PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN PKn MATERI SEJARAH SUMPAH PEMUDA MELALUI METODE CONCEPT MAPPING SISWA KELAS III MI AL-KARIMI DUKUN GRESIK.

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN PKn MATERI SEJARAH SUMPAH PEMUDA MELALUI METODE

CONCEPT MAPPING SISWA KELAS III MI AL-KARIMI

DUKUN GRESIK

SKRIPSI Oleh:

FARDA QONITA NIM D37213047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Qonita Farda, 2016. Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran PKn Materi Sejarah Sumpah Pemuda Melalui Metode Concept Mapping Siswa Kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik.

Kata Kunci: Peningkatan Pemahaman, PKn,Metode Concept Mapping

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pemahaman mata pelajaran PKn materi sejarah Sumpah Pemuda pada siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik. Hal ini dikarenakan alokasi waktu dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan kondisi siswa, pembelajaran cenderung verbalistic, dan proses pembelajaran berlangsung kurang bervariasi/monoton. Padahal pada materi sejarah Sumpah Pemuda membutuhkan

pemahaman yang maksimal, oleh karena itu diterapkannya metode Concept

Mapping. Di mana siswa dituntut untuk menyusun suatu konsep dan mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan sebuah kata sehingga akan saling berkaitan.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui

penerapan metode Concept Mapping dalam meningkatkan pemahaman sejarah

Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik, (2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn melalui metode Concept Mapping siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model

Kurt Lewin. Terdiri dari empat tahapan dalam satu siklus, yaitu: perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan metode Concept

Mapping pada materi sejarah Sumpah Pemuda pada siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi guru pada siklus I adalah 75 meningkat menjadi 94,4 pada siklus II. Peningkatan ini juga terjadi pada observasi keaktifan siswa pada siklus I yakni 78,57 meningkat menjadi 92,9 pada siklus II. (2) Adanya peningkatan proses pembelajaran berdampak pula pada peningkatan pemahaman siswa terhadap materi sejarah Sumpah Pemuda. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 76,35 menjadi 82,29 pada siklus II yang secara klasikal sudah tuntas. Begitu pula dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 67,56% menjadi 89,18% pada siklus II dengan katagori baik.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang Dipilih ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9


(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Concept Mapping ... 13

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 13

2. Tujuan Metode Pembelajaran ... 16

3. Pengertian Concept Mapping ... 16

4. Tujuan Metode Concept Mapping ... 19

5. Kelebihan dan kekurangan Metode Concept Mapping ... 19

6. Langkah-langkah Metode Concept Mapping ... 21

B. Pemahaman Sejarah Sumpah Pemuda ... 23

1. Pengertian Pemahaman ... 23

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman ... 25

3. Indikator Pemahaman Konsep ... 26

C. Mata Pelalajaran PKn Materi Sejarah Sumpah Pemuda ... 28

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 28

2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI ... 29

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI ... 30

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI ... 32

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas III SD/MI ... 34

6. Materi PKn Sejarah Sumpah Pemuda ... . 36

D. Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran PKn melalui Metode Concept Mapping ... 42

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 42

2. Evaluasi Pemahaman ... 46


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 55

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 57

1. Setting Penelitian ... 57

2. Subyek Penelitian ... 58

C. Variabel yang Diselidiki... 58

D. Rencana Tindakan ... 59

1. Siklus I ... 59

2. Siklus II ... 63

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 66

1. Sumber Data ... 66

2. Teknik Pengumpulan Data ... 67

3. Instrument Pengumpulan Data ... 70

4. Teknik Analisis Data ... 70

5. Indikator Kinerja ... 74

6. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Subyek Penelitian ... 76

1. Letak dan Kondisi MI Al-Karimi ... 76

2. Kondisi Kelas ... 77

B. Kondisi Sebelum Pelaksanaan Siklus ... 78

C. Hasil penerapan Metode Concept Mapping ... 81

1. Siklus I ... 81

a. Perencanaan ... 81

b. Pelaksanaan ... 83

c. Pengamatan ... 88


(10)

2) Aktivitas Siswa ... 90

d. Refleksi ... 91

2. Siklus II ... 93

a. Perencanaan ... 93

b. Pelaksanaan ... 94

c. Pengamatan ... 101

1) Aktivitas Guru ... 102

2) Aktivitas Siswa ... 102

d. Refleksi ... 103

D. Pembahasan... 104

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 111

B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Keberhasilan Belajar ... 73

Tabel 4.1 Distribusi Nilai Ulangan Harian Siswa ... 79

Tabel 4.2 Distribusi Nilai Siswa Siklus I ... 87


(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Nilai Rata-Rata Siswa ... 105

Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa ... 107

Diagram 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 108


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Profil Sekolah

Lampiran 2: Instrumen Wawancara

Lampiran 3: Instrumen Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lampiran 4: RPP Siklus I

Lampiran 5: RPP Siklus II

Lampiran 6: Kisi-Kisi Soal

Lampiran 7: Instrumen Tugas Siklus I dan II

Lampiran 8: Hasil LKS Siklus I

Lampiran 9: Hasil LKS Siklus II

Lampiran 10: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Lampiran 11: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 12: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Lampiran 13: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 14: Daftar Nilai Sebelum Pelaksanaan Siklus

Lampiran 15: Daftar Nilai Siswa Siklus I

Lampiran 16: Daftar Nilai Siswa Siklus II

Lampiran 17: Hasil Wawancara Guru dan Siswa Sebelum Siklus

Lampiran 18: Hasil Wawancara Guru dan Siswa Setelah Siklus

Lampiran 19: Foto Pembelajaran Siklus I dan II


(15)

Lampiran 21: Lembar Validasi RPP dan Soal Siklus I dan II

Lampiran 22: Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 23: Surat Keterangan Izin Penelitian


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah teladan penting dan mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan setiap bangsa. Seluruh komponen dalam dunia pendidikan harus didukung dan digerakkan demi kemajuan tingkat intelektual, dan moral siswa. Setiap mata pelajaran yang diberikan harus mendukung dua hal tersebut, karena kemajuan intelektual dan kedewasaan

moral akan mempengaruhi masa depan bangsa.1

Pendidikan sudah menjadi keharusan untuk mendapat prioritas utama karena kualitas suatu bangsa atau kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh keberhasilan pendidikan. Kemampuan seseorang setelah mengenyam pendidikan adalah landasan untuk menggali dan menimba pengetahuan lebih lanjut dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan hanya mementingkan hasil bukan proses. Padahal dalam proses itulah makna pendidikan dapat benar-benar dirasakan, sehingga yang terjadi dalam pendidikan bukan sekedar mentransfer ilmu, melainkan juga pembentukan akhlak dan moral siswa.

