Perdagangan Jenis Kura kura Darta dan Kura kura Air Tawar di Jakarta
PERDAGANGAN JENIS KURA-KURA DARAT
DAN KURA-KURA AIR TAWAR DI JAKARTA
HANS NICO AGUSTINUS SINAGA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
(2)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, Februari 2008
Hans Nico Agustinus Sinaga E 051054075
(3)
ABSTRACT
HANS NICO AGUSTINUS SINAGA. The Trade of Tortoises and Freshwater
Turtles in Jakarta. Supervised by ANI MARDIASTUTI and MIRZA DIKARI
KUSRINI.
Tortoises and freshwater turtles, as wildlife resources, have long been used since the beginning of mankind to the modern era as food, medicinal ingredients, pets, handicrafts and for religious release. This research aims: (1) to analyze the trade of tortoise and freshwater turtles as pets in Jakarta; (2) to analyze the perception of stakeholders on the conservation of Indonesia’s biodiversity.
Observations were conducted during October to November 2007 in Jalan Kartini (near Pasar Baru), Pasar Kemuning (Jatinegara), Jalan Barito (near Blok M Plaza) and Kemang. There were 48 species of tortoise and freswater turtles observed for sale in all locations, comprised of 33,33% indigenous species and 66,67% exotic species. The total number of individuals observed was 264 heads. Very common species observed (>15 individuals) were 3 indigenous species
Cuora amboinensis, Siebenrockiella crassicollis and Heosemys spinosa; and 2 exotic species Trachemys scripta elegans and Pelodiscus sinensis. There were 5 species commonly observed (6-15 individuals), 2 of them were indigineous species Macrochelodina rugosa and Notochelys platynota; and 3 exotic species
Chelydra serpentina, Morenia ocellata and Ocadia sinensis.
The size of individuals mostly traded was small (3-6 cm). The lowest price was Rp 10.000 for Cuora amboinensis and Trachemys scripta elegans. The highest prices were Rp 32 million in Kemang and Rp 35 million in Jalan Kartini (equals US$ 3.368,4 and US$ 3.684,2 with the exchange rate US$ 1= Rp 9.500) for Astrochelys radiata. Three protected species of Indonesia, Carettochelys insculpta, Batagur baska and Orlitia borneensis, observed in survey locations. The other kind of utilization of freshwater turtles and tortoises are for food and religious released, being observed in Pasar Petak Sembilan. The species traded were Amyda cartilaginea, Dogania subplana, Cuora amboinensis and Notochelys platynota. The prices were Rp 60.000/kg (meat), Rp 50.000/bottle (turtle oil/pasta) and Rp 40.000 (gallbladder). The bones priced at Rp 15.000/kg. The cooked meal of softshell turtle (pie oh in Chinese) sold for Rp 35.000/dish.
The occurrence of cyber market complicated the effort to control the trade of wildlife because of its secretive or privateness and the non-existence of fixed market place. The implementation of Management Authority’s responsibilities can be strengthened by: (1) a special regulation to manage national trade of wildlife, including foreign species brought in to Indonesia; (2) the revision of Governmental Regulation No. 7 of 1999, including its protected list; (3) handing over some of the management of unprotected species to regencies or provices. Keywords: tortoises, freshwater turtles, trade, perception, exotic species, utilization, cyber market, Cuora amboinensis, Trachemys scripta elegans, Macrochelodina rugosa, Astrochelys radiata
(4)
RINGKASAN
HANS NICO AGUSTINUS SINAGA. Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan MIRZA DIKARI KUSRINI.
Kura-kura darat dan kura-kura air tawar telah lama dimanfaatkan sebagai makanan, obat-obatan, satwa peliharaan, barang kerajinan dan pelepasan religius. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta, baik untuk jenis asli maupun jenis asing; (2) menganalisis persepsi para pihak tentang konservasi jenis hayati Indonesia.
Lokasi pengamatan adalah Jalan Kartini, Pasar Kemuning, Jalan Barito dan Kemang. Jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang diperdagangkan di seluruh lokasi pengamatan sebanyak 48 jenis, dimana 33,33% merupakan jenis asli sedangkan 66,67% jenis merupakan jenis asing. Jumlah total individu yang diperdagangkan sebanyak 264 ekor.
Jenis-jenis yang sangat umum ditawarkan (>15 ekor) adalah 3 jenis asli
Cuora amboinensis, Siebenrockiella crassicollis dan Heosemys spinosa serta 2 jenis asing Trachemys scripta elegans dan Pelodiscus sinensis. Ada 5 jenis yang umum ditawarkan (6-15 ekor) yaitu 2 jenis asli Macrochelodina rugosa dan
Notochelys platynota serta 3 jenis asing Chelydra serpentina, Morenia ocellata
dan Ocadia sinensis. Ukuran yang diminati adalah ukuran kecil (3-6 cm). Harga penawaran terendah untuk Kura-kura Ambon Cuora amboinensis dan Kura-kura Brasil Trachemys scripta elegans yaitu Rp 10 ribu. Harga penawaran tertinggi untuk Kura-kura radiata atau Radiated Tortoise Astrochelys radiata sebesar Rp 32 juta (Kemang) dan Rp 35 juta (Jalan Kartini)(setara dengan US$ 3.368,4 dan US$ 3.684,2 pada kurs US$ 1 = Rp 9.500). Ada 3 jenis asli Indonesia yang telah dilindungi peraturan perundang-undangan diperdagangkan di lokasi pengamatan, yaitu Carettochelys insculpta, Batagur baska dan Orlitia borneensis.
Bentuk pemanfaatan lain adalah sebagai makanan dan pelepasan untuk tujuan religi di pasar Petak Sembilan. Jenis yang dijual yaitu Amyda cartilaginea,
Dogania subplana, Cuora amboinensis dan Notochelys platynota. Harga penawaran Rp 60.000/kg (daging), Rp 50.000/botol (minyak bulus) serta Rp 40.000 (empedu). Tulang-tulangnya bernilai Rp 15.000/kg. Nasi tim labi-labi atau pie oh tim dijual Rp 35.000/porsi.
Keberadaan pasar maya meningkatkan tingkat kesulitan pengaturan peredaran tumbuhan dan satwaliar mengingat sifatnya yang tertutup dan tidak adanya tempat transaksi. Penguatan pengendalian peredaran satwaliar dapat dilakukan melalui: (1) penerbitan aturan khusus perdagangan jenis satwaliar di dalam negeri, termasuk bagi jenis asing yang diimpor ke Indonesia; (2) revisi PP No. 7 tahun 1999, termasuk lampiran daftar jenis dilindunginya; (3) pengalihan sebagian kewenangan pemanfaatan jenis tidak dilindungi ke daerah (kabupaten/kota dan provinsi).
Keywords: kura-kura, perdagangan, persepsi, jenis asing, pemanfaatan, pasar maya, Cuora amboinensis, Trachemys scripta elegans, Macrochelodina rugosa, Astrochelys radiata
(5)
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
(6)
PERDAGANGAN JENIS KURA-KURA DARAT
DAN KURA-KURA AIR TAWAR DI JAKARTA
HANS NICO AGUSTINUS SINAGA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
(7)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta
N a m a : Hans Nico Agustinus Sinaga Nomor Pokok : E 051054075
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MScF Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
(8)
(9)
PRAKATA
Haleluya... Puji Tuhan, hormat, puji-pujian dan sembah kepada Allah Bapa yang Maha Tinggi melalui Juruselamat Yesus Kristus atas berkat dan anugerahnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan satwaliar, dengan judul ”Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta”. Penelitian ini dilaksanakan di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc serta Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi.
Ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi atas pikiran dan waktunya selaku Komisi Pembimbing.
2. Dr. Ir. Tonny Soehartono, MSc atas kehadirannya selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis.
3. Direktur Jenderal PHKA, Kepala Pusdik Kehutanan dan Kepala Balai KSDA Sulawesi Utara serta jajarannya atas dukungannya.
4. Rekan-rekan seperjuangan dalam kelas KKH (Abah Muin, Agustinus, Mamat, Sandy, Tri, Supartono, Zeth, Elisa, Vitriana, Amien, Erna, Utin Riesna, Diyah, Fifin) atas kebersamaannya.
5. Adhe Febry atas pengertian, bantuan dan dukungannya, Ria Oktarina dan Wawan Gunawan untuk dukungan doanya.
6. Papa, Mama, serta adik-adik (Siska & Alan, Abram, Samuel dan Joel) serta 3 orang keponakan yang lucu atas kasih sayangnya.
7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2008
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bagan Siapi-api (Riau) pada tanggal 29 Agustus 1970 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan D.P. Sinaga dan R.N. Simanungkalit.
Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Swasta Cahaya Medan dan pada tahun yang sama diterima di IPB Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru). Penulis memilih Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 1996. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2006.
Penulis bekerja sebagai pegawai Non Struktural pada Kanwil Dephut Sulawesi Utara pada tahun 1998-2000. Penulis pindah tugas ke Balai KSDA Sulawesi Utara sejak akhir tahun 2000 sebagai Staf dan menjabat sebagai Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Sangihe dan Talaud pada tahun 2005-2006.
(11)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 5
Kerangka Pemikiran 5
METODE PENELITIAN 7
Waktu dan Tempat 7
Tahapan Penelitian 7
A. Studi Pustaka 7
B. Survei Lapangan 8
C. Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Hasil 10
A. Perdagangan Lokal 10
B. Pasar Maya (Cyber market) 21
C. Perdagangan Luar Negeri 23
D. Wawancara dan Kuesioner 37
Pembahasan 44
A. Segmentasi Pasar 44
B. Dinamika Pasar 46
C. Selera Pasar 48
D. Pemanfaatan Lainnya 50
E. Penegakan Hukum 51
F. Pengelolaan Pemanfaatan Satwaliar 53
G. Implementasi Terhadap Pengelolaan Satwaliar 56
SIMPULAN DAN SARAN 61
Simpulan 61
Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan.
14 2 Jumlah jenis dan jumlah individu kura darat dan
kura-kura air tawar yang dijual di setiap lokasi pengamatan.
15 3 Beberapa situs internet yang menawarkan jenis-jenis satwaliar
termasuk kura-kura
22 4 Karakteristik pasar konvensional dan pasar maya (cyber
market).
