Penggunaan letter of credit (l/c) pada PT. Kusumahadi Santosa di Jaten Karanganyar OVY 2

(1)

PENGGUNAAN LETTER OF CREDIT (L/C)

PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA

DI JATEN KARANGANYAR

Tugas Akhir

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada

Program Studi Diploma III Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Ovy Meyla Afriastuti NIM : F.3106091

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

(3)

(4)

MOTTO

§ Sesungguhnya seiring kesusahan itu ada kemudahan oleh karena itu

kerjakanlah sesuatu dengan sungguh-sungguh (QS. Al-Insyiroh 6-7)

§ Kebaikan itu merupakan cahaya dalam kalbu, cahaya kalbu yang akan

memberi kekuatan pada tubuh, sedangkan keburukan merupakan

kegelapan kalbu, kegelapan yang akan menimbulkan kelemahan tubuh

(Hasan Al-Bashri).

§ Barang siapa di uji lalu bersabar, di beri lalu bersyukur, di zalimi

lalu memaafkan, dan berbuat zalim lalu bertaubat, maka bagi

mereka keselamatan dan merekalah orang-orang yang memperoleh


(5)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Tugas Akhir ini kepada : 1. Allah SWT sang pemilik segala-Nya 2. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas

kasih atas kasih sayang yang tak dapat dinilai dengan apapun

3. Kakak dan Adik-adik ku.

4. Calon suamiku yang menunggu disana 5. Segenap Almamaterku


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan keridhoan-Nya kepada kita semua. Dengan kemampuan dan waktu terbatas akhirnya penulis mampu menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “PENGGUNAAN LETTER OF CREDIT DALAM TRANSAKSI EKSPOR PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA JATEN KARANGANYAR.”

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya tugas akhir ini, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Hari Murti, M.Si selaku Ketua Program Studi DIII Bisnis Internasional yang telah memberikan ijin, saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

3. Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang dengan sabar memberi petunjuk, nasihat dan bimbingan hingga laporan tugas akhir selesai.

4. Seluruh staf dan karyawan Program DIII Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bantuan administratif kepada penulis.


(7)

5. Manajer PT. Kusumahadi Santosa yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian sekaligus magang kerja guna melengkapi penulisan Tugas Akhir.

6. Staf karyawan Divisi I Departemen Pemasaran PT. Kusumahadi Santosa, Bapak Mulyanto dan Ibu Rini terimakasih atas informasi serta batuannya dalam memberikan data yang diperlukan penulis.

7. Ibu Dewi selaku bagian personalia PT. Kusumahadi Santosa yang berkenang memberi ijin magang kerja dan penelitian untuk penulisan Laporan Tugas Akhir.

8. Seluruh staf dan karyawan PT. Kusumahadi Santosa yang telah memberikan bimbingan dalam mempelajari transaksi perdagangan luar negeri.

9. Ayah, Ibu, Mbak ika, adik-adik ku terimakasih atas doa dan dukungannya. 10.Mas Dwi terimakasih yang telah menunggu dan membantu hingga

terselesainya penulisan Tugas Akhir.

11.Teman-teman Bisnis Internasional terimakasih atas kerjasama.

12.Sahabat ku Ine, Mita, Evi, Nanik terimakasih atas persahabatan kalian semoga sukses.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesainya penulisan Tugas Akhir.

Surakarta, Juni 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN ABSTRAKSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Metode Penelitian... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Ekspor... 8


(9)

1. Pengertian Ekspor... 8

2. Dokumen Penunjang Ekspor dan Penerbitannya... 9

3. Ketentuan-ketentuan Ekspor dan Barang Ekspor... 10

4. Metode Pembayaran Ekspor... 13

B. Tinjauan Khusus Letter of Credit……… 15

1. Pengertian Letter of Credit……… 15

2. Proses Pembukaan Letter of Credit……… 16

3. Pihak-pihak yang terlibat dalam Transaksi Letter of Credit... 17

4. Bentuk-bentuk Letter of Credit……… 19

5. Jenis-jenis Letter of Credit……… 20

6. Sifat-sifat Letter of Credit……… 21

7. Tenor/jangka waktu Letter of Credit………. 21

8. Landasan Hukum Letter of Credit……… 21

9. Jenis-jenis Dokumen dalam Letter of Credit…………... 22

10. Manfaat Letter of Credit……….. 25

11. Prosedur dasar Letter of Credit………. 26

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan... 30

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan... 30

2. Aspek Strategi Perusahaan... 32

3. Visi dan Misi Perusahaan... 33


(10)

5. Produksi... 46

6. Pemasaran... 48

7. Tujuan Ekspor... 50

B. Pembahasan... 51

1. Perlindungan Kepentingan Para Pihak dalam L/C... 51

2. Kelebihan dan Kelemahan Letter of Credit... 63

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 69


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Daftar Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Tahun 2009... 43

3.2 Dafrar Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Tahun 2008... 44

3.3 Jam Kerja PT. Kusumahadi Santosa... 46

3.4 Kapasitas Produksi... 47

3.5 Hasil Produksi Tekstil... 47

3.6 Volume Penjualan Ekspor Tahun 2008... 48

3.7 Volume Penjualan Ekspor Tahun 2007... 49


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 L/C Opening Process... 16 3.1 Struktur Organisasi PT. Kusumahadi Santosa... 42 3.2 Proses Dokumen L/C (ICC Guide UCP-500) ... 54


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Surat Keterangan Magang 3. Letter of Credit

4. Sales Contract

5. Surat Pesanan Produksi 6. Commercial Invoice 7. Neutral Packing List 8. Shipping Insruction 9. Persetujuan Ekspor (PE)

10. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 11. Certificate of Origion (COO)

12. Bill of Lading 13. Shipment Advice 14. Beneficiary Certificate

15. Beneficiary’s Signed Attestation 16. Asuransi

17. Beneficiary’s Fax 18. TNT


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan melewati batas negara (pabean) terjadi karena setiap negara berbeda dengan negara lain ditinjau dari sudut sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, harga, keadaan dan struktur ekonomi dan sosial. Perbedaan itu menimbulkan perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan, serta mutu/kualitas dari negara yang lebih unggul dalam memproduksi hasil tertentu karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lainnya. Perdagangan luar negeri terjadi karena kebutuhan barang/jasa tidak terdapat pada suatu negara atau negara itu memperoleh barang dan jasa relatif murah dan lebih baik mutunya dari negara lain. Indonesia telah memasuki pembangunan ekonomi jangka panjang yang merupakan proses peningkatan dan penyempurnaan dari ekonomi sebelumnya, yang selama ini telah kita capai dengan segala daya dan usaha sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembangunan nasional dan perkembangan perekonomian dapat terlaksana (Amir, MS, 2000 : 1-3).

Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu kegiatan yang penting. Dalam situasi perekonomian dunia yang belum menggembirakan saat ini berbagai usaha telah dilaksanakan pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan transaksi ekspor dan menekan pengeluaran devisa dengan cara membatasi aktivitas-aktivitas impor, harga, mutu/kualitas produk ekspor harus benar-benar diperhatikan dan terjamin agar


(15)

mampu bersaing di pasar internasional. Dengan adanya kegiatan ekspor impor mempunyai manfaat antara lain dapat memberikan devisa bagi negara melalui pengembangan potensi ekspor Indonesia, dengan membuat berbagai instrumen kebijakan di bidang ekonomi dan keuangan yang sedang diupayakan oleh pemerintah, membuka lapangan kerja baru sehingga memberikan peluang kerja bagi pengangguran, hal ini dapat mendorong negara melakukan perdagangan internasional untuk meningkatkan produktivitas dan transaksi ke luar negeri yang berguna bagi pertumbuhan ekonomi dan menambah pendapatan suatu negara (Amir, MS, 2000 : 3). Dalam usaha meningkatkan volume penjualan dan meraih keuntungan, perusahaan ekspor sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor harus mengembangkan potensi mereka untuk mencari pembeli dari luar negeri sebanyak mungkin. Untuk mencapai suatu kesepakatan yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan dalam negeri sebagai pihak pengekspor dan pembeli luar negeri. Terkadang pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian tidak menyadari belum ada praktek perdagangan antar negara satu dengan negara lain yang dapat menimbulkan kerugian baik tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Kekurangan prestasi/kewajiban yang berupa wanprestasi walaupun tidak diinginkan namun pada kenyataannya terjadi, menimbulkan adanya klaim/tuntutan ganti rugi. Sehingga berdampak pada kepercayaan buyer pada penjual. Kemungkinan terbesar buyer tidak akan lagi melakukan transaksi ekspor dengan penjual. Meningkatnya perdagangan internasional akan meningkatkan intensitas lalu lintas pembayaran ekspor impor antar negara di dunia. Sistem pembayaran yang paling aman dan dilihat dari sudut pandang


(16)

besar kecilnya resiko yang dihadapi dalam transaksi ekspor adalah penggunaan Letter of Credit (Amir, MS, 2000 : 32).

Pemahaman tentang Letter of Credit (L/C) secara mendalam dibutuhkan oleh para pihak eksekutif perbankan terutama yang berhubungan dengan lalu lintas pembayaran internasional. Semakin ahli para eksportir dalam menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam Letter of Credit (L/C) tersebut maka pejabat perbankan lebih mudah melakukan penelitian dan pemeriksaan dokumen. Hal ini dengan sendirinya akan mempertinggi efisiensi pengelolaan dokumen di bank devisa.

PT. Kusumahadi Santosa adalah salah satu perusahaan eksportir yang bergerak di bidang industri tekstil khususnya kain jenis katun dan rayon yang bercorak batik yang berlokasi di Jalan Raya Jaten Km 9,4 Jaten Karanganyar. Perusahaan ini mengekspor produknya baik dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dalam negeri yaitu Surakarta, Surabaya, Jakarta, dan Bali, sedangkan untuk luar negeri yaitu UEA (Dubai), Turki, Italia, Belanda, Swiss, Arab Saudi, Jepang, Korea, Taiwan, Jerman, Singapura, Malaysia, serta negara Eropa lainnya. Sistem pembayaran yang digunakan PT. Kusumahadi Santosa adalah Letter of Credit dan Telegraphic Transfer dengan tingkat persentasenya 50% yang memakai Letter of Credit dan 50% yang pakai Telegraphic Transfer.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui dan mempelajari sistem pembayaran dengan menggunakan Letter of Credit (L/C) pada PT. Kusumahadi Santosa sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekspornya. Penulis ingin mengangkatnya menjadi pokok permasalahan yang berjudul “PENGGUNAAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA”.


(17)

B. Perumusan Masalah

Agar tujuan penelitian dapat tercapai dan permasalahan dapat dibahas lebih terarah maka penulis memaksudkan perumusan masalah yang bertujuan supaya tulisan dan ruang lingkup penelitian dapat terbahas dengan baik pada hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Apakah cara pembayaran L/C sudah melindungi kepentingan para pihak di dalam transaksi ekspor pada PT. Kusumahadi Santosa?