1


(17)

Bagi siswa, belajar merupakan sebuah proses interaksi antara berbagai potensi diri siswa. Potensi tersebut diantaranya adalah fisik, nonfisik, emosi, intelektual, interaksi siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa lainnya. Demikian lingkungan dengan konsep dan fakta, interaksi dari berbagai stimulus dengan berbagai respons terarah untuk melahirkan perubahan.

Untuk mengembangkan potensi siswa perlu diterapkan sebuah model pembelajaran inovatif dan konstruktif. Dalam mempersiapkan pembelajaran, para guru harus memahami karakteristik materi pelajaran, karakteristik siswa, serta memahami metodologi pembelajaran. Dengan begitu proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif

dalam merekrontruksi wawasan pengetahuan siswa.2

Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (citizenship) atau yang biasa dikenal dengan PKn merupakan salah satu mata pelajaran umum

yang ada di Madrasah Ibtida’iyyah (MI) atau Sekolah Dasar (SD). Mata

Pelajaran Pkn merupakan mata pelajaran yang menekankan pembentukan kepribadian siswa dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Dengan demikian, akan memperluas wawasan dan menumbuhkan kesadaran, sikap, serta perilaku cinta tanah

air, sebagaimana yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.3

2 Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016), hal 85

3


(18)

Mata pelajaran PKn juga diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia. Melalui mata pelajaran PKn dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara.4

Dalam lingkup PKn itu sendiri terdapat beberapa aspek yang harus dipelajari, salah satunya adalah sejarah Sumpah Pemuda. Sejarah Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mempunyai suatu nilai yang terkandung dalam sebuah peristiwa, dan mewujudkan warga Negara akan sadar bela Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kegiatan belajar mengajar pada dasanya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan/kompetensi baru berkenaan informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa. Oleh sebab itu, guru harus berfikir metode yang akan digunakan agar semua dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi minat belajar siswa, pemahaman materi siswa dan

mempertinggi hasil belajar siswa.5

4

Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 126

5


(19)

Para guru PKn seharusnya mengenal, memahami dan dapat menerapkan berbagai metode penyajian yang bervariasi sesuai dengan

perkembangan dunia metodologi pendidikan dewasa ini.6 Metode apapun

yang dipilih oleh guru dalam pelaksanaan program pembelajaran PKn hendaknya dapat menjamin pengembangan keseluruhan aspek, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewargaan yang mampu

berpartisipasi terhadap bangsa dan Negara.7

Untuk itu guru bidang studi PKn dituntut agar mampu memahami karakteristik mata pelajaran tersebut. Sehingga nantinya guru dapat tepat dalam memilih metode pembelajaran dengan situasi dan kondisi kelas yang ada. Apabila guru kurang memahami karakteristik mata pelajaran tersebut, akibatnya proses pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dalam kegiatan belajar mengajar PKn, siswa sebagai pusat pembelajaran harus aktif dan tidak pasif. Siswa yang aktif tidak hanya sekedar duduk mendengarkan dan mencatat keterangan yang diberikan oleh guru, akan tetapi siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Hanya saja saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang professional.

6 Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal 125

7 Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal 8-9


(20)

Pada kenyataannya, sebagaian guru di sekolah dalam mengajar mata pelajaran PKn masih sering menggunakan metode yang membuat proses pembelajaran berlangsung bersifat monoton. Hal ini dikarenakan guru mengejar target untuk menyelesaikan materi. Tidak optimalnya pendekatan keterampilan proses dilaksanakan di suatu sekolah karena ada kendala seperti fasilitas pendukung kearah keterampilan proses terbatas. Pokok pembahasannya banyak sedangkan waktu yag disediakan relatif singkat. Guru kurang terampil dalam melakukan kegiatan yang nyata dan evaluasi yang berlaku, sehingga menekankan pengetahuan kognitif.

Dari hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi sejarah Sumpah Pemuda kelas III semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 menunjukkan belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Tingkat ketuntasan mata pelajaran PKn kelas III MI Al-Karimi adalah sebesar 51,35% atau dengan nilai rata-rata 73,91. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dari 37 siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik, 3 siswa mendapat nilai 55, 4 siswa mendapat nilai 60, 4 siswa mendapat nilai 65, 7 siswa mendapat nilai 70, 6 siswa mendapat nilai 75, 5 siswa mendapat nilai 80, 6 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat nilai 95. Hal ini dapat


(21)

dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa pada materi sejarah Sumpah

Pemuda tergolong rendah.8

Berdasarkan hasil refleksi peneliti dengan guru mata pelajaran PKn kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik pada tanggal 21 September 2016 faktor yang melatarbelakangi hal tersebut diantaranya adalah:

1. Alokasi waktu dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran

tanpa memperhatikan kondisi siswa.

2. Pembelajaran masih bersifat verbalistic dan siswa tidak dilibatkan

dalam penanaman konsep.

3. Daya tangkap siswa yang beragam.

4. Proses pembelajaran berlangsung kurang bervariasi/monoton,

sehingga siswa bersifat pasif.

5. Hanya menggunakan satu sumber buku dan tidak menggunakan

media yang mendukung dalam proses pembelajaran.

Sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan di MI Al-Karimi Dukun Gresik, maka penulis mengupayakan untuk memperbaiki pembelajaran materi sejarah Sumpah Pemuda. Langkah yang ditempuh

pada penelitian ini adalah menggunakan metode Concept Mapping, yaitu

salah satu metode pembelajaran kooperatif dalam metode-metode

pembelajaran aktif. Metode Concept Mapping merupakan pembelajaran

kelompok yang bertujuan agar siswa dapat saling bekerja sama,

8


(22)

menuangkan ide-ide pikir dalam bentuk suatu konsep-konsep tertentu yang saling berkaitan.

Dengan demikian, terciptanya pembelajaran yang menarik perhatian siswa sebagai kegiatan yang akan dilakukan guru dalam menyampaikan pembelajaran. Salah satunya dalam pembelajaran sejarah Sumpah Pemuda yang memerlukan diskusi dan kerja kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan membuat konsep-konsep yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pembelajaran PKn materi Sumpah Pemuda memberi pengaruh besar dalam proses belajar sehingga hasilnya akan lebih baik.

Metode pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kemandirian siswa dalam mencapai tujuan pendidikan, sebagai alat pembelajaran yang berarti bagi siswa dan memaksimalkan kreatifitas

berfikirnya. Metode Concept Mapping juga dapat meningkatkan

keterampilan dasar yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan menata informasi. Adapun keterampilan dasar yang dapat merangsang belajar siswa antara lain konsentrasi terfokus, cara mencatat organisasi, menghubungkan antar konsep, teknik mengingat dan memahami mengenai bahan ajar.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa alasan maka dirasa perlu untuk melakukan Penelitian Tidakan Kelas (PTK). Dalam Penelitian


(23)

Pemahaman Mata Pelajaran PKn Materi Sejarah Sumpah Pemuda Melalui Metode Concept Mapping Siswa Kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Concept Mapping dalam meningkatkan

pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik?