23 5 Kuota (tangkap dan ekspor) serta Realisasi ekspor Kura-kura
Indonesia tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008)
24 6 Beberapa hal penting yang dirangkum dari wawancara dengan
perwakilan IRATA, BKSDA DKI Jakarta dan Penjual
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Beberapa jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia 2
2 Kerangka pemikiran penelitian 6
3 Hasil pengamatan di Pasar Kemuning Jatinegara 10
4 Berbagai spesies Kura-kura yang diperdagangkan di Jalan Barito Jakarta
11
5 Hasil pengamatan di Jalan Kartini 12
6 Berbagai jenis Kura-kura yang diperdagangkan di Kemang 13 7 Persentase kura-kura yang diperdagangkan di setiap lokasi
pengamatan berdasarkan ukuran
16 8 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di
Jalan Barito
17 9 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di
Jalan Kartini
18 10 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di
Kemang
19 11 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di
Pasar Kemuning Jatinegara
20
12 Hasil pengamatan di Petak Sembilan 21
13 Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005
26 14 Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari
Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005
27 15 Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada
tahun 1990-2005
28 16 Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara
pada tahun 2005
29 17 Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara
pada tahun 1990-2001
30 18 Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa
Negara pada tahun 2003-2005
31 19 Ekspor Manouria emys dari Indonesia ke beberapa Negara pada
tahun 1989-2005
32 20 Ekspor Indotestudo forstenii dari Indonesia ke beberapa Negara
pada tahun 1983-2005
(14)
Halaman
21 Ekspor Notochelys platynota dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005
34 22 Ekspor Siebenrockiella crassicollis dari Indonesia ke beberapa
Negara pada tahun 2003-2005
35 23 Ekspor Pelochelys bibroni dari Indonesia ke beberapa Negara pada
tahun 2003-2005
36 24 Ekspor Pelochelys cantori dari Indonesia ke beberapa Negara pada
tahun 2003-2005
37
25 Hasil Kuesioner Tipe A bagi Penjual 40
26 Hasil Kuesioner Tipe A bagi Pembeli 41
27 Hasil Kuesioner Tipe B bagi Penjual 42
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Jenis-jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia 68 2 Data perdagangan (ekspor) kura-kura darat dan kura-kura air
tawar Indonesia sejak tahun 1983 hingga 2005
69 3 Data perdagangan (impor) kura-kura darat dan kura-kura air
tawar Indonesia sejak tahun 1979 hingga 2006
76 4 Data kasus peredaran kura-kura darat dan kura-kura air tawar
Indonesia sejak tahun 2002 hingga 2005
78
5 Daftar Pertanyaan Wawancara 85
6 Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Penjual 88
7 Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Pembeli 89
8 Negara-negara pengekspor Kura-kura darat darat dan Kura-kura air tawar Indonesia
90 9 Daftar nama jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang
dijual di lokasi pengamatan serta status konservasinya menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, Red List IUCN dan Apendiks CITES
91
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kura-kura (Ordo Testudines) adalah satwa purba yang telah berevolusi menjadi bentuk bercangkang sejak 200 juta tahun yang lalu. Kura-kura, bersama-sama dengan kadal, amfisbaenia, ular (Ordo Squamata), buaya (Ordo Crocodylia) dan tuatara (Ordo Rynchocephalia), merupakan anggota Klas Reptilia. Ordo Testudines adalah satu-satunya anggota Subklas Anapsida yang masih ada (Ernst & Barbour 1989).
Kura-kura dapat dibagi dalam 2 subordo, yaitu subordo Cryptodira (dapat memasukkan kepala ke arah cangkangnya) serta subordo Pleurodira (kepala dan leher hanya dapat dibelokkan ke samping). Secara umum, kura-kura dapat dibedakan atas 4 kelompok, yaitu penyu (sea turtle) yang hidup di laut, kura-kura darat bercangkang keras dan tinggi atau baning (tortoise), kura-kura air tawar bercangkang keras (terrapin) serta kura-kura air tawar bercangkang lunak (softshell turtle) (Iskandar 2000).
Pemanfaatan jenis satwaliar secara langsung maupun tidak langsung telah membentuk keseharian setiap komunitas manusia di muka bumi (Freese 1998). Bentuk pemanfaatan tersebut telah berkembang dari pemanfaatan tradisional non komersial melalui perburuan dan pengumpulan (hunting and gathering) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Bolton 1997) menjadi pemanfaatan komersial (trade) untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas dalam bentuk mati (daging, telur, tanduk, bagian-bagian lain) dan bentuk hidup (satwa peliharaan atau pet).
Sebagai salah satu negara mega biodiversitas di dunia, Indonesia juga memiliki beragam jenis kura-kura, sebagian di antaranya merupakan jenis asli Indonesia (Gambar 1). Wibowo (1999, diacu dalam Samedi & Iskandar 2000) menduga paling tidak terdapat 29 jenis kura-kura dan labi-labi air tawar yang mendiami habitat alami di seluruh Indonesia dan merupakan salah satu komponen penting dalam keanekaragaman hayati Indonesia (Lampiran 1).
(17)
Gambar 1. Beberapa jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia (dari kiri atas searah jarum jam): (a) Malayemys subtrijuga; (b)
Chelodina reimanni; (c) Amyda cartilaginea; (d) Macrochelodina rugosa.
Kura-kura, sebagai salah satu jenis satwaliar, telah lama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan subsisten manusia dan bentuk pemanfaatan lainnya (Van Dijk 2000), utamanya sebagai makanan (Lau & Shi 2000; van Dijk 2000; Cheung & Dudgeon 2006) atau obat-obatan (Lau & Shi 2000). Compton (2000) mendeskripsikan bentuk pemanfaatan kura-kura dalam 5 kategori: sebagai makanan (daging dan telur), obat-obatan tradisional China (Traditional Chinese Medicine atau TCM), satwa peliharaan atau penangkaran herpetofauna, barang kerajinan dan pelepasan untuk tujuan religius. Chen et al. (2000) menambahkan informasi mengenai pelepasan kura-kura untuk tujuan religius yang lazim dalam komunitas Tionghoa.
Ancaman paling nyata bagi populasi alami kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Indonesia adalah perburuan untuk diperdagangkan (Samedi & Iskandar 2000) serta kerusakan habitat (Klemens & Thorbjarnarson 1994; Samedi & Iskandar 2000; Iskandar & Erdelen 2006). Perdagangan jenis-jenis ini telah meningkat selama dekade terakhir, utamanya dengan peningkatan permintaan negara-negara Asia Timur, khususnya ke China (Compton 2000; Lau & Shi 2000;
(a) (b)
(18)
Platt et al. 2007) yang dapat menyebabkan penurunan populasi alami bahkan kepunahan jenis kura-kura Asia (Diesmos et al. 2004; Gavino & Schoppe 2004; Kalyar et al. 2007; Nijman & Shepherd 2007). Kura-kura yang diperdagangkan di China berasal dari negara-negara Asia, utamanya Vietnam dan Bangladesh serta Malaysia (Chiew 2003) dan Indonesia (Cheung & Dudgeon 2006). Kerusakan habitat dataran rendah, yang menjadi habitat utama jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar, disebabkan adanya deforestasi dan konversi habitat menjadi lahan pertanian, pemukiman, daerah transmigrasi dan areal konsesi penebangan (Samedi & Iskandar 2000).
Keberadaan berbagai jenis kura-kura asing di Indonesia, yang utamanya diperdagangkan sebagai satwa peliharaan, juga perlu dipantau mengingat cukup banyak penjual yang menyediakan jenis-jenis tersebut, beragamnya jenis yang dipajang dan tingginya harga jenis kura-kura yang ditawarkan. Bila sebelumnya orang hanya mengenal jenis Kura-kura brasil atau Common slider Trachemys scripta elegans, maka kini jenis Kura-kura radiata (Radiated tortoise) Astrochelys radiata, Kura-kura bintang (Indian star tortoise) Geochelone elegans dan Alligator snapping turtle Macrochelys temminckii merupakan beberapa jenis asing yang banyak ditawarkan dengan harga penawaran yang cukup tinggi.
Perumusan Masalah
Dalam upaya konservasi jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Indonesia, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan perlu dijawab mengenai pemanfaatan jenisnya adalah (1) jenis apa saja yang dimanfaatkan secara komersial, (2) berapa banyak jumlah individu setiap jenis yang diperjualbelikan, (3) berapa harga yang ditawarkan, (4) apa saja bentuk pemanfaatannya, (5) jenis-jenis apa saja yang diekspor ke luar negeri, (6) jenis-jenis apa saja yang diimpor ke Indonesia, (7) apa saja upaya yang telah dilakukan para pihak dalam upaya konservasi jenis kura-kura, (8) bagaimana persepsi penjual dan pembeli terhadap upaya konservasi jenis kura-kura, serta (9) upaya apa yang dapat dirumuskan untuk mendukung konservasi kura-kura. Penelitian ini diarahkan untuk merumuskan jawaban atas sebagian pertanyaan-pertanyaan di atas sehingga dapat
(19)
menyediakan informasi yang tepat bagi pengambilan keputusan mengenai konservasi jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Indonesia.
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas melalui pengamatan terhadap perdagangan jenis kura-kura darat dan kura-kura-kura-kura air tawar di Jakarta sebagai contoh yang diambil untuk mewakili Indonesia mengingat posisinya sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan utama di Indonesia dan karena tingkat kemakmurannya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :
1. memperoleh informasi mengenai perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta, yang mencakup jenis asli maupun jenis asing, untuk dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan mengenai konservasi kura-kura di Indonesia.
2. memperoleh informasi mengenai persepsi para pihak tentang konservasi kura-kura di Jakarta sebagai bagian dari upaya konservasi jenis kura-kura di Indonesia.
Tujuan umum tersebut di atas dapat dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus sebagai berikut :
1. mengetahui jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang diperdagangkan di Jakarta.
2. mengetahui jumlah kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang diperdagangkan di Jakarta.
3. mengetahui perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia ke luar negeri.
4. mengetahui implementasi kebijakan konservasi, khususnya mengenai upaya penegakan hukum atas kasus-kasus peredaran jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia.