2. Apakah kelebihan dan kelemahan penggunaan L/C dalam transaksi perdagangan ekspor pada PT. Kusumahadi Santosa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara pembayaran L/C sudah melindungi kepentingan para pihak di dalam transaksi ekspor pada PT. Kusumahadi Santosa.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penggunaan L/C dalam transaksi perdagangan ekspor pada PT. Kusumahadi Santosa.


(18)

D. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan penelitian, penelitian ini juga mempunyai manfaat penelitian. Dalam penelitian ini mempunyai manfaat penelitian antara lain :

1. Bagi Penulis

Merupakan penerapan ilmu ekonomi tentang ekspor impor yang diperoleh di bangku kuliah dalam kerja nyata.

2. Bagi Perusahaan

Memberikan pembelajaran tentang hal-hal yang berhubungan dengan transaksi ekspor yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perusahaan dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas dan aktivitas ekspor dan pengembangan usaha.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor.

4. Bagi Mahasiswa dan pembaca lain

Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya bagi mahasiswa jurusan Bisnis Internasional yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan yang sama.

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya adalah mencari dan mendapatkan data yang selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Supaya


(19)

hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka perlu adanya metode penelitian.

Metode penelitian merupakan cara/langkah sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan dan memahami obyek yang menjadi sasaran dari masalah tersebut adalah terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas akhir ini adalah studi kasus, karena mengambil/memfokuskan suatu obyek tertentu untuk dianalisa lebih mendalam.

2. Jenis dan Alat Pengumpulan Data a. Jenis Data

1) Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian dengan cara wawancara langsung pada bagian ekspor dan staf / karyawan PT. Kusumahadi Santosa.

2) Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian melalui studi kepustakaan, dokumen dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.


(20)

b. Metode Pengumpulan Data 1) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak perusahaan PT. Kusumahadi Santosa.

2) Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan cara mencari, membaca dan mempelajari bahan-bahan kepustakaan berupa buku, makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dengan cara mengadakan pengamatan obyek secara langsung yang dilakukan PT. Kusumahadi Santosa.

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada PT. Kusumahadi Santosa khususnya pada bagian ekspor, kepala produksi, dan staf/karyawan PT. Kusumahadi Santosa.

b. Sumber data sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu Makalah Prosedur Ekspor, Buku Petunjuk Ekspor Indonesia.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM EKSPOR 1. Pengertian Ekspor

Ekspor merupakan salah satu kegiatan perdagangan, yaitu kegiatan usaha jual beli barang atau jasa yang dilaksanakan secara terus menerus dengan memperoleh keuntungan dengan melintasi daerah pabean (Indonesia) berdasarkan ketentuan yang berlaku (BPEN Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2003 : 1).

Ekspor adalah kegiatan menjual barang dari dalam wilayah pabean Indonesia dengan mentaati peraturan yang berlaku (Roselyne Hutabarat, 1992 : 306).

Kegiatan ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki pada bangsa lain/negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (Amir MS,2004 : 1).

Ekspor adalah menjual barang/jasa pada pembeli/konsumen yang bertempat tinggal di luar negara penjual (Jeff Madura, 2000 : 183).

Berdasarkan dari beberapa pengertian/definisi dari ekspor diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara pengertian dari ekspor adalah kegiatan badan usaha untuk melakukan penjualan barang/jasa ke luar wilayah pabean Indonesia/ke luar negeri.


(22)

2. Dokumen Penunjang Ekspor dan Penerbitannya

Dokumen adalah suatu instrumen tertulis yang mengandung fakta-fakta, angka-angka/keterangan-keterangan lain yang dipakai sebagai bukti (Roselyne Hutabarat, 1992 : 725).

a. Produsen/Penjual/Eksportir

Dokumen yang diterbitkan antara lain : Brochure, Offersheet, Sales Contract, Invoice, Commercial Invoice, Packing List, Weight Note, Measurement List, letter of Indemeniti, Letter of Subrogation.

b. Bank

Dokumen yang diterbitkan oleh bank antara lain : Letter of Credit, Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Bea Cukai (SSBC).

c. Balai Penguji dan Sertifikasi Mutu

Dokumen yang diterbitkan adalah Certificate of Quality, Test Certificate Chemicial Analysis. Balai penguji merupakan pihak yang berguna untuk menjamin mutu komoditas yang akan di ekspor.

d. Usaha jasa transportasi

Dokumen yang diterbitkan oleh pihak ini antara lain : Measurement List, Weight Note.

e. Bea Cukai

Dokumen uang diterbitkannya adalah Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB atau fiat (izin) muat barang.


(23)

f. Perusahaan Pelayaran (Shipping Company)

Dokumen yang diterbitkan adalah Bill of Lading(BL), Mate’s Receipt(Resi Mualim).

g. Angkutan Udara

Seperti halnya perusahaan pelayaran, akan tetapi dokumen yang diterbitkan adalah Air Ways Bill (AWB).

h. Kanwil Deperindag

Dokumen yang diterbitkan oleh pihak ini antara lain : Kuota Tekstil, Surat Keterangan Asal (SKA), Angka Pengenalan Ekspor (APE), Angka Pengenalan Impor Umum (API-U), Angka Pengenalan Impor Terdaftar (Approved Traders).

i. Kantor Inspeksi Pajak

Dokumen yang diterbitkan adalah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP wajib dimiliki oleh setiap eksportir dan perusahaan.

j. Kedutaan Negara Asing

Dokumen yang diterbitkan oleh pihak ini adalah Consular Invoice. Ini merupakan faktur yang disahkan oleh kedutaan importir yang berada di negara eksportir (Amir MS,2004 : 24-26).

3. Ketentuan-ketentuan Ekspor dan Barang Ekspor

Setiap perusahaan yang akan melakukan ekspor harus memiliki, antara lain : 1) SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari DEPERINDAG atau Izin Usaha

dari Departemen Teknis lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.


(24)

2) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Untuk memperoleh SIUP dan Tanda daftar Perusahaan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu syarat-syarat SIUP :

a.Memiliki Akte (Surat Pengesahaan dari keterangan Notaris) b.Menyerahkan fotokopi KTP dan pas foto

c.Menyerahkan Surat Keterangan WNI, ganti nama (warga asing) d.Menyerahkan Surat Keterangan Domisili

e.Menyerahkan Tanda Daftar Perusahaan

Sedangkan syarat-syarat Tanda Daftar Perusahaan adalah : a. Memiliki Akte pendirian perusahaan

b. Melampirkan KTP semua pengurusan c. Melampirkan daftar pemegang saham d. Menyerahkan fotokopi NPWP

e. Melampirkan fotokopi keterangan domisili

f. Melampirkan fotokopi SIUP (D3 Bisnis Internasional, dan PPEI, 2004 : 15).

Dalam tata niaga barang, kelompok barang yang diekspor dibagi menjadi antara lain : (D3 Bisnis Internasional, dan PPEI, 2004 : 16).

a. Barang diatur

Setiap eksportir yang akan mengekspor harus memenuhi dan mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar (sesuai dengan produk) dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam hal itu diatur oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Contoh barang yang diatur :


(25)

1. Tekstil dan produk tekstil (ke AS, Kanada, Uni Eropa, Norwegia dan Turki)

2. Kopi, maniok (ke Uni Eropa) 3. Kayu, produk kayu dan rotan b. Barang diawasi

Setiap eksportir yang akan mengekspor hanya melakukannya dengan persetujuan dari MENPERINDAG/pejabat yang ditunjuk, dalam hal ini Direktur Ekspor mempertimbangkan usulan dari Direktur lain (teknis) DEPERINDAG/instansi dan departemen lain yang terkait. Contoh dari barang yang diawasi :

1. Inti kelapa sawit, minyak dan gas bumi, pupuk urea 2. Kulit buaya dalam bentuk wet blue

3. Bibit sapi, sapi, kerbau, anak ikan Napoleon Wrasse dan ikan napoleon 4. Emas dan perak bukan tempa

5. Limbah dan skrap dari baja stainless c. Barang dilarang

Barang yang tidak boleh/dilarang untuk di ekspor ini bertujuan antara lain agar komoditas tersebut dapat diproses menjadi setengah jadi/barang jadi untuk meningkatkan nilai tambah menjadi pengadaan bahan baku, melindungi pelestarian alam dan hutan, melindungi jenis tanaman dan hewan langka. Contoh barang yang dilarang :

1. Anak ikan arwana, ikan arwana


(26)

3. Kayu bulat, pasir laut

4. Barang kuno yang bernilai kebudayaan d. Barang bebas untuk di ekspor

Merupakan produk-produk yang tidak tercantum pada daftar tersebut. 4. Metode Pembayaran Ekspor

Perbankan mempunyai peran yang sangat penting dalam mempelancar dan membantu kelangsungan pembayaran transaksi perdagangan internasional, karena sebagian besar/bahkan semua proses pembayaran transaksi perdagangan internasional dilakukan melalui sistem perbankan yaitu dengan pemindah bukuan rekening yang dipersyaratkan dalam transaksi.

Secara garis besar terdapat 3 macam metode pembayaran perdagangan internasional :

a. Clean Payment and Settlements

Secara umum metode pembayaran ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Open account trade (sistem pembayaran dengan perhitungan kemudian).

Open account trade adalah cara pembayaran dalam transaksi luar negeri dimana eksportir memperbolehkan importir membayar barang yang dibelinya dengan tenggang beberapa waktu setelah barang dikirim dan diterima oleh importir. Sistem pembayaran ini hanya lazim digunakan bagi pihak- pihak yang sudah saling mengenal baik, karena eksportir menanggung resiko besar yaitu gagal bayar. Dalam transaksi open account trade dokumen dikirim oleh eksportir melalui bank sekaligus


(27)

menagih pembayaran dengan collection (Bhimo Rizky samudro, dkk, 2007 : 6).

2. Advance Payment (Pembayaran dimuka)

Advance payment merupakan sistem pembayaran yang memungkinkan pembeli untuk melakukan pembayaran dimuka atau sebelum barang dikirimkan pada pembeli. Dengan sistem ini importir memberikan kepercayaan penuh terhadap eksportir bahwa ia akan menerima barang yang telah dipesannya. Oleh karena itu, sistem pembayaran ini lazim digunakan oleh para pelaku bisnis internasional yang sudah saling mengenal baik karena importir menanggung resiko besar yaitu barang yang dipesannya tidak dikirim dan pembayaran telah dilakukan (Bhimo Rizky Samudro, dkk, 2007 : 10).

b. Documentary Collection

Metode pembayaran transaksi perdagangan internasional, dimana penagihan pembayaran luar negeri dilakukan dengan menggunakan surat tagihan pada bank yang ditunjuk yang sering disebut dengan draft (international bill of exchange). Draft tersebut berlaku di bank jika disertai dengan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengurusan custom clearen di pelabuhan bongkar. International bill of exchange merupakan surat tagihan tanpa syarat yang dibuat oleh drawer (penagih) pada drawee (ditagih) yang berdomisili di negara lain (Bhimo Rizky Samudro, dkk, 2007 : 12).


