Realita di balik kecemasan menghadapi matematika

(1)

i

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI

MATEMATIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Clara Shinta Ryda Nanda NIM : 131134240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang jauh dari sempurna ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi pedoman dan teladan dalam hidup saya.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Dosen-dosen yang selalu membimbing dan mengajari saya untuk menjadi pendidik yang baik.

4. E (Inisial) beserta keluarga yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

5. Para guru dan seluruh staff SD Suka yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi yang setia kawan serta selalu memberikan dukungan moral.

7. Yunas Utoro yang selalu sabar menemani serta memberi semangat ketika saya merasa putus asa.

8. Almamater saya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

9. Sahabat-sahabat saya, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak henti memberikan motivasi untuk saya.


(5)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

( Filipi 4 : 13 )

Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Mei 2017 Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Clara Shinta Ryda Nanda

Nomor Mahasiswa : 131134240

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Mei 2017 Yang menyatakan


(8)

viii ABSTRAK

REALITA DI BALIK KECEMASAN MENGHADAPI MATEMATIKA Oleh

Clara Shinta Ryda Nanda

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan tentang siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Terdapat pandangan bahwa siswa yang nilainya rendah pada mata pelajaran matematika juga akan mengalami kecemasan menghadapi matematika. Namun pada penelitian ini, siswa yang pandai dan mendapatkan nilai di atas KKM lah yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dan dampak yang diakibatkan oleh kecemasan menghadapi matematika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas IV SD Suka yang mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika, ia bernama E (Inisial). Peneliti juga menggali informasi terkait kecemasan yang dialami oleh E melalui 4 informan. Para informan tersebut yakni wali kelas IV SD Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta kedua orang tua E. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik pencodingan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab kecemasan yang dialami oleh E adalah orang tuanya. Orang tua E (dalam hal ini ibunya) memarahi E apabila ia mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Selain itu, ada beberapa konsekuensi yang akan E dapatkan apabila ia mendapatkan nilai yang jelek, antara lain pengurangan uang jajan dan diikutkan les tambahan. Hal-hal tersebut yang kemudian menyebabkan E cemas ketika menghadapi matematika.


(9)

ix

ABSTRACT

A REALITY BEHIND THE ANXIETY OF FACING MATHEMATICS

By

Clara Shinta Ryda Nanda Sanata Dharma University Yogyakarta

2017

This study was conducted based on the facts that happened in the circumstances about student who got anxiety when facing mathematics subject. There was a view that students who get a bad score in mathematics will automatically experiencing anxiety when facing mathematics. But in this study, the anxiety of facing mathematic attack a smart student who gets a good score in mathematics. The aims of this study is to identify the cause and the impact that involved by the anxiety of facing mathematics.

This is a qualitative research that use grounded theory as the research method. Participants in this study is a fourth grader of SD Suka named E (Initial) who got anxiety of facing mathematics. Researcher also dig information related to the anxiety that experienced by E through 4 informants. The informants were the classroom teacher of grade IV SD Suka, mathematics teacher of grade IV SD Suka, and E’s parents. In this study, data collection techniques that used were observation and interviews. The analytical technique that used was encoding system according to grounded theory method.

The results of the study found that the cause of anxiety that experienced by E is his parents. E's parents (in this case his mother) scold him if he gets a bad score in mathematics. In addition, there are some consequences that will E get if he gets a bad score in mathematics, such as reducing his pocket money and entering him to the additional tutoring. These things that caused the anxiety of facing mathematics experiencing by E.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, tak jarang peneliti mengalami berbagai tantangan dan hambatan selama penelitian, namun hal tersebut peneliti jadikan sebagai pelajaran yang berharga di kemudian hari. Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma, atas program dan dinamika yang telah peneliti lalui selama ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, serta Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, serta Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Secara khusus, peneliti berterima kasih kepada Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran, memberi masukan, dukungan, serta semangat hingga terselesaikannya skripsi ini. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama perkuliahan. Peneliti juga berterima kasih kepada seluruh karyawan di sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata


(11)

xi

Dharma Yogyakarta atas segala keramahannya dalam membantu peneliti selama perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir.

