bertanggungjawab susila atas segala tindakan tindakannya menurut pilihannya sendiri.

Pendidikan juga merupakan pemanusian anak. Pemanusiaan di sini mempunyai dua arti: pendidik memanusiakan anak didik, dan anak didik memanusiakan dirinya. Pemanusiaan itulah yang merupakan proses dalam pendidikan. Proses itu akan berakhir, jika anak sudah dapat memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan. (Driyarkara, 1980 dalam Soedomo Hadi, 2008: 22).

Sedangkan menurut K.H Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011: 175) pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan jasmani anak anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.

Paulo Freire mendefinisikan bahwa pendidikan merupakan proses pembebasan. Pendidikan yang membebaskan merupakan proses pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Pada tingkat kesadaran ini manusia sudah mampu merefleksikan dan


(35)

mengetahui hubungan sebab akibat. Menurut Freire ada empat tingkat kesadaran manusia. Pertama kesadaran intransitif, pada tibgkat ini manusia hanya memikirkan kebutuhan jasmani, tidak ada kesadaran sejarah dan cenderung tenggelam dalam masa yang menindas. Kedua kesadaran semi intransitif atau kesadaran magis, pada tingkat ini manusia berada didalam budaya bisu pada masyarakat tertutup, yang hidup dibawah kekuasaan orang lain dan dibawah ketergantugan. Ketiga kesadaran naif, pada tingkat ini manusia sudah memiliki kemampuan memoertanyakan dan mengenali realitas namun masih tejebak pada sikap primitif dan naif. Keempat kesadaran kritis transitif, pada tingkat ini manusia sudah mampu merefleksikan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pendidikan dalam pandangan Freire harus mampu melahirkan peserta didik dengan memiliki kesadaran kritis transitif.

John Dewey mewakili aliran filsafat pendidikan modern merumuskan Education is all one growing; it has no end beyond it self, pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya. Dalam proses pertumbuhan ini anak mengembangkan diri ke tingkat yang mungkin sempurna atau life long education, dalam artian pendidikan berlangsung selama hidup. (John Dewey dalam Zaim Elmubarok, 2008: 3)


(36)

memberi definisi pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia adapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

Secara filosofis Socrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan manusia ke arah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct). Oleh karenanya membangun aspek kognisi, afeksi dan psikomotor secara seimbang dan berkesimanbungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi. (Zaim Elmubarok, 2008: 5).

Berdasarkan pemaparan definisi pendidikan di atas maka dapat diketahui, bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam pengembangan manusia melalui proses yang memanusiakan manusia, yang tejadi sepanjang hayat. Dalam proses pendidikan diharapkan anak sebagai peserta didik mampu mencapai kesempurnaan hidup, dimana kehidupannya sesuai dengan alam dan lingkungannya.

b. Fungsi Pendidikan

Salah satu fungsi penidikan adalah untuk menyiapkan manusia sebagai manusia yang merdeka. Pengertian ini dapat kita maknai bahwa didalam proses pendidikan harus memuat proses pemanusiaan


(37)

manusia muda. Dalam hal ini bahwa proses pendidikan menyiapkan manusia muda yang belum sempurna, menjadi manusia dewasa yang sempurna dalam perkembangan pengetahuannya (Driyarkara, 1980: 78, dalam Dwi Siswoyo, 2011: 24).

Fungsi pendidikan di negara Indonesia yang termuat dalam pasal 3, UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Penidikan Nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan sebagai proses pencerdasan kehidupan bangsa, berfungsi sebagai jembatan transformasi bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan pengetahuan didalam hidupnya. Dalam hal ini bahwa proses pendidikan harus dapat memanusiakan peserta didiknya, sehingga dapat memudahkan proses pengembangan kemampuan dan pembentukan watak bangsa yang bermartabat. c. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Adalah sesuatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai nilai.


(38)

Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya. (Moore, T.W. , 1974 dalam Dwi Siswoyo, 2011: 26).

Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3, tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.

Langeveld dalam Sutarini (1989: 48), tujuan utama pendidikan adalah kedewasaan. Yang dimaksud dengan manusia dewasa (kedewasaan) ialah seorang yang telah dapat menolong dirinya sendiri. Lebih luas lagi Langeveld merumuskan tujuan pendidikan ke dalam 6 tujuan pendidikan :

1. Tujuan umum

Ialah tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadap anak didik. Ialah membawa anak dengan sadar dan bertanggungjawab ke arah kedewasaan jasmani dan rokhani. 2. Tujuan khusus

Tujuan ini sebetulnya merupakan penjelasan dari tujuan umum, Untuk menuju ke tujuan umum tersebut diatas tiap tiap anak mempunyai jalannya sendiri. Semua anak tidaklah sama. 3. Tujuan insidentil (Tujuan seketika)


(39)

(momenti). Ketika pendidik mempunyai maksud untuk mendidik disebut tujuan seketika.

4. Tujuan sementara

Tujuan ini seolah olah merupakan tempat berhenti atau tempat istirahat di dalam perjalanan menuju tujuan umum.

5. Tujuan tidak lengkap

Tujuan ini mempunyai hubungan dengan kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang-bidang etika, keagamaan, estetika dan sikap sosial daripada orang itu.