(20)
5. mengetahui persepsi para pihak mengenai konservasi jenis Kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia dan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendukungnya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Indonesia, karena :
1. menyediakan informasi mengenai kegiatan perdagangan jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta;
2. menyediakan informasi mengenai persepsi para pihak mengenai upaya konservasi jenis satwaliar di Indonesia;
3. menyediakan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembinaan masyarakat, meningkatkan upaya penegakan hukum atas pelanggaran dalam peredarannya serta meningkatkan kerja sama antara para pihak yang terkait.
Kerangka Pemikiran
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis hayati, termasuk kura-kura, yang sangat tinggi (secara total merupakan urutan kedua terbanyak di dunia sesudah Brazil) namun sebagian besar jenis memiliki ukuran populasi yang kecil. Selain itu, beberapa populasi satwaliar memiliki sebaran yang terbatas dan rentan terhadap kepunahan akibat perubahan habitat dan tekanan langsung terhadap populasi. Oleh karena itu, beberapa jenis hayati Indonesia telah dilindungi untuk mencegah kepunahan. Namun pada kenyataannya, jenis-jenis yang telah dilindungi dan seharusnya tidak dieksploitasi ternyata mengalami tekanan hebat karena kerusakan habitat alami dan perburuan atas populasi alami. Perdagangan jenis kura-kura asli Indonesia dan keberadaan jenis-jenis asing perlu dipantau dan dianalisis untuk mengetahui kondisi sebenarnya sehingga dapat disintesis suatu bentuk pengelolaan pemanfaatan yang tepat agar dapat mendukung kelestarian jenis asli di populasi alaminya (Gambar 2).
(21)
Keterangan:
Alur jenis asli Alur jenis asing
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian.
Kura-kura darat & kura air tawar
Diperdagangkan secara komersial! Dilindungi
Endemisitas tinggi
Populasi kecil
Unik
Dimanfaatkan secara tradisional!
Survei pasar, persepsi, kasus
Jumlah diperdagangkan, persepsi para pihak, impelementasi hukum Tidak boleh
dimanfaatkan
Tidak Dilindungi Tidak unik
Endemisitas rendah
Populasi besar Jenis asli Indonesia
Boleh dimanfaatkan
Tidak boleh dimanfaatkan Tidak
Dilindungi
Dilindungi
Boleh dimanfaatkan
Jenis asing
Konservasi Kura-kura darat & Kura-kura air tawar Indonesia
Konservasi Kura-kura darat & Kura-kura air tawar asing
(22)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2007 hingga Desember 2007. Total jumlah hari survei lapangan adalah 24 hari. Tempat pelaksanaan survei lapangan adalah wilayah kota Jakarta dengan 4 lokasi terpilih, yaitu Jalan Kartini, Pasar Kemuning Jatinegara, Jalan Barito dan Kemang. Beberapa lokasi lain juga dipantau, yaitu Pasar Petak Sembilan, Pasar Jatinegara (depan Stasiun Jatinegara) dan Jalan Sumenep.
Tahapan Penelitian
A. Studi Pustaka
Data perdagangan (ekspor dan impor) dari dan ke Indonesia diperoleh dari
database CITES-WCMC dan database Departemen Kehutanan (CITES
Management Authority untuk Indonesia). Data perdagangan pada trade database
CITES tersebut berisikan semua jenis yang telah diperdagangkan sejak tahun 1975. Data CITES-WCMC menunjukkan bahwa jenis kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia telah diperdagangkan ke luar negeri sejak tahun 1983, yaitu untuk jenis Indotestudo forstenii (Lampiran 2). Data untuk beberapa jenis asli Indonesia yang telah lama diperdagangkan hanya ditemukan pada database
untuk beberapa tahun terakhir, misalnya data ekspor Amyda cartilaginea hanya untuk tahun 2005. Diduga sebagian data yang tidak ditemukan tersimpan dengan menggunakan nama lama masing-masing jenis, seperti nama Trionyx cartilagineus untuk Amyda cartilaginea namun ternyata penelusuran pada
database tidak menemukan data lainnya. Data kemudian dilengkapi dengan merangkum laporan tertulis Management Authority Indonesia sejak tahun 1983. Data kasus-kasus peredaran satwaliar, diperoleh dari database Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (Dit KKH) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) (Lampiran 4).
(23)
B. Survei Lapangan
1. Lokasi
Penelitian dilakukan dengan survei pendahuluan pada beberapa bagian kota Jakarta untuk melihat lokasi pasar dan toko yang menjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar, baik jenis asli Indonesia atau jenis asing (dari luar negeri). Informasi mengenai lokasi-lokasi tersebut diperoleh dari pustaka, dari informasi lisan beberapa pihak serta dari instansi terkait.
Lokasi yang kemudian dipilih sebagai lokasi pengamatan utama di Jakarta adalah Jalan Kartini (dekat Pasar Baru), Pasar Kemuning (Jatinegara), Jalan Barito (dekat Blok M Plaza), dan Kemang. Beberapa lokasi lain yang juga didatangi adalah Pasar Petak Sembilan (Glodok), Jalan Sumenep dan Pasar Jatinegara (depan Stasiun Jatinegara).
2. Pengumpulan Data
Pada setiap toko atau penjual yang menjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar dilakukan:
1. Identifikasi jenis-jenis yang dijual dan pengambilan foto jenis-jenis tersebut bila memungkinkan. Identifikasi mengacu pada Ernst & Barbour (1989) dikombinasikan dengan Turtles field guide ATCN (diperbaharui pada tahun 2006) dan CITES Identification Guide - Turtles & Tortoises (1999). Nama jenis disesuaikan dengan Fritz & Havas (2006).
2. Penghitungan jumlah individu setiap jenis.
3. Pendugaan panjang individu (panjang karapas/plastron) secara lurus (straightline), bila memungkinkan. Pengelompokan ukuran individu adalah (a) “kecil” (± 3-6 cm) dan (b) “sedang” (± 6-10 cm), dan “besar” (>10 cm). 4. Pendataan harga penawaran.
5. Wawancara dengan (1) penjual atau pemilik toko; (2) pembeli; (3) petugas BKSDA; (4) pengurus IRATA (asosiasi eksportir reptilia) (daftar pertanyaan wawancara pada Lampiran 5).
6. Pengisian kuesioner dengan (1) penjual atau pemilik toko dan (2) pembeli (daftar pertanyaan kuesioner pada Lampiran 6 dan 7).
(24)
C. Analisis Data
Analisis data hasil survei lapangan dan penelusuran pustaka dilakukan dengan cara analisis deskriptif. Data jenis diorganisasikan menurut asal-usul jenisnya (asli atau asing), menurut familianya, dan menurut keberadaannya (umum tidaknya jenis tersebut berdasarkan jumlah individu yang ditawarkan), kemudian dihitung persentase jenisnya. Dari tabel ini akan diketahui pula jenis-jenis asli yang dilindungi dengan menggunakan Lampiran PP 7/1999 (Dephut, 1999b) sebagai acuan.
Data jumlah individu dan jumlah jenis untuk setiap lokasi pengamatan yang diperoleh dijumlahkan menurut pengelompokan jenis asli dan jenis asing. Analisis diarahkan untuk melihat kecenderungan ukuran apa yang ditawarkan oleh para penjual atau yang diminati oleh para pembeli dan mengapa.
Harga penawaran ditanyakan secara langsung kepada penjual dan ditabulasikan untuk setiap lokasi. Harga penawaran tidak selalu berarti harga mati (harga jual) karena adanya kecenderungan penjual untuk menawarkan harga dua kali lipat atau lebih sehingga tawar menawar selalu terjadi dalam proses jual beli. Analisis diarahkan untuk melihat hubungan antara jenis asing dan jenis asli terhadap harga penawaran setiap jenis serta untuk melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga penawaran.
Data hasil wawancara dirangkumkan dalam tabel untuk menonjolkan hal-hal paling penting dalam pandangan para pihak terkait dengan upaya konservasi jenis kura-kura dan jenis hayati lainnya di Indonesia. Data hasil kuesioner ditabulasikan, dihitung persentasenya dan ditampilkan dalam bentuk grafis untuk memperlihatkan kecenderungan jawaban para responden. Kuesioner tipe A untuk penjual dan pembeli memiliki pertanyaan yang berbeda sehingga dianalisis sendiri-sendiri sedangkan kuesioner tipe B untuk penjual dan pembeli memiliki pertanyaan yang sama sehingga dapat dibandingkan untuk melihat kecenderungan untuk setiap kelompok responden.
(25)
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
A. Perdagangan Lokal
1. Lokasi
Keempat lokasi pengamatan memiliki aktivitas perdagangan kura-kura (darat dan air tawar) yang cukup besar, utamanya dari jumlah jenis dan jumlah individu yang dijual. Jumlah penjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar untuk setiap lokasi pengamatan tidak terlalu besar, tidak lebih dari 20% dengan keseluruhan penjual lainnya, kecuali untuk lokasi Kemang yang hanya terdiri atas 1 toko.
Gambar 3. Hasil pengamatan di Pasar Kemuning Jatinegara (searah jarum jam
dari kiri atas): (a) Suasana pasar; (b) Heosemys spinosa; (c) Suasana jual beli kura-kura & kelengkapannya; (d) Notochelys
platynota.
Lokasi Pasar Kemuning (Gambar 3) merupakan pasar yang didominasi penjual ikan hias dan kelengkapannya (air tawar dan air laut), beragam unggas (burung Merpati, burung-burung berkicau, burung Elang, burung Hantu, dll) serta mamalia (anjing, kucing, monyet ekor panjang, beruk, Macan dahan), bahkan
(a)
(c) (b)
(26)
jenis langka dan dilindungi seperti Kukang jawa Nycticebus coucang ditawarkan pula. Lokasi ini berada dalam satu gang di sebelah timur Pusat Grosir Jatinegara (PGJ) dan terletak dalam wilayah pusat perdagangan Jatinegara sehingga aktivitas di dalam pasar ini cukup ramai. Jumlah pedagang satwaliar yang ada lebih dari 50 orang dimana pedagang ikan hias dan mamalia sebagian besar menempati bagian luar gang sedangkan sebagian besar pedagang unggas menempati bagian dalam gang.
