Perdagangan Luar Negeri Perdagangan Jenis Kura kura Darta dan Kura kura Air Tawar di Jakarta

Karakteristik pasar konvensional berbeda dalam banyak hal dengan pasar maya cyber marketTabel 4, utamanya karena tidak adanya fisik pasar tempat penjual dan pembeli bertatap muka face to face. Bentuk transaksi juga meniadakan tatap muka dengan memanfaatkan fasilitas transfer antar rekening bank. Tatap muka hanya berlangsung atas kesepakatan antara pembeli dan penjual yang saling mengenal dengan baik dan saling mempercayai. Tabel 4. Perbandingan antara karakteristik pasar konvensional dan pasar maya cyber market. Jenis pasar Karakteristik Konvensional Maya Cyber Identitas pembeli Diketahui Tidak diketahui Identitas penjual Diketahui Tidak diketahui Lokasi pasti pasarpenjual Diketahui DiketahuiTidak diketahui Tempat perdagangan Bangunan fisik, eceran Situs, blog, forum chatting, mailinglist Tatap muka Ya Tidak Presentasi barang Langsung di toko atau tempat pajangan Tidak langsung lewat laman situs Serah terima barang Langsung Tidak langsung Pemeriksaan mutu barang Langsung Tidak langsung Pembayaran Tunai, elektronik Elektronik, tunai

C. Perdagangan Luar Negeri

Kuota yang ditetapkan setiap tahun oleh Dirjen PHKA adalah kuota tangkap untuk setiap wilayah provinsi berdasarkan usulan BKSDA setempat dan direkomendasikan LIPI setelah berdiskusi dengan para pihak Dephut, pengusaha dan asosiasi eksportir, BKSDA. Kuota ekspor maksimal 90 dari kuota tangkap sedangkan sisa 10 ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit penangkaran, penelitian dan keperluan lain. Data kuota tahunan yang diterbitkan Ditjern PHKA dan realisasinya berdasarkan penerbitan SATS-LN Surat Angkut Tumbuhan liar dan Satwa liar - Luar Negeri antara tahun 2004-2007 dengan tambahan kuota 2008 ditampilkan dalam Tabel 5. Dari penelusuran data perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia dalam trade database CITES Lampiran 2, tercatat 12 jenis yang telah diperdagangkan, dimana jenis Indotestudo forstenii adalah jenis yang paling awal tercatat diperdagangkan sejak 1983. 24 Tabel 5. Kuota tangkap dan ekspor serta Realisasi ekspor Kura-kura Indonesia tahun 2004-2007 dengan tambahan kuota 2008. Keterangan: 1 Kuota tangkap nasional 2 Kuota ekspor, maksimal 90 dari kuota tangkap, ± 10 untuk pemanfaatan lokal bibit penangkaran, penelitian, dll 3 Realisasi ekspor berdasarkan penerbitan SATS-LN 4 Persentase realisasi ekspor terhadap kuota ekspor 5 Sejak kuota 2005, ketiga jenis dimasukkan dalam Kuota Apendiks II 6 Dilindungi, tidak ada kuota namun ada realisasi ekspor dengan keterangan sebagai hasil breeding TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 Nama Jenis KT 1 KE 2 RE 3 E 4 KT 1 KE 2 RE 3 E 4 KT 1 KE 2 RE 3 E 4 KT 1 KE 2 RE 3 E 4 KT 1 KE 2 Apendiks II Cuora amboinensis 20,000 18,000 15,655 86,97 20,000 18,000 18,672 103.73 20,000 18,000 17,694 98.30 20,000 18,000 17,766 98.70 20,000 18,000 Heosemys spinosa 2,000 1,800 1,798 99,89 2,000 1,800 1,867 103.72 2,000 1,800 718 39.89 2,000 1,800 1,041 57.83 500 450 Indotestudo forstenii 500 475 614 129,26 500 475 820 172.63 500 475 613 129.05 500 475 470 98.95 300 270 Leucocephalon yuwonoi 200 100 100 100,00 200 100 96 96.00 200 100 87 87.00 200 100 98 98.00 Manouria emys 500 475 639 134,53 500 475 687 144.63 500 475 467 98.32 500 475 475 100.00 Pelochelys bibroni 100 90 85 94,44 100 90 89 98.89 100 90 59 65.56 100 90 78 86.67 100 90 Pelochelys cantorii 100 90 39 43,33 200 180 75 41.67 200 180 64 35.56 200 180 121 67.22 100 90 Siebenrockiella crassicollis 5,000 4,500 3,637 80,82 5,000 4,500 4,040 89.78 5,000 450 1,545 343.33 5,000 4,500 3,407 75.71 5,000 4,500 Amyda cartilaginea 5 10,000 9,000 28,000 27,000 27,766 102.84 28,000 27,000 26,965 99.87 28,000 27,000 26,710 98.93 28,000 25,200 Malayemys subtrijuga 5 2,500 2,250 500 475 89 18.74 500 475 341 71.79 200 180 Notochelys platynota 5 3,000 2,700 1,500 1,350 117 8.67 1,500 1,350 307 22.74 500 450 