Pengaruh store atmosphere terhadap minat beli ulang : studi kasus pada konsumen Mirota Batik.
xvii
PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Jalan Jendral Ahmad Yani, No. 09, Malioboro
Yogyakarta
Leonardus Manuntun Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi tingkat komunikatif exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; (2) seberapa tinggi tingkat kenyamanan interior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; dan (3) apakah exterior yang komunikatif dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada konsumen Mirota Batik Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang dilakukan pada bulan Mei - Juli 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive convenience
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1)exterior Mirota Batik komunikatif; (2)interior Mirota Batik nyaman; dan (3) variabel store atmosphere yang meliputi exterior dan interior secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.
(2)
xviii ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE ON REPURCHASE INTEREST
Case study on the Consumers of Mirota Batik Jalan Jenderal Ahmad Yani, 09, Malioboro
Yogyakarta
Leonardus Manuntun Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this research is to identify: (1) the level of exterior communicativeness of Mirota Batik; (2) the level of interior comfort of Mirota Batik based on consumer perception; (3) whether the exterior communicativeness and the interior comfort have influence on repurchase interest both partially and simultaneously.
This type of research is case study on the consumers of Mirota Batik Yogyakarta with as many as 100 respondents. Data collection technique used was questionnaires and interview. The data was collected from May to July 2012. The sampling technique used was purposive convenience sampling. The data was analyzed using Multiple Linear Regression analyses.
The result of data analysis showed that : (1) the exterior of Mirota Batik was communicative; (2) the interior of Mirota Batik was comfortable; (3) the variable of store atmosphere consisting of exterior and interior both partially and simultaneously had positive influence on repurchase interest.
(3)
i
MINAT BELI ULANG
Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh
Leonardus Manuntun NIM: 082214004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
(4)
(5)
(6)
iv
Halaman Persembahan
Kupersembahkan karya kecil ini untuk mereka yang aku cintai :
Yesus Kristus sumber kekuatan & penghiburanku Bapak & Ibu Tercinta
Adikku Irenius Melvin dan Yohana Alfionita
Keluarga besar Eyang Soegiharjo
Aik yang selalu ada di hatiku
Teman-Teman Manajemen 2008 “Satu Hati” Almamaterku Universitas Sanata Dharma
(7)
v
“Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya”
(Matius 6:8)
“Jadi mulai sekarang, hilangkan kerisauan mengenai masa depan yang kualitasnya ditentukan oleh kualitas yang kita lakukan hari ini.”
(8)
vi
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 25 September 2012 adalah hasil karya saya. Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 29 September 2012 Yang membuat pernyataan,
Leonardus Manuntun NIM: 082214004
(9)
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Leonardus Manuntun
Nomor Mahasiswa : 082214004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Tanggal 15 Februari 2013 Yang Menyatakan,
Leonardus Manuntun NIM: 082214004
(10)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Store Atmophere Terhadap Minat
Beli Ulang“ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Herry Maridjo M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto selaku Kaprodi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S. selaku Dosen Pembimbing I yang telah begitu baik bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan, masukan dan kritik yang sangat berharga, dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
(11)
ix
begitu baik bersedia meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada saya.
7. Bapak dan Mama yang tercinta, Ig. Supriyono dan Emmy Sitanggang yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, dan memberikan pendidikan yang baik kepada saya.
8. Adikku Irenius Melvin dan Yohana Alfionita yang selalu menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar Eyang Soegiharjo yang selalu memberikan keceriaan, semangat.
10. Kekasihku Riska Brigitta Hapsari Kojongian yang selalu memberiku semangat, cinta dan kasih sayang, kesabaran, kesetiaan, dan perhatian selama ini. Walaupun sering buat jengkel, I will always love you...
11. Pakde dan bude di Beneran Pakem, FX Suhartono dan Sri Yulianti yang selalu memberi dukungan dan doa.
12. Mas Danang yang telah banyak memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian di Mirota Batik Yogyakarta.
13. Seluruh responden Mirota Batik Yogyakarta yang telah bersedia mengisi kuesioner sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
(12)
x
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, 10 September 2012
(13)
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
HALAMAN ABSTRAK ... xvii
HALAMAN ABSTRACT ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
(14)
xii
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
A. Pengertian Pemasaran ... 9
B. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 10
C. Manajemen Ritel ... 11
D. Store Atmosphere ... 21
E. Minat Beli Ulang ... 38
F. Review Penelitian Terdahulu ... 40
G. Kerangka Konseptual Penelitian... 44
H. Hipotesis ... 46
BAB III. METODE PENELITIAN ... .. 47
A. Jenis Penelitian ... 47
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 48
D. Variabel Penelitian ... 48
E. Definisi Operasional... 51
F. Populasi dan Sampel ... 52
G. Teknik Pengambilan Sampel... 54
H. Sumber Data ... 54
I. Teknik Pengumpulan Data ... 55
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 56
(15)
xiii
A. Sejarah Umum Perusahaan ... 70
B. Tujuan Pendirian Mirota Batik... 72
C. Visi dan Falsafah Perusahaan... 73
D. Pengembangan Manajemen dan Perencanaan Strategis ... 74
E. Promosi ... 78
F. Struktur Organisasi... 79
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 83
A. Deskripsi Data ... 83
B. Pengujian Instrumen... 85
C. Analisis Deskriptif ... 88
D. Analisis Data ... 96
E. Pembahasan ... 108
BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 116
C. Keterbatasan ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
LAMPIRAN 1 ... 120
LAMPIRAN 2 ... 126
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III.1 Tabel Judgement Permasalahan 1 ... 58
III.2 Tabel Judgement Permasalahan 2 ... 59
V.1 Tabel Hasil Uji Validitas ... 85
V.2 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 87
V.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan 88
V.4 Tabel Karakteristik Responden Berdasarakan Teman Berkunjung 89
V.5 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Kendaraan ... 90
V.6 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 91
V.7 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 91
V.8 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 92
V.9 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku ... 93
V.10 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 94
V.11 Tabel Profil Umum Masing-Masing Karakteristik ... 95
V.12 Tabel Penentuan Tingkat Komunikatifan Bagian exterior ... 97
V.13 Tabel Penentuan Tingkat Kenyamanan Bagian interior ... 98
V.14 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas ... 99
V.15 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 101
V.16 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 102
V.17 Tabel Hasil Uji t ... 105
(17)
xv
Gambar Judul Halaman
II.1 Pengelompokan Bisnis Ritel... 18
II.2 Bauran Ritel ... 21
II.3 Elemen Store Atmosphere ... 38
IV.1 Struktur Kepengurusan Mirota Batik ... 82
V.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 100
V.2 Hasil Uji Normalitas Histogram ... 103
(18)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Kusioner ... 120 Lampiran 2 Data Tabulasi Kuesioner ... 126 Lampiran 3 Output SPSS ... 147
(19)
xvii
PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Jalan Jendral Ahmad Yani, No. 09, Malioboro
Yogyakarta
Leonardus Manuntun Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi tingkat komunikatif exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; (2) seberapa tinggi tingkat kenyamanan interior Mirota Batik menurut persepsi konsumen; dan (3) apakah exterior yang komunikatif dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada konsumen Mirota Batik Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang dilakukan pada bulan Mei - Juli 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive convenience
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1)exterior Mirota Batik komunikatif; (2)interior Mirota Batik nyaman; dan (3) variabel store atmosphere yang meliputi exterior dan interior secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.