Gambar 4. Berbagai spesies Kura-kura yang diperdagangkan di Jalan Barito Jakarta (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Malayemys subtrijuga;
(b) Macrochelodina rugosa; (c) Cuora amboinensis; (d) Carettochelys insculpta; (e) Geochelone elegans; (f) Indotestudo forstenii.
Lokasi Jalan Barito (Gambar 4), yang berdampingan dengan toko-toko bunga, merupakan lokasi penjualan ikan hias (air tawar dan air laut), kelengkapan akuarium (akuarium, alat-alat pemeliharaan, makanan, penyaring air, alat pemberi makan, lampu akuarium, karang hias, dll). Jenis-jenis ikan Hiu, ikan Pari, Belut laut serta ikan air tawar yang unik seperti ikan Paru, ikan Gar, dan ikan raksasa
Arapaima gigas juga dijual di tempat ini. Satwaliar langka dan dilindungi seperti Buaya muara Crocodylus porosus ditawarkan dengan harga Rp 1,5 juta/ekor. Sejak Januari 2008, lokasi Jalan Barito telah digusur oleh Pemda DKI Jakarta untuk difungsikan kembali sebagai taman kota.
(a) (b)
(c)
(27)
Gambar 5. Hasil pengamatan di Jalan Kartini (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Orlitia borneensis; (b) Batagur baska; (c) Manouria emys; (d) Astrochelys radiata; (e) Chelus fimbriatus; (f) Toko-toko di Jalan Kartini.
Lokasi Jalan Kartini (Gambar 5) merupakan pusat penjualan beragam ikan air tawar seperti ikan Koi, ikan Arawana, ikan Gar (jenis asing); beragam ikan air laut seperti ikan Anemon, ikan Scorpion; karang hias; udang hias; kelengkapannya (akuarium, alat pemeliharaan, hiasan akuarium, dll); serta toko yang menjual ular, biawak, kadal, kodok dan beruk serta monyet ekor panjang. Keragaman jenis ikan hias air tawar dan air laut yang ditawarkan di lokasi ini tidak sebanyak yang terdapat di Jalan Sumenep namun jumlah pedagangnya jauh lebih banyak dan menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan harga di Jalan Sumenep.
Para pedagang di Jalan Kartini memiliki karakteristik komoditi yang hampir sama dengan pedagang di Jalan Barito, dimana jenis kura darat dan kura-kura air tawar bukan merupakan dagangan utama dan hanya merupakan tambahan terhadap komoditi lainnya. Jenis-jenis yang ditawarkan bervariasi antara jenis asli dan jenis asing dengan harga penawaran yang cukup murah (kurang dari Rp 500 ribu), walaupun terdapat juga toko yang menawarkan kura darat dan kura-kura air tawar yang berharga jutaan rupiah. Hanya ada 1 toko eksklusif kura-kura-kura-kura darat dan kura-kura air tawar, dimana jenis-jenis yang dipajang umumnya merupakan jenis-jenis asing dan berharga mahal (di atas Rp 1 juta).
(a) (b) (c)
(28)
Gambar 6. Berbagai jenis Kura-kura yang diperdagangkan di Kemang (searah
jarum jam dari kiri atas): (a) Chelonoides carbonaria; (b) Geochelone sulcata; (c) Lissemys punctata; (d) Geochelone
elegans pyramiding; (e) Testudo graeca; (f) Stigmochelys pardalis
high-domed.
Di wilayah Kemang terdapat 1 toko eksklusif yang menjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar (Gambar 6), dengan komoditi yang dijual umumnya merupakan jenis-jenis asing berharga tinggi. Beberapa jenis asing yang sangat menarik, seperti Geochelone elegans, Chelonoides carbonaria, Testudo graeca,
Stigmochelys pardalis dan G. sulcata merupakan komoditi yang banyak diminati (menurut keterangan pemilik toko) walaupun harga penawarannya cukup mahal (di atas Rp 1 juta). Toko ini juga menawarkan penataan tempat pemeliharaan kura-kura di rumah pembeli, menjual buku-buku mengenai kura-kura, bersedia melakukan perawatan kura-kura yang sakit serta bersedia pula menjualkan kembali kura-kura yang sudah tidak lagi ingin dipelihara oleh pemiliknya.
2. Jenis
Jenis kura-kura yang diperdagangkan sebanyak 48 jenis, 33.33% (16 jenis) adalah jenis asli sedangkan 66.67% (32 jenis) merupakan jenis asing (Tabel 1). Tiga jenis asli yang ditawarkan merupakan jenis yang dilindungi di Indonesia, yaitu Batagur baska, Orlitia borneensis dan Carettochelys insculpta.
(a) (b) (c)
(d) (e)
(29)
Tabel 1. Hasil pengamatan atas jenis kura-kura darat & kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan.
Familia Sangat umum (>15
ekor)
Umum (6-15 ekor) Jarang (1-5 ekor) JENIS ASLI
Carettochelyidae Carettochelys insculpta
Geoemydidae Cuora amboinensis Notochelys platynota Batagur baska
Heosemys spinosa Callagur borneoensis
Siebenrockiella crassicollis
Malayemys subtrijuga Orlitia borneensis
Testudinidae Indotestudo forsteni
Manouria emys
Trionychidae Amyda cartilaginea
Dogania subplana
Chelidae Macrochelodina rugosa Chelodina parkeri
Chelodina sp. 3 jenis (6.25 %) 2 jenis (4.17 %) 11 jenis (22.92 %)
JENIS ASING
Chelydridae Chelydra serpentina Macrochelys temminckii
Emydidae Trachemys scipta elegans Clemys guttata
Graptemys barbouri Graptemys nigrinoda Graptemys
pseudogeographica
Malaclemys terrapin centrata Malaclemys terrapin terrapin
Geoemydidae Morenia ocellata Chinemys sp.
Mauremys sinensis Cuora mouhouti
Geoclemys hamiltoni Kachuga sp.
Kinosternidae Sternotherus carinatus
Paltysternidae Platysternon megacephalum
Testudinidae Astrochelys radiate
Chelonoides carbonaria Geochelone elegans Geochelone sulcata Indotestudo elongate Pyxis arachnoids Stigmochelys pardalis Testudo graeca Testudo horsfieldii
Trionychidae Lissemys punctata
Pelodiscus sinensis
Chelidae Chelus fimbriatus
Phrynops geoffroanus Platemys platycephala
Pelomedusidae Pelomedusa subrufa
Podocnemididae Podocnemis unifilis
(30)
3. Jumlah
Berdasarkan hasil survei lapangan, terdapat 264 individu dari 48 jenis kura-kura darat dan kura-kura-kura-kura air tawar yang dijual di seluruh lokasi pengamatan (Tabel 2). Jumlah total jenis terbanyak berada di lokasi Jalan Kartini sedangkan yang paling sedikit di Pasar Kemuning Jatinegara. Jumlah total individu terbanyak ditemui di Pasar Kemuning Jatinegara sedangkan yang paling sedikit di Kemang.
Tabel 2. Hasil pengamatan atas jumlah jenis dan jumlah individu kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di setiap lokasi pengamatan.
Asli Asing Total Kunj2)
Lokasi
Jenis Ind1) Jenis Ind1) Jenis Ind1)
Barito 5 56 5 11 10 67 4
Kartini 5 11 20 51 25 62 5
Kemang 1 1 22 36 23 37 1
Pasar Kemuning 5 52 1 46 6 98 4
Survei pendahuluan dan lokasi lainnya3)
- - - 10
120 144 484) 264 24
Keterangan:
1) Jumlah individu; 2) Jumlah kunjungan;
3) Survei pendahuluan untuk mencari, melihat dan memilih lokasi penelitian serta pengamatan pada lokasi lainnya dimana tidak dilakukan pencatatan data (jumlah, jenis, ukuran, harga);
4) Jumlah jenis berdasarkan Tabel 1.
4. Ukuran
Berdasarkan pendugaan ukuran setiap individu kura-kura pada setiap lokasi pengamatan, maka persentase individu yang memiliki ukuran kecil (3-6 cm), sedang (6-10 cm) atau besar (>10 cm) dapat dilihat pada Gambar 7. Ukuran individu yang diperdagangkan pada semua lokasi, kecuali Jalan Barito, menunjukkan bahwa ukuran yang diminati atau yang tersedia adalah “kecil” (3-6 cm) yang diduga berkorelasi positif dengan harga penawaran (harga penawaran lebih murah). Namun, berdasarkan catatan penelitian, individu-individu berukuran “sedang” (6-10 cm) yang ditawarkan di Jalan Barito sebenarnya lebih mendekati ukuran kecil, yaitu antara 6-8 cm.
(31)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% BARITO
KARTINI KEMANG JATINEGARA
UKURAN Kecil (3-6 cm) UKURAN Sedang (6-10 cm) UKURAN Besar (>10 cm)
Gambar 7. Persentase kura-kura yang diperdagangkan di setiap lokasi pengamatan berdasarkan ukuran.
5. Harga
Harga penawaran setiap individu kura-kura darat atau kura-kura air tawar tergantung pada jenis, ukuran, kondisi dan karakteristik uniknya. Jenis-jenis asing umumnya berharga mahal walaupun berukuran kecil, apalagi bila memiliki karakteristik khusus, misalnya Testudo graeca yag berwarna lebih keemasan atau disebut tipe golden graeca, Astrochelys radiata yang berwarna lebih kuning atau tipe high yellow. Selisih harga individu tipe khusus (atau berkarakter unik) dengan tipe biasa (tidak memiliki karakter unik) dapat mencapai Rp 2-3 juta. Sebagai contoh, individu yang memiliki kelainan albinisme (albino) dihargai cukup mahal dibandingkan harga pasarannya, misalnya Kura-kura brasil
Trachemys scripta elegans yang biasanya berharga Rp 10-25 ribu ditawarkan dengan harga Rp 1,5 juta karena memperlihatkan karakteristik albino yang sangat kuat. Gambar 8 hingga Gambar 11 memperlihatkan selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk setiap lokasi pengamatan.
(32)
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Harga (x Rp 1,000)
Astrochleys radiata Carettochelys insculpta Chelydra serpentina Cuora amboinensis Heosemys spinosa Indotestudo forsteni Macrochelys temminckii Siebenrockiella crassicollis Sternotherus carinatus Trachemys scipta elegans
Gambar 8. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Barito (dalam Rp 1,000).