6. Tujuan perantara (intermediair)

Tujuan ini sama dengan tujuan sementara, tetapi khusus mengenai pelaksanaaan tehnis daripada tugas belajar.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan dari pendidikan adalah terbentuknya manusia dewasa, manusia yang mampu menolong dirinya sendiri dan manusia yang mampu mampu menjadi warga negara yang demokratis serta bertangungjawab.

d. Jalur Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya pencerdasan kehidupan bangsa, tidak hanya dapat ditempuh sebatas di sekolah sebagai bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Seperti yang tertuang dalam Pasal 13, Ayat 1, UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, menyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat


(40)

saling melengkapi dan memperkaya”.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan memiliki jenjang. Jenjang dalam pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggrakan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, PAUD, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan kesetaraan. Selanjutnya pendidikan informal merupakan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

e. Kebijakan Pengarus Utamaan Gender Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tanpa terkecuali bagi perempuan. Pendidikan yang merupakan suatu upaya pencerdasan kehidupan bangsa, sudah seharusnya dapat dienyam oleh setiap warga negara termasuk perempuan tanpa ada diskriminasi didalamnya. Dalam hal ini bahwa kesetaraan dan keadilan gender dalam bidang pendidikan harus dapat terwujud dengan baik. Wujud kepedulian pemerintah Indonesia terhadap kesetaraan dan keadilan


(41)

gender, terlihat dengan dikeluarkannya INPRES No. 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan nasional.

Bidang pendidikan sebagai salah satu bidang pembangunan sumber daya manusia, memiliki kewajiban untuk melaksanakan Pengaurusutamaan Gender di bidang pendidikan. Hal ini berkaitan dengan dikeluarkannya kebijakan Pendidikan Untuk Semua (Education For All), sebagai upaya penghapusan kesenjangan gender dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Dikeluarkannya kebijakan Pendidikan Untuk Semua, merujuk pada Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak menerima pendidikan dan Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib mendanai.

INPRES No. 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender, yang dimaksud dengan :

1. Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.

2. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan yang tejadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 3. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan


(42)

perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.

4. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.

5. Analisis Gender adalah proses yang dibangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami oembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan natara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.

6. Analisis gender dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan memahami ada atau tidak adanya dan sebab-sebab terjadinya ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, termasuk pemecahan permasalahannya.

7. Upaya Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dilaksanakan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan instansi dan lembaga pemerintah ditingkat Pusat dan Daerah tentang gender. 8. Kegiatan analisis gender meliputi :


(43)

a. Mengidentifikasi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh manfaat dari kebijakan dan program pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan;

b.Mengidentifikasi dan memahami sebab-sebab terjadinya ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dan menghimpun faktor-faktor penyebabnya;

c. Menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender;

d.Menetapkan indikator gender untuk mengukur capaian dari upaya-upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. 9.Pemecahan permasalahan yang dihasilkan dalam analisis gender

diwujudkan dan diintegrasikan dalam perencanaan kebijakan dan proses pembangunan nasional.

B. Penelitian Relevan

1.Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Muliana Mahardhika (2011) dengan judul “Perubahan Aspirasi Masyarakat Desa Terhadap Jenjang Pendidikan Tinggi (Studi Kasus di Desa Baleraksa, Kecamatan Karang Moncol,

Kabupaten Purbalingga)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perubahan aspirasi masyarakat terjadi karena meningkatnya cara pandang dan harapan masyarakat terhadap pendidikan. Perubahan aspirasi ini tidak terlepas dari dampak globalisasi yang memberikan banyak pengetahuan baru bagi masyarakat, termasuk didalamnya berbagai macam manfaat dari pendidikan. Apirasi positif masyarakat menjadikan masyarakat tidak


(44)

terbebani dengan kesulitan ekonomi untuk membiayai pendidikan anak. Kondisi ini didasarkan pada harapan yang digantungkan masyarakat terhadap dunia pendidikan, seperti harapan dapat mengubah status sosial keluarga melalui pendidikan yang telah ditamatkan anak dan anak dapat memperoleh pekerjaan yang dapat pula meningkatkan status sosial keluarga. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, karena sama-sama membahas mengenai aspirasi. Perbedaannya bahwa penelitian tersebut membahas mengenai aspirasi pendidikan tinggi, sedangkan dalam penelitian ini membahas mengenai aspirasi pendidikan secara umum.

2.Penelitian yang dilakukan oleh Areepattamannil dan Daphne H. L. Lee

(2014) dengan judul “Lingking Immigrant Parents’ Educational

Expectations and Aspirations to Their Children’s School Performance”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua imigran memiliki harapan yang tinggi dan aspirasi untuk pencapaian pendidikan anak-anak mereka. Harapan mereka dan aspirasi secara signifikan saling terkait dengan kinerja sekolah anak-anak. Meskipun berbagai tantangan dan kesulitan keluarga imigran dalam mengahadapai daerah baru mereka, bahwa temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua imigran rata-rata memegang harapan yang tinggi dan aspirasi untuk pencapaian pendidikan anak-anak mereka. Dalam penelitian ini juga menunjukan bahwa harapan orang tua imigran dan aspirasi mereka dalam pencapaian pendidikan anak-anak mereka yang positif terkait dengan keseluruhan kinerja sekolah anak-anak


(45)

imigran asal. Sejauh orang tua imigran memiliki keyakinan yang mendalam dalam pendidikan dan optimis tentang masa depan anak-anak mereka dan cenderung prihatin dengan pendidikan mereka. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, karena sama-sama membahas mengenai aspirasi. Perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas mengenai penyelenggaraan pendidikan, sedangkan penelitian ini membahas mengenai pendidikan secara umum.

C. Kerangka Berfikir

Aspirasi dapat diartikan sebagai suatu cita-cita, harapan, dan minat yang mendorong individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu aspirasi juga merupakan kemauan yang ada di dalam diri individu untuk bertindak dan berkarya. Sehingga aspirasi dapat kita maknai sebagai suatu ukuran bagi individu dalam melakukan apa yang ingin atau tidak ingin dilakukan dalam kehidupannya.