Peneliti juga berterima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SD Suka yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Suka. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada wali kelas IV dan guru matematika kelas IV SD Suka yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada salah satu siswa kelas IV SD Suka beserta kedua orang tuanya yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Bernadino Realino Hery Prabowo dan Ibu Natalia Ida Herlida yang tak pernah lelah melimpahkan kasih sayang, dukungan, serta semangat untuk peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta Adik peneliti Sylvester Bramaditya Ryda Nanda yang selalu menghibur peneliti dikala merasa jenuh dan tidak bersemangat. Peneliti juga berterima kasih kepada Yunas Utoro yang selalu menyempatkan waktunya untuk memberi dukungan moral maupun materi kepada peneliti, serta motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Terima kasih pula untuk saudara-saudara peneliti yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya peneliti ucapkan terima kasih kepada Suster Helen yang selalu memberikan masukan dan tips-tips yang sangat bermanfaat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti juga berterima kasih kepada teman satu payung, Deviani Retno Martanti dan Suster Epi Samosir yang selalu setia berjuang bersama selama perkuliahan hingga tugas akhir ini. Sahabat-sahabat peneliti, Agnes Dian Sujaryani dan Veronica Titis yang tak henti-hentinya menghibur dan mendoakan peneliti.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan yang telah dilalui selama kurang lebih 4 tahun ini. begitu banyak pengalaman serta pembelajaran yang peneliti dapatkan selama berdinamika bersama teman-teman. Semoga Tuhan selalu memberkati setiap langkah kita ke


(12)

xii

depan. Terima kasih atas dukungan dan doanya kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Dengan penuh kerendahan hati, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran sangat penelti harapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan peneliti semoga skripsi ini menjadi karya yang bermanfaat untuk seluruh pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Mei 2017 Peneliti


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 6


(14)

xiv

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ... 7

2.1.2 Teori yang Mendukung ... 9

2.1.2.1 Pengertian Kecemasan ... 9

1. Aspek kecemasan ... 10

2. Macam-macam Kecemasan ... 14

2.1.2.2 Kecemasan Matematika ... 16

2.1.2.3 Pengertian Matematika... 16

2.2 Penelitian yang Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Setting penelitian ... 27

3.2.1 Tempat Penelitian ... 27

3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka ... 28

3.3 Desain Penelitian ... 30

3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian ... 32

3.4.1 Latar Belakang Informan 1 ... 32

3.4.2 Latar Belakang Informan II ... 33

3.4.3 Latar Belakang Informan III ... 35

3.4.4 Latar Belakang Informan IV ... 38

3.4.5 Latar Belakang Partisipan ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 40

3.5.1 Observasi ... 41


(15)

xv

3.6 Instrumen Penelitian ... 42

3.7 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 49

3.7.1 Perpanjangan Pengamatan ... 49

3.7.2 Triangulasi ... 50

3.7.3 Transferabilitas ... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Wawancara dengan Partisipan ... 66

4.1.2 Wawancara dengan Informan I ... 69

4.1.3 Wawancara dengan Informan II ... 74

4.2.4 Wawancara dengan Informan III ... 75

4.1.5 Wawancara dengan Informan IV ... 81

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Faktor Penyebab Kecemasan ... 86

4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan ... 89

4.3 Temuan Tambahan ... 92

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Implikasi ... 94

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 95

5.4 Saran ... 95


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan…..……….…….… 22

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir……….… 24

Gambar 3.1 Bagan Triangulasi………. 51

Gambar 3.3 Lembar Kuesioner………... 100


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian……….….……….…. 30

Tabel 3.2 Alur Observasi dan Wawancara……….…………..…………... 99

Tabel 4.1 Open Coding………..……….….………... 124


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Pedoman Observasi Kelas………... 99

Lampiran B Lembar Kuesioner……..……….….... 100

Lampiran C Alur dan Daftar Topik Wawancara.……… 102

Lampiran D Hasil Triangulasi...………....………..….... 104

Lampiran E Open Coding……….………...……….…... 124

Lampiran F Axial Coding….……….……... 126

Lampiran G Selective Coding…...……….. 127

Lampiran H Theoretical Coding………. 129


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I terdiri dari 6 hal yang akan dibahas. Hal-hal tersebut antara lain latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi tentang alasan peneliti melakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang permasalahan yang akan peneliti pecahkan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi tentang kegunaan dari penelitian ini. Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai ke-enam hal tersebut.