(28)

c. Documentary Credit

Documentary credit lebih dikenal dengan Letter of Credit (L/C), merupakan metode pembayaran yang dapat memenuhi salah satu keinginan eksportir dan importir. Disatu pihak eksportir menginginkan kepastian pembayaran sebelum hak kepemilikan diserahkan, sedangkan importir menginginkan agar barang yang dibeli dapat diterima dalam jumlah, kondisi dan jadwal sesuai sales contract. Dengan demikian L/C sebagai jaminan pembayaran bagi eksportir dan jaminan mendapat barang importir (Bhimo Rizky Samudro, dkk, 2007 : 19).

B. TINJAUAN KHUSUS L/C 1. Pengertian Letter of Credit

a. Amir MS, 2003 : 1

Letter of Credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan pada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir untuk menarik wesel atas bank pembuka untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat itu.

b. PPEI, BPEN dan DEPERINDAG, 2004 : 30

Letter of Credit (L/C) adalah sistem pembayaran transaksi perdagangan luar negeri dengan melibatkan pihak bank secara aktif.


(29)

c. Roselyn Hutabarat, 1992 : 25

Letter of Credit (L/C) adalah suatu persyaratan yang dikeluarkan oleh suatu bank untuk mempertahankan kredit akan dirinya yang telah cukup dikenal baik, sebagai pengganti kredit terhadap importir tersebut yang mungkin baik juga tetapi dikenal.

2. Proses pembukaan Letter of Credit

Dasar pembukaan L/C adalah kesepakatan jual beli antara eksportir dan importir. Sales contra ct atau suatu confirmation of sale yang mempersyaratkan pembukaan L/C sebagai cara pembayaran.

Gambar 2.1 L/C Opening Process 1. Aplikasi L/C

2. L/C Confirmation

LUAR NEGERI DALAM NEGERI

3. L/C Advice

Sumber : Kumpulan Materi Pelatihan Ekspor Impor Keterangan :

1.Importir meminta kepada bank devisanya (Opening Bank) untuk membuka sebuah Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi hutangnya kepada eksportir, sejumlah yang disepakati dalam

OPENING BANK IMPORTER

(Aplicant)

EKSPORTER (Beneficiary)

ADVISING BANK


(30)

sales contract dan sesuai dengan syarat-syarat pencairan yang disebut dalam sales contract dan merujuk pada ketentuan dari The Uniform and Practice of Documentary Letter of Credit dari International Chamber of Commerce (kamar dagang internasional) atau UCPDC 500. Importir yang meminta pembukaan L/C itu disebut aplicant.

2.Opening Bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan importir, melakukan pembukaan L/C melalui bank korespondennya (Advising Bank) di negara eksportir. Pembukaan L/C itu dapat dilakukan dengan surat-kawat-telex-faximile atau media elektronik lainya. Penegasan pembukaan L/C dalam bentuk tertulis disebut dengan L/C Confirmation yang diteruskan oleh Opening Bank kepada bank koresponden untuk disampaikan kepada eksportir.

3.Advising Bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C diterima dari Opening Bank, meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada eksportir yang berhak menerima dengan surat pengantar dari Advising Bank. Surat pengantar itu disebut L/C Advice, sedangkan eksportir penerima L/C itu disebut Beneficiary dari L/C. Bila Advising Bank diminta dengan tertulis oleh Opening Bank untuk menjamin pembayaran maka Advising Bank juga disebut sebagai Confirming Bank.

3. Pihak- pihak yang terlibat dalam transaksi Letter of Credit

Dalam transaksi perdagangan dengan menggunakan Letter of Credit, cukup banyak pihak yang terlibat di dalamnya yaitu :


(31)

a. Aplicant

Pihak yang memohon pembukaan L/C dan melakukan pembayaran atas penerimaan dokumen yang sesuai dengan syarat L/C. Aplicant sering disebut Pembeli/Buyer/Importir/Account Party.

b. Beneficiary/eksportir

Pihak yang menerima L/C dan memperoleh pembayaran atas penyerahan dokumen yang sesuai dengan syarat L/C, sebutan lain dari beneficiary adalah : Penjual/Seller/Eksportir/Shipper/Vendor.

c. Opening Bank

Bank yang membuka L/C atas permintaan nasabahnya (applicant). Lebih dikenal dengan sebutan Issuing Bank.

d. Advising Bank

Bank yang meneruskan L/C ke beneficiary atas permintaan Issuing Bank. e. Negotiating Bank

Bank pengambil alih dokumen ekspor dari beneficiary. f. Reimbursing Bank

Bank yang diberi kuasa oleh Issuing Bank untuk membayar atas tagihan Negotiating Bank

g. Confirming Bank

Bank yang ikut memberikan jaminan pembayaran atas L/C yang diterbitkan oleh Issuing Bank.


(32)

Pihak- pihak yang terlibat secara tidak langsung : a. Bea Cukai

Sebagai pihak yang memberikan izin untuk memasukan dan mengeluarkan barang dari/ke wilayah pabean Indonesia.

b. Maskapai pelayaran

Sebagai pihak yang melaksanakan pengiriman/pengapalan/angkutan barang-barang ekspor impor.

c. Badan pemeriksa/surveyor

Pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan fisik atas barang-barang ekspor impor.

d. Perusahaan Asuransi

Pihak yang menerbitkan polis asuransi pengangkutan laut, pihak yang ikut menjamin keselamatan atas barang-barang ekspor (Roselyn Hutabarat, 1992 : 28).

e. Badan- badan penelitian

Badan-badan yang ditunjuk pemerintah untuk mengeluarkan surat-surat keterangan/sertifikat lainnya bagi barang-barang yang diperdagangkan. 4. Bentuk-bentuk Letter of Credit

Menurut UCP-500 article 6, Letter of Credit dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Revocable Letter of Credit

Revocable Letter of Credit adalah suatu L/C yang dapat diubah atau dibatalkan setiap saat secara sepihak tanpa pemberitahuan/persetujuan pihak lain yang terkait.


(33)

b. Irrevocable Letter of Credit

Irrevocable Letter of Credit adalah suatu L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak tanpa pemberitahuan/persetujuan pihak lain yang terkait.

5. Jenis-jenis Letter of Credit a. Transferable Letter of Credit

Suatu L/C yang dapat dipindah tangankan kepada pihak lain baik secara sebagian maupun keseluruhan dari nilai L/C. Namun pemindahan hanya boleh dilakukan satu kali saja.

b. Back to Back Letter of Credit

Suatu L/C yang dibuka atas dasar pembukaan suatu L/C dengan jaminan L/C (Master L/C).

c. Red Clause Letter of Credit

Merupakan L/C yang memberikan kewenangan bagi Negotiating Bank untuk melakukan pembayaran dimuka dengan jumlah sebagian atau keseluruhan pada ekspor sebelum penyerahan dokumen.

d. Revolving Letter of Credit

Suatu L/C yang dapat dipergunakan beberapa kali/berulang-ulang secara otomatis sesuai dengan jadwal yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu selama berlakunya L/C.


(34)

e. Standby Letter of Credit

Suatu L/C yang menjamin bahwa bank pembuka L/C akan melaksanakan pembayaran jika terjadi wanprestasi (pelanggaran) oleh applicant. Standby L/C baru dapat direalisasikan apabila transaksi tersebut tidak terpenuhi. 6. Sifat-sifat Letter of Credit

a. Restricted Letter of Credit

Suatu L/C yang hanya dapat dinegosiasikan/diambil alih oleh bank yang namanya tercantum dalam L/C tersebut (bersifat terbatas).

b. Unrestricted Letter of Credit

Suatu L/C yang dapat dinegosiasikan/diambil alih oleh bank manapun yang dikehendaki oleh beneficiary.

7. Tenor atau jangka waktu Letter of Credit a. Sight Letter of Credit

Suatu L/C yang pembayarannya didasarkan atas wesel unjuk (sight draft), dan pembayaran dapat diterima dalam waktu relatif singkat.

b. Usance Letter of Credit

Suatu L/C yang pembayarannya didasarkan atas wesel berjangka (usance draft) dan pembayaran baru dapat diterima dalam waktu tertentu.

8. Landasan Hukum Letter of Credit

a. International Chamber of Commerce (ICC) menerbitkan publikasi yang disebut dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCPDC).


(35)

b. Setiap L/C yang diterbitkan apabila tunduk pada UCPDC akan selalu mencantumkan kalimat “ This Letter of Credits Issued Subject to Uniform Customs and Practice for Documentary Credits”, 1993 Revision, ICC Publication No.550 (Art.1, UCPDC 1993 Revision No.550).

c. ICC mempunyai badan yang bertugas menyelesaikan sengketa yang timbul dalam perdagangan internasional yaitu ICC Court of Arbitration. 9. Jenis-jenis dokumen dalam Letter of Credit

Transaksi ekspor impor dengan L/C adalah transaksi tentang dokumen yang berkaitan dengan barang-barang yang dikapalkan. L/C harus secara khusus menyatakan dokumen yang disyaratkan dalam sebuah L/C. Uniform Custom Practice 500 (UCP-500) mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing-masing jenis dokumen, dengan catatan L/C tidak mempersyaratkan sebaliknya. Maksudnya persyaratan dokumen diatur dalam UCP-500 sifatnya kontraktual dimana para pihak dapat menyetujui persyaratan dalam UCP-500. Jika para pihak menghendaki lain maka peryaratan tersebut harus dinyatakan dalam L/C.

Adapun dokumen yang sering disyaratkan dalam L/C : a. Bill Of Lading

Bill of Lading adalah dokumen yang diterbitkan maskapai pelayaran/ shipping company yang merupakan tanda terima penyerahan barang, tanda bukti kontrak pengangkutan barang, tanda bukti kepemilikan barang. Untuk pengangkutan dengan kapal udara dokumen pengangkutan yang


(36)

digunakan adalah Airway Bill (AWB). Berbeda dengan B/L, Airway Bill merupakan dokumen kepemilikan.

b. Invoice/Faktur

Invoice adalah dokumen yang dikeluarkan oleh eksportir mengenai keadaan barang, jumlah, kualitas, harga syarat-syarat pembayaran dsb. Invoice biasanya disebut Commercial Invoice untuk membedakan dengan jenis invoice lain yang ada dalam perdagangan. Berikut ini beberapa jenis invoice antara lain :

1) Proforma Invoice yaitu dikeluarkan oleh eksportir dalam rangka penawaran barang. Seandainya importir setuju proforma invoice cukup ditandatangani dan ini sudah menjadi sales contract.