Harga penawaran tertinggi adalah untuk jenis Macrochelys temmincki, yang berasal dari Amerika Serikat sedangkan harga untuk jenis lain berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 450 ribu. Harga penawaran yang cukup mahal tersebut disebabkan karena sebagian besar merupakan jenis asing yang diimpor ke Indonesia, sedangkan jenis berharga murah berasal dari dalam negeri.
(33)
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Harga (x Rp 1,000)
Amyda cartilaginea Astrochelys radiata Batagur baska Callagur borneoensis Carettochelys insculpta Chelodina parkeri Chelonoides carbonaria Chelus fimbriatus Chelydra serpentina Chinemys sp Geochelone elegans Geoclemys hamiltoni Indotestudo elongata Kachuga sp Macrochelodina rugosa Macrochelys temminckii Malayemys subtrijuga Manouria emys Morenia ocellata Mauremys sinensis Pelomedusa sp Phrynops geoffroanus Pyxis arachnoides Stigmochelys pardalis Testudo graeca
Gambar 9. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Kartini (dalam Rp 1,000).
Harga penawaran termahal untuk kura-kura di Jalan Kartini adalah untuk jenis Astrochelys radiata, yang berasal dari Madagaskar dan dinilai sangat eksotis sehingga berharga mahal. Harga tertinggi tersebut terkait dengan ukuran individu yang ditawarkan cukup besar (>25 cm) sedangkan individu yang berukuran kecil umumnya berharga kurang dari Rp 6 juta.
(34)
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Harga (x Rp 1,000)
Astrochelys radiata Chelodina sp Chelydra serpentina Clemys guttata Cuora mouhouti Geochelone elegans Geochelone sulcata Geoclemys hamiltoni Graptemys barbouri Graptemys nigrinoda Graptemys pseudogeographica Lissemys punctata Macrochelys temmincki Malaclemys terrapin centrata Malaclemys terrapin terrapin Morenia ocellata Platemys platycephala Platysternon megacephalum Podocnemis unifilis Pyxis arachnoides Stigmochelys pardalis Testudo graeca Testudo horsfieldii
Gambar 10. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Kemang (dalam Rp 1,000).
Jenis berharga termahal adalah Astrochelys radiata (Rp 32 juta), seperti juga yang ditawarkan di Jalan Kartini, berukuran cukup besar (>25 cm) dan diduga merupakan hasil peliharaan yang dijual kembali. Harga penawaran jenis lainnya tidak melampaui Rp 5 juta rupiah dan umumnya berukuran kecil (<6 cm).
(35)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 Harga (x Rp 1,000)
Cuora amboinensis Heosemys spinosa Notochelys platynota Orlitia borneensis Siebenrockiella crassicollis Trachemys scripta elegans
Gambar 11. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Pasar Kemuning Jatinegara (dalam Rp 1,000).
Harga penawaran untuk jenis-jenis kura-kura yang ditawarkan di Pasar kemuning di bawah Rp 80 ribu dan semuanya, kecuali Trachemys scripta elegans, merupakan jenis asli. Ukuran yang ditawarkan umumnya kecil (< 6 cm) walaupun untuk Notochelys platynota, Cuora amboinensis, dan Orlitia borneensis
ukuran individu yang ditawarkan bisa mencapai 10 cm (ukuran sedang).
6. Pemanfaatan Lain
Penjualan kura-kura untuk pemanfaatan yang lain diobservasi di Pasar Petak Sembilan (Glodok), yaitu untuk konsumsi (mentah atau masak) serta pelepasan untuk tujuan religius. Jenis yang ditawarkan untuk konsumsi adalah Amyda cartilaginea dan Dogania subplana dengan harga penawaran Rp 60 ribu/kg (dijual dalam keadaan hidup dan dapat dipotong di tempat ini). Jenis yang ditawarkan untuk pelepasan religius adalah Cuora amboinensis dan Notochelys platynota dengan harga Rp 35 ribu/ekor. Selain daging mentah, minyak dan empedu dari A. cartilaginea dan D. subplana juga dijual sebagai bahan obat
(36)
dengan harga Rp 50 ribu/botol (minyak) dan Rp 40-60 ribu/kg (empedu). Tulang bulus masih berharga untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat dengan harga Rp 15 ribu/kg.
Gambar 12. Hasil pengamatan di Petak Sembilan (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Para pedagang di Pasar Petak Sembilan; (b) Penjual kura-kura; (c) Cuora amboinensis; (d) Minyak bulus; (e) Bulus & labi-labi hutan (A. cartilaginea & D. subplana); (f) C. amboinensis &
Notochelys platynota.
B. Pasar Maya (Cyber market)
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan tersedianya jaringan internet
secara luas, maka pasar satwaliar berkembang pula ke dunia maya menjadi pasar maya (cyber market). Model penawaran yang tersedia melalui situs khusus (baik situs langsung atau portal/situs penghubung) maupun forum komunitas, walaupun ada juga blog pribadi yang dijadikan sarana penawaran kura-kura. Umumnya penawaran komoditi disertai dengan informasi mengenai komoditi (kondisi, harga, ukuran) dan dilengkapi dengan gambar serta cara menghubungi penjual (melalui e-mail (surat elektronik), nomor cellphone/mobile phone atau telepon rumah (fixed line phone) (Tabel 3).
(a)
(b)
(c)
(d) (e)
(37)
22 Tabel 3. Hasil penelusuran atas situs internet yang menawarkan berbagai jenis satwaliar, termasuk kura-kura.
Tipe Situs Alamat situs Komoditi Kelengkapan informasi Jenis akses Cara transaksi Keterangan
Portal turtleworld.multiply.com/market Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Terbuka
Portal www.hewanpeliharaan .com Berbagai jenis Cara perawatan, halaman iklan
melalui akses tertutup
Tertutup, akses masuk dng ID & password Portal www.jakartapets.com Ular, burung, anjing, kucing;
berbagai kelengkapan
Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus
Terbuka Telepon, e-mail
Portal www.jungleshop.be Berbagai jenis Foto Tertutup E-mail Luar negeri
Portal www.kuya2.com Berita tentang kura-kura
Portal www.ronsreptiles.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran,
karakteristik khusus
Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri
Portal www.tokobagus.com Ular, burung, anjing, kucing;
berbagai kelengkapan
Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus
Terbuka Telepon, e-mail
Portal www.turtlesale.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran,
karakteristik khusus
Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri
Forum komunitas www.duniasatwa.com Berbagai jenis Tertutup, akses masuk
dng ID & password
Forum komunitas forum.kafegaul.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada,
akses masuk dng ID & password
Telepon, e-mail
Forum komunitas www.kaskus.us Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada,
akses masuk dng ID & password
Telepon, e-mail
(38)
Karakteristik pasar konvensional berbeda dalam banyak hal dengan pasar maya (cyber market)(Tabel 4), utamanya karena tidak adanya fisik pasar tempat penjual dan pembeli bertatap muka (face to face). Bentuk transaksi juga meniadakan tatap muka dengan memanfaatkan fasilitas transfer antar rekening bank. Tatap muka hanya berlangsung atas kesepakatan antara pembeli dan penjual yang saling mengenal dengan baik dan saling mempercayai.
Tabel 4. Perbandingan antara karakteristik pasar konvensional dan pasar maya (cyber market).
Jenis pasar Karakteristik
Konvensional Maya (Cyber) Identitas pembeli Diketahui Tidak diketahui Identitas penjual Diketahui Tidak diketahui
Lokasi pasti pasar/penjual Diketahui Diketahui/Tidak diketahui Tempat perdagangan Bangunan fisik, eceran Situs, blog, forum (chatting,
mailinglist) Tatap muka Ya Tidak Presentasi barang Langsung (di toko atau
tempat pajangan)
Tidak langsung (lewat laman situs)
Serah terima barang Langsung Tidak langsung Pemeriksaan mutu barang Langsung Tidak langsung Pembayaran Tunai, elektronik Elektronik, tunai
C. Perdagangan Luar Negeri
Kuota yang ditetapkan setiap tahun oleh Dirjen PHKA adalah kuota tangkap untuk setiap wilayah provinsi berdasarkan usulan BKSDA setempat dan direkomendasikan LIPI setelah berdiskusi dengan para pihak (Dephut, pengusaha dan asosiasi eksportir, BKSDA). Kuota ekspor maksimal 90% dari kuota tangkap sedangkan sisa 10% ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit penangkaran, penelitian dan keperluan lain.
Data kuota tahunan yang diterbitkan Ditjern PHKA dan realisasinya berdasarkan penerbitan SATS-LN (Surat Angkut Tumbuhan liar dan Satwa liar - Luar Negeri) antara tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008) ditampilkan dalam Tabel 5. Dari penelusuran data perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia dalam trade database CITES (Lampiran 2), tercatat 12 jenis yang telah diperdagangkan, dimana jenis Indotestudo forstenii adalah jenis yang paling awal tercatat diperdagangkan sejak 1983.
(39)
24 Tabel 5. Kuota (tangkap dan ekspor) serta Realisasi ekspor Kura-kura Indonesia tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008).