Pendidikan sebagai suatu upaya pencerdasan kehidupan bangsa tidak hanya dapat diselenggarakan di sekolah, melainkan pula dapat di lingkungan keluarga, masyarakat maupun lembaga palatihan, melalui jalur pendidikan nonformal dan informal. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia terutama bagi masyarakat kawasan industri bulu mata.


(46)

Bagan 1. Kerangka Berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, dikembangkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.Bagaimana pandangan masyarakat mengenai arti penting pendidikan?

Kawasan Industri Bulu Mata

Masyarakat

Aspirasi Pendidikan

Ketetapan Hati Minat

intelegensi Hak Tujuan Harapan

Formal Nonformal Informal


(47)

2.Jenis pendidikan apa yang diminati masyarakat? 3.Bagaimana harapan masyarakat kepada pendidikan?

4.Bagaimana aspirasi masyarakat mengenai jenjang pendidikan? 5.Bagaimana aspirasi masyarakat mengenai tujuan seseorang

berpendidikan?

6.Bagaimana aspirasi masyarakat mengenai hak mengenyam pendidikan?

7.Bagaimana pandangan masyarakat mengenai menjamurnya industri bulu mata?

8.Bagaimana pandangan masyarakat mengenai keterkaitan antara rendahnya tingkat pendidikan dengan tingginya keterlibatan masyarakat di industri bulu mata?


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, sebab dalam penelitian ini peneliti ingin menggambarkan mengenai aspirasi pendidikan masyarakat di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga. Selain itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat lebih dalam situasi dan kondisi sosial masyarakat di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2016. Sedangkan lokasi yang telah dipilih menjadi sumber data penelitian adalah Kecamatan Purbalingga dan Kecamatan Padamara di Kabupaten Purbalingga. Peneliti memilih Kabupaten Purbalingga karena Kabupaten Purbalingga merupakan Kabupaten yang memiliki industri bulu mata terbesar di Indonesia dan tingkat pendidikan masyarakat kawasan industri bulu mata di Kabupaten tersebut masih rendah.

C. Subjek dan Objek penelitian

1. Subjek penelitian : subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat di kawasan industri bulu mata.

2. Objek penelitian : objek dalam penelitian ini adalah mengenai aspirasi pendidikan masyarakat di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga.


(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah utama dan strategis dalam sebuah penelitian, sebab tujuan utama dari sebuah penelitian adalah pengumpulan data (Sugiyono 2012: 224). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pencatatan dan pengamatan ini dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. (S. Margono, 1997 dalam Nurul Zuriah, 2009: 173)

Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan observasi partisipasi pasif karena peneliti datang langsung ke lokasi kawasan industri bulu mata untuk mengamati kondisi masyarakat dan data-data yang mendukung dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, di mana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peran masing.masing. (Nurul Zuriah, 2009: 179).


(50)

wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Penggunaan dua jenis teknik wawancara ini dengan maksud agar peneliti dapat mendalami jawaban responden apabila ditemukan jawaban yang perlu didalami.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2012: 329).

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggabungkan dari berbagai teknik analisis data seperti data dari hasil wawancara dan dokumentasi, serta data dari sumber yang ada (Sugiyono, 2012: 330)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, serta foto untuk memperoleh bukti atau data yang berbeda mengenai fenomena yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012: 305) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang ingin diamati dengan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(51)

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dapat berupa butir-butir pertanyaan secara garis besar hal-hal apa saja yang akan di observasi, dengan tujuan mendapatkan data-data yang lengkap dan akurat sesuai dengan kondisi di lapangan. Kisi-kisi pedoman observasi meliputi kondisi masyarakat. Alat bantu yang digunakan berupa catatan dan kamera.

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi No. Aspek yang

Diamati

Indikator yang Dicari Subjek

1. Kondisi Keluarga Subjek

1.Kondisi perekonomian subjek

2.Interaksi orang tua dengan anak

Masyarakat

2. Proses Pendidikan di Keluarga

Dorongan keluarga Masyarakat

3. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat

Tradisi Budaya Keluarga Masyarakat

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk memudahkan peneliti dalam penyusunan pertanyaan, dengan menyesuaikan pada pertanyaan penelitian yang ditujukan untuk menjawab rumusan masalah. Kisi-kisi pedoman wawancara dalam penelitian ini, meliputi berbagai indikator, diantaranya aspek aspirasi masyarakat (ketetapan hati, minat, harapan) dan faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi (intelegensi, tujuan, hak dan


(52)

kondisi sosial masyarakat). Dalam pengumpulan data ini, peneliti dibantu dengan menggunakan alat bantu seperti catatan, kamera dan handphone sebagai alat untuk merekam suara.

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Aspek yang

Dikaji

Indikator yang Dicari Sumber

1. Aspek Aspirasi 1.Ketetapan hati 2.Minat/hasrat 3.Cita-cita/harapan

1.Masyarakat 2.Tokoh

Masyarakat 2. Faktor Aspirasi 1.Intelegensi

2.Tujuan

4. Tradisi budaya 3.Kondisi Lingkungan

1.Masyarakat 2.Tokoh

Masyarakat

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi disusun untuk memudahkan peneliti dalam mengecek dokumen yang dibutuhkan dalam proses pengambilan data di lapangan. Kisi-kisi pedoman dokumentasi dalam penelitian ini, meliputi dokumen jumlah buruh industri, tingkat pendidikan masyarakat dan dokumentasi yang bersumber foto penelitian.