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 (Sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.

Sekolah Dasar merupakan tempat bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan akademik seperti menulis, membaca, dan berhitung. Terdapat 5 mata pelajaran inti dalam Sekolah Dasar, yakni Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan Matematika yang akan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya. Salah satu cara dalam mendapatkan bekal intelektual dasar adalah melalui


(20)

2

berhitung. Mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan berhitung adalah matematika. Johnson dan Rising (dalam Runtukahu 2014 : 28) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Hitungan dasar dalam matematika seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian harus dikuasai dengan sempurna. Materi penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian dianggap penting karena materi-materi tersebut seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dalam kegiatan jual-beli. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu ilmu pasti yang diajarkan di sekolah dan berguna untuk kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini yang terjadi di sekolah, sebagian besar siswa mengeluhkan pembelajaran matematika yang mereka dapatkan di sekolah. Sebanyak 50.211 siswa SD yang tersebar di 1.989 sekolah di DIY merasa kesulitan menguasai materi matematika, hal tersebut dapat dilihat melalui hasil Ujian Nasional siswa SD di DIY tahun 2013 yang dilakukan oleh Tim Pengumuman UN 2013 bahwa nilai matematika selalu berada di urutan paling rendah diantara ilmu-ilmu pasti lainnya (http://www.pengumumanun.com/2013/06/rekap-hasil-kelulusan-un-sd-yogya.html). Hal tersebut cukup menunjukkan bahwa matematika masih menjadi momok bagi sebagian siswa, terutama dalam kasus ini yaitu siswa SD di DIY.

Melalui kegiatan PPL yang peneliti laksanakan selama 3 bulan di SD Suka, peneliti menemukan seorang anak yang mengalami kecemasan belajar,


(21)

3

khususnya pada mata pelajaran matematika. Nevid (2005 : 163) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Pendapat Nevid tersebut sesuai dengan yang dialami E (Inisial). E merupakan siswa kelas IV B di SD Suka. E merupakan salah satu siswa yang cerdas di kelasnya. Hampir pada seluruh mata pelajaran nilainya berada di atas KKM. Namun E bukanlah anak yang aktif di kelas dan cenderung pendiam. Ketika peneliti bertanya kepada wali kelas dan guru matematika kelas IV SD Suka tentang perilau E di kelas, mereka juga mengatakan bahwa E adalah anak yang pendiam di kelas.

Peneliti juga mewawancarai E untuk menggali informasi tentang kecemasan yang E alami. Menurut E, ketika cemas, yang ia rasakan adalah sakit perut, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar-debar, dan sering ingin buang air kecil. Aspek-aspek kecemasan yang dialami oleh E sesuai dengan aspek kecemasan fisik yang dicetuskan oleh Nevid. Menurut pendapat Nevid (2005 : 164 ) kecemasan fisik meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung terasa kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan terdapat gangguan sakit perut atau mual.


(22)

4

E mengalami kecemasan saat menghadapi matematika, namun hal yang membuat peneliti tertarik adalah nilai-nilai yang E peroleh selalu diatas KKM. Dahulu selama bersekolah, peneliti juga mengalami kecemasan belajar matematika, namun nilai peneliti selalu berada di bawah KKM. Hal tersebut memunculkan beberapa pertanyaan dalam diri peneliti, mengapa seseorang yang menguasai pelajaran Matematika mencemaskan pelajaran tersebut? Nilai yang ia dapatkan pun selalu di atas KKM, lalu mengapa ia cemas? Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti dan fenomena yang terjadi pada E, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian terhadap E dengan menggunakan teknik grounded theory. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan siswa dalam menghadapi matematika, serta dampak kecemasan yang ditimbulkan. 1.2 Identifikasi Masalah

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika, serta mencari tahu dampak yang dirimbulkan oleh kecemasan tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.3.1 Faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan belajar matematika?


