ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO WONOGIRI.

(1)

i

ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO

WONOGIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Irvandra Kalismaya NIM 11110244017

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit!

Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang” (Soekarno)

“Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali” (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada:

1. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, kesabaran, dan memberikan doa selama ini.

2. Almamater UNY.


(7)

vii

ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO

WONOGIRI Oleh

Irvandra Kalismaya NIM 11110244017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspirasi pendidikan masyarakat, kebijakan pendidikan, isu pendidikan dan sarana penyampaian aspirasi masyarakat beserta faktor pendukung dan penghambatnya di daerah terpencil Desa Bugelan, Kismantoro, Wonogiri.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi lapangan. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Bugelan yang terdiri dari orang tua dan anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan mengacu konsep dari Miles dan Hubberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan dilakukan dengan teknik trianggulasi data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang mereka inginkan dan berharap memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak serta berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkannya. Faktor pendukung aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah faktor keluarga yang berupa dukungan finansial dan moral yang berupa motivasi atau bimbingan, serta pengaruh teman sebaya dan bantuan dari pihak lain. Sedangkan Faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah faktor orang tua atau keluarga yang tidak memiliki aspirasi yang sama dengan aspirasi pendidikan anak, faktor ekonomi yang menunjukkan sebagian besar masyarakat masih tergolong ekonomi lemah, faktor geografis karena akses dari dan menuju ke Desa Bugelan yang sulit dan faktor lingkungan yaitu sulitnya mendapatkan informasi tentang jenjang pendidikan yang diinginkan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO WONOGIRI” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dengan segenap hati bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu berikut ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak L. Hendrowibowo, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberi arahan dan bimbingan dengan


(9)

ix

penuh kesabaran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Bapak Dr. Arif Rohman, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan nasehat dan saran kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Kebijakan Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang.

7. Bapak Kepala Desa beserta perangkat Desa Bugelan yang telah memberikan izin dan bantuan untuk mengadakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

9. Ayah Triyatmo, Ibu Pudyastuti, Adik Pundhibrana Kalismaya dan Octopassiam Kalismaya, serta sahabat tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 18 Januari 2017


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A.Aspirasi ... 11


(11)

xi

1. Pengertian Aspirasi ... 11

2. Jenis-jenis Aspirasi ... 12

3. Aspek-aspek Aspirasi ... 12

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi ... 14

B. Pendidikan ... 19

C.Aspirasi Pendidikan ... 20

D.Masyarakat ... 22

E. Daerah Terpencil ... 23

F. Desa Bugelan ... 24

G.Kebijakan Pendidikan ... 24

H.Penelitian yang Relevan ... 27

I. Kerangka Pikir ... 32

J. Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 35

C.Subjek Penelitian ... 35

D.Teknik Pengeumpulan Data ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 41

G.Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Desa Bugelan ... 45


(12)

xii

a. Geografis Desa Bugelan ... 45

b. Kependudukan Desa Bugelan ... 46

c. Pendidikan di Desa Bugelan ... 47

2. Deskripsi Informan Penelitian ... 48

a. Informan 1 ... 48

b. Informan 2 ... 48

c. Informan 3 ... 49

d. Informan 4 ... 49

e. Informan 5 ... 49

f. Informan 6 ... 50

g. Informan 7 ... 50

h. Informan 8 ... 50

B. Hasil Penelitian ... 50

1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan ... 50

a. Cita-cita Masyarakat Terhadap Pendidikan ... 51

b. Hasrat Masyarakat Terhadap Pendidikan ... 56

c. Ketetapan Hati Masyarakat ... 60

2. Penyampaian Aspirasi Pendidikan ... 65

3. Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan ... 66

4. Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan ... 70

5. Kebijakan Pendidikan di Desa Bugelan ... 75

6. Isu Pendidikan di Desa Bugelan ... 77

C.Pembahasan ... 79


(13)

xiii

2. Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan ... 85

3. Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan ... 87

4. Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan Isu Pendidikan ... 90

5. Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan Aspirasi ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Orang Tua ... 39

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Anak ... 40

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 41

Tabel 4. Hasil Observasi Media Penyampaian Aspirasi ... 65

Tabel 5. Aspek-Aspek Aspirasi Masyarakat ... 74

Tabel 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Aspirasi Masyarakat ... 75

Tabel 7. Aspek Cita-Cita Masyarakat ... 81

Tabel 8. Aspek Hasrat terhadap Cita-Cita ... 82


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir ... 32 Gambar 2. Teknik Analisis Data Miles & Huberman ... 43


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 101

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 102

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 103

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 105

Lampiran 5. Transkrip Wawancara ... 113

Lampiran 6. Data Desa Bugelan ... 140

Lampiran 7. Foto Penelitian ... 145

Lampiran 8. Surat Keputusan Bupati Wonogiri ... 149


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena di mana ada kehidupan manusia pasti ada pendidikan (Driyarkarya, 1980: 32). Pendidikan juga merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Dengan kata lain pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri, keterampilan maupun perilaku sosialnya. Seperti yang diutarakan oleh Carter V. Good yang dikutip Dwi Siswoyo, dkk (2011: 54), pendidikan adalah:

(1) keseluruhan proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya yang bernilai positif; (2) proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dan sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.

Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Seperti yang disampaikan oleh Dwi Siswoyo, dkk. (2011: 56), pendidikan sangat berguna untuk:


(18)

2

(1) membentuk individu yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab, mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada, mampu melakukan hubungan manusiawi, dan menjadi warga negara yang baik, (2) membentuk individu yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi kerja, (3) melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara, (4) mengembangkan nilai-nilai baru yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah ada, (5) merupakan jembatan masa lampau, masa kini dan masa depan.

Di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Definisi pendidikan nasional yang juga dijelaskan pada undang-undang tersebut tepatnya pada pasal 1 ayat 2, Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan dalam sebuah Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Didalam penyelenggaran pendidikan, selama masa awal kemerdekaan hingga sekarang,


(19)

3

pemerintah tentu saja telah menghadapi berbagai macam masalah yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain adalah, pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan. Permasalahan-permasalahan ini merupakan hal yang selalu menjadi fokus dari pemerintah dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perhatian pemerintah di daerah terpencil dalam bidang pendidikan tidak sebesar yang diberikan pemerintah pada daerah perkotaan yang notabene lebih mudah dijangkau. Harian Kompas 8 Juni 2015, juga menyebutkan bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang dapat dikategorikan dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu. Sebagian masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal.

Desa Bugelan sebagai daerah terpencil juga mempunyai masalah pendidikan khas daerah terpencil. Salah satunya adalah masalah sarana dan prasarana. Desa Bugelan mempunyai 3 (tiga) sekolah dasar negeri yaitu SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan 1(satu) sekolah menengah pertama satu atap yaitu SMPN 4 Satap Kismantoro. SMPN 4 Satap Kismantoro berada atau tergabung dengan SD N 1 Bugelan. Sebagai sekolah satu atap, SMPN 4 Satap Kismantoro hanya memiliki fasilitas yang seadanya. Dengan


(20)

4

kondisi demikian, masyarakat Bugelan cukup sulit untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maupun menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Untuk bisa mengenyam pendidikan menengah atas, masyarakat Desa Bugelan harus menuju pusat kecamatan yang cukup jauh, medan yang sulit dan transportasi umum yang minim. Hal itu pun hanya tersedia sekolah menengah kejuruan atau SMK. Apabila ingin bersekolah di Sekolah Menengah Atas atau SMA, masyarakat Desa Bugelan harus menuju ke kecamatan lain yang jaraknya lebih jauh lagi.

Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu desa yang masih tergolong daerah terpencil. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Sekolah Dasar Negeri yang ada di desa tersebut sebagai salah satu sekolah daerah terpencil atau daerah khusus. Penetapan tentang sekolah daerah terpencil berdasarkan Surat Keputusan Bupati Wonogiri Jawa Tengah nomor 289 tahun 2015 tentang penetapan satuan pendidikan dalam daerah khusus di wilayah Kabupaten Wonogiri tahun 2015. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa SD N 2 Bugelan yang berada di Dusun Setren Desa Bugelan termasuk ke dalam satuan pendidikan yang berada di daerah khusus. Kriteria daerah khusus telah diatur dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Jenjang Pendidikan Dasar yaitu daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat yang terpencil, daerah yang berbatasan dengan negara lain dan daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial dan daerah yang berada dalam keadaan darurat.


(21)

5

Dalam hal ini, Desa Bugelan termasuk ke dalam daerah yang terpencil dan tertinggal sesuai dengan kriteria tersebut.

Berbagai masalah pendidikan daerah terpencil yang telah diungkapkan di atas, dipengaruhi oleh berbagai masalah eksternal di luar sistem pendidikan tersebut. Masalah-masalah eksternal yang dimaksud antara lain, perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK dibagi menjadi tiga aspek yaitu, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan tekhnologi dan perkembangan seni. Masalah eksternal yang kedua yaitu laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan perkembangan masalah pemerataan, misalnya jumlah anak usia sekolah akan semakin besar atau banyak, jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka secara otomatis sebagian dari mereka tidak akan terlayani dalam bidang pendidikan. Masalah eksternal yang ketiga yaitu, keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil dengan ekonomi lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Perkembangan masalah yang timbul dari hal ini adalah bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut. Masalah eksternal yang terakhir adalah aspirasi masyarakat. Hurlock (1999:23) mengatakan aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya. Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Kaitannya dengan


(22)

6

pendidikan, aspirasi merupakan kesadaran akan pentingnya pendidikan, harapan atau keinginan seseorang untuk menempuh pendidikan sesuai dengan yang diharapkannya dan usaha dalam mewujudkan harapannya tersebut. Aspirasi pendidikan pada masyarakat tersebut berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terutama pada daerah terpencil. Keberadaan aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat daerah terpencil juga memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan. Hal ini yang membuat masyarakat daerah terpencil berminat untuk bersekolah dengan keterbatasan yang ada. Begitu juga sebaliknya apabila aspirasi pendidikan pada masyarakat terpencil masih kurang, partisipasi pendidikan di daerah terpencil juga akan berkurang.

Berdasarkan pernyataan di atas, aspirasi berpengaruh terhadap berkembangnya masalah pendidikan, tidak terkecuali di daerah terpencil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri yang masih tergolong dalam daerah terpencil.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Masalah-masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektivitas dan efisiensi pendidikan.


(23)

7

2. Masih banyak daerah di Indonesia yang dapat dikategorikan dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu.

3. Sebagian masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang ”pas -pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal.

4. Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu desa yang masih tergolong daerah terpencil

5. Desa Bugelan sebagai daerah terpencil juga mempunyai masalah pendidikan khas daerah terpencil. Salah satunya adalah masalah sarana dan prasarana. 6. Berbagai masalah pendidikan, dipengaruhi oleh berbagai masalah eksternal

diluar sistem pendidikans alah satu masalah eksternal yang mempengaruhi masalah pendidikan adalah perkembangan IPTEK.

7. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan perkembangan masalah pemerataan, misalnya jumlah anak usia sekolah akan semakin besar atau banyak, jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka secara otomatis sebagian dari mereka tidak akan terlayani dalam bidang pendidikan. 8. Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil dengan ekonomi lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.


(24)

8

9. Masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya.

10. Kualitas pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal.

11. Aspirasi masyarakat dalam bidang pendidikan juga menjadi salah satu faktor berkembangnya masalah pendidikan.

12. Rendahnya aspirasi masyarakat berpengaruh pada rendahnya partisipasi, sehingga kuantitas peserta didik berkurang. Tingginya partisipasi menyebabkan membengkaknya animo pendaftar calon peserta didik yang tidak ditunjang dengan ketersediaan daya tampung peserta didik.

C.Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasi peneliti, peneliti membatasi masalah penelitian pada bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Desa Bugelan Kismantoro Wonogiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta relevansi kebijakan pendidikan dengan isu-isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah yang telah ditetapkan peneliti, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

2. Faktor apa yang mendukung aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?


(25)

9

3. Faktor apa yang menghambat aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

4. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat di Desa Bugelan?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri.

2. Untuk mengetahui kebijakan pendidika di Desa Bugelan dan relevansinya dengan masalah pendidikan dan aspirasi masyarakat.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri.

4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di Desa Bugelan dan relevansinya dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, universitas, lembaga pendidikan dan stakeholder terkait. Manfaat yang didapat berbagai pihak dari penelitan ini sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi:

Dapat menjadi bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian yang serupa dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait.


(26)

10 2. Bagi Universitas:

Dapat menambah khasanah penelitian yang mengkaji tentang aspirasi pendidikan di daerah terpencil, serta mendorong akademisi lain untuk lebih produktif lagi dalam menghasilkan produk penelitian yang berguna bagi masyarakat atau lembaga lain.

3. Bagi Lembaga Pendidikan dan stakeholder:

Menjadi bahan informasi dan dijadikan bahan pertimbangan mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil sehingga membantu dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan

4. Bagi peneliti:

Melakukan penelitian yang nantinya bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan yang berhubungan dengan masalah aspirasi pendidikan, di daerah asal peneliti. Sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.


(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI A.Aspirasi

1. Pengertian Aspirasi

Hurlock (1999:23) berpendapat aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya, sedangkan Slameto (2003:182) mengemukakan aspirasi sebagai harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Noeng Muhadjir (1984) mengatakan, “Aspirasi adalah dinamika untuk mencapai suatu tujuan dengan kerja keras dan baik”.

Ahmadi (2009:134) menjelaskan aspirasi sama dengan kemauan yaitu dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Sedangkan menurut Sri Rumini (1990 : 10) Aspirasi adalah tujuan yang ditentukan seseorang agar mencapai tingkat di atas statusnya yang sekarang dan melebihi egonya. Keberhasilan akan meningkatkan rasa harga diri, sedangkan kegagalan menyebabkan rasa rendah diri.

Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah kemauan, keinginan, kehendak, atau harapan mengenai suatu tujuan hidup yang ingin diwujudkan, yang berhubungan dengan keberhasilan, prestasi, atau peningkatan kualitas diri.


(28)

12 2. Jenis Aspirasi

Hurlock (1999:24) mengemukakan, berdasarkan sifatnya aspirasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Aspirasi Positif, yaitu keinginan meraih kemampuan. Orang yang memiliki aspirasi positif adalah orang yang ingin mendapatkan kemajuan daripada keadaannya sekarang.

b. Aspirasi Negatif, yaitu keinginan mempertahankan apa yang sudah dicapai saat ini, tanpa keinginan untuk meningkatkannya.

Berdasarkan tujuannya, Hurlock (1999:24) membedakan aspirasi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Aspirasi Langsung (Immediate Aspiration), yaitu aspirasi yang tujuan atau cita-citanya ingin dicapai seseorang pada waktu yang dekat atau tidak terlalu lama.

b. Aspirasi Jauh,yaitu aspirasi dengan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang.