No. Aspek yang Dikaji Indikator yang Dicari Sumber Data 1. Profil Masyarakat 1.Data Mata Pencaharian

Masyarakat

2.Data Tingkat Pendidikan Masyarakat

1.Dokumen


(53)

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012: 334) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 337-345) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktiv dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluaan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Meredksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicri tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


(54)

2.Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification

Pada tahap ini, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapamngan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian verifikasi merupakan suatu tahap penarikan kesimpulan yang didukung dengan bukti-bukti yang valid sampai kesimpulan yang dikemukakan menjadi kesimpulan yang kredibel. Verifikasi data juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk penarkan kesimpulan dan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Keseluruhan data yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat pada pendidikan perempuan di kawasan industri bulu mata Kabupaten Purbalingga.


(55)

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji keabsahan data menggunakan triangulasi data. Menurut Sugiyono (2014: 83) Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik analisis data seperti observasi, wawancara dan dokumentasi, serta sumber yang telah ada.. 1. Triangulasi Sumber

Menurut Sugiyono (2012: 127) triangulasi sumber merupakan proses pengecekan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Trianglasi sumber dalam penelitian ini yaitu dengan menggali data dari berbagai sumber yang meliputi, buruh perempuan industri modal besar (pabrik) dan buruh perempuan industri rumah.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik ini yaitu dengan melakukan pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Apabila diperoleh hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data yang dianggap benar (Sugiyono, 2014).


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1.Gambaran Umum Kawasan Industri Bulu Mata a.Profil Kabupaten Purbalingga

Kabupaten Purbalingga adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yang terkenal sebagai Kabupaten pro-investasi. Hal ini terlihat dari banyak nya industri besar dan kecil yang berdiri di Purbalingga, tanpa terkecuali industri penanaman modal asing (PMA) yang sebagian besar berasal dari Korea Selatan. Industri penanaman modal asing ini bergerarak pada bidang produksi dengan bahan baku rambut manusia yang dijadikan bulu mata palsu dan rambut palsu. Industri modal besar ini sebagian besar didirikan di pusat kota Purbalingga.

Secara geografis luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha. Kabupaten Purbalingga berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di bagian utara, Kabupaten Banjarnegara di bagian timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di bagian barat. Bentang Alam Kabupaten Purbalingga terbagi menjadi dua, daerah utara cenderung daerah berbukit dan bersuhu dingin dan daerah selatan cenderung daerah dataran rendah. Selain itu Kabupaten Purbalingga diapit oleh dua pegunungan dan dua sungai. Di sebelah utara diapit oleh rangkaian pegunungan Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng, sedangkan di bagian selatan dipit aliran dua sungai besar yaitu Sungai Serayu dan anak Sungai Serayu yaitu Sungai Pekacangan.


(57)

b. Kondisi Sosial Masyarakat Kawasan Industri Bulu Mata

Kabupaten Purbalingga sebagai daerah penghasil bulu mata terbesar di Indonesia, berpenduduk 888.989 jiwa (data susenas 2016). Sebagian besar masyarakat 128.475 jiwa (sumber: data BPS tahun 2014) bermata pencaharian petani, pada urutan kedua sebagian besar masyarakat 123.779 jiwa (sumber: data BPS tahun 2014) bermata pencaharian buruh tani, sedangkan pada urutan ketiga sebagian besar masyarakat 103.920 jiwa (sumber: data BPS tahun 2014) bermata pencaharian buruh industri.

Tingginya angka keterlibatan masyarakat di sektor industri tentu tidak terlepas dari menjamurnya industri bulu mata di Kabupaten Purbalingga. Selain itu tingkat pendidikan masyarakat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya keterlibatan masyarakat di industri bulu mata. Adapun tingkat pendidikan masyarakat sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber: Statistik Pendidikan Jawa Tengah

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015

Tidak/Belum Sekolah 5,27 5,42 5,10

Tidak Tamat SD 24,66 23,76 21,97

SD/MI 33.58 34,53 36,97

SMP/Mts 20,55 20,24 19,10

SMA/MA 12,36 12,63 13,29

PT 3,58 3,42 3,57


(58)

pendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentase tertinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan masyarakat masih berada di tingkat Sekolah Dasar, yaitu pada tahun 2013 sebesar 33,58, tahun 2014 sebesar 34,53% dan tahun 2015 sebesar 36,97%. Pada urutan kedua tingkat pendidikan yang ditamatkan masyarakat purbalingga yaitu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dengan persentase, pada tahun 2013 sebesar 20,55%, tahun 2014 sebesar 20,24% dan tahun 2015 sebesar 19,10%.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga, dipengaruhi oleh faktor ekonomi masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya persentase alasan masyarakat tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya yaitu sebesar 57,56% pada tahun 2011 (sumber: susenas 2011) dan 50,33% pada tahun 2012 (sumber: statistik pendidikan jawa tengah 2012)

B. Hasil Penelitian

1. Pandangan Masyarakat Mengenai Arti Penting Pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat kawasan industri bulu mata arti penting pendidikan yaitu bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, sebab melalui pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang disampaikan oleh bapak Sm bahwa pendidikan sangat penting untuk meningkatkan SDM dan akhlak manusia. Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak My yang berpendapat bahwa pendidikan sangat penting, dikarenakan


(59)

untuk memperbaiki akhlak manusia. Selain itu ibu Nn juga berpendapat bahwa pendidikan sangat penting sebagai upaya meningkatkan kualitas diri.

Pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk mencerdaskan kehidupan, menjadi kebutuhan tersendiri bagi masyarakat, sebab masyarakat menyadari bahwa melalui pendidikan dapat meningkatkan daya intelektual. Seperti yang disampaikan oleh ibu St bahwa pendidikan dapat menjadikan seseorang menjadi lebih pintar dan memiliki banyak pengetahuan. Bapak Rs memiliki pendapat yang sama, bahwa:

“...Sebetulnya otomatis pendidikan sangat penting ya, karena dengan pendidikan wawasan jadi terbuka dan daya pikir terbuka, secara otomatis intelektual akan meningkat”.

Selain itu ibu Hy juga berpendapat hal yang sama, bahwa:

“...Arti penting pendidikan dalam masyarakat, ini untuk khususnya dalam keluarga dulu kali ya, untuk anak ya, kalo menurut saya itu pendidikan sangat penting banget ya, untuk mendukung nantinya dia sebagai apa gitu kan, terus itu yang pertama ya, yang kedua menambah wawasan ilmu dan ada apa ya untuk meeeee apa si itu ibaratnya hidup di lingkungan dalam rumah dulu ya, nanti apa untuk apa terjun ke masyarakatnya kan kita mudah gitu lo”.

Arti pentingnya pendidikan bagi masyarakat tidak hanya sekedar sebagai suatu proses pencerdasan saja, melainkan juga bahwa pentingnya pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Seperti yang disampaiakan oleh bapak Kw bahwa pendidikan menjadi sangat penting untuk mengikuti pekembangan zaman, agar tidak ketinggalan zaman. Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Ss yang berpendapat bahwa:


(60)

“...Masalah pendidikan bagi masyarakat itu sangat peting, apalagi zaman sekarang yang apa–apa serba canggih, walaupun sekarangkan pendidikan digratiskan jadi untuk setiap anak-anak diharuskan mengenyam pendidikan,agar wawasannya bertambah dan pengetahuannya juga meningkat, iya kan”.

Pentingnya pendidikan bagi masyarakat juga ditujukan sebagai inventasi masa depan. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ph yang berpendapat bahwa pendidikan penting sekali untuk masa depan. Ibu Rn juga memiliki pendapat yang sama, bahwa pendidikan penting untuk masa depan. Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu As yang berpendapat bahwa pendidikan penting untuk masa depan anak dan ibu Sr yang juga memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan bagi anak anak zaman sekarang harus mengutamakan masa depan.

Pandangan masyarakat mengenai arti penting pendidikan juga terlihat dari dorongan yang diberikan oleh keluarga. Dalam observasi yang dilakukan peneliti terlihat bahwa keluarga khususnya orang tua sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan anak, memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Seperti Ibu Sr, Ibu Sr yang merupakan pelaku kerja di industri bulu mata dan juga merupakan orang tua tunggal bagi anak-anaknya, terlihat berupaya penuh dalam memenuhi kebutuhan sarana prasarana belajar anaknya. Hal ini terlihat dari kegiatan produksi tambahan yang dilakukan oleh ibu Sr dengan tujuan untuk menambah penghasilan, sehingga ibu Sr dapat memenuhi kebutuhan sarana prasarana belajar anak-anaknya di rumah. Tidak hanya dorongan


(61)

secara materi, Ibu Sr juga terlihat mendorong anaknya dalam proses pendidikan dengan mendampingi anaknya belajar. Selain itu Ibu Yn juga memiliki dorongan keluarga yang sama. Ibu Yn mendorong pendidikan anaknaya dengan memenuhi kebutuhan sarana prasarana belajar anaknya di rumah. Upaya yang dilakukan ibu Yn yaitu dengan berbagi waktu dalam mencari penghasilan dengan suaminya dan mendampingi proses belajar anaknya. Dalam observasi ini ibu Yn terlihat turut aktif dalam proses pencarian pengetahuan di internet. Pendampingan belajar yang diberikan ibu Yn merupakan salah satu bentuk dorongan yang diberikan keluarga terhadap pendidikan. Dorongan yang sama juga diberikan saudara Ic kepada adiknya. Dalam observasi ini telihat saudara Ic berusaha untuk memberikan dorongan dengan mendampingi adiknya untuk mencari tempat kursus yang dapat digunakan untuk menunjang masa depan adiknya. Selain itu bahwa saudara Ic berusaha mencari tambahan penghasilan dengan menjual telur asin untuk membantu membiayai kursus adiknya. Dorongan keluarga yang mencerminkan pandangan masyarakat mengenai pentingnya pendidikan terlihat dari berbagai macam upaya yang dilakukan masyarakat untuk emmenuhi kebutuhan pendidikan keluarga.

2. Jenis Pendidikan yang Diminati Masyarakat

Jenis pendidikan yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat kawasan industri bulu mata, yaitu pendidikan di sekolah juga pendidikan melalui pelatihan-pelatihan. Pendidikan di sekolah juga pendidikan melalui


(62)

pelatihan-pelatihan menjadi pilihan masyarakat kawasan industri bulu mata, karena mereka menyadari kondisi masyarakat yang sebagian besar masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Seperti yang disampaikan oleh bapak Rs bahwa:

“...karena step by step si ya, kalau untuk anak-anak dan remaja tentunya yang diutamakan adalah pendidikan dasarnya, kemudian untuk yang non-sekolah alam arti sudah Drop-Out atau ketidakmampuan untuk melanjutkan lagi, ini yang dibutuhkan kursus-kursus atau pendidikan tertentu, dalam arti pedidikan khusus yang fokus menghasilakan seperti pelatihan-pelatihan”.