2. Bagaimana hasil penerapan metode Concept Mapping dalam

meningkatkan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik? C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang dipilih oleh peneliti dalam mengatasi masalah rendahnya pemahaman PKn materi Sejarah Sumpah Pemuda di kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik adalah metode Concept Mapping.

Melalui metode Concept Mapping, siswa dapat meningkatkan

pemahaman mengenai materi sejarah Sumpah Pemuda. Siswa dituntun untuk berdiskusi membuat kaitan diantara konsep-konsep dan dapat


(24)

memicu ingatan mereka dengan mudah. Dari sini siswa akan aktif mengembangkan nalarnya serta berfikir lebih kreatif.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini, adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan metode Concept Mapping dalam

meningkatkan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda

pada mata pelajaran PKn melalui metode Concept Mapping siswa

kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik. E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil Penelitian ini diharapkan :

a. Penelitian ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn

materi sejarah Sumpah Pemuda.

b. Penelitian ini memberikan masukan kepada instansi dalam

mengambil kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Peneliti menemukan solusi untuk meningkatkan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada siswa kelas III.


(25)

b. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, di antaranya:

1) Penelitian ini meningkatkan keberanian siswa dalam

mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran.

2) Penelitian ini meningkatkan keaktifan siswa dalam

mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok.

3) Penelitian ini menumbuhkan antusias belajar siswa dalam

mempelajari Sumpah Pemuda.

c. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, diantaranya:

1) Penelitian ini memberikan informasi kepada guru dalam upaya

meningkatkan pemahaman siswa terhadap sejarah Sumpah Pemuda dengan menggunakan Concept Mapping.

2) Penelitian ini memberikan informasi kepada guru, khususnya

guru mata pelajaran PKn agar lebih mengetahui potensi-potensi yang dimiliki siswa sehingga dapat mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

3) Penelititian ini memberikan dorongan kepada guru untuk

meningkatkan profesionalisme dalam kegiatan pembelajaran melalui kreatifitas menerapkan metode pembelajaran dari proses pembelajaran yang lebih baik.


(26)

d. Bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi pendidikan, diantaranya:

1) Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah berupa

perbaikan system pembelajaran.

2) Penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat

dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan..

F. Ruang Lingkup

Menyadari akan adanya keterbatasan waktu dan tenaga, serta agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas dan dapat memberikan arah yang jelas sehingga sesuai dengan yang dimaksud peneliti, perlu diadakan pembatasan-pembatasan masalah yang diteliti pada ruang lingkup tertentu yang memungkinkan pemecahannya. Ruang lingkup yang dimaksud adalah :

1. Subjek Penelitian adalah siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik

pada mata pelajaran PKn tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah 37 siswa.

2. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sejarah Sumpah

Pemuda mata pelajaran PKn. Materi ini menjelaskan bagaimana perjalanan awal hingga akhir terjadinya Sumpah Pemuda.


(27)

3. Pelaksanaan dalam penelitian ini menggunakan metode Concept

Mapping. Metode Concept Mapping merupakan metode pembelajaran

dengan system penuangan ide-ide pikir dalam bentuk suatu konsep-konsep tertentu, di mana siswa saling bekerjasama dengan masing-masing kelompok. Dengan demikian, akan menimbulkan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.


(28)

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Concept Mapping

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode secara harfiah berasal dari bahasa Yunani methods,

yang berarti jalan/cara. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara

yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Metode merupakan salah satu sub system dalam system

pembelajaran, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja.1

Metode mengajar dan alat bantu mengajar pada dasarnya memberi petunjuk tentang apa yang akan dikerjakan oleh guru atau kegiatan guru. Seperti dijelaskan, metode mengajar yang dipilih dan digunakan oleh guru sangat menentukan kegiatan belajar siswa. Demikian pula halnya penggunaan alat bantu seperti alat peraga pengajaran. Oleh sebab itu, apabila guru bermaksud mengembangkan siswa aktif, hendaknya dipilih dan digunakan metode mengajar yang menunjang tumbuhnya kegiatan belajar siswa secara optimal dalam

bentuk belajar melalui pengalaman dan kegiatan belajar.2

1 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal 281 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal 194


(29)

Metode memiliki peran yang sangat strategis dalam mengajar. Metode berperan sebagai rambu-rambu pembelajaran sehingga dapat berjalan baik dan sistematis. Oleh karena itu guru dituntut menguasai berbagai metode dalam rangka memproses pembelajaran efektif dan efisien, menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi

(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan.3

Tujuan kegiatan belajar mengajar tidak pernah akan tercapai selama komponen-komponen lain diabaikan. Salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan adalah metode. Jadi metode merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan menggunakan metode secara akurat guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Artinya, bahwa metode harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Karena tujuan pembelajaran adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan

belajar-mengajar.4

Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan

3Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran Paket 10, (Surabaya: Lapis PGMI, 2008), hal 11 4 Nunuk Suryani & Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar, hal 49


(30)

pembelajaran.5 Dengan demikian, guru dapat mengkreasikan

lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar, agar siswa terdorong untuk belajar. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya, guru

mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.6

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, dan

sebagai strategi pembelajaran.7

Metode Concept Mapping merupakan salah satu dari sekian

jenis metode pembelajaran kooperatif. Metode Concept Mapping

menuntun siswa untuk berfikir dan membuat suatu konsep yang saling berkaitan. Hal ini siswa akan mudah memahami suatu permasalahan atau materi yang sukar difahami.

5Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 158 6

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal 132

7


(31)

2. Tujuan Metode Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar-mengajar metode diperlukan oleh guru guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut adalah tujuan

penggunaan metode pembelajaran:8

a. Agar jalannya pembelajaran tidak membosankan, melainkan

menarik perhatian siswa.

b. Mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang

ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan.

c. Memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang

telah direncanakan dapat diraih dengan sebaik mungkin. 3. Pengertian Concept Mapping

Concept Mapping adalah suatu konsep yang disajikan berupa

kaitan-kaitan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Konsep-konsep tersebut dikaitkan dengan kata-kata tertentu

sehingga akan saling keterkaitan.9

Concept Mapping lebih menunjuk pada penuangan ide-ide pikir sebagai catatan-catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Concept Mapping ini dikembangkan oleh Tony Bozan pada 1970-an, yang didasarkan pada kerjannya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, symbol, bentuk-bentuk

8 Nunuk Suryani & Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar. hal 43

9

Muhammad Fahzurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), hal 205


(32)

suara musik dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya.