3. Aspek-aspek Aspirasi

Hurlock (1980:45) mengemukakan mengenai aspek-aspek aspirasi yang berisi tiga hal, yaitu:

a. Cita-cita

Cita-cita adalah apa yang oleh individu dinilai penting dan ingin dicapai. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai atau diwujudkan dalam waktu yang akan datang, yang merupakan idealisasi dari suatu


(29)

13

bentuk kehidupan yang diinginkan, kehendak yang selalu ada di dalam pikiran.

b. Hasrat

Hasrat adalah apa yang diharapkan individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Hasrat merupakan sesuatu yang ingin diperoleh dari apa yang dilakukan, baik untuk waktu dekat maupun untuk jangka panjang. Hasrat lebih berkaitan dengan kemajuan diri dan peningkatan prestasi.

c. Ketetapan Hati

Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan bagi individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Ketetapan hati merupakan nilai dari sesuatu yang dinilai penting dan ingin dicapai, sebagai standar pencapaian dari apa yang dilakukan, tingkat kepuasan yang ingin dicapai dari apa yang dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek-aspek yang membentuk aspirasi seseorang. Tinggi rendahnya aspirasi seseorang dapat dilihat dari seberapa besar cita-cita, hasrat dan ketetapan hati seseorang. Aspirasi dapat bersifat realistis yaitu apabila ada cukup kesempatan untuk berhasil dalam mencapainya, dan bersifat tidak realistis apabila kesempatan untuk berhasil mencapainya tidak ada kepastian atau dalam keragu-raguan.


(30)

14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspirasi

Hurlock (1999:25) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi terdiri dari:

a. Faktor Pribadi 1) Inteligensi

Status pendidikan amat penting dan selalu dipandang dalam suatu kelompok, banyak diantara remaja yang mempunyai aspirasi yang tinggi tetapi tidak realistis. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan dari kelompok yang tinggi. Namun jika status pendidikan tidak terlalu dipandang, maka dapat dilihat bahwa remaja akan menentukan tingkat aspirasi yang lebih relistik.

2) Minat pribadi

Minat timbul dari dalam diri seseorang tergantung dari beberapa hal seperti jenis kelamin, bakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sepermainan. Semakin tersedianya kebutuhan manusia yang serba cepat dan efisien akan mendorong semakin besar kesempatan untuk memilih sesuatu yang diinginkan sesuai dengan aspirasinya.

3) Pengalaman masa lampau

Perubahan aspirasi pada remaja dipengaruhi oleh frekuensi kesuksesan dan kegagalan masa lalu. Kesuksesan pada bidang tertentu tinggi akan mengubah harapan sukses keharapan umum (bila siswa sukses dalam bidang tertentu, siswa mengharapkan sukses pada bidang


(31)

15

lainnya), sehingga bisa dikatakan bahwa keberhasilan akan memperkuat aspirasi dan kegagalan melemahkannya.

4) Pola kepribadian

Dalam hal ini kepribadian seseorang turut mempengaruhi penentuan tujuan cita-citanya. Bila bercita-cita melebihi kemampuannya sebagai bentuk kompensasi, semakin tidak puas dengan dirinya sendiri, maka semakin tinggi dan tidak realistis aspirasinya. Biasanya, emosi yang luar biasa merupakan akhir ketidakpuasan diri. Pribadi yang meyakinkan dan adanya rasa aman akan menentukan tujuan untuk mencapai cita-citanya. Para remaja yang dipengaruhi perasaan secara sewajarnya akan sanggup memelihara keseimbangan yang lebih baik antara harapan dengan kenyataan, dengan demikian ia akan berangan-angan secara lebih realistis. Pola kepribadian akan berpengaruh pada jenis dan kekuatan aspirasi.

5) Nilai pribadi

Nilai ini menentukan apa saja aspirasi yang penting. Pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru, dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.

6) Jenis kelamin

Remaja laki-laki mempunyai perbedaan dengan remaja perempuan dalam hal aspirasi. Remaja perempuan aspirasinya lebih


(32)

16

mengarah pada bidang daya tarik pribadi dan penerimaan sosial yang dinilai tinggi di kalangan perempuan. Dalam keluarga dan sekolah, aspirasi remaja laki-laki cenderung pada bidang pekerjaan, akademik dan olahraga. Dapat dikatakan bahwa aspirasi anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan.

7) Kompetisi

Banyak aspirasi yang didasarkan pada keinginan untuk dapat melebihi orang lain. Semenjak masa kanak-kanak, individu sudah berkompetisi dengan anak yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. Kebiasaan berkompetisi dengan orang lain ini mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan aspirasi.

8) Latar belakang ras, anak-anak dari kelompok minoritas sering bercita-cita tinggi yang tidak realistis sebagai bentuk kompensasi.

b. Faktor Lingkungan 1) Ambisi orang tua

Ambisi yang sering lebih tinggi bagi anak yang lahir pertama daripada bagi anak yang lahir selanjutnya berpengaruh pada pola asuh orang tua. Orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan karir anaknya. Keluarga, terutama orang tua berperan besar sebagai sumber rangsangan untuk mempengaruhi perkembangan anak dan membentuk ciri karakterologis dari kepribadiannnya sesuai dengan apa yang diinginkan atau diharapkan. Orang tua secara langsung mengajarkan agar apa yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil


(33)

sebaik-17

baiknya, karena dengan hasil yang baik akan membawa keberuntungan bagi aspirasinya.

2) Harapan sosial

Harapan sosial menekankan bahwa mereka yang berhasil di satu bidang juga dapat berhasil di semua bidang jika itu diinginkannya. Harapan seseorang belum tentu akan tercapai meskipun telah berusaha semaksimal mungkin. Dengan keinginan dari sebuah kelompok nantinya harapan tersebut harus tercapai meskipun telah menggunakan banyak cara karena satu sama lain mempunyai keinginan yang sama, sehingga semakin kuat keinginan untuk diakui dalam kelompoknya maka aspirasinya akan semakin kuat.

3) Dorongan keluarga

Individu berasal dari keluarga yang mempunyai keadaan sosial yang stabil cenderung mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi daripada individu yang berasal dari keluarga yang tidak stabil. Selain itu individu yang berasal dari keluarga kecil mempunyai orientasi prestasi yang lebih besar daripada dari keluarga besar, sebab orang tua pada keluarga kecil tidak sekedar menuntut anak tetapi juga akan mendorongnya untuk maju.

4) Urutan kelahiran

Suatu kenyataan menunjukkan bahwa anak pertama laki-laki akan ditekankan untuk mencapai aspirasi yang lebih tinggi daripada adiknya. Keadaan ini berlaku terutama pada keluarga yang mempunyai


(34)

18

kelas sosial tinggi dan menengah, sedangkan pada kelas sosial rendah anak bungsu justru lebih ditekankan untuk mempunyai aspirasi yang lebih tinggi, baik dari orang tuanya ataupun kakak-kakaknya.

5) Tradisi budaya

Tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat mencapai apa saja yang diinginkannya jika usahanya cukup keras. Pada masyarakat yang demokratis menganggap semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Seorang siswa dalam masyarakat yang demokratis dididik bahwa mereka dapat mencapai hasil yang tinggi dalam masyarakat bila dapat melakukan yang terbaik. Keterbatasan dalam meraih kesempatan juga dapat berasal dari diri siswa. Misalnya kapasitas mental, fisik atau temperamen yang tidak memungkinkan untuk mencapai aspirasinya. Keterbatasan lain adalah karena lingkungan yang tidak memberikan kesempatan mengembangkan pendidikan dan keahlian khusus.

6) Nilai sosial yang bervariasi dengan bidang prestasi, pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.

7) Media massa, mempengaruhi tujuan yang jauh ke depan sehingga siswa beraspirasi tinggi mungkin karena merasa bahwa selalu ada kemungkinan yang akan terjadi dan memberi kesempatan pada mereka untuk mencapai keberhasilan.