Pendapat yang sama juga disampiakan oleh ibu Sr yang menyatakan bahwa:

“...Ya seperti pendidikan keterampilan ya mba, terus pendidikan apa namanya sekolah juga penting. Duanya lah ya penting mba”. Ibu Rn menyatakan hal yang sama bahwa:

“...Biasanya si keterampilan sama sekolah ya mba, karena gini di Purbalingga itu kan banyaknya kerja yang membutuhkan keterampilan, kaya di bulu mata lah, itu kan harus punya keterampilan, makanya kalau cuma sekolah aja nggak cukup ya”. Ibu As memiliki pendapat yang sama bahwa :

“...Ooo ya sekolah karo sing keterampilan, wong anu nggo bekal masa depan si ya”.

Bagi masyarakat kawasan industri bulu mata pendidikan yang diperoleh masyarakat harus dapat beriringan antara pendidikan formal dan non-formal. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ss bahwa keduanya formal dan non-formal itu dibutuhkan, karena jika hanya sebelah dirasa kurang berimbang. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh bapak My yang berpedapat bahwa formal dan non-formal dua-dua itu juga bagus.


(63)

Ibu Yn juga sependapat bahwa keduanya formal dan non-formal harus dapat beriringan. Sedangkan menurut ibu Hy pendidikan yang dibutuhkan mayarakat tidak hanya pendidikan formal dan non-formal saja, melainkan juga pendidikan informal. Bapak Pj sependapat bahwa pendidikan yang dibutuhkan yaitu formal juga non-formal dan informal.

3. Harapan Masyarakat Kepada Pendidikan

Harapan masyarakat kawasan industri bulu mata bahwa pendidikan di Indonesia dapat lebih maju dan akses terhadap pendidikan dapat dipermudah. Seperti yang disampaikan ibu St bahwa :

“...Harapane ya sarana sama prasaranane dipermudah, terus kalo untuk orang-orang yang ngga mampu ya dipermudah lagi, intine ya pendidikan di Indonesia bisa lebih maju, biar bisa memperbaiki SDM kita, biar masyarakat maju”.

Bapak Sm juga berpendapat bahwa :

“...Dengan harapan mudah-mudahan pendidikan di Indonesia ini akan lebih meningkat lagi, terus akan berdampak pada kemajuan bangsa Indonesia akan lebih maju SDM nya. Ini karena zaman semakin maju jadi kita sebagai masyarakat harus mengikuti, sehingga pendidikan kita harus bagus, jangan ketinggalan”.

Ibu Hy juga berpendapat bahwa :

“...harapan saya pendidikan dari taman kanak lah ya, dari taman kanak sampe istilahnya sampe jadi ke universitas, harapan saya itu apa ya, kaya pemerintah juga mempermudah gitu lo, mempermudah bagi kaya yang udah kuliah misalnya, dia kuliah udah biaya banyak apa segala macem ngga ada, ya harus dipermudah lah, dipermudah untuk mencari pekerjaan gitu, jadi pemerintah itu ibaratnya bener bener memperhatikan pendidikan kepadamasyarakat lah ya biat tu dia nyari jalan, jalan untuk masa depannya lah ya, itu dipermudah lo”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Ss bahwa, harapannya pendidikan di Indonesia harus lebih baik, lebih baik, dan lebih


(64)

baik lagi. Ibu Rn juga memiliki pendapat yang sama bahwa, mudah mudahan pendidikan lebih maju. Ic berpendapat bahwa :

“...Harapan saya kepada pendidikan, ya saya berharap pendidikan di Indonesia segera maju agar dapat meningkatkan SDM, agar bangsa kita dapat lebih maju lagi”.

Ibu As berharap bahwa pendidikan aksesnya lebih mudah. Harapan yang sama disampaikan oleh ibu Ph bahwa, pendidikan yang lebih bagus lagi.

Harapan masyarakat di kawasan industri bulu mata terhadap pendidikan tidak hanya sebatas pendidikan lebih maju dan aksesnya dipermudah, melainkan bahwa pendidikan keterampilan lebih ditingkatkan lagi. Seperti yang disampaikan oleh ibu Yn bahwa pendidikan paling tidak yang pertama keterampilan dapat ditingkatkan lagi. Ibu Sr memiliki pendapat yang sama bahwa :

“...harapane ya pendidikan sekarang lebih maju, pendidikan formal ataupun nonformal, jaman sekarangkan anak anak punya kerajinan tangan kan bisa menunjang untuk mencari pekerjaan ya mba”.

Harapan yang lain disampaikan oleh bapak My bahwa harapannya pendidikan di masyarakat diharapkan terutama mendidik di sekolah itu diutamankan jangan pendidikan yang instan. Ibu Nn berharap kepada pendidikan bahwa melalui pendidikan dapat menjadikan anak kita pintar. Selain itu bapak Pj berharap bahwa pendidikan dapat memajukan dan meningkatkan teknologi sehari hari.

Sedangkan bapak Kw berharap bahwa :

“...harapan saya terhadap pendidikan si, saya penginnya pemerintah itu bisa meningkatkan muatan lokalnya lo mba, jadi


(65)

pemanfaatan lingkungan. Kaya sekarang kan orang tuane kaya, tanah ndue, anake tetep meranto, itu sebernya dari SD ada muatan lokalnya, kalo kaya dulu kan ada pengenalan lahan, akhirnya bisa menghasilkan uang, jadi nanti muncul inisiasi lo, anak sekolah nggga hanya untuk kerja”.

4. Tingkat Pendidikan Minimal

Bagi masyarakat kawasan industri bulu mata yang sebagian besar adalah keluarga tidak mampu, jenjang pendidikan minimal yang harus dienyam oleh masyarakat sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ss bahwa:

“...Kalau kaya kita yang tidak mampu setidak-tidaknya minimal SMA lah, jangan sampai putus hanya sampai di SMP saja, nanti ke depannya sulit si jadinya”.