(20)
xviii ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE ON REPURCHASE INTEREST
Case study on the Consumers of Mirota Batik Jalan Jenderal Ahmad Yani, 09, Malioboro
Yogyakarta
Leonardus Manuntun Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this research is to identify: (1) the level of exterior communicativeness of Mirota Batik; (2) the level of interior comfort of Mirota Batik based on consumer perception; (3) whether the exterior communicativeness and the interior comfort have influence on repurchase interest both partially and simultaneously.
This type of research is case study on the consumers of Mirota Batik Yogyakarta with as many as 100 respondents. Data collection technique used was questionnaires and interview. The data was collected from May to July 2012. The sampling technique used was purposive convenience sampling. The data was analyzed using Multiple Linear Regression analyses.
The result of data analysis showed that : (1) the exterior of Mirota Batik was communicative; (2) the interior of Mirota Batik was comfortable; (3) the variable of store atmosphere consisting of exterior and interior both partially and simultaneously had positive influence on repurchase interest.
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di Indonesia setelah menjadi bagian dari AFCTA akan semakin menarik terutama pada sektor retail karena kemungkinan pesaing dari luar negeri akan melakukan kegiatannya di Indonesia. Pengusaha Indonesia pada saat ini secara agresif melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah usahanya guna menyaingi pengusaha retail dari luar negeri dan ini menjadi salah satu indikator bahwa perkembangan industri retail memiliki prospek yang cukup baik. Indikator lain yang menjadi tolak ukur berkembangnya bisnis retail adalah berkembangnya ritel di Indonesia yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah anggota Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) yang semakin bertambah dari 340 angggota tahun 2008 menjadi 510 anggota pada 2010 ( Sumber : Jakarta, Kompas 15 Juli 2011 ).
Disuatu sisi keadaan ini tentunya akan memberikan keuntungan bagi pihak konsumen, karena banyaknya pilihan yang ditawarkan, sehingga memungkinkan konsumen untuk memilih toko yang benar - benar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Agar perusahaan dapat unggul bahkan dapat bertahan dan terus berlangsung, perusahaan memerlukan strategi dan filosofi baru. Hanya perusahaan yang berwawasan konsumen yang dapat bertahan hidup, karena mereka bisa memberikan nilai lebih baik dari pada pesaingnya.
Memuaskan keinginan konsumen sendiri merupakan hal yang sulit, mengingat konsumen yang merasa puas diharapkan akan berkunjung ke toko,
(22)
2
melakukan kunjungan kembali, bahkan memberitahukan kepada orang lain, sehingga akhirnya dapat menempatkan pesaing diurutan paling rendah atau sebaliknya. Hal ini jelas akan mempengaruhi hasil penjualan, tingkat kunjungan, dan kelangsungan hidup usaha dalam jangka panjang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa akhir – akhir ini Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata terpenting bagi wisatawan domestik, terutama untuk urusan liburan keluarga ataupun Study Tour. Kehadiran FO (Factory Outlet), BO (Boutique Outlet), DISTRO (Distribution Outlet), dan toko – toko batik dan pernak-pernik khas Yogyakarta disepanjang Malioboro terus bertambah dan menjadi salah satu daya tarik utama.
Dari sekian banyak pilihan toko-toko yang ada, banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih toko tertentu. Masing - masing konsumen memiliki harapan berbeda mengenai produk apa yang akan dibeli, di mana mereka akan membelinya, dengan harga berapa produk tersebut dibeli dan
Store Atmosphere seperti apa yang konsumen harapkan sehingga nantinya dapat
mempengaruhi konsumen berkunjung kembali dikemudian hari.
Store Atmosphere merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatkan oleh retailer. Para retailer harus berfikir kritis dalam memahami kepuasan konsumen. Dalam hal ini retailer harus memperhatikan suasana exterior dan interior toko. Semakin komuinikatif suasana exterior toko akan berpengaruh positif terhadap minat konsumen berkunjung ke toko tesebut, dan semakin nyamannya interior toko akan membuat konsumen betah berlama-lama di dalam toko. Jika retailer dapat memahami dan menerapkannya di toko yang dikelola
(23)
bukan hal yang tidak mungkin konsumen yang pernah berkunjung ke tokonya akan melakukan kunjungan ulang dikemudian hari.
Minat berkunjung ulang adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan berespons positif terhadap kualitas pelayanan suatu swalayan/toko dan berniat melakukan kunjungan kembali ke swalayan bersangkutan (Cronin, et.al.,1992). Tahapan ini merupakan tahapan dimana konsumen dalam hal ini pelanggan swalayan memberikan penilaian terhadap pelayanan fasilitas,dan atmosphere yang diberikan oleh pihak swalayan.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Howard dan Sheth memperihatkan bahwa ada variabel tanggapan yaitu untuk membeli, dimana konsumen yang puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada orang lain atas kinerja produk atau jasa yang dirasakan.
Dari teori diatas dapat dikatakan bahwa konsumen akan melakukan kunjungan ulang jika mereka merasa terpuaskan. Dalam penelitian ini retailer harus dapat memahami maksud yang diharapkan konsumen mengenai suasana yang diterapkan oleh tokonya yang nantinya diharapkan bahwa penerapan desain
exterior dan interior dapat mempengaruhi minat konsumen berkunjung kembali
dikemudian hari.
Mirota Batik yang terletak di Jl. Jend. A. Yani No. 9, Yogyakarta, merupakan salah satu toko batik yang berada di kota Jogja sadar betul kalau tempatnya bukan semata–mata diposisikan sebagai tujuan berbelanja, melainkan juga sebagai tujuan wisata. Oleh karena itulah tempatnya didesain sedemikian rupa sehingga memberikan rasa nyaman, yang pada akhirnya akan menciptakan
(24)
4
citra yang baik. Bapak Hamsah selaku pemilik Mirota Batik mendesain tokonya sebagai tempat belanja sekaligus tempat berwisata yang nyaman dan ingin menonjolkan suasana Jawa pada umumnya dan ciri khas Jogja pada khususnya. Hal ini dilakukannya agar tokonya bisa menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke Mirota Batik. Layout interior Mirota Batik juga didesain sedemikian rupa agar pengunjung merasa nyaman dan tidak bingung ketika berada di dalam Mirota Batik.