Chelodina parkeri 500 450 300 270 300 270 0.00 300 270 270 100.00 300 270 Non Apendiks Chelodina reimanni 500 450 200 180 200 180 0.00 200 180 178 98.89 200 180 Chelodina siebenrocki 5,000 4,500 2,000 1,800 2,000 1,800 0.00 2,000 1,800 385 21.39 2,000 1,800 Cyclemys dentata 20,000 18,000 15,000 15,000 15,000 13,500 0.00 15,000 13,500 11,408 84.50 15,000 13,500 Dogania subplana 3,000 2,700 5,000 5,000 5,000 4,500 0.00 5,000 4,500 2,598 57.73 5,000 4,500 Elseya schultzei 2,000 1,800 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 799 88.78 1,000 900 Emydura subglobosa 3,000 2,700 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 754 83.78 1,000 900 Carettochelys insculpta 57 6 Callagur borneoensis Chelodina mccordi Kuota tangkap dan kuota ekspor Kura-kura Indonesia pada tahun 2004-2007 Tabel 5 menunjukkan bahwa ada jenis yang mengalami penambahan kuota, pengurangan kuota atau tidak mengalami perubahan kuota. Penambahan atau pengurangan kuota terjadi dari kuota tahun 2004 ke 2005, sedangkan kuota tahun 2006 dan 2007 tidak mengalami perubahan dan sama dengan kuota tahun 2005. Jenis-jenis yang mengalami penambahan kuota adalah Pelochelys cantorii, Amyda cartilaginea , dan Dogania subplana. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Malayemys subtrijuga, Notochelys platynota, Chelodina parkeri, Chelodina reimanni , Chelodina siebenrocki, Cyclemys dentata, Elseya schultzei, dan Emydura subglobosa. Khusus untuk kuota tahun 2008 yang baru diterbitkan pada bulan Januari 2008 dibandingkan dengan kuota tahun 2007, 7 jenis mengalami penurunan kuota, tidak ada jenis yang mengalami penambahan kuota, sedangkan jenis-jenis lainnya tidak mengalami perubahan kuota. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Heosemys spinosa, Indotestudo forstenii, Leucocephalon yuwonoi, Manouria emys, Pelochelys cantorii, Malaymenys subtrijuga, dan Notochelys platynota. Dua jenis di antaranya, yaitu Leucocephalon yuwonoi dan Manouria emys tidak lagi mendapatkan jatah kuota kuota=0. Pada tahun 2006, Carettochelys insculpta yang dilindungi dan tidak memiliki jatah kuota kuota=0 ternyata memiliki realisasi ekspor sebanyak 57 ekor. Ekspor tersebut dinyatakan sebagai hasil penangkaran namun sejauh ini belum tercatat secara resmi ada perusahaan yang telah melakukan penangkaran jenis ini dan berhasil melakukannya, sehingga ekspor tersebut diduga berasal dari tangkapan di alam yang merupakan perbuatan melanggar hukum. Data perdagangan ditampilkan dalam Gambar 13 sd Gambar 24 setelah dicek silang dan dilengkapi dengan data perdagangan CITES Report yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan. 1. Amyda cartilaginea Amerika Serikat 1.21 RRC 2.80 Lainnya 13 negara 2.77 Prancis 3.77 Singapura 7.23 Hong Kong 32.00 Malaysia 50.22 Gambar 13. Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES. Malaysia adalah pengimpor terbesar Amyda cartilaginea dari Indonesia Gambar 13 namun diduga impor tersebut akan dikirim kembali re-ekspor ke China sebagai pasar terbesar kura-kura, utamanya untuk konsumsi. Ekspor ke Hong Kong dan Singapura yang lebih kecil diduga untuk memenuhi kebutuhan lokal walaupun sebagian mungkin dikirim pula ke pasar China. Ekspor langsung ke China juga ada walaupun kecil, sedangkan ekspor ke Prancis dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya diduga untuk memenuhi kebutuhan etnik Tionghoa yang berdomisili di negara-negara tersebut. 2. Cuora amboinensis Amerika Serikat 54.50 Jepang 13.61 Hong Kong 11.65 Prancis 3.79 Spanyol 3.00 Jerman 2.66 Malaysia 1.70 Italia 1.67 Vietnam 1.31 Lainnya 19 negara 6.11 Gambar 14. Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES. Amerika Serikat adalah pengekspor terbesar Cuora amboinensis dari Indonesia Gambar 14 untuk memenuhi kebutuhan sebagai peliharaan pet, bahan makanan, pelepasan religius dan bahan obat-obatan tradisional China TCM. Ekspor Jepang dan Hong Kong tidak sebesar ekspor Amerika Serikat namun cukup signifikan, diduga untuk memenuhi kebutuhan yang sama seperti pasar Amerika Serikat. Ekspor ke beberapa negara lainnya juga diduga untuk memenuhi kebutuhan serupa dengan pasar Amerika Serikat dan diduga terkait dengan etnik Tionghoa yang ada di negera-negara tersebut. Jenis ini cukup diminati diduga karena harganya yang lebih murah sehingga tidak terlalu mahal untuk dilepaskan kembali atau dikonsumsi sebagai bahan makanan serta jumlah yang tersedia cukup banyak di pasaran. 3. Heosemys spinosa Amerika Serikat 63.00 Jepang 14.11 Jerman 5.64 Hong Kong 5.35 Prancis 3.29 Taiwan 2.61 Lainnya 14 negara 6.00 Gambar 15. Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2005. Sumber: CITES. Jenis Heosemys spinosa adalah jenis kura-kura yang sangat menarik dengan karakteristik karapas yang berduri-duri lebar pada bagian tepinya marginal sehingga menyerupai matahari, yang diduga menyebabkan jenis ini disebut Kura- kura matahari di pasaran. Ekspor ke semua negara Gambar 15 diduga untuk tujuan pemeliharaan pet. Pasar Amerika Serikat menguasai lebih dari 60 jumlah ekspor H. Spinosa dari Indonesia sedangkan jumlah ekspor ke negara- negara negara-negara lainnya tidak terlalu besar. 4. Malayemys subtrijuga Amerika Serikat 43.82 Taiwan 21.35 Jepang 17.98 Jerman 11.24 Prancis 5.62 Gambar 16. Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES. Ekspor Malayemys subtrijuga Gambar 16 diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet walapun jenis ini juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Pasar Amerika Serikat menyerap porsi terbesar dari ekspor Indonesia walaupun Taiwan, Jepang dan Jerman juga cukup signifikan. Pasar Prancis adalah yang terkecil. Ekspor ke negara-negara lain mungkin juga terjadi namun data ekspornya tidak diketahui. 5. Callagur borneoensis Amerika Serikat 76.87 Jepang 19.13 Kanada 0.73 Swiss 1.28 Hungaria 0.73 Malaysia 0.73 Belanda 0.36 Russia 0.18 Gambar 17. Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2001. Sumber: CITES. Ekspor Callagur borneoensis Gambar 17 diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet. Jenis ini tidak memiliki karakteristik pewarnaan dan pemolaan karapas yang cukup menarik, namun nilai kelangkaan dan ukuran tubuhnya yang dapat terus bertumbuh besar diduga merupakan daya tarik bagi pembeli untuk memeliharanya. 6. Leucocephalon yuwonoi Amerika Serikat 81.60 Jepang 11.11 Jerman 3.82 Belanda 2.08 Swiss 1.39 Gambar 18. Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES. Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya tidak menggigit bagi pemelihara merupakan karakter umum tortoise serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama Leucocephalon yuwonoi sebagai satwa peliharaan pet. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan mencapai lebih dari 80 dari keseluruhan ekspor Indonesia ke luar negeri Gambar 18. Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui, diduga karena tercantum dengan menggunakan nama lama L. yuwonoi, seperti Geoemyda yuwonoi , namun tidak muncul dalam penelusuran data di situs CITES. Dugaan lainnya adalah ekspornya tidak ada atau diekspor melalui jalur lain penyelundupan atau fasilitas non CITES. 7. Manouria emys Amerika Serikat 58.25 Jepang 21.16 Prancis 5.85 Malaysia 2.31 Swiss 2.09 Taiwan 1.89 Lain-lain 21 negara 8.46 Gambar 19. Ekspor Manouria emys dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1989-2005. Sumber: CITES. Jenis Manouria emys adalah jenis kura-kura darat tortoise yang dapat bertumbuh besar dan memiliki karapas yang menarik dengan sisik-sisik heksagonalnya, karakteristik sifatnya yang tidak berbahaya serta usianya yang cukup panjang seperti kura-kura lainnya. Hal-hal tersebut diduga merupakan daya tarik utama M. emys sebagai satwa peliharaan dan mendorong permintaannya di luar negeri. Jumlah ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat diikuti Jepang dan Prancis Gambar 19. Ekspor ke negara-negara lainnya tidak terlalu besar namun jumlah pengekspor negara yang cukup banyak menunjukkan minat yang cukup tinggi untuk jenis ini. 8. Indotestudo forstenii Amerika Serikat 50.26 Jepang 24.08 Prancis 4.89 Belanda 3.49 Jerman 2.57 Singapura 2.23 Swiss 1.98 Italia 1.78 Taiwan 1.19 Tidak Diketahui 1.11 Thailand 1.09 Spanyol 1.03 Lainnya 17 negara 4.30 Gambar 20. Ekspor Indotestudo forstenii dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1983-2005. Sumber: CITES. Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya bagi pemelihara serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama Indotestudo forstenii sebagai satwa peliharaan pet, serupa dengan Leucocephalon yuwonoi . Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan mencapai lebih dari 50 dari keseluruhan ekspor I. forstenii ke luar negeri Gambar 20. Jumlah negara pengekspor yang cukup banyak menunjukkan tingginya minat atas jenis ini sebagai peliharaan pet. 9. Notochelys platynota Hong Kong 37.32 Amerika Serikat 33.70 Jepang 16.47 Taiwan 5.93 Kanada 3.84 Spanyol 1.10 Prancis 1.10 Meksiko 0.55 Gambar 21. Ekspor Notochelys platynota dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES. Ekspor Notochelys platynota Gambar 21 yang terbesar adalah ke Hong Kong dan diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan makanan serta pelepasan religius, dan kemungkinan juga sebagai bahan obat-obatan. Ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang juga cukup besar dan diduga untuk kebutuhan konsumsi dan bahan obat-obatan mengingat jenis ini tidak terlalu menarik secara fisik untuk dipelihara sebagai pet. 10. Siebenrockiella crasicollis Amerika Serikat 34.19 Jepang 23.68 Hong Kong 12.90 Prancis 12.23 Jerman 6.09 Malaysia 3.04 Italia 1.63 Britania Raya 1.69 Taiwan 1.25 Kanada 1.10 Lainnya 6 negara 2.20 Gambar 22. Ekspor Siebenrockiella crassicollis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES. Ekspor Siebenrockiella crassicollis yang signifikan adalah ke Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong dan Prancis, sedangkan ekspor ke negara-negara lainnya relatif lebih kecil. Ekspor ini diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan dan sebagai pet. Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui dan diduga dikirim dengan nama lama S. crassicollis namun tidak ditemukan dalam penelusuran di situs CITES. 11. Pelochelys bibroni Amerika Serikat 67.11 Jepang 23.03 Swedia 3.95 Spanyol 3.29 Kanada 2.63 Gambar 23. Ekspor Pelochelys bibroni dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES. Jenis Pelochelys bibroni adalah jenis freshwater turtle asal Papua selatan yang dapat tumbuh cukup besar mencapai panjang karapas 1 m dan berat 200 kg dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya. Namun, diduga pemanfaatan terbesar untuk jenis ini adalah sebagai bahan makanan mengingat penampilannya di mata orang awam tidak terlalu berbeda dengan jenis labi-labi Indonesia lainnya A. cartilaginea, D. subplana, Chitra chitra, P. cantorii , walaupun sebenarnya memiliki karakteristik fisik yang cukup jelas dan berbeda dengan jenis-jenis lainnya. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat walaupun jumlahnya relatif kecil 200 ekor selama 3 tahun yang tercatat. 12. Pelochelys cantorii Amerika 72.84 Jepang 11.21 Jerman 6.03 Kanada 4.31 Britania Raya 2.16 Prancis 1.72 Taiwan 1.72 Gambar 24. Ekspor Pelochelys cantori dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES. Jenis Pelochelys cantori adalah jenis freshwater turtle asal Sumatra, Kalimantan dan Papua utara yang dapat tumbuh cukup besar lebih besar dari P. bibroni dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya mirip P. bibroni namun dengan warna yang berbeda. Pemanfaatan terbesar untuk jenis ini diduga adalah sebagai bahan makanan walaupun pemanfaatan sebagai pet juga mungkin terjadi. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat walaupun jumlahnya relatif kecil selama 3 tahun yang tercatat.

D. Wawancara dan Kuesioner