Ibu St memiliki pendapat yang sama bahwa:

“...Kalo menurut saya ya, yaa minimal ya kalo dilihat dari kemampuan ya SMA ya. Ya kita tau lah kalau sebagian masyarakat sini kan memang masih kurang mampu”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Sr bahwa:

“...minimal untuk sekarang SMA lah atau SMK sederajad, untuk sekarang umumnya seperti itu ya mba. Kalau cuma SMP atau SD untuk sekarang kurang, serba maju si, jadi harus pinter-pinter”.

Bapak Kw, bapak Sm, Ibu Hy, bapak Pj, ibu Yn, ibu Rn, ibu As, dan Ic memiliki pendapat yang sama bahwa jenjang pedidikan minimal sampai pada tingkat SMA. Meskipun secara umum jenjang pendidikan minimal menurut masyarakat sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas, ada harapan tersendiri bagi masyarakat bahwa masyarakat bisa berpendidikan setinggi tigginya, seperti yang disampaiakan oleh bapak Rs bahwa kalau bisa sampai setinggi-tingginya, jika diambil minimalnya


(66)

sampai oada SMA. Ibu Ph memiliki pendapat yang sama bahwa jika mampu sampai setinggi-tingginya, tetapi minimal sampai SMA. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Nn yang menyatakan bahwa bersyukur bisa sampai kuliah, jika tidak mampu SMA. Bapak My juga menyampaikan hal yang sama bahwa maksimal sampai ke jenjang universitas, kuliah, minimalnya SMA.

4. Tujuan Seseorang Berpendidikan

Dalam pandangan masyarakat industri bulu mata, tujuan seseorang berpendidikan adalah untuk pencerdasan, pengembangan diri dan peningkatan daya intelektualitas seseorang. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Ss bahwa tujuan seseorang berpendidikan adalah untuk proses pengembangan diri seseorang. Ic juga mengungkapkan pendapat yang sama bahwa seseorang berpendidikan untuk mncerdaskan diri. Selain itu bapak Pj berpendapat bahwa:

“...Agar pola pikirnya maju, untuk kedepannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena juga pendidikan itu sangat penting untuk masa depan, jadi harus maju pola pikirnya dan wawasannya itu”.

Bapak Rs juga memiliki pendapat yang sama bahwa:

“...Yang pertama tentunya untuk membuka wawasan, untuk

meningkatkan pola pikirnya berbeda dengan yang tidak berpendidikan”.

Sedangkan menurut bapak Kw bahwa:

“...Sebenere kalo pendidikan, kalo menurut saya paling itu aja si mba, meningkatkan wawasan dan pola pikir, istilahnya kalau kita ngobrol, gabung sama siapa kan bisa nyambung”.


(67)

berpendidikan agar lebih memudahkan seseorang untuk mencari informasi dan lebih mudah dalam melanjutkan hidupnya.

Bagi masyarakat kawasan industri bulu mata, seseorang berpendidikan tidak hanya sebagai proses pencerdasan, pengembangan diri dan peningkatan daya intelektual, melainkan juga sebagai investasi masa depan dan meningkatkan karir seseorang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu Yn yang menyakatakan bahwa:

“...yang pertama itu paling nggak apa kita nggak apa ya buta aks aks apa aksara, yang pertama itu, yang kedua mudah mencari pekerjaan”.

Ibu St juga memiliki pendapat yang sama bahwa:

“...tujuannya kadang untuk meningkatkan karir, ada yang kadang la yang penting udah sekolah lah. Untuk formalitas”.

Selain itu ibu Sr menyatakan bahwa seseorang berpendidikan untuk investasi masa depan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu As yang menyatakan bahwa:

“...ya untuk apa ya, nggo kehidupane, masa depane dewek, masa depan keluarga”.

Ibu Ph menyetakan pendapat yang sama bahwa berpendidikan untuk masa depan agar berwawasan lebih jauh, lebih pinter. Sedangkan ibu Rn berpendapat bahwa tujuan berpendidikan selain untuk masa depan juga untuk bekal hidup. Ibu Nn memiliki pendapat yang sama bahwa berpendidikan untuk mensejahterakan ekonomi.

Menurut bapak My tujuan seseorang berpendidikan bahwa:

“...untuk masa depan kita, agar masyarakat berpendidikan, dapat memiliki masa depan di akhirat nanti, untuk bekal hidup, tidak


(68)

mennyinggung perasaan orang, kan kaya gitu”.

Bapak Sm juga memiliki pendapat yang sama bahwa seseorang berpendidikan agar dalam kehidupan kedepannya dapat bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama.

5. Hak Masyarakat dalam Mengenyam Pendidikan

Hak masyarakat dalam mengenyam pendidikan bagi masyarakat kawasan industri bulu mata tidak dapat ditawar lagi. Seperti yang disampiakan oleh bapak Rs, bahwa:

“...Hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan tidak bisa ditawar lagi, karena mereka yang tidak mampu tentunya ditaggung pemerintah”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Sr, bahwa untuk semua lapisan dan golongan berhak menerima pendidikan yang selayaknya. Ibu As juga berpendapat bahwa pendidikan untuk seluruh golongan masyarakat. Ibu Yn juga berpendapat sama bahwa pendidikan bukan untuk satu golongan masyarakat, buat umum. Selain itu ibu Nn juga memiliki pendapat yang sama bahwa pendidikan untuk semua masyarakat dan semua golongan. Ibu Yn juga berpendapat bahwa:

“...enggak. Pendidikan kalau menurut saya itu wajib ya, bagi yang ndak mampu ya wajib, apa lagi yang mampu gitu lo”.