Store Atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi dapat berdampak
positif dan menguntungkan, sehingga harus dibuat semenarik mungkin. Tetapi sebaliknya mungkin malah bisa menjadi penghambat suatu proses pemasaran yang dilakukan retail karena konsumen akan merasa nyaman berbelanja jika Store
Atmosphere atau suasana lingkungan tokonya mendukung paling tidak konsumen
atau calon konsumen akan merasa betah berlama–lama berbelanja di dalam toko dan semakin memperbesar peluang konsumen melakukan pembelian yang nantinya diharapkan konsumen berminat melakukan pembelian ulang dan kunjungan kembali.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Store Atmosphere yang dilakukan Mirota Batik sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran agar konsumen tertarik melakukan kunjungan kembali sekaligus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan suasana berbelanja yang enak dan nyaman. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk memilih judul penelitian “PENGARUH
(25)
STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG”. Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa kekomunikatifan exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen?
2. Seberapa nyaman suasana interior Mirota Batik menurut persepsi konsumen ?
3. Apakah Kekomunikatifan exterior dan interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap minat minat beli ulang? C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini :
1. Konsumen yang menjadi responden penelitian adalah konsumen yang berkunjung di Mirota Batik yang melakukan pembelian dengan usia minimum 17 tahun. Dengan pertimbangan bahwa konsumen yang berusia minimum 17 tahun sudah mampu melakukan penilaian sendiri tentang sesuatu sesuai dengan apa yang dirasakan.
2. Variabel Kekomunikatifan yang diteliti meliputi bagian luar toko(eksterior) dan kenyamanan meliputi General Interior, Store
(26)
6
3. Dalam penelitian ini persepsi konsumen meliputi kekekomunikatifanan dan kenyamanan. Kekekomunikatifan yaitu seberapa unik, menarik, menonjol bagian luar Mirota Batik. Sedangkan kenyamanan yaitu seberapa unik, menarik, khas bagian dalam Mirota Batik.
4. Minat beli ulang dalam penelitian ini maksudnya adalah setiap konsumen yang melakukan pembelian ulang pasti akan melakukan kunjungan ulang ke Mirota Batik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kekomunikatifan exterior Mirota Batik menurut persepsi konsumen.
2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kenyamanan suasana
interior Mirota batik menurut persepsi konsumen.
3. Untuk mengetahui apakah exterior yang kekomunikatifan dan
interior yang nyaman menurut persepsi konsumen berpengaruh
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang konsumen di Mirota Batik.
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu :
(27)
1. Bagi Manajemen Mirota Batik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi manajemen Mirota batik dalam mengelola suasana toko, baik itu bagian exterior maupun interior toko, dan nantinya diharapkan dapat menjadi pilihan strategi Mirota batik dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan penjualan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan berguna sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa dalam bidang pemasaran.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis sebagai sarana penerapan teori-teori sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan.
F. Sistematika Penelitian BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Bab ini mengemukakan tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir yang mendukung penelitian dilakukan.
(28)
8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, metode penelitian, variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik pengujian instrument dan alat analisis data.
BAB IV. GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Berisi tentang sejarah perusahaan, profil perusahaan dan informasi tentang perusahaan.
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, uji instrument penelitian, data karakteristik responden, dan pembahasan.
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Berisi tentang kesimpulan, yang diambil dari hasil penelitian dan saran kepada pihak perusahaan yang disertai pernyataan penuis akan keterbatasan peneitian yang dilakukan.
(29)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang diperlukan dalam suatu perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Kegiatan pemasaran juga sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Pemasaran bukan hanya berarti menjual produk atau mempromosikan produk tetapi memiliki arti yang lebih luas.
Menurut Kotler dan Gary (2008:6) menyebutkan bahwa :
“Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya”.
Cannon, Perreault dan McCarthy (2008:8) menyebutkan bahwa:
“Pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen”.
(30)
10
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemasaran adalah proses dimana perusahaaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. B. Pengertian Manajemen Pemasaran
Dalam sebuah perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan pemasaran yang mampu mendukung perkembangan kinerja perusahaan. Kegiatan-kegiatan pemasaran tersebut harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang baik yang dikenal dengan istilah manajemen pemasaran.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10) dinyatakan sebagai berikut : “Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu”.
Menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000:18) dinyatakan sebagai berikut:
“Manajemen Pemasaran adalah Proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program-program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan”.
(31)
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program yang telah dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran dengan membangun hubungan yang menguntungkan pada target pasar yang bertujuan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
C. Manajemen Ritel
Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer. Usaha Eceran (retailing) mempunyai peranan penting dalam perekonomian dengan menyediakan banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan.
1. Pengertian Ritel
Menurut Stanton (dalam Alma, 2009:54) menyebutkan bahwa: “Retailling includes all activities directly related to the sale of goods and service to the ultimate consumer for personal, non
business use”.
Menurut Berman dan Evan (dalam Alma, 2009:55) menyebutkan bahwa:
“Retailing consists of those business activities involved in the sale of goods and services to consumers for their personal,
family, or household use. It’s the final stage in the distribution
(32)
12
Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir dan ini merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dan jasa.
2. Klasifikasi Ritel
Menurut Berman dan Evan oleh Foster (2008:71) menyebutkan bahwa:
a. Kepemilikan
Pengecer dapat diklasifikasikan secara luas menurut bentuk kepemilikan independent, bagian dari rantai atau toko waralaba.
1) Pengecer independent adalah pengecer yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga eceran yang lebih besar. 2) Toko berantai, (chain store) adalah toko yang dimiliki
dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh satu organisasi.
3) Waralaba (franchise) dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar.
(33)
b. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan yang disediakan oleh pengecer dapat diklasifikasikan sepanjang suatu rangkaian dari pelayanan penuh (full service) sampai pelayanan sendiri (self service)
c. Keragaman produk
Dasar ketiga untuk memposisikan atau mengklasifikasikan toko-toko adalah berdasarkan keluasan dan kedalaman lini produk mereka. Sebagai contoh adalah toko khusus (specialty store) merupakan toko-toko yang paling terkosentrasi dalam keragaman produk mereka, biasanya menjual lini produk tunggal atau sempit tetapi dengan tingkat kedalaman yang tinggi
d. Harga
Harga merupakan cara ke empat untuk memposisikan toko-toko eceran. Toko diskon, factory outlet dan pengecer obral adalah toko yang menggunakan harga rendah.
3. Jenis Toko Ritel
Menurut Levy dan Weitz (2007:39) ritel dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu food retailer, general merchandise retailer, dan
(34)
14
a. Food retailers
1) Supermarkets
Supermarkets konvensional biasanya mempersilahkan
pengunjung untuk melayani dirinya sendiri dalam mencari kebutuhan seperti perlengkapan sehari-hari, daging, perlengkapan yang bukan termasuk makanan seperti perawatan kesehatan dan lain-lain. Contoh : Hero, Superindo.