2) Consuler Invoice yaitu Commercial Invoice yang diterbitkan oleh konsul atau perwakilan dagang negara pembeli yang berkedudukan di negara penjual.

3) Visaed Invoice yaitu Commercial Invoice yang ditandaskan atau perwakilan dagang negara pembeli yang berkedudukan di negara penjual.

c. Packing List

Packing List adalah suatu daftar barang yang dibuat dan ditandatangani oleh eksportir dengan menyebut perincian barangnya (pieces, peti, colli, karung/bal) tanpa mencantumkan harga. Biasanya disebutkan juga berat kotor dan berat bersih tergantung jenis barangnya.


(37)

d. Certificate

Certificate adalah dokumen yang dikeluarkan oleh orang, instansi, lembaga atau laboratorium yang berwenang menjelaskan spesifikasi tertentu dari suatu barang. Certificate yang lazim diperlikan antara lain : 1) Certificate of Origin yaitu suatu sertifikat yang dikeluarkan oleh badan

tertentu yang menjelaskan mengenai negara asal barang. Di Indonesia certificate ini diterbitkan oleh kantor Deperindag.

2) Certificate of Analysis dikeluarkan oleh lembaga atau laboratorium yang menjelaskan mengenai uraian kimiawi dari barang.

3) Certificate of Quality dikeluarkan oleh badan atau laboratorium tertentu yang menjelaskan mengenai kualitas atau mutu barang.

4) Certificate of Inspection yaitu dikeluarkan oleh orang tertentu atau badan tertentu (pemeriksaan barang) yang menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan barang pada saat pemuatan.

5) Certificate of Fumigation dikeluarkan oleh badan tertentu yang menjelaskan mengenai tindakan anti hama atas ruangan kapal/tumpukan barang tertentu yang telah dilakukan.

6) Certificate of Health/Sanitary dikeluarkan oleh badan atau instansi kesehatan yang menjelaskan mengenai keadaan, kebersihan, kesehatan barang/bahan makanan.


(38)

e. Wesel (Bill of Exchange/draft)

Wesel adalah suatu perintah tertulis tanpa syarat yang ditujukan oleh yang mengeluarkan perintah kepada orang lain untuk melakukan pembayaran pada waktu surat itu ditujukan kepadanya/pada tanggal tertentu.

f. Dokumen Asuransi

Dalam transaksi ekspor impor, dokumen asuransi juga penting karena membuktikan bahwa barang-barang yang disebutkan didalamnya telah diasuransikan. Jenis-jenis resiko yang ditutup dalam dokumen ini. Dokumen asuransi menyatakan pihak mana yang meminta asuransi dan kepada siapa claim (permintaan ganti rugi) dibayarkan. Asuransi atas barang ekspor impor biasanya lebih tergantung pada kepentingan pembeli. 10. Manfaat Letter of Credit

Selain sebagai sistem pembayaran, L/C juga bermanfaat bagi kepentingan baik eksportir atau importir antara lain :

a. Bagi eksportir

1) Adanya jaminan pembayaran atas barang-barang yang telah dikapalkan/dikirimkan kepada importir setelah dipenuhinya syarat-syarat dan kondisi dalam L/C terpenuhi.

2) Kemungkinan eksportir untuk memperoleh bantuan keuangan dari bank lebih mudah.


(39)

b. Bagi Importir

1) Adanya jaminan diterimanya barang-barang atas pembayaran yang telah diperintahkan pelaksanaannya kepada bank setelah syarat-syarat yang diminta dalam L/C dipenuhi.

2) Kemungkinan importir untuk mendapat kemudahan bantuan keuangan dari bank (Bhimo Rizky Samudro, dkk, 2007 : 20).

11. Prosedur dasar Letter of Credit

Prosedur dasar L/C terdiri dari tahap pertukaran dokumen kepemilikan barang dengan uang tunai atau kontrak janji pembayaran.

Terdapat 4 langkah dalam prosedur dasar tersebut : a. Issuance (PenerbitanL/C)

Menerangkan proses ketika importir mengajukan permintaan dan membuka L/C pada Issuing Bank serta penerbitan pemberitahuan resmi bank pada eksportir melalui Advising Bank.

b. Amandement (Perubahan L/C)

Pada saat L/C dalam proses pelaksanaan adakalanya timbul perubahan kondisi L/C yang harus dilakukan dan disampaikan pada pihak yang terlibat dalam L/C tersebut, sehingga L/C yang dibuka pada umumnya berkisar pada bertambah jumlah L/C, perpanjangan tanggal perkapalan, perpanjangan masa berlaku L/C, perpanjangan tanggal negoisasi, bertambah atau berkurang jumlah barang, syarat-syarat pembayaran, dokumen-dokumen tidak tersedia.


(40)

c. Utilization (Pemanfaatan)

Menjelaskan tentang proedur pengiriman barang oleh eksportir, tranfer dokumen dari eksportir ke importir melalui bank dan tranfer pembayaran dari importir.

d. Settlement (Penyerahan pembayaran)

Proses penyampaian dana pada eksportir setelah menunjukan dokumen kreditnya.

3 alat utama penyelesaian : 1) Pembayaran

Jika L/C adalah irrevocable confirmed L/C maka nilai kredit bisa dibayarkan pada beneficiary segera setelah persyaratan dan kondisi kredit terpenuhi (setelah dokumen yang ditetapkan dalam L/C diserahkan dan di cek Confirming Bank).

2) Acceptance

Beneficiary menyerahkan paket dokumen yang dipersyaratkan berikut time draft (wesel berjangka) yang biasa ditarik pada Issuing Bank, Advising Bank yang ditunjuk senilai besar kredit.

3) Negoisasi

Importir menerima dokumen dan setuju untuk membayar bank dalam beberapa waktu mendatang. Issuing Bank melakukan pembayaran pada waktu kemudian ang ditentukan, apabila persyaratan dan kondisi kredit telah terpenuhi.


(41)

Syarat L/C dan akibatnya :

a. Shipping document yang diserahkan pada bank dengan bank harus sesuai dengan syarat yang tercantum dalam L/C.

Cara memperbaiki kesalahan :

§ Mengubah dan membetulkan semua kekeliruan itu

§ Ekspor memberikan surat jaminan pada bank atas kemungkinan keberatan-keberatan (claim) yang akan diajukan oleh importir. Surat jaminan disebut Letter of Guarantee atau Letter of Indemnity.

§ Adakalanya bank menerima L/C indemnity dari eksportir, misalnya dalam keadaan penyimpangan yang dianggap bank sebagai soal prinsipal. Terpaksa shipping document dikirim pada importir dengan nota inkaso dari bank atau dokumen dikirim dengan permintaan supaya dapat disetujui pembayaran atas penyerahan dokumen itu. Pembayaran baru dapat dilakukan setelah penerima barang sendiri menyatakan persetujuan atas kekeliruan yang telah dibuat oleh eksportir.

b. Dalam hal transferable L/C maka beneficiary diberi hak untuk memindahkan penggunaan atas kredit yang tersedia pada pihak lain.

c. Syarat partial shipment allowed yaitu eksportir diberi hak melakukan pengiriman barang secara berangsur-angsur atau sebagian dan berhak menerima pembayaran yang sebanding


(42)

dengan harga barang yang terkirim oleh karena didalam L/C biasanya Advising Bank diberi kuasa penuh untuk membayar jumlah penuh dari invoice yang diajukan, untuk mencegah kemungkinan penyalagunaan syarat “partial shipment allowed”.


(43)

BAB III

GAMBARAN PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Di Jawa Tengah terdapat salah satu perusahan tekstil yang sudah terkenal yaitu perusahaan keluarga yang memproduksi tekstil bercorak batik. Perusahaan tersebut adalah PT. Danarhadi Santosa. Pendiri perusahaan ini adalah Bapak R. H. Santosa berdasarkan Akta Notaris Miriam, SH, tanggal 21 Maret 1975 No. 22/PPA/1975. PT. Danarhadi Santosa mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak tahun 1980 PT. Danarhadi Santosa mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Kusumahadi Santosa berdasarkan Akta Notaris Maria Theresia Budi Santosa, SH, pada tanggal 14 Mei 1980 No. 11/II/1980. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan eksportir yang bergerak di bidang industri tekstil dan dalam proses produksinya terdiri dari weaving, finishing, printing, dan dyeing. Dalam hal ini produk yang dihasilkan adalah kain grey (kain mentah), cabric (kain putih), dan printing (kain cetak). PT. Kusumahadi Santosa terletak di Jalan Raya Jaten Km 9,4 Jaten, Karanganyar. PT. Kusumahadi Santosa telah diresmikan oleh Menteri Tenaga Kerja RI Bapak Soedomo pada tanggal 21 September 1983.


(44)

Dari tahun 1985-1992 PT. Kusumahadi Santosa mengadakan berbagai perluasan antara lain :

1. Menambah kapasitas produksi kain tenun

2. Mengadakan perluasan dibidang printing dengan penambahan jumlah mesin produksi

3. Mengadakan perluasan bidang dyeing di daerah Tasikmadu berdasarkan Surat Keputusan No. 11/II/PMPN/1987 tanggal 1 Desember 1987

4. Mengadakan perluasan di bidang finishing di desa Mojolaban, Karanganyar berdasarkan Surat Keputusan No. 27/IV/PMPN/1987 tanggal 1 Desember 1987

5. Mengadakan perluasan produksi dengan mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Kusumaputra Santosa yang bergerak dibidang kapas menjadi benang (spinning). Perusahaan ini didirikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan benang terutama untuk bagian produksi di PT. Kusumahadi Santosa, kapas diproduksi di departemen Spinning, gudang pemasaran menampung atas permintaan dari langganan untuk dipasarkan ke beberapa daerah lokal seperti Bandung serta sebagian diekspor ke negara San Diego, Athens (Yunani), Istambul (Turki) dan Italia. PT. Kusumahadi Santosa telah diresmikan pada tanggal 9 Juli 1990 dan pada bulan November 1990 perusahaan ini mampu mengoperasikan unit produksi permintalan benang dengan produksi sebanyak 33.120 mata pintal.