(35)

19 B.Pendidikan

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Kemudian George F. Kneller dalam bukunya yang berjudul Foundation of Education yang dikutip oleh Dwi Siswoyo (2011: 53) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung seumur hidup. Dalam arti teknis pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga pendidikan lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi.

Pendidikan selalu berkedudukan diaklektik terhadap masyarakat karena selain menjadi bagian dari masyarakat, pendidikan juga mempengaruhi masyarakat dan hasil dari pengaruh pada masyarakat itu berpengaruh lagi pada pendidikan (Imam Barnadib, 1996: 15).


(36)

20

Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia dijelaskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C.Aspirasi Pendidikan

Aspirasi dimaknakan sebagai keinginan yang kuat untuk mencapai tingkat kemampuan tertentu (Dali Gulo, 1982:13). Slameto (2010:182) mendefinisikan aspirasi sebagai harapan atau keinginan individu akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Aspirasi selalu berkaitan dengan kesadaran, keinginan dan usaha seseorang dalam mewujudkan suatu hal yang diharapkannya.

Pendidikan sekarang ini menjadi kebutuhan setiap manusia. Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Fuad Ihsan, 2003: 2). Selanjutnya Driyarkara 1950 (Hasbullah, 2006: 2) berpendapat bahwa pendidikan adalah


(37)

21

pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 menjelaskan tentang jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Mengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa aspirasi pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran, harapan atau keinginan, serta usaha seseorang dalam memperoleh tujuannya dalam bidang pendidikan formal.


(38)

22 D.Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Mac lver dan Page (dalam Soerjono Soekanto 2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Ralph Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) mengatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial. Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) adalah sekelompok orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mempunyai kesamaan wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan. Tipe-tipe masyarakat menurut Kingley Davis dalam Soekanto (2007: 134-135) ada empat kriteria yaitu:

1. Jumlah penduduk.

2. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman.

3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat. 4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu yang kemudian terjadi interaksi sosial sehingga memunculkan suatu keteraturan, kebiasaan, adat istiadat dan tumbuhnya rasa kesamaan diantara mereka.


(39)

23 E.Daerah Terpencil

Menurut petunjuk teknis penyaluran tunjangan khusus jenjang pendidikan dasar Kemendikbud tahun 2015 mengungkapkan bahwa daerah yang terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil, seperti daerah yang memiliki pemukiman permanen dan terpencil yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh tertentu yang tidak dapat dicapai dengan jalan kaki ataupun tidak memiliki akses transportasi yang memadai dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi, serta tidak memiliki sumberdaya alam.

Sedangkan kriteria daerah yang terpencil atau terbelakang adalah:

1. Akses transportasi yang sulit dijangkau dan mahal disebabkan oleh tidak tersedianya jalan raya tergantung pada jadwal tertentu, tergantung pada cuaca, satu-satunya akses dengan jalan kaki

2. Memiliki hambatan dan tantangan alam yang besar.

3. Tidak tersedia dan/atau sangat terbatasnya layanan fasilitas umum, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas listrik, fasilitas informasi dan komunikasi, dan sarana air bersih

4. Tingginya harga-harga dan/atau sulitnya ketersediaan bahan pangan, sandang, dan papan atau perumahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.


(40)

24 F. Desa Bugelan

Desa Bugelan merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Desa Bugelan berjarak 15 kilometer dari pusat kecamatan dan berjarak 73 kilometer dari pusat kabupaten. Sehingga Desa Bugelan terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan. Kondisi geografis Desa Bugelan adalah perbukitan sehingga cukup sulit untuk ditempuh. Maka dari itu tidak ada transportasi umum menuju pusat kecamatan maupun ke pusat kabupaten. Tidak adanya transportasi umum membuat Desa Bugelan jauh dari keramaian.

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Bugelan adalah sebagai petani. Terdapat beberapa produk pertanian dari Desa Bugelan diantaranya adalah cabai, jahe, ketela dan janggelan.

G.Kebijakan Pendidikan

1. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Banyak ahli yang telah menyinggung istilah kebijakan. Terutama banyak ahli yang menjelaskan mengenai kebijakan negara atau kebijakan publik (public policy). Namun, penjelasan khusus mengenai kebijakan pendidikan (education policy) belum terlalu banyak ahli yang menyampaikan. Arif Rohman (2014: 108) mengungkapkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan negara atau kebijakan publik secara umum. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur secara khusus peraturan atau regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Dalam konteks yang


(41)

25

lebih umum, Hugh Heclo yang dikutip oleh Arif Rohman (2014: 108), mendefinisikan bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang disengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan pendidikan.Dengan demikian kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.

2. Tahap Kebijakan

Suatu kebijakan biasanya diputuskan dengan dilatarbelakangi adanya suatu permasalahan. Keputusan dalam pengambilan kebijakan terdiri dari beberapa tahap, yang pertama perumusan dan formulasi kebijakan, dilanjutkan dengan penentuan kebijakan, setelah itu implementasi kebijakan, dan terakhir evaluasi kebijakan.

Pada aspek perumusan kebijakan, berkenaan dengan: penyusunan agenda kebijakan, yaitu dengan menempatkan masalah pada agenda publik; Formulasi kebijakan yaitu merumuskan berbagai alternatif kebijakan berdasarkan pertimbangan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; Adopsi/penentuan kebijakan, adalah pemilihan dari berbagai alternatif yang diadopsi menjadi suatu kebijakan, bisa secara konsensus atau berdasarkan mayoritas; Implementasi kebijakan yaitu pelaksanaan kebijakan pada unit-unit administratif melalui mobilisasi sumber daya; Evaluasi kebijakan yaitu


(42)

26

pemeriksaan dan penilaian terhadap proses dan hasil kebijakan berdasarkan persyaratan peraturan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.

Brewer dan Deleon yang dikutip oleh Sutjipto (1987: 32), membagi fase dalam proses kebijakan menjadi enam tahap. Tahap pertama adalah tahap inisiasi, yang dimulai ketika masalah yang dirasa penting untuk diselesaikan mulai timbul. Dalam tahap ini dipikirkan berbagai alternatif untuk mengurangi atau meringankan akibat dan dampak dari masalah tersebut. Tahap kedua adalah tahap estimasi yang memikirkan resiko, biaya, untung dan rugi dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masalah ditekankan secara ilmiah, empirik, dan proyektif untuk melihat apa yang akan timbul sebagai akibat dari dari sebuah pilihan kebijakan. Tahap yang ketiga adalah tahap seleksi, yang akhirnya memilih dan menentukan salah satu dari berbagai alternatif yang tersedia. Tahap keempat yaitu tahap implementasi, yaitu pelaksanaan dari pilihan alternatif yang telah diputuskan. Tahap kelima yaitu tahap evaluasi yang ada kenyataannya lebih bersifat retrospektif. Dalam tahap ini dilakukan usaha untuk menjawab pertanyaan tentang kebijakan mana yang sukses dan yang gagal, bagaimana hasilnya dapat diukur, dan kriteria atau indikator apa yang digunakan untuk mengukur. Terakhir adalah tahap terminasi yang merupakan penyesuaian kebijakan yang tidak fungsional, tidak perlu, berlebihan, atau tidak lagi cocok dengan keadaan.