2) Hypermarkets
Hypermarkets mempunyai luas 100.000-300.000 m2
hypermarkets juga termasuk salah satu ritel yang cepat
berkembang. Contoh : Hypermart, Giant. 3) Convenience stores
Convenience stores atau toko kebutuhan sehari-hari
memberikan aneka ragam barang kebutuhan yang terbatas dengan lokasi yang terjangkau. Contoh : Mini Market, Indo Mart, Cirkle K.
b. General merchandise retailers
1) Department store
Menangani beberapa bagian penjualan produk di bawah satu atap, sebuah department store menyediakan
(35)
variasi produk belanja dan produk-produk khusus secara luas termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alat-alat elektronik dan kadang-kadang mebel. Pembelian biasanya dilakukan masing-masing bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis dalam promosi, pembelian, pelayanan dan pengawasan. Contoh : Yogya, Ramayana.
2) Specialty stores
Toko khusus adalah toko eceran yang mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu. Format toko khusus memungkinkan pengecer memperhalus strategi segmentasi mereka dan menempatkan barang dagangan mereka di target pasar yang spesifik. Sebuah toko khusus tidak hanya merupakan sejenis toko, tetapi juga merupakan metode operasi eceran, yaitu mengkhususkan diri pada jenis barang dagangan tertentu. Contoh : Toko Buku Gramedia, Aquarius.
3) Drugstores
Toko obat (drug store) menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan dengan farmasi sebagai daya tarik utama mereka. Konsumen paling sering tertarik dengan
(36)
16
sebuah toko obat oleh farmasinya atau ahli farmasinya, kenyamanan atau karena ia mempertahankan rencana resep pihak ketiga mereka. Contoh : Apotik Kimia Farma.
4) Category specialist
Category specialist adalah toko diskon dengan
ukuran yang besar. Ritel ini dasarnya adalah discount
specialty stores. Dengan menawarkan barang-barang yang
lengkap dengan harga yang rendah. Contoh : Toy “R”, Old
Navy
5) Extreme Value Retailers
Extreme Value Retailers adalah sebuah toko kecil
dan termasuk toko diskon dengan lini penuh yang menawarkan barang dagangan yang terbatas dengan harga yang sangat murah Contoh : Toko Serbu (serba lima ribu).
c. Non Store Retailers
1) Electronic Retailers
Electronic Retailers atau sering dikenal dengan
e-tailling, online tailing, dan internet tailing adalah format
ritel di mana peritel berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan barang dan jasa yang dijual melalui internet. Contoh : Nixon watch, E-bay.
(37)
2) Catalog and Direct Mail Retailers
Catalog retailling adalah format ritel bukan toko di
mana peritel menawarkan produknya menggunakan katalog. Contoh : Oriflame (produk kecantikan), Sophie Martin
3) Direct Selling
Direct selling atau penjualan langsung adalah
system pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas, yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
4) Television Home Shopping
Television home shopping adalah format ritel di
mana konsumen menonton suatu program TV yang mendemontrasikan produk yang mereka tawarkan. Contoh : inovation Store.
5) Services retailing
Service retailing adalah jenis ritel yang lebih
(38)
18
dijual, atau bahkan hanya menjual jasa. Contoh : Garda Otto.
Gambar II.1
Pengelompokan Bisnis Ritel
(Levy dan Weitz, Retailing Management, 2004)
1. Strategi Pemasaran Ritel
Istilah strategi sering digunakan dalam bisnis ritel. Contohnya tentang strategi barang, stategi promosi, strategi lokasi, dan strategi penetapan merek yang dikeluarkan oleh pihak ritel itu sendiri (private
label). Strategi tersebut mempengarhi keputusan ritel terutama
pengambilan keputusan yang strategis.
FORMAT RITEL
STORE
Nonstore Katalog
Penjualan elektronik
Penjualan melalui surat
Mesin penjualan (vending machine)
Penjualan langsung
Penjualan melalui telepon
Penjualan maya/
E-Commerce
Ritel Barang Dagangan Umum Speciality Store Variety Store Department Store Off Price Store Factory Outlet
Ritel Berorientasi Makanan Convenience store Supercenter Hypermarket Supermarket
(39)
a. Definisi Strategi Pemasaran Ritel
Strategi ritel adalah pernyataan yang menjelaskan beberapa hal berikut :
1) Pasar sasaran (target market), yaitu segmen-segmen pasar yang direncanakan untuk dilayani terkait dengan aktivitas memfokuskan sumber daya yang harus disiapkan oleh ritel. 2) Format yang direncanakan akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan target pasar. Format ritel adalah gabungan ritel didasarkan pada sifat atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan penentuan harga, pemasangan iklan, dan program promosi, desain toko, dan lokasi khusus.
3) Dasar perencanaan ritel untuk memperoleh keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan (sustainable competitive
advantage), atau keuntungan dari persaingan yang dapat
dipertahankan dalam jangka panjang.
Dengan demikian tiap strategi ritel akan meliputi; pemilihan segmen target pasar dan penentuan format ritel, pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi tingkat kompetnsi yang dihadapi.
(40)
20
2. Target Pasar dan Format Ritel
Konsep ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik dari pada yang dilakukan oleh pesaing. Pasar ritel (retail market) bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai sekelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (segmen pasar) dan sekelompok ritel yang menggunakan format ritel yang sama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen tersebut. Pemahaman format ritel disini adalah gabungan atau sekelompok ritel didasarkan pada karakteristik tertentu misalnya ciri barang atau jasa yang ditawarkan, kebijakan penetapan harga, desain toko, dan lain-lain.
Tugas utama dalam mengembangkan strategi ritel adalah menetapkan pasar sasaran. Proses ini diawali dengan menetapkan segmentasi pasar. Ritel yang sukses selalu mendasarkan upaya untuk mengenali pelanggannya. Pasar sasaran dalam ritel sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis, dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan prasyarat untuk menetapkan bauran ritel.
(41)
Gambar II. Bauran Ritel
D. Store atmosphere
Store atmosphere merupakan salah satu unsur dari retailing mix yang juga
harus diperhatikan oleh suatu bisnis ritel. Dengan adanya store atmosphere yang baik, perusahaan dapat menarik konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian.
1) Pengertian Store atmosphere
Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah :
“Atmosphere refers to the store’s physical characteristics that project
an image and draw customer”. PASAR SASARAN PRODUK
Keluasan dan kedalaman
PROMOSI
Periklanan, publisitas, dan hubungan
masyarakat
HARGA
LOKASI
Site dan lokasi perdagangan PERSONALIA
Pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi
PRESENTASI
(42)
22
pengertian Store atmosphere menurut Levy dan Weitz (dalam Bob Foster, 2008 ; 576) yaitu :
“Atmosphereics refers to the design of environment via visual communications, lighting, colors, music, and scent to stimulate
customers’ perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purhase behavior”.
Dari definisi diatas dapat diartikan :
Suasana adalah mendesain suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan pada akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.