(23)

5 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dan dampak dari kecemasan belajar Matematika yang dialami oleh seorang siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa berprestasi mengalami kecemasan belajar, khususnya pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi dan perbaikan bagi orang tua maupun guru.

1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi sekolah

Melalui hasil penelitian ini, para guru di sekolah dapat lebih mempertimbangkan cara mengajar siswa yang mengalami kecemasan belajar, sehingga tingkat kecemasan siswa (khususnya pada mata pelajaran matematika) dapat menurun.

1.5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya, terutama tentang kecemasan siswa SD dalam menghadapi mata pelajaran matematika.


(24)

6 1.5.2.3 Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasi faktor

penyebab kecemasan belajar siswa dan dampaknya terhadap

perkembangan belajar siswa, sehingga peneliti memiliki sudut pandang baru terhadap kecemasan belajar matematika.

1.6 Definisi Operasional

Berikut adalah pengertian dari istilah-istilah yang dipakai peneliti dalam penelitian ini, untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian in. 1.6.1 Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

1.6.2 Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

1.6.3 Grounded Theory adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori. Dalam grounded theory, data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang diamati.


(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas tentang deskripsi siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika, tujuan penulisan deskripsi partisipan dalam bab II ini adalah untuk membangun konteks yang berhubungan dengan penelitian. Kajian pustaka juga membahas tentang teori-teori yang mendukung terkait dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian orang lain yang mendukung penelitian ini. Kerangka berpikir membahas tentang alur berpikir peneliti secara detail, supaya pembaca dapat memahami penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan peneliti di SD Suka, peneliti menemukan siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika di kelas IV. Sebelumnya, peneliti telah menyebar kuesioner di kelas IV SD Suka. Kuesioner tersebut berisi indikator-indikator kecemasan. Barulah setelah dilihat dari hasil kuesioner, peneliti dapat menentukan siswa yang mengalami kecemasan. Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah E (Inisial), siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika.

E dilahirkan pada tanggal 16 Februari 2007 di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. E merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak H (Inisial) dan Bu L


(26)

8

(Inisial). E merupakan anak kedua dari dua bersaudara. E memiliki seorang kakak perempuan yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP. E adalah siswa kelas IV di SD Suka. E merupakan seorang siswa laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. E tinggal bersama kedua orang tuanya. Setiap harinya, E diantar sekolah oleh ayahnya, dan ketika pulang sekolah dijemput oleh ibunya. Bapak H berprofesi sebagai PNS, dan Bu L adalah ibu rumah tangga. Informasi tersebut peneliti dapatkan setelah mewawancarai E.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan empat informan, yakni Bu W (Inisial) wali kelas IV, Pak D (Inisial) guru Matematika kelas IV, Bapak H ayah kandung E, dan Bu L ibu kandung E. Pak D dan Bu W mengatakan bahwa E merupakan siswa yang pendiam dan juga pintar. Informasi tersebut peneliti dapatkan ketika peneliti meminta rekapan nilai matematika hasil belajar E. Nilai yang E peroleh pada mata pelajaran matematika berada di atas KKM. Kemudian ketika peneliti meminta rekapan nilai pada mata pelajaran yang lainnya, nilai E stabil dan semuanya di atas KKM. Namun pada kenyataannya, E mengalami kecemasan menghadapi matematika.

Berdasarkan keterangan dari E yang mengalami kecemasan menghadapi matematika, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab kecemasan yang dialami E dengan menggunakan grounded theory. Penjelasan mengenai grounded theory dibahas pada bab III.