Keterangan: 1) Kuota tangkap nasional
2) Kuota ekspor, maksimal 90% dari kuota tangkap, ± 10% untuk pemanfaatan lokal (bibit penangkaran, penelitian, dll) 3) Realisasi ekspor (berdasarkan penerbitan SATS-LN)
4) Persentase realisasi ekspor terhadap kuota ekspor
5) Sejak kuota 2005, ketiga jenis dimasukkan dalam Kuota Apendiks II
6) Dilindungi, tidak ada kuota namun ada realisasi ekspor dengan keterangan sebagai hasil breeding TAHUN
2004 2005 2006 2007 2008
Nama Jenis KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2)
Apendiks II
Cuora amboinensis 20,000 18,000 15,655 86,97 20,000 18,000 18,672 103.73 20,000 18,000 17,694 98.30 20,000 18,000 17,766 98.70 20,000 18,000 Heosemys spinosa 2,000 1,800 1,798 99,89 2,000 1,800 1,867 103.72 2,000 1,800 718 39.89 2,000 1,800 1,041 57.83 500 450
Indotestudo forstenii 500 475 614 129,26 500 475 820 172.63 500 475 613 129.05 500 475 470 98.95 300 270
Leucocephalon yuwonoi 200 100 100 100,00 200 100 96 96.00 200 100 87 87.00 200 100 98 98.00 0 0
Manouria emys 500 475 639 134,53 500 475 687 144.63 500 475 467 98.32 500 475 475 100.00 0 0
Pelochelys bibroni 100 90 85 94,44 100 90 89 98.89 100 90 59 65.56 100 90 78 86.67 100 90
Pelochelys cantorii 100 90 39 43,33 200 180 75 41.67 200 180 64 35.56 200 180 121 67.22 100 90
Siebenrockiella crassicollis 5,000 4,500 3,637 80,82 5,000 4,500 4,040 89.78 5,000 450 1,545 343.33 5,000 4,500 3,407 75.71 5,000 4,500 Amyda cartilaginea5) 10,000 9,000 28,000 27,000 27,766 102.84 28,000 27,000 26,965 99.87 28,000 27,000 26,710 98.93 28,000 25,200
Malayemys subtrijuga5) 2,500 2,250 500 475 89 18.74 500 475 341 71.79 200 180
Notochelys platynota5) 3,000 2,700 1,500 1,350 117 8.67 1,500 1,350 307 22.74 500 450
Chelodina parkeri 500 450 300 270 300 270 0.00 300 270 270 100.00 300 270
Non Apendiks
Chelodina reimanni 500 450 200 180 200 180 0.00 200 180 178 98.89 200 180
Chelodina siebenrocki 5,000 4,500 2,000 1,800 2,000 1,800 0.00 2,000 1,800 385 21.39 2,000 1,800
Cyclemys dentata 20,000 18,000 15,000 15,000 15,000 13,500 0.00 15,000 13,500 11,408 84.50 15,000 13,500
Dogania subplana 3,000 2,700 5,000 5,000 5,000 4,500 0.00 5,000 4,500 2,598 57.73 5,000 4,500
Elseya schultzei 2,000 1,800 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 799 88.78 1,000 900
Emydura subglobosa 3,000 2,700 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 754 83.78 1,000 900
Carettochelys insculpta 0 0 0 0 0 0 576) 0 0 0 0
Callagur borneoensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(40)
Kuota tangkap dan kuota ekspor Kura-kura Indonesia pada tahun 2004-2007 (Tabel 5) menunjukkan bahwa ada jenis yang mengalami penambahan kuota, pengurangan kuota atau tidak mengalami perubahan kuota. Penambahan atau pengurangan kuota terjadi dari kuota tahun 2004 ke 2005, sedangkan kuota tahun 2006 dan 2007 tidak mengalami perubahan dan sama dengan kuota tahun 2005. Jenis-jenis yang mengalami penambahan kuota adalah Pelochelys cantorii, Amyda cartilaginea, dan Dogania subplana. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Malayemys subtrijuga, Notochelys platynota, Chelodina parkeri,
Chelodina reimanni, Chelodina siebenrocki, Cyclemys dentata, Elseya schultzei, dan Emydura subglobosa.
Khusus untuk kuota tahun 2008 (yang baru diterbitkan pada bulan Januari 2008) dibandingkan dengan kuota tahun 2007, 7 jenis mengalami penurunan kuota, tidak ada jenis yang mengalami penambahan kuota, sedangkan jenis-jenis lainnya tidak mengalami perubahan kuota. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Heosemys spinosa, Indotestudo forstenii, Leucocephalon yuwonoi, Manouria emys, Pelochelys cantorii, Malaymenys subtrijuga, dan
Notochelys platynota. Dua jenis di antaranya, yaitu Leucocephalon yuwonoi dan
Manouria emys tidak lagi mendapatkan jatah kuota (kuota=0).
Pada tahun 2006, Carettochelys insculpta yang dilindungi dan tidak memiliki jatah kuota (kuota=0) ternyata memiliki realisasi ekspor sebanyak 57 ekor. Ekspor tersebut dinyatakan sebagai hasil penangkaran namun sejauh ini belum tercatat secara resmi ada perusahaan yang telah melakukan penangkaran jenis ini dan berhasil melakukannya, sehingga ekspor tersebut diduga berasal dari tangkapan di alam (yang merupakan perbuatan melanggar hukum). Data perdagangan ditampilkan dalam Gambar 13 s/d Gambar 24 setelah dicek silang dan dilengkapi dengan data perdagangan (CITES Report) yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan.
(41)
1. Amyda cartilaginea
Amerika Serikat 1.21% RRC 2.80%
Lainnya (13 negara) 2.77%
Prancis 3.77%
Singapura 7.23%
Hong Kong 32.00%
Malaysia 50.22%
Gambar 13. Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.
Malaysia adalah pengimpor terbesar Amyda cartilaginea dari Indonesia (Gambar 13) namun diduga impor tersebut akan dikirim kembali (re-ekspor) ke China sebagai pasar terbesar kura-kura, utamanya untuk konsumsi. Ekspor ke Hong Kong dan Singapura yang lebih kecil diduga untuk memenuhi kebutuhan lokal walaupun sebagian mungkin dikirim pula ke pasar China. Ekspor langsung ke China juga ada walaupun kecil, sedangkan ekspor ke Prancis dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya diduga untuk memenuhi kebutuhan etnik Tionghoa yang berdomisili di negara-negara tersebut.
(42)
2. Cuora amboinensis
Amerika Serikat 54.50%
Jepang 13.61% Hong Kong
11.65% Prancis
3.79% Spanyol
3.00% Jerman
2.66% Malaysia
1.70% Italia 1.67%
Vietnam
1.31% Lainnya (19 negara)6.11%
Gambar 14. Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.
Amerika Serikat adalah pengekspor terbesar Cuora amboinensis dari Indonesia (Gambar 14) untuk memenuhi kebutuhan sebagai peliharaan (pet), bahan makanan, pelepasan religius dan bahan obat-obatan tradisional China (TCM). Ekspor Jepang dan Hong Kong tidak sebesar ekspor Amerika Serikat namun cukup signifikan, diduga untuk memenuhi kebutuhan yang sama seperti pasar Amerika Serikat. Ekspor ke beberapa negara lainnya juga diduga untuk memenuhi kebutuhan serupa dengan pasar Amerika Serikat dan diduga terkait dengan etnik Tionghoa yang ada di negera-negara tersebut. Jenis ini cukup diminati diduga karena harganya yang lebih murah sehingga tidak terlalu mahal untuk dilepaskan kembali atau dikonsumsi sebagai bahan makanan serta jumlah yang tersedia cukup banyak di pasaran.
(43)
3. Heosemys spinosa
Amerika Serikat 63.00% Jepang
14.11% Jerman 5.64%
Hong Kong 5.35%
Prancis 3.29%
Taiwan 2.61% Lainnya (14 negara)
6.00%
Gambar 15. Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2005. Sumber: CITES.
Jenis Heosemys spinosa adalah jenis kura-kura yang sangat menarik dengan karakteristik karapas yang berduri-duri lebar pada bagian tepinya (marginal) sehingga menyerupai matahari, yang diduga menyebabkan jenis ini disebut Kura-kura matahari di pasaran. Ekspor ke semua negara (Gambar 15) diduga untuk tujuan pemeliharaan (pet). Pasar Amerika Serikat menguasai lebih dari 60% jumlah ekspor H. Spinosa dari Indonesia sedangkan jumlah ekspor ke negara-negara negara-negara-negara-negara lainnya tidak terlalu besar.
(44)
4. Malayemys subtrijuga
Amerika Serikat 43.82%
Taiwan 21.35% Jepang
17.98%
Jerman 11.24%
Prancis 5.62%
Gambar 16. Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES.
Ekspor Malayemys subtrijuga (Gambar 16) diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet walapun jenis ini juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Pasar Amerika Serikat menyerap porsi terbesar dari ekspor Indonesia walaupun Taiwan, Jepang dan Jerman juga cukup signifikan. Pasar Prancis adalah yang terkecil. Ekspor ke negara-negara lain mungkin juga terjadi namun data ekspornya tidak diketahui.
(45)
5. Callagur borneoensis
Amerika Serikat 76.87% Jepang
19.13%
Kanada 0.73% Swiss
1.28%
Hungaria 0.73%
Malaysia
0.73% Belanda 0.36%
Russia 0.18%
Gambar 17. Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2001. Sumber: CITES.
Ekspor Callagur borneoensis (Gambar 17) diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet. Jenis ini tidak memiliki karakteristik pewarnaan dan pemolaan karapas yang cukup menarik, namun nilai kelangkaan dan ukuran tubuhnya yang dapat terus bertumbuh besar diduga merupakan daya tarik bagi pembeli untuk memeliharanya.
(46)
6. Leucocephalon yuwonoi
Amerika Serikat 81.60% Jepang
11.11% Jerman
3.82% Belanda
2.08% Swiss
1.39%
Gambar 18. Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.
Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya (tidak menggigit) bagi pemelihara (merupakan karakter umum tortoise) serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama Leucocephalon yuwonoi sebagai satwa peliharaan (pet). Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan mencapai lebih dari 80% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke luar negeri (Gambar 18). Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui, diduga karena tercantum dengan menggunakan nama lama L. yuwonoi, seperti
Geoemyda yuwonoi, namun tidak muncul dalam penelusuran data di situs CITES. Dugaan lainnya adalah ekspornya tidak ada atau diekspor melalui jalur lain (penyelundupan atau fasilitas non CITES).
(47)
7. Manouria emys
Amerika Serikat 58.25% Jepang
21.16% Prancis
5.85% Malaysia
2.31% Swiss 2.09%
Taiwan 1.89% Lain-lain (21 negara)
8.46%
Gambar 19. Ekspor Manouria emys dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1989-2005. Sumber: CITES.