Concept Mapping menggunakan pengingat-ingat visual dan

sensorik dalam suatu pola dalam ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan

merencanakan. Mapping ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal

dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah dari pada

pencatatan tradisional. Oleh karena itu, secara fungsional Concept

Mapping diartikan sebagai teknik pemanfaatan keseluruhan otak

dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.

Concept Mapping adalah suatu cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dengan cara yang mirip otak berfungsi dalam

berbagai arah yang serempak.10 Dengan demikian, Concept Mapping

merupakan generalisasi yang membantu mengklasifikasikan dan mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman serta untuk

memprediksi.11

10

Nunuk Suryani & Leo Agung, Strategi Belajar-Mengajar, hal 95-96 11 Narulita Yusron, Creative Learning. (Bandung : Nusa Media, 2013), hal 39


(33)

Concept Mapping memperlihatkan hirarki dari konsep-konsep. Perlu diketahui bahwa konsep-konsep itu tidak memiliki bobot yang sama. Konsep yang lebih umum diletakkan di atas, sedangkan konsep yang kurang umum diletakkan di bagian puncaknya.

Pemetaan konsep dalam pembelajaran diterapkan dengan

meminta siswa membuat kaitan diantara konsep-konsep. Teknik penggunaannya bisa dengan menata konsep-konsep yang telah disiapkan oleh guru di atas sehelai kertas dan kemudiannya konsep-konsep ini dihubungkan dengan proposi yang membentuk kalimat

yang bermakna.12

Concept Mapping sebagai salah satu teknik pembelajaran

kolaboratif, dalam makna peta konsep dari suatu konsep tertentu dibuat sebagai hasil kerja suatu kelompok siswa yang sebelumnya secara ringkas telah diberi penjelasan oleh guru pokok-pokok konsepnya. Aktivitas membuat representasi visual dari konsep-konsep semacam ini memiliki sejumlah keuntungan, bahwa symbol-simbol visual lebih cepat dan lebih mudah dikenal. Representasi visual semacam ini memberikan kesempatan untuk pengembangan

pemahaman siswa terhadap suatu materi.13

12 Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran Paket 11, (Surabaya : Lapis PGMI, 2008), hal 11

13


(34)

4. Tujuan Metode Concept Mapping

Adapun beberapa tujuan dari Metode Concept Mapping dalam

pembelajaran, antara lain:14

a. Menyelidiki pengetahuan siswa.

Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.

b. Mempelajari cara belajar

Belajar bermakna terjadi bila pembuatan peta konsep timbul dari keinginan siswa untuk memahami isi pelajaran dari diri siswa, bukan untuk memenuhi keinginan guru.

c. Menunjukkan hubungan antara ide-ide siswa dan membantu

memahami lebih baik apa yang sudah dipelajari.

d. Agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal

yang sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman belajar.

5. Kelebihan dan kekuranganMetode Concept Mapping

Adapun kelebihan dan kekurangan metode Concept Mapping,

diantaranya adalah:15

14 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Erlangga, 2011), hal 110 15 Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran paket 11, hal 12


(35)

a. Kelebihan

1) Membantu siswa untuk membangun pengetahuannya

sendiri.

2) Membantu siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan

yang lama dan yang baru.

3) Dapat digunakan sebagai pengganti ringkasan yang lebih

praktis dan fleksibel

4) Dapat mempermudah pemahaman siswa dan guru. Dan

menyatukan persepsi yang sama.

5) Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menentukan

konsep.

6) Salah satu cara evaluasi pembelajaran.

b. Kekurangan

1) Sulit bagi siswa yang masih kurang pandai membaca.

2) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyusun

peta konsep, sedangkan waktu yanag tersedia di kelas sangat terbatas.

3) Suasana kelas kurang tenang karena setiap siswa

berkeinginan mengungkapkan ide-ide dengan membuat peta konsep dalam diskusi kelompoknya.


(36)

6. Langkah-langkahMetode Concept Mapping

Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode pembelajaran Concept Mapping. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama. Berikut

adalah langkah-langkah metode pembelajaran Concept Mapping :16

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru menyajikan materi secukupnya.

c. Guru memberikan sedikit contoh cara membuat Concept

Mapping.

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

e. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih lima

orang secara heterogen.

f. Guru memilih gagasan yang berkaitan dengan masalah, topic,

teks, atau wacana yang sedang dipelajari dan menentukan konsep-konsep yang relevan

g. Guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah

bertuliskan konsep utama kepada setiap kelompok.

h. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mencoba

beberapa kali membuat suatu peta yang menggambarkan

16


(37)

hubungan antar-konsep dan pastikan membuat garis

penghubung antar konsep-konsep tersebut.

i. Setiap kelompok menulis kata atau kalimat yang menjelaskan

hubungan antar konsep lainnya, sehingga memperjelas sifat hubungannya.

j. Kumpulkan hasil pekerjaan, sebagai perbandingan tampilkan

semua hasil pekerjaan kelompok dan dipresentasikan di depan kelas.17

k. Guru mengajak seluruh siswa untuk melakukan koreksi atau

evaluasi terhadap peta-peta konsep yang dipresentasikan.

l. Di akhir pembelajaran seluruh siswa merumuskan beberapa

kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep tersebut.18

Keunggulan metode Concept Mapping terletak pada

pemahaman yang terwakili di dalam peta konsep yang dihasilkan,

proses pembuatan peta konsep dan potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih wajar antara guru dan siswa. Demikian juga cara belajar yang mengembangkan proses belajar yang mengembangkan

17

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, hal 127

18


(38)

proses belajar bermakna yang akan meningkatkan pemahaman siswa

dan daya ingat belajarnya.19

B. Pemahaman Sejarah Sumpah Pemuda 1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah

diterimanya.20 Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman berfungsi untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang telah dibaca, dilihat, dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang telah dilakukan.

Pemahaman dapat dikategorikan pada beberapa aspek, dengan

kriteria-kriteria sebagai berikut :21

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang telah

19Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, hal 124-125 20

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2013), hal 50

21


(39)

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah diterimanya.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya

sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham, akan mampu memberikan gambaran.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang

masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti, menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman, guru dapat melakukan evaluasi produk. Sehubungan dengan evaluasi produk, dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan intruksional telah tercapai. Semua tujuan merupakan hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan intruksional (pembelajaran)


(40)

yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.

Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan mapun tertulis. Dalam pembelajaran di SD/MI umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai ulangan, baik ulangan harian, ulangan semester, maupun

ulangan umum.22

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu kompetensi yang dicapai

setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses

pembelajaran, setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang dipelajari. Ada yang mampu memahami secara menyeluruh, ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang telah dipelajari sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk itu terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami. Berdasarkan tingkat pemahaman dalam

penyerapan materi dijabarkan tiga tingkatan, antara lain:23

22Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran, hal 8-9 23


(41)

a. Pemahaman Terjemahan

Pemahaman terjemahan, merupakan kesanggupan

memahami makna yang terkandung di dalamnya. Contohnya

dalam menerjemahkan Bhineka Tunggal Ika menjadi

Berbeda-beda namun tetap satu jua.

b. Pemahaman Penafsiran

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah awal kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan pokok dan bukan pokok dalam pembahasan.

c. Pemahaman Ekstrapolasi

Ekstrapolasi menurut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis. Membuat ramalan tentang konsekuensi kalimat dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. 3. Indikator Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa berupa

penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan


(42)

interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Indikator pemahaman konsep

dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut: 24

a. Siswa dapat mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

b. Siswa dapat menjelaskan konsep dengan bahasanya sendiri.

c. Siswa dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang satu

dengan konsep lain.

d. Siswa dapat menjelaskan hubungan konsep yang satu dengan

konsep-konsep lain.

e. Siswa dapat menilai konsep mana yang menurutnya lebih

penting dibandingkan konsep yang lain.

f. Siswa dapat menggunakan model, diagram, atau symbol-simbol

untuk mempresentasikan suatu konsep.

Dengan demikian, pemahaman konsep Sejarah Sumpah Pemuda adalah kemampuan untuk memahami, mengerti, dan mengetahui semua konsep, serta dapat menerapkan pemahamannya tersebut dengan ikut berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

24 Diakses dari http://repository.upi.edu/10108/4/t_pd_0907572_chapter3.pdf pada tanggal 23 Oktober 2016, jam 09.00 WIB


(43)

C. Mata Pelalajaran PKn Materi Sejarah Sumpah Pemuda 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Karakter yang dimaksud adalah berpedoman pada nilai luhur dan

moral bangsa yang didasarkan atas nilai-nilai pancasila.25

Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat terwujud dalam

bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran ini berusaha membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh

bangsa dan Negara.26

Dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu

membina dan mengembangkan siswa agar menjadi warga Negara yang baik. Jadi Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar dan

25

Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal 185

26


(44)

terencana dalam proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga Negara.

2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI

Pembelajaran PKn di SD/MI dimaksudkan sebagai suatu proses

belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

Mata pelajaran PKn harus dibangun atas dasar tiga paradigma,

antara lain:27

a. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran

yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

b. PKn secara teoritis dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik

27


(45)

yang bersifat saling berpenetrasi dan terintregasi dalam konteks

subtansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila,

kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara.

c. PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran

yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn bukan hanya mentransfer ilmunya saja, namun juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan pengetahuannya. Demikian pula mampu memahami dan menghayati sejarah Sumpah Pemuda dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan berbangsa.

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk

membangun karakter (character building) siswa, diantaranya sebagai

berikut:28

28


(46)

a. Berfikir aktif, kritis, dan demokratis, namun tetap memiliki

komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa.

b. Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

c. Berkembang secara aktif dan demokrasi untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan tujuan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn sebagai pemberian pemahaman dan kesadaran jiwa setiap siswa dalam mengisi kemerdekaan, karena kemerdekaan bangsa Indonesia ini diperoleh dengan perjuangan keras dan penuh pengorbanan. Oleh sebab itu harus diisi dengan upaya membangun kemerdekaan, mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dengan begitu akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap makna perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan.

Dapat dipahami, bahwa tujuan PKn di SD/MI adalah untuk menjadikan warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan, demkian


(47)

diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

Pembelajaran PKn dimulai sejak SD/MI diajarkan karena usia mereka haus akan pengetahuan, sangat penting dan tepat untuk memberikan konsep dasar tentang wawasan nusantara dan perilaku demokratis secara benar dan terarah, jika salah akan berdampak terhadap pola pikir dan perilaku pribadi yang memengaruhi pada

jenjang selanjutnya juga pada kehidupan di masyarakat.29

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di SD/MI

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:30

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di

29

Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran, hal 232-234

30 Permendiknas No. 22 tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn SD/MI, hal 271-272


(48)

masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional, HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga

diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, dan persamaan kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi, kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah di gunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara,


(49)

dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar

negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan Internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi organisasi.

Kedelapan ruang lingkup kajian dalam PKn Sekolah 2006 tersebut, terintegrasi dari tiga komponen pokok, yaitu pengetahuan

(civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan

nilai-nilai kewarganegaraan (civic values). Untuk menunjukkan

kajian yang masuk dalam ranah pengetahuan kewarganegaraan, dapat mengidentifikasi dari rumusan kompetensi dasar dari

masing-masing ruang lingkup.31

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas III SD/MI

Standar kompetensi adalah kualifikasi atau ukuran kemampuan dan kecakapan seseorang yang mencakup seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian, Standar kompetensi PKn adalah menjadi warga Negara yang cerdas dan berkedaban. Sedangkan Kompetensi dasar dalam pembelajaran PKn yang akan

31


(50)

mentrasnformasikan dan menstransmisikan pada siswa terhadap tiga

jenis: pertama, kompetensi pengetahuan yaitu kemampuan dan

kecakapan terhadap materi PKn; kedua, kompetensi sikap

kewargaan yaitu kemampuan dan kecakapan terkait dengan

kesadaran dan komitmen; ketiga, kompetensi keterampilan

kewargaan, yaitu kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.32

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Materi PKn pada kelas III terbagi menjadi 4 standar kompetensi yang dipelajari dalam 2 semester, yakni semester 1 dan semester 2.

Pada semester 1 terdapat standar kompetensi mengenai mengamalkan makna Sumpah Pemuda dengan kompetensi dasar mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa serta mengamalkan nilai-niai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.

Standar kompetensi selanjutnya pada semester ini mengenai melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat, dengan beberapa

32


(51)

kompetensi dasar yakni mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, serta melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkugan sekitar.

Sedangkan pada semester 2 terdapat standar kompetensi menegenai memiliki harga diri sebagai individu dengan kompetensi dasar mengenal pentingnya memiliki harga diri, memberi contoh bentuk harga diri, seperti menghargai diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan lain-lain, serta menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri.