(45)

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh PT. Kusumahadi Santosa, antara lain: a. Bangunan pabrik, bangunan kantor dan peralatannya, serta bangunan

perumahan karyawan serta fasilitasnya

b. Sarana dan tempat olahraga serta bangunan-bangunan lain yang tersedia pada perusahaan

c. 94 mesin produksi pada departemen weaving I dan weaving II. Jenis mesin pada weaving I yaitu Toyoda GH-9 sedangkan pada weaving II yaitu Tsudakoma Airjet ZA205i dan Tsudakoma Airjet ZA 209i 2. Aspek Strategi Perusahaan

PT. Kusumahadi Santosa terletak di Jalan Raya Jaten Km 9,4 Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. Dengan area tanah seluas 47.140 m2 terdiri dari tanah untuk bangunan pabrik, kantor, perumahan, kantin, koperasi, poliklinik, tempat parkir dan masjid. PT. Kusumahadi Santosa mempunyai lokasi yang sangat strategis dan menguntungkan bila dilihat dari :

A. Faktor Geografis yaitu :

1. Faktor Pengadaan Bahan Baku

Dilihat dari lokasi PT. Kusumahadi Santosa dan PT. Kusumaputra Santosa yang berdekatan sehingga kebutuhan akan bahan baku dapat terpenuhi dengan mudah dan cepat.

2. Faktor Tenaga Kerja

Dalam memperoleh tenaga kerja tidak mengalami kesulitan karena dekat dengan daerah pemukiman penduduk sekitar.


(46)

3. Faktor Lingkungan Masyarakat

Meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar dengan adanya kesempatan kerja yang terbuka dapat meningkatkan taraf hidup. B. Faktor Ekonomi

Terdapat beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi : 1. Faktor Sumber Daya Alam

Dengan area tanah yang luas disekitar perusahaan dapat dimanfaatkan perusahaan dalam memperluas pabrik, sehingga di dalam perolehan bahan baku seperti listrik, air dan kebutuhan lainnya mengalami kemudahan di dalam masalah perizinan.

2. Faktor Pasar/Distribusi

Didalam mendistribusikan hasil produknya yang berupa tekstil bercorak batik PT. Kusumahadi Santosa melakukannya dengan sangat baik secara efektif dan efisien karena ditunjang letak perusahaannya yang sangat strategis.

3. Faktor Transportasi

Letak perusahaan yang berada di dekat di dekat jalan raya memudahkan dalam pengangkutan bahan baku maupun hasil produksi sehingga dapat dijangkau dengan alat transportasi yang diperlukan dan digunakan.

3. Visi dan Misi Perusahaan

PT. Kusumahadi Santosa di dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu memperhatikan pelayanan, mutu/kualitas hasil


(47)

produksi serta daya saing dengan produk lain agar produk yang dihasilkan tetap lebih unggul dibandingkan dengan produk lain. Visi, misi dan sasaran mutu pada PT. Kusumahadi Santosa yaitu :

a. Visi Perusahaan

1. Meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin pemenuhan pesanan pelanggan sebaik mungkin agar merasa senang.

2. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan PT. Kusumahadi Santosa bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia, disiplin tinggi, mampu bekerja keras dan mampu bersaing dengan produk tekstil dari perusahaan lain. b. Misi Perusahaan

1. Menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi agar dapat memenuhi selera dan permintaan konsumen, diutamakan kepuasan konsumen. 2. Melestarikan batik dan pengadaan bahan baku yang dibutuhkan dalam

pembuatan kain batik agar tetap berkembang dan berjalan lancar. 3. Membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru,

mengurangi pengangguran, meningkatkan taraf hidup masyarakat serta menunjang pembangunan.

c. Sasaran Mutu Perusahaan 1. Meningkatkan produktivitas

2. Mencari pelanggan sebanyak mungkin 3. Memperhatikan pelayanan kepada pelanggan 4. Mengurangi jumlah keluhan dari pelanggan


(48)

5. Mengurangi jumlah tuntutan ganti rugi atau claim 4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah gambaran secara sistematis tentang hubungan kerja sama dari orang-orang dalam rangka mencapai suatu tujuan. Merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kedalam fungsi-fungsi tertentu. Organisasi sangat penting sebab dengan adanya organisasi mekanisme lalu lintas kegiatan menjadi jelas perkerjaan lancar, tujuan perusahaan dapat dicapai secara efisien dan pengawasan terhadap tenaga kerjapun lebih mudah dilakukan.

Struktur organisasi pada PT. Kusumahadi Santosa berbentuk garis, sehingga komunikasi ataupun laporan-laporan jalanya bertahap sesuai dengan jenjang kepemimpinannya. Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan disesuaikan tingkatanya dalam struktur organisasi perusahaan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

a. Pemegang Saham

Pemegang saham adalah seseorang yang memiliki hak dalam perusahaan dalam kepemilikan perusahaan. Maka dalam kepentingannya pemegang saham mempunyai wewenang penuh dalam pengangkutan dan pemberhentian komisaris melalui rapat umum pemegang saham. Rapat ini dilakukan setiap bulan sekali.


(49)

b. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dalah badan yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham. Adapun fungsi dan tugas dewan komisaris adalah sebagai berikut :

1. Mengatur dan mengkoordinir kepentingan para pemegang saham sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan umum perusahaan.

2. Mengusahakan agar tujuan perusahaan seperti yang dicantumkan dalam anggaran dasar dapat tercapai dengan baik.

3. Menguasai dan memprakarsai pelaksanaan dari tujuan perusahaan didasarkan atas kebijaksanaan umum perusahaan yang telah ditetapkan.

4. Memberi penilaian dan mewakili para pemegang saham atas pengesahan laporan keuangan dan laporan laba rugi serta laporan lainnya yang disampaikan dewan direksi.

5. Menyempurnakan kembali kebijakan-kebijakan umum dalam perusahaan.

c. Dewan Direksi/Direktur Utama

Dewan direksi adalah dewan yang dipilih dewan komisaris dan ditugaskan untuk memimpin, mengawasi, serta menilai hasil sasaran perusahaan dalam hal ini pelaksanaan tugasnya dibantu oleh asisten direktur utama.


(50)

d. Manajer Direktur

Manajer Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam koordinasi dan pengembangan keputusan, mempunyai keputusan dan tanggung jawab besar yang di bantu oleh asisten manajer direktur.

e. Kepala Divisi Umum dan Keuangan

Dalam menjalankan tugas atau operasionalnya Kepala Divisi Umum dan Keuangan dibantu oleh asisten dan empat manajer yaitu :

1. Manajer Keuangan

Manajer Keuangan bertugas mengatur keuangan/mengelola keuangan dan sirkulasi uang dalam perusahaan, dalam operasionalnya manajer keuangan di bantu dua kepala seksi keuangan.

2. Manajer Akuntansi

Manajer Akuntansi bertugas menyediakan laporan keuangan dari pihak-pihak perusahaan. Dalam operasionalnya manajer akuntansi di bantu oleh tiga seksi akuntansi.

3. Manajer Logistik

Majaer Logistik adalah manajer yang menangani masalah pengadaan dan penerimaan bahan baku serta bahan-bahan lain demi lancarnya proses produksi. Dalam operasionalnya dibantu oleh tiga kepala seksi yaitu seksi pengadaan, seksi penerimaan dan seksi gudang.

4. Manajer Umum dan Personalia

Manajer Umum dan Personalia merupakan manajer yang bertugas memperlancar perkembangan perusahaan dan bertugas memperlancar


(51)

perkembangan perusahaan dan kesejahteraan pegawai dan menentukan urusan kepegawaian serta urusan-urusan umum lainnya.

f. Kepala Divisi Produksi I

Dalam menjalankan operasionalnya divisi ini membawahi PPC (Pengendalian dan Pengawasan Control) produksi dan empat manajer bidang produksi antara lain :

1. Manajer PPC

Manajer PPC bertugas mengendalikan dan mengawasi terhadap jalannya proses produksi dari empat departemen yaitu spinning, utility, weaving I, weaving II supaya mengahasilkan target yang ditentukan. Adapun penjelasan dari departemen-departemen tersebut yaitu : a. Manajer Spinning

Departemen ini bertugas dalam pengandaan kapas dan benang, dalam operasionalnya dibantu oleh seksi produksi dan seksi perbaikan peralatan/meant.

b. Manajer Utility

Departemen ini bertugas untuk pengandaan listrik dan diesel untuk kepentingan seluruh perusahaan yang dibantu oleh tiga kepala seksi utility yaitu utility I, utility II, utility III.

c. Manajer Weaving I

Departemen ini memproduksi benang menjadi kain dalam operasionalnya departemen weaving dibantu oleh seksi perbaikan,


(52)

seksi persiapan yang bertugas mempersiapkan bahan-bahan produksi.

d. Manajer Weaving II

Departemen ini memproduksi benang menjadi kain dalam operasionalnya membawahi tiga seksi yaitu seksi perbaikan (meant), seksi persiapan, seksi quality yang bertugas mengawasi hasil produksi supaya terjamin dan kualitasnya sesuai dengan pesanan pelanggan.

g. Kepala Divisi Produksi II

Kepala Divisi Produksi II dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seseorang asisten yang membawahi tiga manajer dan satu kasie serta kasubsie antara lain :

1. Manajer Produksi Printing

Manajer Produksi Printing bertugas memproduksi kain menjadi barang jadi dalam operasionalnya membawahi tiga kepala seksi yaitu seksi dying printing A, seksi dying printing B, seksi dying printing C dimana masing-masing kepala seksi tersebut membawahi Kepala Kasubsie.

2. Manajer Persiapan Printing

Manajer persiapan printing bertugas mempersiapkan obat dan bahan-bahan kain, dalam operasionalnya membawahi seksi making up dan seksi strike off laboratorium, serta membawahi dua kepala seksi lagi


(53)

yaitu seksi persiapan kain print dan sub seksi Envaring Rotary Print dan Flat Print.

3. Manajer Desain Studio

Manajer Desain Studio adalah bertugas mendesain atau merancang desain disesuaikan dengan selera dan pesanan pasar, dalam operasionalnya membawahi dua kepala seksi yaitu seksi tracer (pencari ide) dan seksi desain komposer yang masing-masing kepala sub seksi.

4. Manajer Preatretment

Bertugas mempersiapkan segala proses awal di departemen printing. 5. Manajer Maintance Printing

Manajer Maintance Printing bertugas melakukan pemeliharaan alat-alat printing, sehingga tidak ada hambatan/gangguan pada saat proses percetakan, kepala seksi ini membawahi dua kepala yaitu work shop printing dan urusan maintance printing. Manajer Maintance Printing berkedudukan di bawah manajer tetapi pertanggungjawabannya tidak langsung kepada Divisi produksi II

6. Kepala Sub Seksi Administrasi

Kepala Sub Seksi Administrasi berkedudukan di bawah kepala seksi namun pertanggungjawabannya langsung kepada Kepala Divisi Produksi II dan membawahi dua urusan yaitu urusan administrasi produksi serta urusan logistik dan administrasi personalia.


(54)

h. Kepala Divisi Pemasaran

Kepala Divisi Pemasaran membawahi tiga manajer yaitu : 1. Manajer Pemasaran

Bertugas mengelola kegiatan pemasaran serta barang-barang di gudang, yang membawahi tiga kepala seksi yaitu seksi pemasaran, seksi gudang dan seksi administrasi.