Pengertian store atmosphere menurut Utami (2006:238) mengatakan bahwa :
“Store atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi
visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk
mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang”
Dari ketiga pengertian di atas, penulis dapat mengambil keputusan bahwa store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada
(43)
di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian yang nantinya berdampak positif dimana konsumen akan melakukan kunjungan ulang .
2) Tujuan dan Faktor – faktor Store atmosphere
Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Tujuan store
atmosphere dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen.
b) Tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku berbelanja.”
Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko yaitu:
(1) Jenis karyawan
Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh ; rapi, ramah, berwawasan luas atau berorientasi pada pelayanan.
(2) Jenis barang dagangan dan kepadatan
Jenis barang dagangan yang dijual dan bagaimana berang tersebut disusun menentukan suasana yang ingin diciptakan.
(44)
24
(3) Jenis perlengkapan tetap
Perlengkapan tetap bisa elegan (dari kayu jati), trendi (dari krom atau kaca tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan. Contoh: The Gap menciptakan suasana santai dan teratur dengan memajang barang dagangan di atas meja dan rak, memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan mudah.
(4) Bunyi suara
Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di toko dan membeli lebih banyak atau makanan dengan cepat dan meninggalkan meja bagi pelanggan lainnya. Musik dapat mengontrol lalu lintas toko, menciptakan suatu citra, dan menarik.
(5) Aroma
Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja, dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang sesuai dengan suasana hati.
(45)
(6) Faktor visual
Warna dapat menciptakan Susana hati atau memfokuskan perhatian. Warna merah, kuning, orange dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan diinginkan. Warna-warna yang menyejukan seperti biru, hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat-tempat yang tertutup dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih.
3) Elemen-Elemen Store atmosphere
Menurut Berman dan Evans (2001;604) Store atmosphere terdiri dari empat elemen sebagai berikut :
a)Exterior
Karakteristik ini mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk berkunjung ke dalam toko. Elemen-elemen exterior ini terdiri dari sub Elemen-elemen-Elemen-elemen sebagai berikut :
(1) Storefront
Bagian depan toko meliputi kombinasi dari marquee, pintu masuk dan konstruksi gedung. Storefront harus
(46)
26
mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan, atau hal-hal lain sesuai dengan citra toko tersebut. Konsumen baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga exterior meruakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen mengunjungi toko.
Ada beberapa alternatif bagi retailer untuk mempertimbangkan perencanaan dasar storefront :
(a) Modular structure
Berbentuk persegi atau lingkaran yang terdiri dari beberapa toko ditempat tersebut.
(b) Prefabricated structure (struktur rumah
pabrikan)
Toko terletak dalam suatu lokasi yang bersebelahan dengan pabrik.
(c) Prototype store
Digunakan oleh franchisor. Storefronts seragam dengan cabang toko lain dan merupakan bagian dari atmosphere yang sudah ditentukan dalam perjanjian franchisornya.
(47)
(d) Unique building design
Storefronts mempunyai desain gedung yang
unik lain dari pada yang lain. Untuk semakin menarik konsumen sterofront dapat ditambahkan dengan pohon-pohon, air mancur hal ini akan menciptakan lingkungan yang santai di sekitar toko.
(2) Marquee
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk
memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif Marquee harus letakan di luar, terlihat berbeda dan menarik atau mencolok dari toko lain.
(3) Entrances (pintu masuk)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen unutk masuk melihat ke dalam toko dan mengurangi lalu-lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk
(48)
28
mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan yaitu:
(a) Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah masalah keamanan.
(b) Jenis pintu masuk yang akan digunakan, apakah akan menggunakan pintu otomatis atau pintu tarik dorong.
(c) Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dengan pintu masuk yang sempit, kecil, dan berdesak-desakan. Menghindari kemacetan arus lalu lintas orang yang masuk dan keluar toko. (4) Height and size of building
Tinggi dan luasnya bangunan dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.
(49)
(5) Uniqueness
Dapat dicapai melalui desain toko yang lain dari pada yang lain, seperti marquee yang mencolok, etalase yang
dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dari
sekitarnya.
(6) Surrounding stores
Citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat dimana toko itu berada.
(7) Parking
Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Konsumen biasanya bekerja untuk kebutuhan akan
fashion sehingga mereka pada umumnya selalu membawa
kendaraan. Tempat parkir yang luas, aman, gratis, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan suasana yang positif bagi toko.
b)General interior
General interior dari suatu toko harus dirancang untuk
memaksimalkan visual merchandising. Seperti kita ketahui, iklan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko, tetapi yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembelian berada di toko adalah kenyamanan display. Display yang tingkat
(50)
30
keyamanannya dikelola semaksimal mungkin dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang-barang yang ada di dalam toko. Ketika konsumen masuk ke dalam toko, ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut.
(1) Elemen-elemen General interior terdiri dari :
(a) Flooring
Penetuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet) ukuran, desain, dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
(b) Colors and lighting
Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan sebenarnya.
(51)
(c) Fixtures
Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan kenginan karena barang-barang tersebut berbeda bentuk, karakter maupun harganya, sehingga penempatannya berbeda.
(d) Temperature
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara di dalam toko jangan terlalu panas atau dingin. Memasang AC harus mengatur jumlah AC yang akan dipasang, yang mana hal ini harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mengatur bagian toko mana saja yang akan dipasangi AC.
(e) Width of aisles
Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan merasa membuat konsumen nyaman dan betah tinggal di toko.
(f) Dead areas
Merupakan ruangan di dalam toko yang dimana
display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan
(52)
32
ruangan. Pengelola harus dapat menerapkan barang-barang pajangan bisa memperindah ruangan seperti tanaman, dan cermin.
(g) Personnel
Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik dan mempunyai wawasan yang luas mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko untuk belanja.
(h)Merchandise
Pengelola toko harus memutuskan mengenai variasi, warna, ukuran, kualitas, lebar dan kedalaman produk yang akan dijual. Mereka harus memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
(i) Prices (levels and display)
Label harga harus dicantumkan pada kemasan produk tersebut, pada rak tempat produk tersebut dipajang atau kombinasi dari keduanya.
(53)
(j) Cleanliness
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko. Walaupun interior dan
eksterior baik tetapi tidak dirawat kebersihannya, akan
menimbulkan kesan yang negatif dari konsumen. c) Store Layout
Store Layout akan mengundang masuk atau menyebabkan
pelanggan menjauhi toko tersebut ketika konsumen melihat bagian dalam toko melalui jendela etalase atau pintu masuk. Store
Layout yang baik akan mampu mengundang konsumen untuk
betah berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak.
(1) Elemen-elemen yang diperlukan adalah :
(a) Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers.
Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk :
(54)
34
1) Selling space
Ruang untuk memajang barang dan tempat berinteraksi antara konsumen dan karyawan toko atau pramuniaga.
2) Mechandise Space
Ruang untuk menyimpan barang yang baik tidak dipajang atau biasa disebut gudang 3) Personnel space
Ruang yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan karyawan seperti tempat istirahat dan makan.
4) Customer space
Ruang yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, kafe, dan ruang tunggu.