Menruut ibu Ss bahwa pendidikan untuk semua bagi yang mampu maupun tidak mampu itu wajib mengenyam pendidikan. Bapak My juga memiliki pendapat yang sama bahwa:

“...Hak pendidikan untuk semua masyarakat, yang mampu maupun

tidak mampu dan itu semua adalah kewajiban pemerintah untuk beasiswa yang tidak mampu”.


(69)

Ic juga berpendapat bahwa pendididkan ya untuk semua, tidak menentukan, karena pendidikan tidak memandang miskin dan kaya. Ibu Rn berpendapat hal yang sama bahwa hak pendidikan untuk semua. Selian itu ibu Ph juga berpendapat bahwa:

“...ya tidak ya, masalahnya apa ya kan kita bermasyarakat, jadine ya harus lebih luas lagi lah pendidikannya”.

Ibu St juga memiliki pendapat yang sama yaitu bahwa:

“...,pendidikan ya untuk semua golongan masyarakat, soalnya intinya apa pendidikan sangat perlu dan penting”.

Bapak Pj juga berpendapat bahwa:

“...Hak masyarakat untuk pendidikan itu sebenarnya aaa

dibutuhkan dan kewajiban dari negara untuk mensejahterakan masyarakat melalui pendidikan untuk semua golongan”.

Bapak Sm juga berpendapat bahwa:

“...hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan itu dari SD secara umum itu masyarakat eh anak-anak sudah bersekolah semua, dengan adanya program pemerintah itu sekolah gratis lah istilahnya itu, di SMP pun sudah begitu, secara umum itu anak-anak sudah bisa bersekolah semuanya, terkecuali ada kelainan, apa karakter anak itu sendiri memang susah kan, itu termasuk ada yang putus sekolah, dan lain-lain”.

Sedangkan menurut bapak Kw bahwa:

“...kalo sekarang menurut saya hanya untuk yang mampu saja, meskipun dari pemerintah menyediakan beasiswa, tapi prakteknya kan ternyata masih banyak orang ngga mampu untuk bersekolah”. Terkait dengan persamaan hak mengenyam pendidikan antara laki-laki dengan perempuan, menurut masyarakat kawasan industri bulu mata, bahwa pendidikan merupakan hak laki-kaki dan perempuan. Seperti yang disampaikan bapak Rs:


(70)

“...secara umum tentunya laki-laki dengan perempuan mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sampai yang mereka kehendaki”.

Ibu Sr juga memiliki pendapat yang sama bahwa:

“...ya sangat setuju, untuk zaman sekarang sama lah, setara, jangan kaya zaman dulu, membedakan laki-laki lebih tinggi dari perempuan, kalo sekarang sama lah”.

Ibu As juga berpendapat bahwa pendidikan penting untuk laki-laki sama perempuan. Ibu Yn juga berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan harusnya sama. Selain itu ibu Nn juga mengungkapokan hal yang sama bahwa laki-laki dengan perempuan sejejer, sama, setara. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Hy yang berpendapat bahwa:

“...persamaan haknya sama-sama kali, tujuannya sama-sama dya kepengim pinter kali ya”

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ibu Ss yang mengungkapkan bahwa semua berhak baik itu perempuan baik laki-laki. Bapak My juga memiliki pendapat yang sama bahwa:

“Sedangkan hak laki-laki dengan perempuan, seharusnya sama dua-duanya bisa seimbang”.

Selain itu ibu Ph juga berpendapat bahwa hak laki-laki dengan perempuan sama, setara. Ibu Rn juga sependapat bahwa haruse ya sama, laki-laki sama perempuan.

Bapak Pj berpendapat bahwa hak laki-laki dengan perempuan sama setara. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh bapak Sm yang berpendapat bahwa hak laki-laki dengan perempuan sama. Ic juga


(71)

memiliki pendapat yang sama bahwa harus setara, tidak ada bedanya sama sekali antara perempuan dan laki-laki. Ibu St juga berpendapat, bahwa:

“persamaan haknya ya kalo sekarang kita udah sama-sama tau ya sama-sama haknya perempuan dengan laki-laki dalam mengenyam pendidikan setinggi mungkin”.

Pendapat masyarakat ini juga tercermin dari tradisi budaya yang berlaku di keluarga. Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa tradisi budaya yang dimiliki masyarakat tidak lagi memandang gender. Hal ini terlihat dari pembagian kerja yang tidak lagi memandang keharusan bagi laki-laki ataupun perempuan. Seperti keluarga ibu Sr tidak lagi memandang bahwa urusan rumah tangga harus diselesaikan oleh perempuan, melainkan juga berbagai tugas sesuai dengan keluangan waktu. Tradisi pembagian kerja yang tidak lagi memandang jenis kelamin, juga menjadi landasan pemikiran masyarakat dalam memberikan hak pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan. Namun disisi lain bahwa perpindahan peran dalam mencari nafkah keluarga banyak terjadi ditengah-tengah masyarakat kawasan industri bulu mata. Pada umumnya laki-laki yang mencari nafkah, namun karena industri bilu mata banyak memperkerjakan perempuan, sehingga peran ini bergeser yang kemudian juga mengkonstruksi pemikiran masyarakat mengenai batas minimal tingkat pendidikan yang harus dienyam oleh masyarakat.

Sedangkan bapak Kw memiliki pendapat yang berbeda, menurutnya bahwa:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)