(43)

27 H.Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian hasil penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, di bawah ini:

1. Penelitian yang dilakukan Purnawati (2005) yang berjudul ASPIRASI DAN PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Kasus pada Komunitas Pedagang Kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan). Responden dalam penelitian ini adalah komunitas pedagang kaki lima di kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah:

a. Pedagang kaki lima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi baik terhadap pendidikan anak. Yaitu dalam pemilihan pendidikan; tidak memprioritaskan pendidikan formal maupun nonformal, karena mereka merasa dapat membiayai sekolah dari penghasilannya, bahkan dapat menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi, namun ada beberapa orangtua yang memilih sekolah kejuruan dengan harapan setelah lulus sekolah nanti anaknya kelak mudah mendapatkan pekerjaan. Partisipasi orangtua yaitu peranan mereka dalam keluarga dan pemenuhan kebutuhan adalah berusaha memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, memberi motivasi dan membimbing anak agar belajar, menanamkan nilai moral dan agama, memberi nasehat, mengajarkan hidup sederhana dan hemat seperti menabung, adanya sifat keterbukaan dalam keluarga,

b. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dan partisipasi rendah yaitu ditunjukkan dengan adanya pemahaman orangtua akan pentingnya


(44)

28

pendidikan, sehingga adanya keinginan kuat agar dapat menyekolahkan anak setinggi-tingginya, karena kurangnya factor biaya, maka dalam pemilihan pendidikan lebih memilih pada sekolah kejuruan karena mendapatkan ketrampilan yang cukup dan mudah mendapat pekerjaan. Adapun partisipasi orangtua rendah yaitu, kurangnya perhatian dan kasih sayang terhadap anak hal ini dikarenakan kesibukan orantua berdagang, kurangnya penanaman nilai moral dan agama, sehingga pergaulan anak kurang terkontrol.

c. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi rendah dan partisipasi baik yaitu kurangnya pemahaman orangtua terhadap pentingnya pendidikan mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa bila tidak ditunjukkan dengan pekerjaan, tidak adanya dukungan orangtua dalam memilih pendidikan utuk anaknya walaupun mereka dapat membiayai sekolah, orangtua hanya memenuhi kebutuhan materi tanpa memperdulikan sekolah anak. Peranan orangtua dalam keluarga cukup baik yaitu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi, memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup, mengajarkan nilai agama. Walaupun mereka mempunyai peranan yang baik dalam keluarga, namun mereka kurang memperhatikan anak dalam pendidikan maka keberhasilan anak akan terhambat.

d. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi rendah terhadap pendidikan yaitu kurangnya pemahaman terhadap pendidikan sehingga orangtua bersikap masa bodoh, tidak adanya keinginan orangtua


(45)

29

untuk menyekolahkan anak karena kurangnya biaya, kurangnya perhatian dan kasih sayang, kurangnya keterbukaan dalam keluarga. Apabila kepedulian orangtua dalam pendidikan dan keluarga kurang, maka kemajuan dan keberhasilan anak tidak akan terwujud.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari (2015) yang berjudul “ASPIRASI PENDIDIKAN FORMAL PADA PETANI DI DUSUN BANGUNMULYO GIRIKERTO TURI SLEMAN”. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani di Dusun Bngunmulyo, Girikerto, Turi, Sleman. Berikut hasil dari penelitiannya adalah:

a. Aspirasi orangtua terhadap pendidikan formal anak di dusun Bangunmulyo yaitu mereka menginginkan pendidikan formal itu mampu memberikan pengalaman dan mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depannya. Selain masyarakat petani mempunyai pandangan bahwa pendidikan itu penting. Mereka berharap bahwa pendidikan akan memberikan pengalaman dan mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depannya. Selain itu beberapa masyarakat juga berharap, dengan memiliki pendidikan yang baik maka anak-anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar kehidupannya bisa maju dan hidup lebih layak.

b. Hal-hal yang mempengaruhi aspirasi pendidikan bagi masyarakat dusun Bangunmulyo adalah tingkat pendidikan orangtua, tingkat ekonomi dan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Sebagian besar


(46)

30

masyarakat desa ini hanya berpendidikan SD, SMP, dan SMA, hanya beberapa warga saja yang lulusan Perguruan Tinggi. Hal tersebut ternyata tidak mempengaruhi pendidikan anak-anak mereka, walaupun masyarakat di dusun Bangunmulyo mayoritas berpendidikan rendah namun mereka tetap menginginkan agar anak-anaknya mempunyai pendidikan yang tinggi. Tingkat ekonomi jelas sangat berpengaruh dalam pendidikan anak, namun setiap orangtua akan mengusahakan seberapapun biaya yang dibutuhkan agar anak dapat bersekolah. Komunikasi antara orangtua dan anak juga sudah berjalan dengan baik, hal ini juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan maupun kehidupan anak. Selain itu, hal-hal yang mempengaruhi aspirasi pendidikan di wilayah dusun Bangunmulyo yaitu upaya pemerintah dalam menyelenggarakan program JBM (Jam Belajar Masyarakat), dan menyediakan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) dengan nama TBM Kampung Pintar yang di dalamnya juga terdapat perpustakaan.

c. Aspirasi pendidikan bagi masyarakat petani sejauh ini hampir semuanya efektif terbukti masyarakat petani di dusun Bangunmulyo sudah mampu mensekolahkan anak-anaknya. Efektifitas diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai hasil spesifik yang menunjukkan taraf tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Namun ada sebagian aspirasi yang terkendala oleh tingkat ekonomi yang rendah, akan tetapi masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi rendah berusaha untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk memenuhi biaya pendidikan


(47)

31

bagi anakanaknya. Semua narasumber mengatakan bahwa tingkat ekonomi sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak, maka dari itu selain bermatapencaharian sebagai petani masyarakat di desa ini juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh bangunan. Hal tersebut dilakukan karena hasil pertanian yang didapat hanya bisa mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Setelah dilakukan penelitian, ada pula beberapa warga yang menitipkan anaknya di suatu panti asuhan islam agar mendapatkan pendidikan agama yang bagus dan sekolah di biayai oleh panti asuhan. Karena seseorang yang mempunyai aspirasi terhadap sesuatu hal akan dapat merencanakan bahwa keinginannya dapat dicapai, karena telah disesuaikan dengan tingkat ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orangtua, serta komunikasi antara orangtua dan anak yang berkualitas.


(48)

32 I. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang sangat luas dan juga penduduk yang padat, ketidakmerataan sumber daya menjadikan beberapa wilayah di Indonesia masih termasuk dalam kategori daerah terpencil. Seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di daerah terpencil terbentuk dari beberapa aspek masyarakat yaitu, sosial, budaya, geografis, ekonomi, dan pendidikan. Pendidikan yang ada pada masyarakat daerah terpencil, tentu saja

PENDIDIKAN MASYARAKAT DAERAH

TERPENCIL

PERAN MASYARAKAT

DALAM PENDIDIKAN

KEBIJAKAN

PENDIDIKAN

ISU PENDIDIKAN

ASPIRASI

FAKTOR

FAKTOR

PARTISIPASI

MEDIA

PENYAMPAIAN

ASPIRASI MASRAKAT


(49)

33

tidak lepas dari peran masyarakat itu sendiri dalam bidang pendidikan. Peran masyarakat dalam pendidikan berupa aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

J. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah yang sudah dirumuskan peneliti, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cita-cita masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan ? 2. Bagaimana hasrat masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan ?

3. Bagaimana ketetapan hati dan usaha masyarakat Desa Bugelan dalam mewujudkan cita-citanya ?

4. Bagaimana masyarakat menyampaikan aspirasi pendidikan?

5. Apa saja faktor yang mendukung aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

6. Apa saja faktor yang menghambat aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

7. Kebijakan pendidikan apa yang ada di Desa Bugelan?

8. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan isu pendidikan di Desa Bugelan?

9. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan?