(b) Product Groupings
Barang yang dipajang dapat dikelompokan sebagai berikut :
1) Functional Product Groupings
Pengelompokan barang berdasarkan penggunaan akhir yang sama.
(55)
a)Purchase Motivation Product
Groupings
Pengelompokan barang yang ada menimbulkan dorongan pada konsumen untuk membeli dan menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam berbelanja.
b)Market Segment Product Groupings
Pengelompokan barang bedasarkan pasar sasaran yang sama.
c) Strobability Product Groupings
Pengelompokan barang berdasarkan cara penanganannya yang khusus.
d)Traffic Flow
1) Straight (gridiron) traffic flow
Pengaturan ini mengarahkan pelanggan sesuai dengan gang-gang dan perabot di dalam toko.
(56)
36
2) Curving (free - flowing) traffic
flow
Pengaturan ini memungkinkan pelanggan membentuk pola lalu lintasnya sendiri.
e) Interior (Point of Purchase) Display
Setiap jenis Point of Purchase Display menyediakan informasi kepada pelanggan untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama interior display ialah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. Interior (Point of
Purchase) Display terdiri dari :
1) There - setting
Dalam satu musim atau peringatan tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko atau ditetapkan untuk menarik perhatian konsumen.
2) Rack and cases
Rak mempunyai fungsi utama untuk memajang dan meletakan barang dagangan secara rapi. Case digunakan untuk memajang barang yang lebih berat atau besar dari pada barang di rak.
(57)
3) Cut cases and dump bins
Cut cases adalah kotak yang digunakan untuk
membawa atau membungkus barang-barang yang berukuran kecil. Dump bins adalah kotak yang berisi tumpukan barang yang telah diturunkan harganya. 4) Posters, signs, and cards
Tanda-tanda yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko. Iklan yang mendorong konsumen untuk berbelanja barang adalah iklan promosi barang baru atau diskon khusus untuk barang tertentu. Tujuan dari tanda-tanda ini sendiri untuk meningkatkan penjualan barang melalui informasi yang diberikan konsumen secara baik dan benar. Daerah belanja yang kurang diminati biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen
(58)
38
Gambar II.3 Elemen Store atmosphere E. Minat Beli Ulang
Menurut penelitian Doods (dalam Sutantio, 2004:252) minat beli adalah kemungkinan pembeli berminat untuk membeli suatu produk. Sementara itu menurut penelitian Howard (dalam Sutantio, 2004:256) mengartikan intention to
buy sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana
dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut penelitian Ferdinand (2002:129) menyatakan bahwa indikator minat beli antara lain;
1) minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk,
General Interior Store Layout Interior POP Display
Exterior
Storefront
Marquee
Entrances Height and size of
building
Uniquenss
Surrounding stores
Parking
Flooring
Colors and lighting
Fixtures
Temperature
Width of aisles
Dead areas
Personnel
Merchandise
Prices (levels and display)
Cleanliness
There-setting
Rack and cases
Cut cases and dump
bins
Posters, signs, and cards
Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers.
Product Groupings
(59)
2) minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain,
3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya,
4) minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Menurut penelitian Howards (dalam Sutantio 2004 hal:253) dikatakan bahwa dalam ekstensi merek, apabila calon pembeli sudah mempunyai cukup informasi mengenai merek induk dan sudah terbentuk persepsi, apabila persepsi tersebut positif maka calon pembeli tersebut biasanya akan tertarik untuk membeli produk ekstensi yang ditawarkan, terutama apabila mereka melihat bahwa produk ektensi tersebut mempunyai kaitan yang logis dengan produk dari merek induk. Oleh karena itu minat beli konsumen sering digunakan sebagai indikator kesuksesan suatu produk di pasar. Sementara itu minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.
(60)
40
F. Review Penelitan Terdahulu
Title: Pengaruh Store atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Butik Rumah Cinta
Author: Megawati, Helga
Abstract: Skripsi ini berjudul Pengaruh Store atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Butik Rumah Cinta . Disusun oleh Helga Megawati (02.03.138) dengan dibimbing oleh ibu Mariana Rachamawati,S.E.,M.M. Industri ritel yang semakin bertambah kuantitas maupun kualitasnya pada masa sekarang ini menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat, maka dari itu setiap peritel dituntut untuk peka terhadap persaingan tersebut. Store atmosphere merupakan salah satu elemen dari bauran eceran yang mampu mempengaruhi konsumen. berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada salah satu butik yaitu Rumah Cinta merupakan salah satu butik yang sedang berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh butik Rumah Cinta, untuk mengetahuii bagaimana tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store atmosphere pada butik Rumah Cinta dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen pada butik Rumah Cinta. Untuk mengetahui korelasi antara store atmosphere dengan keputusan pembelian
(61)
konsumen digunakan analisis koefisien korelasi Rank Spearman. Hasil analisis menunjukan tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store
atmosphere yang dilakukan oleh butik Rumah Cinta adalah setuju bahwa
store atmosphere telah dilaksanakan dengan baik, begitu pula dengan
analisa tanggapan konsumen bahwa mereka setuju untuk melakukan pembelian di butik Rumah Cinta . Hasil penelitian menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) menunjukan hubungan yang searah dan positif antara
store atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen. Hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan tabel t juga menunjukan bahwa Ho ditolak, dan Ha diterima, yaitu menunjukan bahwa ada pengaruh yang berarti antara store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memiliki kesimpulan bahwa store atmosphere dapat berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian apabila pelaksanaan store atmosphere tersebut dilaksanakan dengan baik, begitupun sebalikanya.
(62)
42
Title: Pengaruh store atmosphere (suasana toko) terhadap keputusan
pembelian konsumen (studi pada Toko Stroberi Matos)
Author: Prasetyo, Bayu
Abstract: Beberapa tahun ini pertumbuhan perekonomian kota Malang mengalami peningkatan. Hal ini tidak lepas dari berdirinya beberapa Mall yang mulai bermunculan dimana di salah satunya Matos (malang town square). Di dalam setiap gerai/toko di dalam Matos mempunyai tatanan yang berbeda-beda yang kesemuanya menciptakan suasana tertentu. Dari tatanan tersebut yang bertujuan untuk menciptakan suasana tertentu ini lazim disebut sebagai store atmosphere (suasana toko).
Store atmosphere (suasana toko) merupakan persepsi suasana toko
sebagai akibat dari pengaruh efek-efek yang diciptakan pengusaha untuk membuat suatu toko agar menarik untuk dikunjungi oleh konsumen. Saat ini perusahaan yang menerapkan store atmosphere (suasana toko) dalam hal penjualan produknya salah satunya adalah Perusahaan Sroberi.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui kondisi/keadaan store
atmosphere (Suasana toko) terhadap keputusan pembelian di Toko
Stroberi Matos. 2) Mengetahui pengaruh Store atmosphere (Suasana toko) terhadap keputusan pembelian pada konsumen Stroberi Matos baik secara parsial maupun simultan. 3) Mengetahui faktor yang lebih dominan dari faktor desain, faktor sosial dan faktor ambien terhadap keputusan
(63)
pembelian di toko Stroberi Matos.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang sedang ataupun pernah berbelanja di Toko Stroberi Matos. Dalam penelitian ini menggunakan 110 sampel yang penentuan jumlah minimal sampelnya menggunakan teknik sampling simple random sampling. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.