2. Manajer Penjualan

Bertugas menjual produk perusahaan dengan membawahi seksi penjualan.

3. Manajer Ekspor

Manajer Ekspor adalah manajer yang bertugas menjualkan barang khusus pasar luar negeri dengan cara mengikuti pameran-pameran (pameran dagang).


(55)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi PT. Kusumahadi Santosa

Sumber : P T. Kusumahadi Santosa

Dewan Komisaris Direktur umum dan keuangan Direktur Utama Wakil Dirut Manajer Utility Maintance Direktur Produksi Direktur Pemasaran Kadiv. Produksi Kadiv. Umum dan Keuangan Kadiv. Pemasaran Manajer Akuntansi Manajer Keuangan Manajer Logistik Manajer Umum dan Personalia Manajer PPC Manajer Weaving Manajer Spinning Manajer Produksi Printing Manajer Persiapan Manajer Desain Studio Manajer Preatretment Manajer Pemasaran Manajer Penjualan Manajer Ekspor


(56)

i. Personalia 1. Tenaga Kerja

Berdasarkan data terakhir, jumlah keseluruhan karyawan tahun 2008 PT. Kusumahadi Santosa 1.330 orang yang terdiri dari karyawan laki-laki 899 orang dan perempuan 431 orang, sedangkan Jumlah keseluruhan karyawan tahun 2009 adalah 1.053 orang yang terdiri dari karyawan laki-laki 634 orang dan perempuan 419 orang. Jumlah data terakhir karyawan di PT. Kusumahadi Santosa secara rinci adalah :

Tabel 3.2

Daftar Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Per Januari 2009

No. Departemen Laki-laki Perempuan Total

1. Weaving I 179 169 348

2. PPC 1 2 3

3. Finishing 82 20 102

4. Utility 60 1 61

5. Pemasaran 66 8 74

6. Akuntansi/keuangan 8 5 13

7. Logistik 11 5 16

8. Umum 62 6 68

9. Masjid 8 - 8

10. Print 25 46 71

11. Weaving II 132 157 289

Total Keseluruhan 634 419 1.053


(57)

Tabel 3.3

Daftar Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Per Januari 2008

No. Departemen Laki-laki Perempuan Total

1. Weaving I 198 178 376

2. PPC 7 3 10

3. Pretrement 86 21 107

4. Utility 64 7 71

5. Pemasaran 63 5 68

6. Print 3 3 6

7. Akuntansi 8 5 13

8. Logistik 11 5 16

9. Umum 67 6 73

10. Print 257 46 303

11. Weaving II 135 152 287

Total Keseluruhan 899 431 1.330 Sumber : P T. Kusumahadi Santosa

2. Kesejahteraan Karyawan dan Personalia PT. Kusumahadi Santosa Kesejahteraan karyawan perlu diperhatikan oleh perusahaan karena sangat penting dan berpengaruh terhadap kelangsungan proses produksi. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga produktivitas kerja dapat terus meningkat. Kesejahteraan tersebut dapat berupa gaji bulanan dan bonus serta fasilitas lainnya.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Kusumahadi Santosa, yaitu : 1. Penggajian kapitulasi bulanan dan bonus


(58)

2. Upah lembur

3. Transportasi antar jemput karyawan gratis 4. Asuransi tenaga kerja

5. Cuti (12*1 tahun, Ibu hamil 3 bulan) 6. Koperasi

7. Tempat Ibadah

Kenaikan gaji pada PT. Kusumahadi Santosa secara berkala dilakukan berdasarkan :

1. Prestasi kerja didasarkan pada absensi dan kontribusi yang diberikan pada perusahaan

2. Lamanya kerja atau pengabdian

3. Jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, D3, S1, S2)

4. Sewaktu-waktu bila ada peraturan pemerintah tentang kenaikan UMR

Kebijaksanaan yang diberikan PT. Kusumahadi Santosa apabila karyawan tidak masuk kerja dengan cara sebagai berikut :

1. Apabila karyawan tidak masuk kerja sampai 6 hari berturut-turut tanpa keterangan yang jelas akan mendapatkan peringatan pertama. 2. Apabila pemberian peringatan pertama tidak dihiraukan sama sekali

maka karyawan akan mendapatkan peringatan kedua.

3. Peringatan ketiga apabila tidak ada perubahan dari yang bersangkutan, maka dianggap mengundurkan diri.


(59)

PT. Kusumahadi Santosa memberlakukan kerja 6 hari kerja. Berikut ini adalah jam kerja PT. Kusumahadi Santosa :

a. Normal

No. Hari Jam Kerja Istirahat 1. Senin-Kamis 08.00-16.30 12.00-13.00 2. Jum’at 08.00-16.30 11.30-13.00

3. Sabtu 08.00-11.00 -

b. Shift yaitu jam kerjanya dibagi menjadi shift kerja sehari semalam. Pengaturan kerja bagi karyawan shift sebagai berikut :

No. Macam Shift Jam Kerja

1. Shift I 06.00-14.00

2. Shift II 14.00-22.00

3. Shift III 22.00-06.00

Tabel 3.4 Jam Kerja PT. Kusumahadi Santosa 5. Produksi

PT. Kusumahadi Santosa memproduksi kain grey (kain mentah) dari departemen weaving, cambric (kain putih) dari departemen finishing dan kain warna atau bermotif dari departemen printing. Untuk hasil produksi departemen weaving I dipasarkan ke daerah lokal yaitu Surabaya, Jakarta, Bandung dan Bali. Sedangkan pada departemen weaving II hasil produksinya akan diekspor ke negara UEA, Turki, Italia, Belanda, Swiss, Arab Saudi, Korea Selatan, Jerman, Singapura, Malaysia serta negara Eropa lainnya. Hasil produksi PT. Kusumahadi Santosa sebagian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan produksi pada PT. Danarhadi Santosa.


(60)

Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi PT. Kusumahadi Santosa dipengaruhi oleh kualitas dan kekuatan mesin-mesin yang ada. Sehingga kapasitas produksi yang dihasilkan oleh masing-masing departemen terbatas berdasarkan pada kekuatan mesin untuk memproduksi kain yang dibutuhkan. Berikut kapasitas produksi masing-masing departemen perbulan sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kapasitas Produksi Per Bulan

No. Departemen Kapasitas Produksi Per Bulan

1. Weaving 2.000.000 M

2. Printing I 2.100.000 M

3. Printing II 1.000.000 M

4. Dyeing 200.000 M

Sumber : P T. Kusumahadi Santosa

Hasil produksi tekstil PT. Kusumahadi Santosa yaitu rayon dan katun : Tabel 3.6 Hasil Produksi Tekstil

No. Jenis Katun No. Jenis Rayon

1. CHP 1001 1. RHP 1003

2. CMP 1004 2. RYP 2046

3. CMP 1005 3. RYZ 2013

4. CDP 2002 4. RP 15

5. CDM 1025 5. RYM 2006

6. CMS 6. RYZ 2006

7. CPT 2003 7. RYM 1037

8. CT 8. RE

9. CSP 9. RS

10. CF 10. RK


(61)

6. Pemasaran

PT. Kusumahadi Santosa dalam memasarkan produk-produknya melalui pameran dagang agar dapat dikenal oleh para buyer, pameran dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri yaitu dilakukan di Jakarta sedangkan di luar negeri yaitu Paris. Untuk mengetahui bentuk dan jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Kusumahadi Santosa maka perusahaan tersebut mempromosikan produknya dengan membuat katalog produk. Dengan adanya katalog produk tersebut akan memudahkan konsumen dalam memilih produk yang akan mereka pesan.

Tabel 3.7 Volume Penjualan Ekspor Tahun 2008 No. Komoditi Volume

meter ribu Net Weight Kg ribu Nilai Ekspor US$ Juta Negara Tujuan

1. Kain grey 100% rayon 2,991.45 547.43 2.37 Turki 2. Kain grey 100% rayon 170.54 31.55 0.15 Jerman 3. Kain grey 100% rayon 13.54 1.45 0.01 Jerman 4 Kain grey 100% rayon 52.85 12.14 0.05 Italia 5. Kain grey 100% cotton 438.91 77.26 0.42 Belanda 6. Kain grey 100% cotton 66.00 12.21 0.06 Turki 7. Kain grey 100% cotton 757.84 83.80 0.35 Turki 8. Kain cetak 100%cotton 307.08 27.82 0.50 UAE 9. Kain grey 100% rayon 3,391.35 570.88 2.26 Turki 10. Kain grey 100% rayon 322.71 62.67 0.26 Jerman 11. Kain grey 100% rayon 120.00 24.81 0.10 Italia 12. Kain grey 100% rayon 32.01 7.27 0.03 Hongkong 13. Kain grey 100% cotton 728.22 128.25 0.76 Belanda


(62)

14. Kain grey 100% cotton 224.30 23.77 0.11 Turki 15. Kain cetak 100% rayon 52.09 10.85 0.09 Afghanistan 16. Kain cetak 100% cotton 4.02 0.41 0.01 Malaysia 17. Kain cetak 100% cotton 69.72 8.51 0.13 UAE 18. Kain cetak 100% cotton 56.04 3.54 0.10 Arab Saudi

Jumlah 9,798.67 1,634.62 7.76

Sumber : P T. Kusumahadi Santosa

Tabel 3.8 Volume Penjualan Ekspor Tahun 2007

Bulan Komiditi Volume Net Weight Nilai US$ 1. Kain Cotton Printing, Rayon, Cotton 538,000 1.296,376 14,457 2. Kain Cotton, Rayon, Printing 780,000 1.760,58113 42,2155 3. Kain Cotton, Rayon 558,200 1.792,692 20,645 4. Kain Cotton, Rayon, Cotton Printing 670,000 12.230,722 12,127 5. Kain Cotton printing, Rayon 968,438 154,996 39,3225 6. Kain Cotton, Cotton Printing, Rayon 956,574 1.636,848 19,7175 7. Kain Cotton Printimg, Rayon 647,633 121,523 12,74 8. Kain Rayon, Cotton 650,486 107,742 6,606 9. Kain Ryon, Cotton 1.069,237 27.022,482 15,305 10. Kain Rayon, Cotton 756,253 133,412 8,145 11. Kain Rayon, Cotton 1.210,955 191,008 11,9 12. Kain Rayon, Cotton, Cotton Printing 7.111,361 950,341 11,045

Jumlah 15.917,137 47.398,7231 214,2255 Sumber : P T. Kusumahadi Santosa

Jumlah keseluruhan volume penjualan ekspor pada tahun 2008 adalah Volume : 9,798.67, Net Weight : 1,634.62 dan nilai ekspor : 7.76, sedangkan jumlah keseluruhan volume penjualan ekspor tahun 2007 adalah Volume :15.917,137, Net Weight : 47.398,7231 dan nilai ekspor : 214,2255.