Standar kompetensi yang terakhir dipelajari di kelas III, yakni memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dengan kompetensi dasar mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan dan menampilkan rasa bangga

sebagai anak indonesia. 33

6. Materi PKn Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah janji yang diucapkan oleh para pemuda Indonesia pada masa perjuangan saat Indonesia masih dalam

penjajahan.34 Sumpah Pemuda merupakan salah satu peristiwa

bersejarah yang berperan penting dalam mencapai kemerdekaan

33Permendiknas No. 22 tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn SD/MI, hal

276

34 Amie Hidayah, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan kelas III, (Surabaya: Press Media Utama, 2015), hal 8


(52)

Republik Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diawali dengan kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional merupakan suatu masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan

nasionalisme serta kesadaran bangsa Indonesia untuk

memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sumpah Pemuda lahir dari pemikiran dan keinginan para pemuda Indonesia. Pada masa itu, semua wilayah Indonesia dijajah oleh belanda. Banyak rakyat Indonesia yang menderita. Belanda memaksa rakyat Indonesia terus bekerja tanpa dibayar untuk kepentingan belanda. Rakyat Indonesia juga dipaksa untuk bercocok tanam dan hasilnya dibeli oleh belanda dengan harga yang sangat murah. Pemuda Indonesia tidak tahan melihat rakyat Indonesia diperlakukan seperti itu.

Kesadaran akan penderitaan rakyat akibat penjajah, mendorong kaum terpelajar melakukan gerakan-gerakan yang bersifat nasional dalam membentuk organisasi kepemudaan. Sejak itulah muncul organisasi atau perkumpulan di berbagai daerah. Organisasi pemuda

tersebut berjuang untuk daerahnya masing-masing.35

35

Sri Purwanti, dkk, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD Kelas III, (Gresik: Karya Pena, 2016) hal 3


(53)

Berikut ini beberapa perkumpulan atau organisasi pemuda yang

ada di Nusantara:36

b. Tri Koro Darmo

Tri Koro Darmo didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Maret 1915. Tri Koro Darmo beranggotakan anak-anak sekolah menengah yang berasal dari Jawa dan Madura. Organisasi ini didirikan atas inisiatif beberapa pemuda, misalnya Satiman, Kadarman, dan Sunardi.

Pada tahun 1918 Tri Koro Darmo mengadakan kongres yang pertama di Surakarta. Dalam kongres itu nama Tri Koro Darmo diganti dengan nama Jong Java, anggotanya terbuka bagi seluruh pemuda di Jawa.

c. Jong Sumatranen Bond

Jong Sumatranen Bond berdiri pada taggal 9 Desember 1927 di Jakarta. Organisasi ini didirikan oleh pemuda pelajar yang berasal dari pulau Sumatera. Tokoh-tokohnya adalah Moh. Hatta, Moh. Yamin, Moh. Tabrani, Bahder Johan, Assat, Abu Hanifah, dan Adnan Kapau Gani.

36 Maman Sulaeman, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas III, (Jakarta: Erlangga, 2006) hal 4


(54)

d. Jong Minahasa

Jong Minahasa didirikan pada tahun 1918 di Jakarta oleh pemuda-pemuda dan Minahasa, Sulawesi Utara. Tokohnya adalah GR Pantauw.

e. Jong Celebes

Jong Celebes adalah organisasi yang didirikan oleh pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Sulawesi. Tokoh-tokohnya seperti Amold Mononutu, Waworuntu, dan Magdakna Mokoginta.

Saat itu, perjuangan melawan penjajah masih bersifat kedaerahan. Setiap daerah tidak menyatukan kekuatan bersama-sama. Oleh karena itu perjuangan mengusir penjajah belanda selalu gagal. Guna mewujudkan persatuan dan kesatuan maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta diadakan rapat besar pemuda-pemuda Indonesia. Peristiwa persebut dicatat sebagai Kongres Pemuda I. Tujuan Kongres Pemuda adalah mempersatukan para pemuda

Indonesia untuk bersatu melawan penjajah.37

Dalam Kongres Pemuda I belum berhasil mendirikan organisasi pemuda yang bersifat nasional. Para pemuda terus berusaha keras agar terbentuk organisasi yang bersifat nasional. Keputusan yang dihasilkan dalam Kongres Pemuda I, yaitu sebagai berikut:

37


(55)

1. Mempersiapkan pelaksanaan Kongres Pemuda II.

2. Menyerukan persatuan berbagai organisasi pemuda dalam satu

organisasi pemuda Indonesia.

Sebagai kelanjutan dari Kongres Pemuda I, pada tanggal: 26-28 Oktober 1928 dilaksanakan Kongres Pemuda II di Jakarta. Susunan

panitia Kongres Pemuda II, yaitu sebagai berikut:38

1. Ketua : Sugondo Joyopuspito

2. Wakil Ketua : Joko Masa’id

3. Sekretaris : Moh. Yamin

4. Bendahara : Amir Syarifudiin

5. Pembantu I : Johan Muhammad Cai

6. Pembantu II : Koco Sungkono

7. Pembantu III : Senduk

8. Pembantu IV : J. Leimena

9. Pembantu V : Rohayani

Pada sidang terakhir tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda

sepakat mencetuskan ikrar. Ikrar itu dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut :39

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang

satu tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung

38 Sri Purwanti,dkk, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD Kelas III. hal 5

39


(56)

bahasa persatuan bahasa Indonesia Kami putra dan putri Indonesia

mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.”

Dalam Kongres Pemuda II ini pula pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya. Oleh karena itu, lagu tersebut ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR. Supratman. Pada Kongres Pemuda II itu juga ditetapkan bendera

merah putih sebagai bendera Negara Indonesia.40 Sumpah pemuda

menjiwai seluruh bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Inti dari Sumpah Pemuda adalah Satu Nusa Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Satu Nusa memiliki makna bahwa bangsa Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia. Wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil tersebar dari Sabang sampai Merauke dipisahkan oleh wilayah lautan. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membentuk sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sumpah Pemuda diikrarkan di gedung Indonesische

Clubgebouw. Kini gedung tersebut menjadi Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dianggap sebagai hari bersatunya para pemuda Indonesia. Sumpah Pemuda meningkatkan

40


(57)

semangat juang para pemuda Indonesia untuk berjuang bersama

meraih kemerdekaan.41

D. Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran PKn melalui Metode

Concept Mapping

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal dan eksternal. Berikut uraian

mengenai faktor internal dan eksternal. :42

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Adapun faktor-faktor internal sebagai berikut:

1) Intelegensi siswa

Kemampuan inteligensi seseorang sangat

mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan

informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu

permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan pemahaman

41

Maman Sulaeman, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas III, hal 8-9

42


(58)

serta keberhasilan belajar siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan.