Hasil penelitian ini menyimpulkan: 1) Faktor desain memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. 2) Faktor Sosial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. 3) Faktor ambien memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. 4) Komponen sosial pada store atmosphere (suasana toko) merupakan yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di toko Stroberi Matos. Saran yang dapat dikemukakan antara lain ditujukan kepada perusahaan Stroberi agar perlu tetap mempertahankan dan mengembangkan store atmosphere (suasana Toko). Saran ditujukan untuk peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini adalah untuk
mencoba melakukan penelitian pada obyek yang lain yang
menerapkan store atmosphere (suasana toko) agar nanti hasilnya dapat dijadikan perbandingan bagaimana pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen.
(64)
44
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah kerangka berpikir yang dibuat penulis untuk menggambarkan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam kerangka konseptual menyertakan indikator-indikator yang akan dipakai penulis sebagai acuan untuk menyusun pertanyaan dalam kuesioner yang akan dibagikan kepada responden.
H1
H3
H2
Keterangan :
: Berpengaruh secara sendiri : Berpengaruh secara bersama Tingkat kenyamanan (X2)
Interior
Interior POP Display
Store Layout
Tingkat Kekomunikatifan (X1) Exterior
MINAT BELI ULANG :
o Transaksional o Referensial o Preferensial o Eksploratif
(65)
Dalam kerangka konseptual, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat komunikatif exterior dan apakah nantinya akan berpengaruh pada minat beli ulang. Tingkat komunikatif akan dilihat dari tingkat keunikan, menarik, menonjol bagian exterior mirota batik.
Sedangkan untuk tingkat kenyamanan interior peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat kenyamanan interior dan store layout dan apakah nantinya akan berpengaruh pada minat beli ulang. Dalam penelitian ini kenyamanan akan dilihat dari dua aspek yaitu dari interor dan interior pop
display.
Untuk indikator dari exterior yang akan digunakan adalah Storefront,
Marquee, Entrances, Height and size of building, Uniqueness, Surrounding
stores, Parking.
Untuk indikator dari store layout yang akan digunakan adalah
Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers,
Product Groupings, Traffic Flow.
Untuk indikator dari interior yang akan digunakan adalah Flooring,
Colors and lighting, Fixtures, Temperature, Width of aisles, Dead areas,
Personnel, Merchandise, Prices (levels and display), Cleanliness.
Untuk indikator dari interior pop display uang akan digunakan adalah
(66)
46
cards. Minat beli ulang sebagai variabel dependen akan diteliti dari konsumen
melalui kuesioner yang akan dibagikan oleh peneliti.
Dari gambaran kerangka diatas peneliti ingin meneliti adakah hubungan antara tingkat komunikatif dan kenyamanan terhadap minat beli ulang secara parsial maupun simultan.
H. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih akan diuji kebenarannya. untuk rumusan masalah satu dan dua tidak digunakan hipotesis karena peneliti ingin mengetahui seberapa kekomunikatifan exterior dan untuk mengetahui seberapa nyaman interior mirota batik.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. tingkat kekomunikatifan exterior dan kenyamanan interior berpengaruh secara parsial terhadap minat beli ulang.
2. tingkat kekomunikatifan exterior dan kenyamanan interior berpengaruh secara simultan terhadap minat beli ulang.
(67)
47
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Penelitian ini hanya dilakukan pada obyek tertentu dan kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada obyek yang diteliti.
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang menjadi sasaran dalam penelitian dan yang akan memberikan informasi kepada penulis. Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan responden yaitu konsumen yang berkunjung dan melakukan pembelian secara langsung di Mirota batik.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah variabel-variabel Store Atmosphere yang terdiri dari variabel exterior, variabel General Interior, variabel Store
Layout, variabelInterior POP Display, dan minat beli ulang di Mirota
(68)
48
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu dan tempat penelitian ini adalah : a. Tempat Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian Mirota Batik yang terletak di Jl. Jend. A. Yani No. 9, Yogyakarta.
b. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama dua bulan dari bualan Mei-Juli 2012. D. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala sesuatu atau gejala yang akan diselidiki.
1. Identifikasi Variabel
(1) Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat atau
dependent variable (Sugiyono, 2008 : 33). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat kekomunikatifan dimana indikatornya adalah eksterior toko, dan kenyamanan indikatornya adalah interior toko.
(2) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008 : 33). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli ulang
(69)
preferensial, eksloratif .
2. Definisi variabel
(1)Variabel Bebas (independent Variable) Variabel (X) dalam penelitian ini adalah:
(a) Kekomunikatifan
Yang dimaksud kekomunikatifan adalah seberapa tinggi persepsi konsumen menangkap exterior yang dimaksudkan oleh Mirota Batik.
(b) Kenyamanan
Yang dimaksud kenyamanan adalah seberapa tinggi persepsi konsumen tentang perasaannya terhadap kenyamanan interior Mirota Batik.
(2)Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel Y dalam penelitian ini adalah Minat beli ulang. Keputusan pembelian ulang yang dimaksud adalah keputusan pembelian kembali yang dipengaruhi oleh tingkat suasana exterior dan suasana interior mirota batik.
3. Pengukuran variabel
Skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner adalah Skala Likert.Kuesioner dalam penelitian terdiri dari 5 jawaban yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala pengukuran yaitu : sangat setuju (SS) = 5, setuju(S) = 4, netral
(70)
50
(N) = 3, tidak setuju(TS) = 2, dan sangat tidak setuju(STS) = 1 yang menunjukkan tingkat tinggi rendahnya masing-masing variabel yang akan diteliti.Adapun skala yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Mengenai tingkat kekomunikatifan bagian exterior Mirota Batik
Sangat Kekomunikatifan (SK) = skor 5
Kekomunikatifan (K) = skor 4
Netral (N) = skor 3
Tidak Kekomunikatifan (TK) = skor 2 Sangat Tidak Kekomunikatifan (STK) = skor 1 b. Mengenai tingkat kenyamanan suasana interior Mirota
Batik
Sangat Nyaman (SN) = skor 5
Nyaman (NY) = skor 4
Netral (N) = skor 3
Tidak Nyaman (TN) = skor 2
Sangat Tidak Nyaman (STN) = skor 1 c. Mengenai minat beli ulang
Sangat Minat = skor 5
Minat = skor 4
Cukup Minat = skor 3
Kurang Minat = skor 2
(71)
E. Definisi Operasional a. Store atmosphere
Store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat
penting bagi setiap bisnis ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian yang nantinya berdampak positif dimana konsumen akan melakukan kunjungan ulang.
b. Exterior
Exterior adalah bagian yang terkemuka harus memberikan kesan
yang menarik dengan mencerminkan kemantapan dan kekokohan sehingga menciptakan kepercayaan dan goodwill.
c. General interior
General interior adalah upaya menciptakan kesan yang
menyenangkan ketika konsumen memasuki toko. d. Store Layout
Store layout adalah bagaimana peritel menentukan letak atau
lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan didalam toko.
e. Interior POP display
Interior POP display adalah bagaimana menciptakan suasana toko
(72)
52
f. Minat beli ulang
Minat beli ulang adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespons positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen baik dari Jogja maupun luar Jogja tetapi bukan rombongan yang berkunjung ke Mirota batik dengan usia minimum 17 tahun dan menggunakan jasa parkir di sekitar Mirota Batik.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2008:62) sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu konsumen bukan rombongan yang berkunjung langsung ke Mirota batik. Sampel dari penelitian ini adalah 100 orang.