(63)

7. Tujuan Ekspor

Tujuan ekspor PT. Kusumahadi Santosa adalah negara UAE, Turki, Italia, Belanda, Swiss, Arab Saudi, Korea Selatan, Jerman, Singapura, Malaysia serta negara Eropa lain. Volume penjualan ekspor tahun 2008 dengan tingkat persentase penjualan ekspor adalah Turki 75.83%, Belanda 11.91%, Jerman 5.16%, UAE 3.84%, Italia 1.76%, Arab 0.57%, Afganistan 0.53%, Hongkong 0.32%, Malaysia 0.04%. Di bawah ini terdapat persentase volume penjualan negara tujuan ekspor pada tahun 2008 di PT. Kusumahadi Santosa.

Tabel 3.9 Volume Penjualan Negara Tujuan Ekspor Tahun 2008 No. Negara Volume meter ribu Persentase

1. Turki 2,991.45 30.53

2. Jerman 170.54 1.74

3. Jerman 13.54 0.13

4 Italia 52.85 0.54

5. Belanda 438.91 4.48

6. Turki 66.00 0.67

7. Turki 757.84 7.73

8. UAE 307.08 3.13

9. Turki 3,391.35 34.61

10. Jerman 322.71 3.29

11. Italia 120.00 1.22

12. Hongkong 32.01 0.32

13. Belanda 728.22 7.43

14. Turki 224.30 2.29


(64)

16. Malaysia 4.02 0.04

17. UAE 69.72 0.71

18. Arab Saudi 56.04 0.57

9,798.67 Sumber : PT. Kusumahadi Santosa

B.Pembahasan

1. Perlindungan Kepentingan Para Pihak dalam Letter of Credit

L/C adalah suatu sistem pembayaran yang berisi tentang perjanjian bersyarat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan importir agar pesanan barangnya dipenuhi oleh eksportir. L/C mempunyai peranan penting dalam perdagangan internasional dan merupakan intrumen yang paling ampuh dalam jasa-jasa perbankan walaupun ada perbedaan-perbedaan bahasa, adat kebiasaan dan prosedur masing-masing negara, tetapi L/C tidak mengenal perbedaan-perbedaan itu.

Faktor-faktor yang mendasari terus berkembangnya penggunaan L/C antara lain adanya pengawasan devisa di beberapa negara, ketidakpastian situasi perekonomian suatu negara diperlukan suatu sistem pembayaran yang dapat melindungi kepentingan pihak yang bertransaksi. L/C lebih disenangi karena L/C melindungi kepentingan dan keamanan yang tinggi bagi kedua belah pihak eksportir dan importir, karena eksportir bisa memastikan bahwa kreditnya akan dibayarkan oleh pihak independen yang ditunjuk oleh importir sepanjang persyaratan dan kondisi kredit terpenuhi. Sebaliknya, importir bisa memastikan bahwa persyaratan baru bisa dilakukan hanya setelah bank


(65)

menerima dokumen yang dipersyaratkan dalam kredit, dengan adanya dokumen maka importir mendapat hak atas kepemilikan atas barang. Disini bank berperan sebagai perantara antara importir dan eksportir. Kedua pihak tersebut memandang bank sebagai pelindung kepentingan, bank dalam melakukan pembayaran maupun pemeriksaan dokumen yang dipersyaratkan. Sebab pemenuhan merupakan syarat pembayaran L/C. Dengan demikian, L/C yang diterbitkan oleh bank tersebut (atas nama dan untuk kepentingan importir yang ditujukan kepada eksportir), merupakan fasilitas bank bagi importir yang bersangkutan. Jika importir tidak dapat melakukan pembayaran (bangkrut), maka bank akan menanggung resiko yakni melakukan pembayaran kepada eksportir.

Selain itu L/C memiliki peraturan yang dapat melindungi kepentingan importir dan eksportir yaitu UCP (Uniform Customs and Practise). Setiap L/C yang diterbitkan oleh bank harus sesuai dan tunduk dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCPDC) 1993-International Chamber of Commerce/ ICC, Publication No.500 yang selanjutnya biasa disebut UCP-500. UCP adalah suatu kesepakatan atau peraturan tertulis yang isinya mengatur tentang tata cara perdagangan internasional yang memadukan praktik perbankan dengan menggunakan Letter of Credit (L/C). Indonesia sebagai salah satu anggota ICC, menyerap ketentuan UCP tersebut melalui Surat Edaran Bank Indonesia kepada bank-bank devisa di Indonesia No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 yang mengatur bahwa jika dalam penerbitan L/C disepakati untuk menerapkan UCP-500. Dalam pelaksanaan


(66)

L/C terdapat tiga buah kontrak, yaitu kontrak penjualan, permintaan penerbitan L/C, dan kontrak L/C yang melibatkan pihak-pihak, dimana satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan hukum yang karakteristik.

Berdasarkan pasal-pasal dalam UCPDC, dapat disimpulkan bahwa pihak importir dan eksportir, tidak langsung terikat pada tanggung jawab dalam mekanisme L/C oleh karena itu eksportir dan importir membuat perjanjian sendiri dengan bank yaitu :

a. Importir akan menandatangani suatu formulir syarat-syarat umum pembukaan L/C pada Opening Bank dan disini akan dinyatakan bahwa importir bersedia dan harus ikut bertanggung jawab sebagaimana konsekuensinya karena bank tunduk pada UCPDC.

b. Eksportir akan menandatangani suatu term khusus mengenai syarat-syarat umum untuk pengambilalihan dokumen oleh Negotiating Bank.

Kemudian UCP diubah dan ditinjau kembali isinya, direvisi dan terakhir saat ini yaitu penerbitan nomor 500 tahun 1993 mulai berlaku sejak Januari 1994, sejak tahun 1997 PT. Kusumahadi Santosa menerapkan UCP-500. Agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam permasalahan diantara para pihak, maka UCP-500 haruslah dipahami oleh eksportir, importir dan perbankan. Dengan adanya UCP-500 diharapkan dapat melindungi kepentingan para pihak yang terlibat didalam transaksi ekspor dengan menggunakan L/C antara lain :


(67)

Penggunaan L/C sebagai alat pembayaran dapat memenuhi salah satu keinginan eksportir dan importir. Eksportir memastikan bahwa kreditnya akan dibayarkan oleh pihak independen yang ditunjuk oleh importir sepanjang persyaratan dan kondisi kredit terpenuhi.

Pada PT. Kusumahadi Santosa, jenis L/C yang digunakan adalah irrevocable sedangkan cara pembayaran yang sering digunakan adalah sight credit. Sehingga sejauh ini kepentingan PT. Kusumahadi Santosa untuk mendapatkan pembayaran dapat terealisasi dengan adanya jaminan kepastian pembayaran asalkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dan kondisi dipenuhi segera setelah paket dokumen diserahkan ke confirming bank dan dicek tanpa menunggu barang sampai pada importir. Gambar 3.10 Skema Proses Dokumen L/C (ICC Guide UCP-500)

1.Contract

5.Shipp doc 12.Takes 4.Advance of Delivery

Documentary Goods 2.Doc Credit

7. Money 6.Doc 4.Advance of Applicati Documentary 11.

Reimbursement 8.Documents

9.Reimbursement 3.Documents Credit Sumber :Bhimo Rizky Samudro,dkk, 2007 : 44

Eksportir (Beneficiary)

Importir (Applicant)

Advising/ Confirming

Bank


(68)

Keterangan :

1. Pembeli dan penjual menandatangani kontrak jual beli dengan mencantumkan syarat pembayaran melalui pembukaan L/C dokumen.

2. Pembeli meminta Issuing Bank untuk menerbitkan L/C berdokumen untuk penjual (Beneficiary).

3. Issuing Bank membuka L/C dan minta kepada bank korespoondennya (Advising Bank) lazimnya di negara penjual untuk menyampaikan (to advise) atau memberikan konfirmasi atas L/C tersebut.

4. Advising Bank memberitahukan kepada penjual bahwa L/C sudah dibuka untuknya.

5. Segera setelah penjual menerima L/C tersebut dan ternyata sesuai dengan syarat kontrak jual-beli dan penjual sanggup memenuhi persyaratan L/C yang tercantum, maka penjual sudah dapat menyiapkan pengapalan barang.

6. Penjual menyampaikan dokumen yang diperlukan kepada bank dimana kredit itu tersedia.

7. Bank yang ditunjuk memeriksa dokumen tersebut dan mencocokkannya dengan dokumen yang disyaratkan dalam kredit itu. Jika dokumen itu cocok, maka bank itu akan melakukan pembayaran-mengakseptasi atau menegoisasi sesuai dengan persyaratan yang disebut dalam kredit itu.


(69)

8. Bank yang menerima dokumen itu lalu meneruskanya kepada bank yang membuka L/C (Issuing Bank).

9. Issuing Bank memeriksa lagi dokumen itu, dan sekiranya cocok dengan dokumen yang disyaratkan dalam L/C, maka Issuing bank membayar kembali (Reimburse) kepada bank yang telah melunasi, mengakseptasi atau menegoisasi dokumen itu seperti Confirming Bank atau bank lain yang ditunjuk sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan bersama sebelumnya diantara mereka.

Pasal 4 UCP-500 menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kredit semua pihak yang bersangkutan berurusan dengan dokumen-dokumen saja, bukan terlibat secara langsung mengenai apa saja barang dan jasa diperdagangkan termasuk mekanisme dan pelaksanaan dari dokumen-dokumen yang bersangkutan. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian dan pemeriksaan dokumen yang jeli dan cermat atas semua dokumen yang terkait dalam pelaksanaan ekspor-impor menjadi salah satu perhatian penting semua pihak yang terlibat dalam metode L/C. Sehingga sejauh ini kepentingan untuk mendapatkan pembayaran pada PT. Kusumahadi Santosa dapat berjalan lancar karena adanya jaminan kepastian pembayaran asalkan kepentingan dari kedua belah pihak dapat terpenuhi. b. Perlindungan kepentingan importir untuk mendapatkan barang.

Importir pada dasarnya menginginkan agar barang yang dibeli dapat diterima dalam jumlah dan kondisi, dan jadwal sesuai sales contract. Adanya jaminan atas barang-barang yang dipesan tersebut akan tercapai


(70)

setelah dipenuhinya syarat-syarat yang diminta dalam L/C dipenuhi. Bank akan melakukan pemeriksaan dokumen secara cermat sesuai dengan syarat-syarat dalam L/C. Ketepatan dalam pemenuhan dokumen amat berpengaruh, kelebihan atas dokumen yang dipersyaratkan tidak akan diperiksa oleh bank sedangkan bila ada salah satu kekurangan dokumen berarti akan menghambat pemenuhan kepentingan importir akan kepemilikan barangnya.