2) Kesiapan dan Kematangan

Kesiapan dan Kematangan adalah tingkat

perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan tingkat pemahaman dan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah

minat dan kebutuhan anak.43

3) Bakat siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.44

43

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal 12

44


(59)

4) Kemauan Belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi mau belajar. Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan tangung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap pemahaman dan keberhasilan belajar yang diraihnya.

5) Minat siswa

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Pemusatan perhatian intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih

giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.45

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Adapun

faktor-faktor eksternal sebagai berikut:46

45

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal 16 46 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. hal 154


(60)

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar. Selanjutnya, masyarakat, tetangga, dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Apabila kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, waktu belajar yang digunakan,


(61)

dan keadaan cuaca. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa pemahaman dan keberhasilan siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah factor yang saling mempengaruhinya. Tinggi rendahnya pemahaman dan keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh dua factor utama, yakni factor dalam diri siswa dan dari luar siswa.47

2. Evaluasi Pemahaman

Setelah melakukan pembelajaran, biasanya dilakukan penilaian atau evaluasi kepada siswa. Bagi guru, evaluasi akan memberikan kepastian sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil. Bagi siswa, evaluasi akan memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat

memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.48Agar

penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi

pembelajaran diklasifikasikan dalam tiga ranah:49

a. Evaluasi Ranah Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,

47Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal 14 48

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal 11

49


(62)

dan keterampilan berfikir. Untuk mengukur pemahaman dan

keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.

b. Evaluasi Ranah Afektif, berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Salah satu bentuk tes afektif ialah skala likert yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan/sikap siswa. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju, dan sangat tidak setuju.

c. Evaluasi Ranah Psikomotor, berisi perilaku yang menekankan

aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, memegang, menanam, berkebun. Untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan beslajar yang berdimensi ranah psikomotor adalah observasi. Observasi, dalam hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku dengan pengamatan langsung.

Dari penjelasan ketiga ranah di atas, sangat penting bagi guru dalam rangka menyusun perencanaan pengajaran, khususnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Setiap ranah dibagi lagi menjadi


(63)

beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara bertingkat, mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai yang paling kompleks. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan persepsi, intropeksi, ingatan atau pengenalan

terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan

keterampilan intelektual siswa.50 Menurut Taksonomi Bloom

(penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkatan, yaitu:51

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif. Menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengucapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud dapat berupa simbol-simbol, fakta, keterampilan, rumus dan prinsip. Kata kerja yang berorientasi pada pengetahuan, yaitu mengenal dan mengingat.

b. Pemahaman (Comprehention)

Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan, pemahaman berisi tentang kemampuan untuk memaknai dengan tepat apa yang telah dipelajari tanpa harus menerapkannya. Kata kerja yang berorientasi pada pemahaman, yaitu menjelaskan,

50

Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 73

51


(64)

mengidentifikasi, merangkum, membandingkan, meringkas,

pemberian contoh, merangkum, mengartikan dan

mengelompokkan.52

c. Penerapan (Application)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan

mengabtrasikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Jadi, pada tingkat ini siswa memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, teori sesuai dengan situasi (konkrit). Kata kerja yang berorientasi pada penerapan, yaitu menggunakan, memecahkan, dan menerapkan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh). Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Kata

kerja yang berorientasi pada analisis, menganalisis,

membandingkan, dan mengkontraskan.

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian berupa solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan

52


(65)

nilai evektifitas atau manfaatnya. Kata kerja yang berorientasi

pada evaluasi, yaitu menilai, mengukur, dan memutuskan.53

f. Kreasi (create)

Kreasi adalah kemampuan membuat dan memodifikasi elemen-elemen menjadi satu produk yang dihasilkan. Proses create berhubungan dengan tipe belajar yang sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Kata kerja yang berorientasi pada kreasi, yaitu merancang, menciptakan,

menemukan, melengkapi, membentuk , dan melengkapi.54

3. Cara Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

Setelah diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi pemahaman maka diketahui pula, jika pemahaman dapat diubah. Pemahaman sebagai salah satu kemampuan manusia

yang bersifat fleksibel, sehingga pasti ada cara untuk

meningkatkannya. Berdasarkan keterangan para ahli, dapat diketahui bahwa cara tersebut merupakan segala upaya perbaikan terhadap terlaksananya faktor yang belum berjalan secara maksimal.

Berikut langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa:

53

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, hal 51-52

54


(66)

a. Memperbaiki proses pengajaran

Perbaikan proses pengajaran adalah langkah awal dalam meningkatkan proses pemahamn siswa dalam belajar. Proses

pengajaran tersebut meliputi: memperbaiki tujuan

pembelajaran, bahan (materi) pembelajaran, strategi, metode dan media yang tepat serta pengadaan evaluasi belajar, yang mana evaluasi ini bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tes ini berupa tes

formatif, tes subsumatif, dan sumatif.55

b. Adanya Kegiatan Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada individu tertentu agar mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal. Dengan bimbingan belajar, dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap dirinya sendiri maupun

terhadap lingkungannya.56

c. Pengadaan umpan balik (Feedback) dalam belajar

Umpan balik merupakan respon terhadap akibat perbuatan dari tindakan dalam belajar. Oleh karena itu, dapat dikatakan

55 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal 129


(67)

bahwa guru harus sering mengadakan umpan balik karena dapat memberikan kepastian terhadap siswa terhadap hal-hal yang masih dibingungkan terkait materi yang akan dibahas dalam pembelajaran.

Umpan balik juga bermanfaat bagi guru sehingga dapat

dijadikan tolak ukur kekurangan-kekurangan dalam

menyampaikan materi. Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negative. Melalui penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut dipelihara atau ditunjukkan kepada siswa. Sebaliknya melalui penguatan negative (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut dihilangkan atau siswa tidak akan melakukan kesalahan serupa.57

d. Motivasi Belajar

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,


(68)

membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas

guru dalam setiap proses pembelajaran.58

Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang

memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa

manakala mereka merasa membutuhkan (need). Siswa yang

merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi

didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.59

Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran karena mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi

meliputi sebagai berikut: 60

58

Sardiman, Interaksi, dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal 85

59

Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran Paket 1. (Surabaya: Lapis PGMI, 2008), hal 23 60 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hal 85


(69)

1) Mendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan.

Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan.

e. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan variasi dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses interaksi belajar mengajar yang menyenangkan. Keterampilan variasi diadakan karena factor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan

belajar yang monoton.61 Demikian itu, mengakibatkan

perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran akan menurun. Keterampilan variasi dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses interaksi belajar mengajar yang

menyenangkan.62

61 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, hal 290

62

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal 171


(70)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa

inggris Classroom Action Research (CAR), yang berarti penelitian

dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang

diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.1 Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini mampu menawarkan berbagai cara dan prosedur baru yang lebih bermanfaat dalam memperbaiki dan

meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas.2

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memecahkan masalah

atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut.3

Berdasarkan keterangan di atas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh seseorang secara individual, yang bertujuan untuk mengubah atau memperbaiki berbagai

1 Trianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), hal 13 2 Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, (insan Cendekia, 2007), hal 13 3 Ibid, 16


(71)

hal tentang permasalahan yang mendesak dalam suatu komunitas atau kelompok.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memiliki salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin, merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok dari berbagai model penelitian tindakan kelas yang lain. Dikatakan demikian, karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan action researce atau penelitian tindakan.

Konsep pokok action researce menurut Kurt Lewin terdiri dari

empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting),

(3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).4

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar di bawah ini.

4


(72)

Gambar Bagan 3.1

Tahap Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus penelitian tindakan kelas. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di kelas III MI Al-Karimi. MI Al-Karimi beralamatkan di Desa Tebuwung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. MI ini merupakan salah satu unit pendidikan formal tertua di Yayasan Pondok Pesantren Al-Karimi. MI Al-Karimi didirikan pada tahun 1946, berupaya membangun mutu pendidikan yang memberikan layanan pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.


(1)

111 BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus

dengan menerapkan metode pembelajaran Concept Mapping dapat disimpulkan

sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Penerapan metode Concept Mapping pada pembelajaran PKn materi

sejarah Sumpah Pemuda di kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik

terlaksana dengan baik, jika dilaksanakan melalui dengan dua siklus.

Dilaksanakannya dua siklus, karena pada pada siklus I belum berhasil.

Hal ini disebabkan guru kurang bisa mengkondisikan siswa, hanya

memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa selama

proses pembelajaran, belum maksimalnya guru dalam memberikan

arahan pembuatan peta konsep, guru masih belum luwes saat

menjelaskan materi dan pembagian kelompok yang anggotanya terlalu

banyak. Setelah dilakukannya refleksi pada siklus I, maka pada siklus

II dapat berhasil. Hal ini dapat dibuktikan meningkatnya hasil

pengamatan aktivitas guru dan hasil pengamatan aktivitas siswa. Hasil

pengamatan guru pada siklus I adalah 75% dan hasil pengamatan pada

siklus II adalah 94,4%. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas siswa


(2)

112

adalah 92,9%. Selama proses pembelajaran guru dan siswa mampu

menerapkan metode Concept Mapping dengan baik walaupun ada

kekurangan namun hal tersebut dapat diatasi.

2. Setelah diterapkannya metode Concept Mapping, menunjukkan

terjadinya peningkatan pemahaman materi sejarah Sumpah Pemuda

mata pelajaran PKn kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik. Hal ini

dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada

setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata yang didapat adalah 76,35

dengan prosentase ketuntasan 67,56% , karena pada siklus I belum

mencapai indikator ketuntasan, maka dilaksanakannya siklus II. Pada

siklus II nilai rata-rata siswa adalah 82,29 dengan prosentase

ketuntasan adalah 89,189%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

pada setiap siklusnya telah mengalami peningkatan hingga memenuhi

indikator ketuntasan pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan

kelas (PTK) dengan menerapkan metode Concept Mapping dalam

meningkatkan pemahaman materi sejarah Sumpah Pemuda pada siswa

kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik, dapat disampaikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan metode Concept Mapping, hendaknya guru


(3)

113

mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian, siswa tidak akan

kesulitan dalam pembuatan peta konsep dan guru tidak perlu

mengulang memberi penjelasan kembali kepada siswa yang bisa

menghabiskan waktu lebih.

2. Metode Concept Mapping dapat digunakan sebagai alternative guru

dalam meningkatkan pemahaman mata pelajaran PKn maupun

pelajaran yang lain. Hal ini dikarenakan metode ini dapat

meningkatkan keaktifan siswa dan mempermudah siswa dalam

mengungkapkan pikirannya melalui tulisan dengan bantuan kartu yang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Jumanatul. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Penerbit

J-ART.

Al-Hakim, Suparlan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Malang: Madani.

Amie Hidayah, dkk. 2015. Pendidikan Kewarrganegaraan kelas III. Surabaya:

Press Media Utama.

Arifin, Zaenal. 2012. Profesi Kependidikan. Tanggerang: Pustaka Mandiri.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :

Erlangga.

Daryanto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Fahzurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ghony, Djunaidi. 2007 Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: Bina Ilmu.

Hasil dokumen daftar nilai siswa kelas III dan wawancara. http://repository.upi.edu/10108/4/t_pd_0907572_chapter3.pdf

Junaedi dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: Lapis PGMI.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2009. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda

Karya.

Miftahul Karim, S,E. Guru Mata Pelajaran PKn kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik. Observasi dan wawancara 21 September 2016.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Nasional.

Purwanti, Sri, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD Kelas


(5)

Purwanto, Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,

(Bandung: Remadja Karya.

Sadirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algasindo.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukidin, dkk. 2007. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.

Sulaeman, Maman. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas III SD.

Jakarta: Erlangga.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suryani, Nunuk dan Leo A. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:

Ombak.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta : Prenadamedia

Group.

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Uno, Hamzah B. 1996. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ubaedillah dan Abdul R. 2010. Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, Jakarta: Prenada Media Group.


(6)

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Winarno, 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi

Aksara.


Dokumen yang terkait

Materi Pelajaran PKn Kelas 3 SD / MI Semester 1 / 2 Bab 1 Sumpah Pemuda

2 30 31

Peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih melalui metode Scramble pada siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

6 47 105

Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran IPS melalui strategi Concept Sentence siswa kelas III MI Bahrul Ulum.

0 0 133

Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS melalui metode Course Review Horray di kelas III MI Miftahul Huda Driyorejo Gresik.

0 0 112

Peningkatan pemahaman materi gaya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam melalui metode concept mapping siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo.

0 0 101

Peningkatan pemahaman mata pelajaran PKn materi harga diri melalui metode pair check pada siswa kelas III MI Ihyaul Ulum Canga’an Ujungpangkah Gresik.

0 0 144

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI KEUTUHAN NKRI MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO.

1 2 93

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI KALIMAT THAYYIBAH (TA’AWUD) MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS III MI AL ISLAM PANTENAN PANCENG GRESIK.

3 13 114

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQIH MATERI SHOLAT ID MELALUI METODE WORD SQUARE SISWA KELAS 4B MI AL ASYHAR GRESIK.

0 8 109

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MATA PELAJARAN PKn TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN MELALUI METODE M2M (MIND MAPPING) KELAS IV MI MAMBAUL ULUM TEGALGONDO KARANGPLOSO MALANG

0 0 11