(50)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Andi Prastawa (2011: 22), metodologi kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data dekskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan bukan untuk menguji hipotesis atau teori, melainkan untuk menemukan teori dari lapangan. Maka dari itu penelitian kualitatif akan menghasilkan makna dari fenomena yang diamati dan bukan generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas.

Jenis penelitian kualitatif juga dapat didefinisikan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Kirk dan Miller dalam Moleong(1993:3), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research) yang menurut Moh. Nazir (2005:65) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian adalah: ”Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang menjadi objek penelitian. Peneliti datang langsung ke lokasi penelitian dan berinteraksi secara langsung untuk mengamati pola kepribadian, perilaku dan sosial yang diamati.


(51)

35 B.Setting Penelitian

Latar atau setting dari penelitian ini adalah di Desa Bugelan Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Desa Bugelan berjarak 15 kilometer dari pusat kecamatan dan berjarak 73 kilometer dari pusat kabupaten. Sehingga Desa Bugelan terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan. Kondisi geografis Desa Bugelan adalah perbukitan sehingga cukup sulit untuk ditempuh. Maka dari itu tidak ada transportasi umum menuju pusat kecamatan maupun ke pusat kabupaten. Tidak adanya transportasi umum membuat Desa Bugelan jauh dari keramaian.

C.Subjek Penelitian

Pemilihan subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau kewilayahan, akan tetapi berdasarkan atas tujuan yakni untuk meneliti mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Maka dari itu penelitian ini menggunaka teknik serial selection of sample units. Lincoln dan Guba dalam Sugiono (2009: 54-55) menjelaskan bahwa Serial selection of sample units adalah keadaan dimana peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari subjek penelitian itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Berdasarkan tekhnik tersebut maka didapat subjek penelitian yaitu Bapak BJ beserta anaknya yang bernama AG, Bapak WR beserta anaknya WS, Ibu MR beserta anaknya EG dan Ibu TM beserta


(52)

36

anaknya JL. Sedangkan objek penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, dan fokus penelitian adalah mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil.

D.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi takberperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan (Sutopo, 2006: 9). Pada penelitian ini, tekhnik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang terjadi pada objek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987: 136). Dalam observasi peneliti mengamati langsung dan mencatat fenomena yang terjadi secara alamiah. Menurut Mohamad Mustari (2012: 64) ada tiga macam data yang dapat dikumpulkan dalam observasi, yaitu keadaan fisik, keadaan interaksi dan keadaan suatu program dijalankan apabila meneliti tentang keberlangsungan program.

Observasi digunakan agar peneliti dapat melihat secara langsung keadaan di Dusun Bugelan terkait aspirasi pendidikan di daerah tersebut. Peneliti kemudian mengamati sendiri dan mencatat bagaimana perilaku dan kejadian apa saja yang terjadi sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.


(53)

37 2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Sugiyono. 2014: 64). Wawancara dimaksudkan agar peneliti dapat menggali lebih dalam informasi-informasi dari subjek penelitian. Wawancara adalah sala satu cara untuk mengumpulkan informasi yang utama dalam kajian pengamatan. Ia dilakukan dengan tanya jawab secara lisan dan hasilnya disimpan dalam berbagai media seperti media tulis, rekaman kaset, video dan media elektronik lainnya (Mohamad Mustari, 2012: 56).

Wawancara dilakukan terhadap masyarakat guna mengetahui aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah tersebut. Tekhnik wawancara dilakukan dengan maksud agar peneliti dapat menggali lebih dalam informasi dari narasumber.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa masa lampau. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumenal dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan contohnya adalah catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, sketsa dan lain-lain (Sugiyono, 2014: 82). Metode dokumentasinyaitu mencari data mengenai hal-hal atau


(54)

38

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1987:188).

Dalam penelitian ini, dokumentasi dimaksudkan untuk menunjang hasil penelitian. Dokumentasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain geografis wilayah, data kependudukan, data pendidikan masyarakat dan sarana dan prasarana pendidikan.

E.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono. 2014: 59). Jadi, dalam penelitian ini instrumen penelitian yang paling utama adalah peneliti sendiri, karena fokus penelitian sudah jelas yaitu mengenai aspirasi pendidikan pada daerah terpencil, maka dari itu dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kedua pedoman ini digunakan untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas dan mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan dan observasi.

1. PedomanWawancara

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dengan pertanyaan terstruktur ini, narasumber diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama kemudian peneliti mencatat jawaban dari narasumber. Pedoman wawancara akan dibuat dengan pertanyaan penelitian secara terbuka, sehingga narasumber dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya demi keakuratan peneliti.


(55)

39

Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Orang Tua No. Aspek yang

ditanyakan

Item pertanyaan

1 Cita-cita a.

b. c.

Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda?

Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya pendidikan?

Anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa?

2 Hasrat a.

b.

Mengapa anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut?

Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan?

3 Ketetapan Hati a. b.

c.

Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut?

Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda?

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi

a. b. c.

Pendidikan terakhir anda apa ?

Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda?

Apa dukungan anda terhadap pendidikan anak?


(56)

40

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada anak No

.

Aspek yang ditanyakan Item pertanyaan

1 Cita-cita a.

b. c.

Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda?

Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya pendidikan?

Anda menginginkan anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa?

2 Hasrat a.

b.

Mengapa anda menginginkan menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut?

Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan? 3 Ketetapan Hati a.

b.

c.

Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan?

Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda?

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi

a. b. c.

Pendidikan terakhir anda apa ? Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda?

Apa dukungan orang tua anda terhadap pendidikan anda?

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan data fleksibel, lengkap dan akurat. Pedoman observasi mempunyai peran yang


(57)

41

cukup penting dalam penelitian kualitatif. Adapun pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Indikator Aspek yang Diamati

1 Kebijakan a. Kebijakan yang diimplementasikan di daerah terpencil

2 Masalah/Isu Pendidikan

a.Masalah pendidikan yang dapat diamati dalam masyarakat

b.Masalah pendidikan yang dapat diamati di lembaga pendidikan

3

Media

Penyampaian Aspirasi

a. Media penyampaian melalui masyarakat b. Media penyampaian melalui lembaga c. Media penyampaian individu

4 Pendidikan a. Pendidikan terakhir orangtua/anak sendiri. b. Pendidikan yang sedang ditempuh.

5 Ekonomi a. Tingkat ekonomi keluarga.

6 Geografi

a. Lokasi tempat tinggal.

b. Jarak tempat tinggal dengan sekolah. c. Jumlah lembaga pendidikan.

7 Sosial a. Kepedulian lingkungan terhadap pendidikan.

8 Jenis Pekerjaan a. Jenis pekerjaan orangtua/anak.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (2007: 16) mengatakan analisis data kualitatif adalah proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara


(58)

42

bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman tersebut. Model analisis data Miles dan Huberman memiliki tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan atau penyederhanaan data yang didapat selama penelitian. Dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data mana yang dianggap penting, data mana yang perlu dibuang dan mengkategorikan data sesuai kebutuhan penelitian. Reduksi data penting dilakukan karena selama penelitian, peneliti banyak mendapatkan hasil yang beberapa diantaranya merupakan hal yang menyimpang dari topik penelitian. Menurut Miles dan Huberman (2007: 17), reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka kemudian data tersebut perlu disajikan agar memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data dapat berbentuk sketsa, sinopsis, matriks dan bentuk-bentuk lain. Penyajian data diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (Burhan Bungin, 2010: 70). Penyajian data dirancang untuk menggabungkan informasi yang disusun dalam suatu bentuk yang padu dan


(59)

43

mudah dipahami. Dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan awal pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung bukti-bukti yang kuat maka kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang kredibel dan terpercaya (Sugiyono, 2014: 99).