Berdasarkan dari populasinya maka jumlah sampelnya tidak dapat dihitung. Oleh karena itu untuk memperoleh jumlah sampel digunakan rumus :
(73)
Rumus :
:
2
4
Z
E
n
Keterangan :
n = jumlah sampel
2 / 1
Z
= batas luar daerah
Nilai Z1/2 adalah sebesar 1,96. angka ini didapat dari tabel t
student karena pada kondisi dimana nilai deviasi standar rata-rata tidak
diketahui. Maka tabel tidak berdistribusi normal langsung sehingga untuk jumlah populasi yang tak terbatas atau yang berjumlah besar akan mengikuti nilai tabel Z.
E= kesalahan maksimum yang mungkin dialami.
Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 5% dan kesalahan maksimum yang mungkin dialami (E) adalah sebesar 10%, sedangkan deviasi standar rata-ratanya tidak diketahui, maka besarnya sampel dalam penlitian ini sebanyak: 2
:
2
1
4
1
Z
E
n
21
,
0
:
96
,
1
4
1
n
04
,
96
n
(74)
54
Hasil perhitungan 96,04 tersebut dibulatkan menjadi 100 agar memudahkan pembagian. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan 100 responden sebagai sampel.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik memilih dan mengambil individu-individu masuk ke dalam sampel yang representatif disebut teknik sampling. Untuk memperoleh responden, akan digunakan teknik purposive convenience sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti serta mudah dijangkau oleh peneliti. Dalam penelitian ini, teknik convenience peneliti mudah mendapatkan responden untuk diminta mengisi kuisioner, sedangkan teknik purposive berupa pertimbangan dalam pengambilan sampel dengan syarat menggunakan jasa parkir di sekitar Mirota Batik dan minimal pernah dua kali melakukan pembelian dengan usia minimum 17 tahun.
H. Sumber Data a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perusahaan, seperti hasil wawancara dan hasil pengisian kuesioner yang akan dilakukan oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari catatan dan dokumen yang berasal dari perusahaan. Yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan.
(1)
Statistik Deskripsi
Descriptive Statistics
100 2.50 4.80 3.7940 .49601
100 2.91 4.65 3.8996 .44359
100 1.75 5.00 3.7425 .71018
100 komunikat if eksterior
keny amanan interior Minat Kunjungan Valid N (list wise)
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion
Statistik Frekuensi
Frequency Table
komunikati f eksteri or
21 21.0 21.0 21.0 49 49.0 49.0 70.0 29 29.0 29.0 99.0 1 1.0 1.0 100.0 100 100.0 100.0
Sangat Komonukatif Komunikatif
Cukup Komunikatif Tidak Komunikatif Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
kenyamanan interior
36 36.0 36.0 36.0 47 47.0 47.0 83.0 17 17.0 17.0 100.0 100 100.0 100.0
Sangat Ny aman Ny aman Cukup Ny aman Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
Minat Kunjungan
33 33.0 33.0 33.0
41 41.0 41.0 74.0
16 16.0 16.0 90.0
8 8.0 8.0 98.0
2 2.0 2.0 100.0
100 100.0 100.0
Sangat Berminat Berminat Cukup Berminat Tidak Berminat Sangat Tidak Berminat Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
(2)
Uji Multikolinearitas
Variables Entered/Removedb
keny amanan interior , komunikatif eksteriora . Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Remov ed Method All requested v ariables entered.
a.
Dependent Variable: Minat Kunjungan b.
Coeffi ci entsa
-.322 .503 -.640 .524
.508 .155 .355 3.280 .001 .517 1.933
.548 .173 .342 3.160 .002 .517 1.933
(Constant)
komunikatif eksterior keny amanan interior Model
1
B
St d. Error Unstandardized Coef f icients
Beta St andardized Coef f icients
t Sig. Tolerance VI F
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Minat Kunjungan a.
(3)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
100 100 100
3.7940 3.8996 3.7425 .49601 .44359 .71018
.093 .125 .132
.087 .094 .093
-.093 -.125 -.132 .935 1.249 1.315
.347 .088 .063
N
Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
komunikatif eksterior
kenyamanan interior
Minat Beli Ulang
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
2 1
0 -1
-2 -3
Regression Standardized Residual
25
20
15
10
5
0
Frequency
Mean = -4.74E-16 Std. Dev. = 0.99 N = 100
Dependent Variable: Minat Beli Ulang Histogram
(4)
Uji Heteroskedastisitas
Variabl es Entered/Removedb
keny amanan interior ,
komunikatif eksteriora . Enter
Model 1
Variables Ent ered
Variables
Remov ed Method
All requested v ariables entered. a.
Dependent Variable: absRes b.
Coeffi ci entsa
.459 .330 1.394 .167
.045 .101 .063 .443 .658
-.057 .113 -.071 -.500 .618
(Constant)
komunikatif eksterior keny amanan interior Model
1
B St d. Error Unstandardized
Coef f icients
Beta St andardized Coef f icients
t Sig.
Dependent Variable: absRes a.
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expected Cum Prob
Dependent Variable: Minat Beli Ulang
(5)
2 1
0 -1
-2 -3
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Minat Beli Ulang Scatterplot
(6)
Analisis Regresi
Regression
Variables Entered/Removedb
kenyaman an interior , komunikati f eksteriora
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Minat Beli Ulang b.
Model Summaryb
.642a .412 .400 .55022
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), kenyamanan interior ,
komunikatif eksterior a.
Dependent Variable: Minat Beli Ulang b.
ANOVAb
20.566 2 10.283 33.966 .000a
29.366 97 .303
49.932 99
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), kenyamanan interior , komunikatif eksterior a.
Dependent Variable: Minat Beli Ulang b.
Coefficientsa
-.322 .503 -.640 .524
.508 .155 .355 3.280 .001
.548 .173 .342 3.160 .002
(Constant)
komunikatif eksterior kenyamanan interior Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Minat Beli Ulang a.