Adapun konsistensi yang perlu diperhatikan didalam mempersiapkan, mengecek dan menyerahkan dokumen dengan menggunakan L/C dalam transaksinya yaitu : nama dan alamat pengirim, nama dan alamat importir, nama dan alamat insver (penerbit), diskripsi, kuantitas, unit barang, negara asal barang, negara tujuan barang, nomor invoice, nomor L/C, sertifikasi, legalisasi, tanda nomor pengapalan, berat bersih, berat kotor, volume, jumlah kardus dan kontainer. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka kedua belah pihak akan mengurusnya ke bank importir setelah memenuhi kewajibannya didalam pelunasan pembayaran kemudian eksportir menyerahkan semua dokumen yang diperlukan oleh importir untuk diurus ke kantor kepabeannya di kantor bea cukai karena dokumen inilah yang akan digunakan untuk mengambil barang yang dipesannya di perusahaan pelayaran yang bersangkutan. Pada dasarnya hubungan baik antara importir dan eksportir dengan adanya kepercayaan satu dengan yang lain telah terjalin lama mampu menjaga kepentingan para


(71)

pihak terlindungi terlepas dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UCP-500.

UNIFORM CUSTOMS AND PRACTICE FOR DOCUMENTARY CREDITS (1993 REVISION) THE INTERNATIONAL CHAMBER OF COMMERCE PUBLICATION NUMBER : 500

A. KETENTUAN – KETENTUAN UMUM DAN BATASAN – BATASAN Pasal 1 Penerapan UCP

Kebiasaan dan praktek yang seragam untuk Kredit Dokumenter, Revisi 1993, Publikasi ICC no. 500 berlaku bagi semua kredit dokumenter (termasuk Standby Letter of Credit yang diberlakukan)dimana tercantum di dalam kredit bersangkutan.

Pasal 2 Pengertian Kredit

Istilah Kredit Dokumenter dan standby Letter of Credit yaitu Setiap perjanjian dengan nama dan bagaimanapun perumusannya dimana Issuing Bank bertindak permintaan dan amanat dari nasabah (Aplicant) atau atas nama bank itu sendiri.

Pasal 3 Kredit – kredit terhadap Kontrak-kontrak

a. Kredit merupakan transaksi terpisah dari kontrak jual beli/lainya menjadi dasar dari kerdit dan bank tidak bersangkutan pada kontrak. b. Beneficiary tidak dapat memanfaatkan hubungan yang timbul dari

kontrak antara bank atau antara Applicant dan Issuing Bank.

Pasal 4 Kaitan Dokumen-dokumen terhadap barang/jasa dan pelaksanaan pekerjaan lain.


(72)

Didalam pelaksanaan kredit semua pihak yang terkait memperdagangkan dokumen, dan bukan barang, jasa dan pelaksanaan pekerjaan lainya yang dikaitkan dengan dokumen yang bersangkutan.

Pasal 5 Amanat-amanat untuk menerbitkan/merubah kredit-kredit

a. Amanat untuk penerbitan suatu kredit dan perubahannya harus lengkap dan tepat.

b. Semua amanat untuk penerbitan suatu kredit dan perubahan itu sendiri dapat diterapkan dan harus secara tepat penyerahan pembayaran, harus dilaksanakan.

B. BENTUK DAN PENERUSAN KREDIT-KREDIT Pasal 6 Revocable dan Irrevocable Credits

Pasal 7 Kewajiban Advising Bank

a. Kredit dapat diteruskan Beneficiary melalui bank lain tanpa Advising Bank, tetapi jika bank bersedia untuk meneruskan kredit tersebut harus mengambil langkah untuk memeriksa keabsahan kredit yang diteruskannya.

b. Jika Advising bank tidak dapat menetapkan keabsahannya harus memberitahukan bank dimana jika bank tersebut meneruskan kredit harus memberitahukan Beneficiary bahwa bank tidak dapat memastikan keabsahannya.

Pasal 8 Pembatalan Kredit


(73)

a. Suatu irrevocable credit merupakan jaminan pasti dari Issuing Bank, asalkan dokumen ditentukan pada Nominated Bank syarat&kondisi kredit dipenuhi.

b. Konfirmasi atas irrevocable credit oleh bank lain atas kuasa yang diberikan Issuing Bank, merupakan jaminan pasti dari Confirming Bank.

c. i. Jika bank lain diminta Issuing Bank untuk menambahkan konfirmasinya pada kredit tidak melaksanakan harus memberitahukan Issuing Bank.

ii. Kecuali Issuing Bank menambahkan konfirmasi, Advising Bank dapat meneruskan kredit pada beneficiary tanpa menambahkan konfirmasinya.

d. Kecuali pada pasal 48, irrevocable credit tidak dapat diubah/dibatalkan tanpa persetujuan Issuing Bank, Confirming Bank, jika ada Beneficiary.

Pasal 10 Jenis Kredit

Pasal 11 Tele Transmitter dan Pre-Advised Credits Pasal 12 Instruksi yang tidak lengkap atau tidak jelas

C. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 13 Standar Penelitian Dokumen-dokumen

a. Bank harus meneliti semua dokumen didalam kredit apakah dokumen sesuai syarat dan kondisi kredit, harus ditetapkan standar praktek perbankan internasional.


(1)

Metode ini mempunyai beberapa keterbatasan kelemahan dan kelebihan penggunaan L/C akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perdagangan. Antara importir dan eksportir walaupun mereka belum saling mengenal dan dipisahkan oleh jarak yang jauh, perbedaan budaya dan tradisi, perbedaan mata uang, sistem pemerintahan dan ekonomi, didalam L/C tidak mengenal adanya perbedaan-perbedaan tersebut. L/C mampu menjebatani perdagangan internasional antara negara, selain itu dengan L/C maka resiko non payment dapat dialihkan pada bank yang terkait dalam proses L/C

Adapun kelebihan penggunaan L/C di dalam transaksi perdagangan antara lain :

1. Bagi Eksportir

a. Adanya kepastian pembayaran dan menghindari resiko.

Eksportir tidak mengenal importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai dengan ketentuan. Reputasi atau nama baik bank yang membuka L/C merupakan jaminan pokok dan jaminan pembayaran itu. Akan menjadi ganda bila bank devisa sebagai advising bank juga memberi konfirmasinya, jadi resiko non payment sangat minim. Disini terlihat besarnya peranan bank dalam memperlancar perdagangan internasional

b. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan.


(2)

perlu menunggu pembayaran dari importir. Advising Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen pengapalan karena pembayaran sudah dijamin oleh Opening Bank.

2. Bagi Importir

a. Impotir dapat menggunakan hak pemilikan atas dokumen-dokumen berdasarkan L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya, yakni pinjaman-pinjaman pembiayaan kembali (refinancing) dan sebagainya. b. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang pasti akan dipatuhi eksportir agar dapat menarik uang dari L/C yang tersedia.

c. Importir merasa terjamin bahwa banknya akan menolak pembayaran kepada eksportir kecuali eksportir telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah diminta oleh importir kepada banknya seperti ditentukan dalam L/C.

Kelemahan penggunaan L/C di dalam transaksi perdagangan antara lain : a. Importir tidak mendapat jaminan bahwa barang-barang yang dipesan

dengan harga tertentu adalah sebenarnya yang dikapalkan.

b. Bank-bank hanya berkepentingan dalam dokumen saja dan tidak dalam barang-barang.

c. Waktu yang digunakan dalam memproses surat-surat yang diperlukan melalui saluran bank-bank.


(3)

BAB IV

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang penulis lakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa :

PT. Kusumahadi Santosa menerapkan UCP-500 sebagai perlindungan kepentingan para pihak dalam L/C. UCP-500 yaitu peraturan tertulis yang isinya tentang tata cara perdagangan internasional yang memadukan praktik perbankan dengan menggunakan L/C.

Ketentuan dalam L/C memberi dampak yang signifikan terhadap transaksi. L/C mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Kelebihan penggunaan L/C di dalam transaksi perdagangan antara lain : 1. Bagi Eksportir

a. Adanya kepastian pembayaran dan menghindari resiko

Eksportir tidak mengenal importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai dengan ketentuan.

b. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan

Bila barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C shipping document dapat langsung diuangkan dengan Advising Bank dan tidak perlu menunggu pembayaran dari importir karena pembayaran sudah


(4)

2. Bagi Importir

a. Impotir dapat menggunakan hak pemilikan atas dokumen-dokumen berdasarkan L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya.

b. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang pasti akan dipatuhi eksportir agar dapat menarik uang dari L/C yang tersedia.

d. Importir merasa terjamin bahwa banknya akan menolak pembayaran kepada eksportir kecuali eksportir telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah diminta oleh importir kepada banknya seperti ditentukan dalam L/C.

Kelemahan penggunaan L/C di dalam transaksi perdagangan antara lain : a. Importir tidak mendapat jaminan bahwa barang-barang yang dipesan

dengan harga tertentu adalah sebenarnya yang dikapalkan.

b. Bank-bank hanya berkepentingan dalam dokumen saja dan tidak dalam barang-barang.

c. Waktu yang digunakan dalam memproses surat-surat yang diperlukan melalui saluran bank-bank.

d. Biaya-biaya bank dikenakan dalam penanganan L/C.

II. SARAN

1. Walaupun penggunaan L/C dalam PT. Kusumahadi Santosa sudah sesuai standar yang digunakan alangkah baiknya jika pihak-pihak yang terlibat seperti importir maupun perbankan harus mengetahui tentang UCP-500


(5)

agar transaksi bisa praktis, adil dan seragam serta kepentingan-kepentingan pihak yang bersangkutan dapat terlindungi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, MS, 2000, Seluk Beluk dan Teknik P erdagangan Luar Negeri, PPM, Jakarta. ________, 2003, Letter of Credit, PPM, Jakarta.

________, 2004, Strategi Memasuki Pasar Ekspor, PPM, Jakarta. Hutabarat, Roselyn, 1992, Transaksi Ekspor Impor, Erlangga, Jakarta. Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.

Murti, Hari dan Agung, Setyo Wahyu, 2004, Penulisan Tugas Akhir dan Magang Kerja DIII Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Rizky, Bhimo Samudro, Dkk, 2007, Sistem Pembayaran Internasional DIII Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

PPEI, BPEN & DEPERINDAG, 2004, Kumpulan Makalah Prosedur Ekspor, Disampaikan Pada Pelatihan Prosedur Ekspor, Kerjasama Antara PPEI, BPEN, DEPPPERINDAG dengan Lab. Ekspor-Impor, Program DIII FakultasEkonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 5-7 Mei 2003.

PPEI, DIII Bisnis Internasional, 2004, Kumpulan Materi Pelatihan Ekspor-Impor, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.