Jenis Manouria emys adalah jenis kura-kura darat (tortoise) yang dapat bertumbuh besar dan memiliki karapas yang menarik dengan sisik-sisik heksagonalnya, karakteristik sifatnya yang tidak berbahaya serta usianya yang cukup panjang seperti kura-kura lainnya. Hal-hal tersebut diduga merupakan daya tarik utama M. emys sebagai satwa peliharaan dan mendorong permintaannya di luar negeri. Jumlah ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat diikuti Jepang dan Prancis (Gambar 19). Ekspor ke negara-negara lainnya tidak terlalu besar namun jumlah pengekspor negara yang cukup banyak menunjukkan minat yang cukup tinggi untuk jenis ini.
(48)
8. Indotestudo forstenii
Amerika Serikat 50.26%
Jepang 24.08% Prancis
4.89% Belanda
3.49% Jerman
2.57% Singapura
2.23% Swiss 1.98% Italia 1.78%
Taiwan 1.19% Tidak Diketahui
1.11%
Thailand 1.09%
Spanyol
1.03% Lainnya (17 negara) 4.30%
Gambar 20. Ekspor Indotestudo forstenii dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1983-2005. Sumber: CITES.
Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya bagi pemelihara serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama
Indotestudo forstenii sebagai satwa peliharaan (pet), serupa dengan
Leucocephalon yuwonoi. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan mencapai lebih dari 50% dari keseluruhan ekspor I. forstenii ke luar negeri (Gambar 20). Jumlah negara pengekspor yang cukup banyak menunjukkan tingginya minat atas jenis ini sebagai peliharaan (pet).
(49)
9. Notochelys platynota
Hong Kong 37.32%
Amerika Serikat 33.70% Jepang
16.47%
Taiwan 5.93%
Kanada 3.84% Spanyol 1.10%
Prancis
1.10% Meksiko 0.55%
Gambar 21. Ekspor Notochelys platynota dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES.
Ekspor Notochelys platynota (Gambar 21) yang terbesar adalah ke Hong Kong dan diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan makanan serta pelepasan religius, dan kemungkinan juga sebagai bahan obat-obatan. Ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang juga cukup besar dan diduga untuk kebutuhan konsumsi dan bahan obat-obatan mengingat jenis ini tidak terlalu menarik secara fisik untuk dipelihara sebagai pet.
(50)
10. Siebenrockiella crasicollis
Amerika Serikat 34.19%
Jepang 23.68% Hong Kong
12.90% Prancis 12.23% Jerman
6.09% Malaysia
3.04% Italia 1.63% Britania Raya
1.69%
Taiwan 1.25%
Kanada 1.10%
Lainnya (6 negara) 2.20%
Gambar 22. Ekspor Siebenrockiella crassicollis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.
Ekspor Siebenrockiella crassicollis yang signifikan adalah ke Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong dan Prancis, sedangkan ekspor ke negara-negara lainnya relatif lebih kecil. Ekspor ini diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan dan sebagai pet. Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui dan diduga dikirim dengan nama lama S. crassicollis namun tidak ditemukan dalam penelusuran di situs CITES.
(51)
11. Pelochelys bibroni
Amerika Serikat 67.11% Jepang
23.03%
Swedia 3.95%
Spanyol 3.29%
Kanada 2.63%
Gambar 23. Ekspor Pelochelys bibroni dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.
Jenis Pelochelys bibroni adalah jenis freshwater turtle asal Papua selatan yang dapat tumbuh cukup besar (mencapai panjang karapas 1 m dan berat 200 kg) dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya. Namun, diduga pemanfaatan terbesar untuk jenis ini adalah sebagai bahan makanan mengingat penampilannya di mata orang awam tidak terlalu berbeda dengan jenis
labi-labi Indonesia lainnya (A. cartilaginea, D. subplana, Chitra chitra, P. cantorii), walaupun sebenarnya memiliki karakteristik fisik yang cukup jelas
dan berbeda dengan jenis-jenis lainnya. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat walaupun jumlahnya relatif kecil (< 200 ekor) selama 3 tahun yang tercatat.
(52)
12. Pelochelys cantorii
Amerika 72.84% Jepang
11.21% Jerman
6.03% Kanada
4.31% Britania Raya
2.16%
Prancis
1.72% Taiwan 1.72%
Gambar 24. Ekspor Pelochelys cantori dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.
Jenis Pelochelys cantori adalah jenis freshwater turtle asal Sumatra, Kalimantan dan Papua utara yang dapat tumbuh cukup besar (lebih besar dari
P. bibroni) dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya (mirip P. bibroni namun dengan warna yang berbeda). Pemanfaatan terbesar untuk jenis ini diduga adalah sebagai bahan makanan walaupun pemanfaatan sebagai pet juga mungkin terjadi. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat walaupun jumlahnya relatif kecil selama 3 tahun yang tercatat.
D. Wawancara dan Kuesioner
1. Wawancara
Ada 8 orang penjual dan 8 orang pembeli yang diwawancarai dan hasilnya dirangkum pada Tabel 5 dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai Lampiran 5. Rentang usia Penjual antara 34 hingga 53 tahun dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia responden pembeli antara 21 hingga 47 tahun. Tujuh orang Pembeli berjenis kelamin laki-laki sedangkan 1
(53)
orang lagi berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan Pembeli bervariasi, mulai dari mahasiswa, pegawai swasta, pegawai negeri hingga pengusaha. Tingkat penghasilan diduga bervariasi karena tidak ada keterangan yang didapatkan untuk tingkat penghasilan.
Tabel 6. Beberapa hal penting yang dirangkum dari wawancara dengan perwakilan IRATA, BKSDA DKI Jakarta dan Penjual.
No Perihal
1 Peraturan perundang-undangan sudah cukup memadai 2 Penegakan hukum perlu ditingkatkan
3 Masih ada oknum yang memanfaatkan celah hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi 4 Penyelundupan ke luar negeri masih berlangsung dan belum dapat dicegah
5 Upaya pengawasan peredaran telah dilakukan oleh BKSDA DKI Jakarta 6 Kerja sama antar instansi perlu ditingkatkan
7 Pembinaan instansi terkait terhadap penjual & pembeli masih kurang 8 Pengaturan kuota belum tepat
9 Perlu pelatihan konservasi bagi penjual untuk berperan serta dalam konservasi jenis 10 Belum ada pendataan yang lengkap mengenai jenis asli Indonesia
11 Adanya jaringan perdagangan antar penjual dan antara penjual dengan pemasok 12 Sebagian pembeli belum mengetahui teknis pemeliharaan kura-kura yang baik 13 Banyak pembeli membeli kura-kura sebagai tanda gengsi
14 Pelanggaran peredaran satwaliar telah diperkarakan dan ada yang sudah divonis 15 Satwaliar yang disita direhabilitasi dan ada yang sudah dilepasliarkan
Para penjual menyatakan bahwa jenis asli yang dijual umumnya berasal dari luar Pulau Jawa (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua), sedangkan sumber tangkapan di Pulau Jawa sudah berkurang, baik dalam jumlah lokasi tangkapan maupun jumlah individu hasil tangkapan. Penjual atau pemilik toko tidak berhubungan langsung dengan pengumpul di daerah-daerah dan memperoleh komoditi dagangannya dari penyalur yang bertindak sebagai pengumpul komoditi dari para penangkap di daerah-daerah.
Para penjual atau pemilik toko sudah mengetahui aturan-aturan yang berlaku mengenai peredaran satwaliar, bahkan mengetahui beberapa jenis yang sudah dilindungi dan tidak boleh diperdagangkan, seperti Kura-kura moncong babi
Carettochelys insculpta maupun Biuku Batagur baska. Namun keberadaan 3 jenis dilindungi di pasar-pasar yang disurvei (Tabel 1), yaitu Batagur baska, Carettochelys insculpta dan Orlitia borneensis menunjukkan bahwa kesadaran
(54)
untuk tidak menjual jenis-jenis dilindungi belum cukup memadai dan bahwa pembinaan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah (Departemen Kehutanan/BKSDA DKI Jakarta) atas peredaran satwaliar secara ilegal belum memadai dan diduga hanya berlangsung sporadis dan tidak menyentuh seluruh penjual/pemilik toko satwa. Jenis-jenis dilindungi cukup diminati pembeli, khususnya beberapa pelanggan khusus yang dirahasiakan identitasnya. Penjual/pemilik toko umumnya memiliki beberapa pelanggan khusus yang memiliki hobi memelihara jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang khas atau langka dan melakukan transaksinya melalui telepon. Informasi mengenai keberadaan jenis baru yang unik atau jenis-jenis yang telah dipesan umumnya langsung diberikan oleh penjual kepada para pembeli khusus ini melalui telepon atau e-mail.
Pemilik toko yang mengkhususkan diri menjual jenis-jenis kura-kura darat atau kura-kura air tawar, baik yang berasal dari Indonesia maupun yang merupakan jenis asing, umumnya juga merupakan pencinta kura-kura sehingga menaruh perhatian khusus atas kesejahteraan komoditi dagangannya. Penjual/pemilik toko ini seringkali juga bertindak sebagai perawat kura-kura darat atau kura-kura air tawar milik pelanggan yang sakit atau harus ditinggalkan saat pemilik melakukan perjalanan ke luar kota. Hal ini diduga merupakan upaya penjual untuk menjaga kesetiaan pelanggan dan menambah pelanggan baru berdasarkan rekomendasi pelanggan lama yang puas dengan pelayanan penjual. Penjual/pemilik toko juga bertindak sebagai pedagang perantara atau pembeli kura-kura darat atau kura-kura air tawar yang ingin dijual oleh pemiliknya, untuk kemudian dijual kembali kepada peminat melalui tokonya atau melalui telepon kepada pelanggan khusus.
2. Kuesioner
Kuesioner diajukan kepada 8 orang penjual (Lampiran 6) dan 8 orang pembeli (Lampiran 7), dimana kuesioner tipe A memiliki pertanyaan-pertanyaan yang berbeda untuk penjual dan pembeli dan kuesioner tipe B memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk penjual dan pembeli) (Gambar 25 hingga Gambar 28).
(55)
0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00% Pekerjaan utama?
Komoditi dominan? Kura-kura sebagai pet? Bagian-bagian Kura-kura? Menangkarkan Kura-kura? Jenis yang dilindungi? Jenis asing? Pembinaan Pemerintah? Sudah lama berdagang? Perdagangan penurunan? Pasokan berkurang? Hambatan Pemda? Hambatan BKSDA?