Gambar 2. Teknik Analisis Data, Miles dan Huberman. G.Keabsahan Data

Lexy J. Moleong (2005:177-178) mengatakan agar hasil penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan, maka dibutuhkan metode pengecekan keabsahan data. Adapun cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk memeriksa keabsahan data antara lain:

1. Ketekunan Peneliti

Penelitian kualitatif memerlukan ketekunan peneliti yang tinggi. Ketekunan peneliti akan memudahkan peneliti dalam menemukan


(60)

kejadian-44

kejadian atau unsur-unsur yang diteliti dan memfokuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti, dapat dilakukan dengan cara membaca referensi berupa buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti yaitu mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil. Dengan membaca maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan apakah data tersebut benar atau dapat dipercaya atau tidak (Sugiyono. 2014: 125).

2. Trianggulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexi J. Moleong. 2005: 330).

Uji keabsahan melalui trianggulasi dilakukan dalam penelitain kualitatif karena untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif (Burhan Bungin. 2010: 205).


(61)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Desa Bugelan

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Geografis Desa Bugelan

Desa Bugelan merupakan salah satu desa dari 10 desa atau kelurahan yang berada di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Desa Bugelan memiliki wilayah dengan ketinggian 715 m dari permukaan laut dengan pembagian wilayah menurut penggunaan yaitu sawah seluas 81,7 Ha; pekarangan 292,2 Ha; tegal 212,2 Ha; tanah kering 692,9 Ha; tanah hutan 176,03 Ha; kuburan dan jalan 18,5 Ha. Desa Bugelan terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Bugelan, Dusun Cabol, Dusun Setren dan Dusun Waru. Sebagian besar wilayah Desa Bugelan merupakan berupa gunung, bukit dan lereng-lereng bukit.

Desa Bugelan berbatasan dengan desa lainnya di Kecamatan Kismantoro, yaitu:

a. Bagian utara : Desa Ngroto

b. Bagian selatan : Desa Ngromo (Jawa Timur) c. Bagian timur : Desa Plosorejo

d. Bagian barat : Desa Brenggolo

Desa Bugelan merupakan desa yang cukup sulit dijangkau karena jaraknya yang jauh dari pusat Kecamatan Kismantoro dan medan yang berat. Jarak Desa Bugelan dengan pusat kecamatan yaitu Kecamatan Kismantoro adalah 15 km. Jarak Desa Bugelan dengan pusat kabupaten


(62)

46

yaitu Kabupaten Wonogiri sekitar 73 km. Sedangkan jarak Desa Bugelan dengan pusat Provinsi Jawa Tengah sekitar 203 km.

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa bugelan sangat terbatas. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bugelan antara lain: a. Gedung pertemuan (Balai Desa)

b. Puskesdes c. Poskamling

d. Tempat ibadah (masjid) e. Lapangan voli

f. Sumur gali g. Perpipaan

b. Kependudukan Desa Bugelan

Jumlah penduduk Desa Bugelan adalah 4.258 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 2.116 jiwa sedangkan penduduk perempuan berjumlah 2.142 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Bugelan berprofesi sebagai petani. Sekitar 90% penduduk Desa Bugelan berprofesi sebagai petani. Sisanya sebesar 8% berprofesi sebagai pedagang dan 2% sebagai pegawai negeri sipil. Dari sektor pertanian Desa Bugelan memiliki produk andalan berupa padi, cabai, cengkeh, ketela pohon dan janggelan. Jenis profesi yang cenderung homogen dan sebagian besar berprofesi sebagai petani menunjukkan bahwa Desa Bugelan belum termasuk desa yang modern atau maju. hal tersebut juga ditunjukkan dari lembaga sekolah yang ada di Desa Bugelan termasuk ke dalam lembaga sekolah


(63)

47

yang berada di daerah khusus karena sulitnya medan yang ditempuh dan jauh dari kota atau terpencil yang ditetapkan dalam Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. c. Pendidikan di Desa Bugelan

Desa Bugelan memiliki beberapa lembaga pendidikan dalam memfasilitasi pendidikan di desa. Diantaranya adalah sebagai berikut a. SD N I Bugelan

b. SD N II Bugelan c. SD N III Bugelan

d. SMP N 4 Satu Atap Kismantoro

Kondisi lembaga pendidikan di Desa Bugelan cukup layak untuk digunakan, hanya saja masih terdapat kekurangan dalam hal sarana dan prasarana yang belum lengkap dan terbatasnya tenaga pendidik atau guru. Dalam satu sekolah dasar di Desa Bugelan, rata-rata hanya 3 sampai 4 guru saja yang berstatus pegawai negeri. Sisanya diisi oleh guru honorer dari luar Desa Bugelan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, data kependudukan Desa Bugelan yaitu belum tamat SD 457 orang, tidak tamat SD 88 orang. Sedangkan yang lulus SD/sederajat berjumlah 2989 orang, tamat SMP/sederajat 482 orang, tamat SMA/sederajat 189 orang. Masyarakat Desa Bugelan yang lulus akademi atau perguruan tinggi berjumlah 21 orang. Hal tersebut


(64)

48

menggambarkan bahwa masyarakat Desa Bugelan yang mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi masih sangat terbatas.

2. Deskripsi Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang tua atau wali dan anak yang masih berusia sekolah. Pemilihan informan didasarkan pada teknik serial selection of sample units sehingga didapat informan sebagai berikut:

a. Informan 1

Nama : BJ

Pendidikan Terakhir : SLTP

Pekerjaan : Kepala Dusun Setren

Jumlah anak : 2

Nama anak usia sekolah : AG

Umur anak : 18

Sekolah anak :

b. Informan 2

Nama : WR

Pendidikan Terakhir : SLTP

Pekerjaan : Kepala Dusun Cabol

Jumlah anak : 2

Nama anak usia sekolah : WS

Umur anak : 15


(65)

49 c. Informan 3

Nama : MR

Pendidikan Terakhir : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Jumlah anak : 2

Nama anak usia sekolah : EG

Umur anak : 15

Sekolah anak : SMP N 4 Satu Atap Kismantoro d. Informan 4

Nama : TM

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Petani/Buruh Tani

Jumlah anak : 3

Nama anak usia sekolah : JL

Umur anak : 16

Sekolah anak : SMK N 1 Nawangan

e. Informan 5

Nama : AG

Pendidikan Terakhir : SMA

Nama orang tua : BJ

Umur : 18


(66)

50 f. Informan 6

Nama : WS

Pendidikan Terakhir : SD

Nama orang tua : WR

Umur : 15

Sekolah : SMP N 4 Satu Atap Kismantoro g. Informan 7

Nama : EG

Pendidikan Terakhir : SD

Nama orang tua : MR

Umur : 15

Sekolah : SMP N 4 Satu Atap

h. Informan 8

Nama : JL

Pendidikan Terakhir : SMP

Nama orang tua : TM

Umur : 16

Sekolah : SMK N 1 Nawangan

B.Hasil Penelitian

1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan

Aspirasi memiliki tiga aspek yaitu cita-cita yang merupakan sesuatu yang dianggap penting dan ingin dicapai oleh individu, harapan atas cita-cita yang ingin dicapai atau hasrat atau harapan akan sesuatu yang dapat


(67)

51

diperoleh apabila cita-cita terwujud, dan ketetapan hati yang menunjukkan seberapa penting cita-cita dan harapan tersebut bagi seseorang. Ketetapan hati seseorang dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut berusaha untuk mewujudkan cita-citanya Jadi apabila seseorang memiliki tiga aspek tersebut, maka dia dikatakan sudah memiliki aspirasi. Dalam penelitian kali ini, peneliti mengetahui aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan melalui tiga aspek yaitu cita-cita, harapan dan ketetapan hati masyarakat dalam pendidikan.

a. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan terhadap Pendidikan

Cita-cita adalah apa yang dinilai individu penting dan yang ingin dicapai. Cita-cita berkaitan dengan aspek idealis dari individu. Individu biasanya memiliki cita-cita yang tinggi sebagai refleksi dari pemikiran idealisnya. Cita-cita dalam pendidikan merupakan keinginan individu untuk mencapai jenjang tertentu dalam pendidikan. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan terhadap pendidikan dinilai cukup realistis dan rata-rata menginginkan pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang saat ini sedang ditempuh. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan diungkapkan oleh Bapak BJ sebagai berikut:

“Pendidikan tidak hanya penting tapi sangat penting mas. Karena jika hanya harta dunia itu bisa habis, akan tetapi ilmu itu selama hidup masih bisa terus digunakan. Dalam hati saya, saya ingin anak saya bisa lulus sarjana. Tetapi juga tergantung anaknya nanti minat atau tidak” (BJ/21/06/2016)

Hal yang kurang lebih sama diungkapkan oleh Bapak WR sebagai berikut:


(68)

52

“Pendidikan itu penting sekali. Ya agar kita itu lebih cerdas, lebih pintar dan berwawasan luas jadinya nanti kedepannya mudah mencari pekerjaan atau malah membuat lapangan kerja atau wirausaha. Pendapat saya sebagai orang tua, seandainya anaknya mau ya pengennya nanti sampai kuliah”. (WR/24/06/2016)

Bapak BJ dan Bapak WR keduanya sama-sama menganggap pendidikan sangat penting untuk kehidupan agar manusia menjadi lebih cerdas, berwawasan luas dan ilmu yang didapat dari pendidikan tidak akan habis dan dapat digunakan hingga akhir hayat. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa Bapak BJ dan Bapak WR menyadari betul akan pentingnya pendidikan sehingga mencita-citakan agar anaknya dapat menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Cita-cita tersebut sangat mungkin terwujud karena Bapak BJ dan Bapak WR merupakan kepala dusun dari Dusun Setren dan Dusun Cabol dan tergolong keluarga yang mampu secara ekonomi.

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Ibu MR sebagai berikut:

“Pendidikan sangat penting. Pendidikan itu untuk menuntut ilmu untuk masa depan. Nanti kalau mampu, pengennya ya anak saya bisa kuliah. Kalau tidak ya hanya sampai SMK/SMA saja”. (MR/27/06/2016)

Pernyataan tentang cita-cita diungkapkan juga oleh ibu TM. Berikut ungkapan pernyataan dari Ibu TM:

“Pendidikan ya penting. Anak sekarang itu dapat pengalaman ya dari pendidikan itu sendiri. Jadi tidak hanya belajar tapi juga pengalamannya itu juga penting. Ya paling hanya SMK. Tapi putri saya cita-citanya sampai kuliah seandainya bisa cari biaya. . Katanya besok mau kuliah sambil bekerja begitu mas katanya”. (TM/01/07/2016)


(69)

53

Pernyataan dari Ibu MR mengungkapkan bahwa Ibu MR menganggap pendidikan itu penting untuk mempersiapkan masa depan terutama masa depan anak. Sedangkan Ibu TM menganggap penting pendidikan karena dalam pendidikan tidak hanya mendapatkan ilmu yang bermanfaat tetapi juga mendapatkan pengalaman yang berharga. Ibu MR dan ibu TM memiliki cita-cita terhadap pendidikan anaknya yang sedikit berbeda. Ibu MR mencita-citakan anaknya untuk dapat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi bila mampu, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk hanya melanjutkan pendidikan hingga jenjang SMA/SMK. Ibu TM memiliki cita-cita terhadap pendidikan anaknya yaitu menginginkan anaknya dapat menempuh pendidikan hingga jenjang SMK. Akan tetapi Ibu TM mengungkapkan jika putrinya berminat atau memiliki keinginan untuk dapat meneruskan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa orang tua di Desa Bugelan memiliki cita-cita pendidikan terhadap pendidikan anaknya yaitu mereka mencita-citakan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya dari pada pendidikan yang sedang ditempuh saat ini.

Cita-cita dalam pendidikan tidak hanya dimiliki oleh orang tua saja, akan tetapi juga dimiliki oleh anak itu sendiri. Salah satunya adalah AG. Berikut pernyataan AG mengenai cita-citanya:

“Menurut saya pendidikan itu penting sekali. Karena pendidikan itu membuat kita memiliki wawasan yang luas. Nantinya juga bisa memperoleh pekerjaan yang bagus jika pendidikannya tinggi. Seandainya bisa dan diperbolehkan, saya ingin sampai kuliah mas. Tetapi belum tau juga nanti mau kuliah dimana dan jurusan apa”. (AG/21/06/2016)


(70)

54

Pernyataan cita-cita yang kurang lebih sama juga diungkapkan oleh WS yaitu sebagai berikut:

“Pendidikan menurut saya penting sekali. Supaya jadi pintar dan dapat ilmu yang banyak. Saya setelah lulus SMP nanti ingin meneruskan ke SMK saja”. (WS/24/06/2016)

Menurut pernyataan AG dan WS, mereka menganggap pendidikan penting sekali bagi kehidupan agar memiliki wawasan yang luas dan menjadi pintar. Dari pernyataan AG dapat diketahui juga bahwa dengan pendidikan yang tinggi nantinya akan memperoleh pekerjaan yang layak. Pernyataan AG tersebut memang tepat karena dengan pendidikan yang tinggi, individu lebih banyak memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Mengenai cita dalam pendidikan, AG dan WS memiliki cita-cita yang berbeda. AG memiliki cita-cita-cita-cita untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan WS lebih memilih untuk menempuh jenjang pendidikan SMK.

Pernyataan tentang cita-cita diungkapkan juga oleh EG. Berikut adalah pernyataan EG mengenai cita-citanya dalam pendidikan:

“Pendidikan itu penting mas. Supaya jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Saya Belum tau meneruskan kemana. Tapi sepertinya setelah lulus nanti bisa masuk ke SMK”. (EG/27/06/2016)

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh JL. Berikut pernyataan JL:

“Pendidikan sangat penting. Supaya lebih pintar dan pengetahuannya banyak. Jika pendidikannya rendah nantinya juga


(71)

55

susah mencari pekerjaan. Penginnya bisa kuliah jika ada biaya. Seandainya tidak bisa ya sampai SMK saja” (JL/01/07/2016) Pernyataan yang disampaikan oleh EG dan JL menunjukkan bahwa EG dan JL sama-sama menganggap pendidikan itu penting agar menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya dan agar mudah dalam memperoleh pekerjaan.

Aspek cita-cita dari EG dan JL juga berbeda. EG bercita-cita untuk dapat meneruskan pendidikan ke jenjang SMK. Sedangkan JL bercita-cita meneruskan pendidikan hingga jenjang perguruan apabila memungkinkan.

Berdasarkan pernyataan anak yang masih bersekolah di Desa Bugelan mengenai cita-citanya dalam pendidikan, dapat diketahui bahwa mereka memiliki cita-cita yang dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang sedang mereka tempuh saat ini.

Berdasarkan pernyataan yang didapatkan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa bugelan memiliki cita-cita dalam pendidikan. Cita-cita pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang ditempuh saat ini. Cita-cita tersebut tercermin baik dari orang tua terhadap pendidikan anak maupun cita-cita anak itu sendiri terhadap pendidikannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan.


(1)

(2)

153

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)