Persentase (%)
Ya Tidak
Gambar 25. Hasil Kuesioner Tipe A bagi Penjual.
Seluruh penjual yang menjawab kuesioner menyatakan bahwa pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama (full time job) dan bahwa kura-kura merupakan komoditi utama yang dijual sebagai pet. Ada 25% penjual yang menyatakan telah melakukan penangkaran namun tidak diberikan keterangan apapun mengenai jenis kura-kura yang telah dicoba untuk ditangkarkan. Seluruh penjual sepakat bahwa pasokan dari daerah telah menurun namun hanya 25% yang menyatakan bahwa perdagangan kura-kura mengalami penurunan, karena penurunan pasokan ditutupi oleh komoditi substitusi, yaitu jenis-jenis asing yang meningkat dalam jumlah jenis dan jumlah individu yang ditawarkan.
(56)
0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00% Pernah memiliki?
Jenis lokal? Jenis asing? Mengonsumsi daging? Obat? Sudah lama memelihara? Memiliki yang dilindungi? Pembinaan Pemerintah? Penghasilan sendiri? Tanda gengsi? Pengetahuan yang cukup? Pedagang tertentu? Pernah menjual kembali? Pemberian/tukaran? Jenis lain? Lebih menyukai jenis asing?
Ya Tidak
Gambar 26. Hasil Kuesioner Tipe A bagi Pembeli.
Dari beberapa pertanyaan kuesioner yang diajukan, pertanyaan “apakah pembeli pernah mendapatkan pembinaan pemerintah” mendapatkan respon jawaban “Tidak” sebesar 100%. Hal ini diduga menunjukkan bahwa sejauh ini pembinaan pemerintah belum menyentuh pembeli/konsumen sehingga pembeli tidak terlalu peduli dengan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan dan perdagangan jenis satwa liar. Sebagian besar pembeli merupakan calon pemelihara yang masih baru mencoba memelihara kura-kura (persentase jawaban “Ya” sebesar 37,50%) walaupun 50% dari pembeli ternyata pernah memelihara jenis satwaliar lain. Jenis asing lebih disukai dan diduga terkait dengan gengsi bagi pemelihara kura-kura yang unik dan langka.
(1)
Lampiran 8. Negara-negara pengekspor Kura-kura darat darat dan Kura-kura air
tawar Indonesia sejak tahun 1983.
Nama jenis
Nama negara
Me
Hs
Ac
Cb
Ca
If
Ly
Ob
Np
Pb
Pc
Sc
Amerika Serikat
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Austria
X
X
X
Belanda
X
X
X
X
Belgia
X
Britania Raya
X
X
X
X
X
Cheko, Rep.
X
X
X
X
China, Rep. Rakyat
X
X
Denmark
X
Hong Kong
X
X
X
X
X
X
Hungaria
X
Italia
X
X
X
Jepang
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jerman
X
X
X
X
X
X
X
Kanada
X
X
X
X
X
X
X
X
Korea, Rep.
X
X
X
X
X
Korea, Rep. Dem.
X
Kroasia
X
X
X
Latvia
X
X
Malaysia
X
X
X
X
X
X
Malta
X
Meksiko
X
X
X
X
Prancis
X
X
X
X
X
X
Russia, Fed.
X
X
X
X
X
Singapura
X
X
X
X
Spanyol
X
X
X
X
X
X
Swedia
X
X
X
X
X
X
Swiss
X
X
X
X
X
X
Taiwan
X
X
X
X
X
X
X
X
Thailand
X
Ukraina
X
X
Vietnam
X
Me
Hs
Ac
Cb
Ca
If
Ly
Ob
Np
Pb
Pc
Sc
Keterangan :
Me:
Manouria emys
; Hs:
Heosemys spinosa
; Ac:
Amyda cartilaginea
; Cb:
Callagur borneoensis
; Ca:
Cuora amboinensis
; If:
Indotestudo forsteni
; Ly:
Leucocephalon yuwonoi
; Ob:
Orlitia borneensis
; Np:
Notochelys platynota
; Pb:
(2)
Lampiran 9. Daftar nama jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan serta status konservasinya
menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, Red List IUCN dan Apendiks CITES
Nama Jenis Status Konservasi Keterangan
Ilmiah Indonesia Inggris Indonesia Red List IUCN Ap. CITES
BARITO
Carettochelys insculpta Ramsay 1886 Labi-labi moncong babi Pig-nosed turtle L VU II
Cuora amboinensis (Daudin 1802) Kura-kura ambon Asian box turtle TL VU II
Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura radiata Radiated tortoise VU I Jenis asing
Heosemys spinosa (Gray 1831) Kura-kura matahari Spiny terrapin TL EN II
Indotestudo forsteni (Schlegel & Muller, dalam Temminck 1844) Kura-kura forsteni Forsten’s tortoise TL EN II
Sternotherus (Kinosternon) carinatus (Gray 1856) Razor-backed musk turtle Jenis asing
Macrochelys temminckii (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing
Trachemys scipta elegans (Wied 1839) Kura-kura brasil Common slider LR Jenis asing
KARTINI
Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) Bulus Asiatic softshell turtle TL VU II
Batagur baska (Gray 1831) Biuku River terrapin L CR I
Callagur borneoensis (Schelegel & Muller 1844) Beluku Painted terrapin TL CR II
Carettochelys insculpta Ramsay 1886 Kura-kura moncong babi Pig-nosed turtle L VU II
Chelodina sp Snake-necked turtle TL NA
Chelus fimbriatus (Schneider 1783) Matamata Matamata Jenis asing
Chelydra serpentina (Linnaeus 1758) American snapping turtle Jenis asing
Chinemys sp Pond turtle III Jenis asing
Chelonoides (Geochelone) carbonaria (Spix 1824) Red-footed tortoise II Jenis asing
Geochelone elegans (Schoepff 1794) Kura-kura bintang Indian star tortoise LR II Jenis asing
(3)
Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura Radiata Radiated tortoise VU I Jenis asing
Geoclemys hamiltonii (Gray 1831) Spotted pond turtle VU Jenis asing
Indotestudo elongata (Blyth 1853) Elongated tortoise EN II Jenis asing
Kachuga sp Roofed/tent turtle Jenis asing
Macrochelodina rugosa (Ogilby 1890) Kura-kura leher panjang Siebenrock’s snake-necked turtle
TL LR NA
Macrochelys temminckii (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing
Manouria emys (Schlegel & Muller 1840) Baning coklat Asian giant tortoise TL EN II
Morenia ocellata (Dumeril & Bibron 1835) Burmese eyed turtle VU I Jenis asing
Mauremys (Ocadia) sinensis (Gray 1834) Kura-kura taiwan Chinese stripe-necked turtle EN III Jenis asing
Pelomedusa sp Helmeted turtle Jenis asing
Phrynops geoffroanus (Schweigger 1812) Geoffroy’s toad-headed turtle
Jenis asing
Pyxis arachnoides Bell 1827 Spider tortoise VU I Jenis asing
Testudo graeca Linnaeus 1758 Kura-kura greka Spur-thighed tortoise VU II Jenis asing
KEMANG
Chelodina sp Snake-necked turtle TL NA
Chelydra serpentina (Linnaeus 1758) Common snapping turtle Jenis asing
Clemmys guttata (Schneider 1792) Spotted turtle VU Jenis asing
Geochelone elegans (Schoepff 1794) Indian star tortoise LR Jenis asing
Stigmochelys (Geochelone) pardalis (Bell 1828) Leopard tortoise Jenis asing
Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura Radiata Radiated tortoise VU Jenis asing
Geochelone sulcata (Miller 1779) African spurred tortoise VU II Jenis asing
Geoclemys hamiltoni (Gray 1831) Spotted pond turtle VU Jenis asing
Graptemys barbouri Carr & Marchand 1942 Barbour’s map turtle LR III Jenis asing
Graptemys nigrinoda Cagle 1954 Black-knobbed map turtle LR III Jenis asing
(4)
Lissemys punctata (Lacepede 1788) Indian flapshell turtle LR II Jenis asing
Macrochelys temmincki (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing
Malaclemys terrapin centrata (Schoepff 1793) Carolina diamondback terrapin
LR Jenis asing
Malaclemys terrapin terrapin (Schoepff 1793) Northern diamondback terrapin
LR Jenis asing
Morenia ocellata (Dumeril & Bibron 1835) Burmese eyed turtle VU I Jenis asing
Platemys platycephala (Schneider 1792) Twist-necked turtle Jenis asing
Platysternon megacephalum Gray 1831 Big-headed turtle EN II Jenis asing
Podocnemis unifilis Troschell 1848 Yellow-spotted river turtle VU II Jenis asing
Cuora (Pyxidea) mouhotii (Gray 1862) Keeled box turtle EN II Jenis asing
Testudo graeca Linnaeus 1758 Kura-kura greka Spur-thighed tortoise VU II Jenis asing
Testudo horsfieldii Gray 1844 Central Asia tortoise VU II Jenis asing
JATINEGARA
Cuora amboinensis (Daudin 1802) Kura-kura ambon Asian box turtle TL VU II
Heosemys spinosa (Gray 1831) Kura-kura matahari Spiny terrapin TL EN II
Notochelys platynota (Gray 1834) Kura-kura punggung datar Malaysian flat-shelled turtle TL VU II
Orlitia borneensis Gray 1873 Bajuku Malaysian giant turtle L EN II
Siebenrockiella crassicollis (Gray 1831) Kura-kura pipi putih Black marsh turtle TL VU II
Trachemys scripta elegans (Wied 1839) Kura-kura brasil Common slider LR Jenis asing
Keterangan LR : Kurang Terancam
L : Dilindungi I : Apendiks I TL : Tidak dilindungi II : Apendiks II CR : Genting III : Apendiks III EN : Terancam NA : Non Apendiks VU : Rawan
(5)
Lampiran 10. Beberapa Foto Hasil Survei Lapangan
Cuora amboinensis
dan
Notochelys platynota
; lokasi: Jalan
Barito
Common snapping turtle
Chelydra serpentina
; lokasi:
Jalan Kartini
Bulus
Amyda cartilaginea
; lokasi: Petak Sembilan
Platemys platycephala
; Lokasi:
(6)