(27)

9 2.1.2 Teori yang Mendukung

2.1.2.1 Pengertian Kecemasan

Cemas dan takut adalah kedua hal yang sering dianggap sama. Lalu, apakah cemas dan takut memiliki arti yang sama? Takut adalah respons terhadap bahaya yang dekat, sementara itu kecemasan berkaitan dengan kejadian yang mungkin terjadi di masa mendatang (Emery & Oltmanns, 2013 : 194). Kecemasan

atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”

yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Freud (2002 : 429) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Sementara ketakutan, menurut Freud (2002 : 432) berkaitan secara khusus dengan keadaan yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap rasa takut, jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan terhadap ketakutan.

Nevid (2005 : 163) mengatakan bahwa yang disebut kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Darajat (1996 : 27) berpendapat bahwa kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Sedangkan menurut Gunarsa (1986 : 27), kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan atau anxietas dapat


(28)

10

ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya yang ada dalam diri seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar.

Berdasarkan pendapat lima ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman sebagai akibat dari keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi di masa mendatang. Berbeda dengan takut, cemas adalah perasaan khawatir tentang sesuatu yang buruk yang mungkin terjadi (dan itu artinya belum sungguh-sungguh terjadi), sedangkan takut adalah perasaan yang timbul ketika sesuatu yang dianggap bahaya ada di dekatnya. Misalnya ketika ada seekor ular masuk ke kamar kita, kita merasa khawatir dan panik, itulah yang disebut ketakutan.

Untuk dapat menentukan partisipan yang mengalami kecemasan, peneliti menyusun sebuah kuesioner yang berisi aspek-aspek kecemasan. Aspek-aspek kecemasan yang digunakan untuk menyusun kuesioner pada peneltian ini menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Nevid, yang akan dibahas selanjutnya.

1. Aspek kecemasan

Supratiknya (1995 : 39) menjelaskan bahwa penderita gangguan kecemasan umum menunjukkan simptom-simptom sebagai berikut :

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak menentu.

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi serta sedih.


(29)

11

d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari, mendeham, dan sebagainya. e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar

bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah. g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas.

i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab

pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau sakit perut.

Nevid (2005 : 164 ) menguraikan aspek kecemasan yang terdiri dari aspek fisik, behaviorial, dan kognitif.

a. Kecemasan fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit berbicara, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, leher atau punggung terasa kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan


(30)

12

yang dingin dan lembab, wajah terasa memerah, sering buang air kecil, dan terdapat gangguan sakit perut atau mual.

b. Kecemasan behaviorial, meliputi : perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang.

c. Kecemasan kognitif, meliputi : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian; kalau tidak nanti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati; meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Kecemasan dapat dilihat dari segi fisik, aspek-aspek kecemasan fisik telah dijabarkan pada penjelasan di atas. Kecemasan behaviorial adalah aspek kecemasan yang berhubungan dengan perilaku. Sedangkan aspek kecemasan


(31)

13

kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pikiran seseorang. Seseorang bisa saja mengalami ketiga aspek kecemasan tersebut sekaligus, namun ada juga yang hanya mengalami satu atau dua di antara ketiganya.

Sedangkan Darajat (1996 : 28) menggolongkan aspek kecemasan menjadi dua, yaitu kecemasan fisik dan kecemasan mental.

a. Kecemasan fisik, meliputi : ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, pusing, dan sebagainya.

b. Kecemasan mental, meliputi : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kecemasan terdiri dari dua aspek, yakni aspek fisik dan nonfisik atau mental.

a. Indikator aspek fisik meliputi : jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut mulas, pusing, mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan lain-lain.

b. Indikator aspek mental meliputi : sering merasa khawatir, tegang, curiga, takut akan bahaya yang mungkin terjadi, takut tertimpa kecelakaan, selalu merasa putus asa, minder, selalu takut melakukan kesalahan.


(32)

14 2. Macam-macam Kecemasan

Freud (dalam Suryabrata, 2006 : 139) mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu kecemasan realistis, kecemasan neurotik dan kecemasan moral. a. Kecemasan Realistis

Adalah kecemasan atau ketakutan yang yang realistis, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar; kedua kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan realistis ini. Kecemasan siswa SD terhadap mata pelajaran Matematika termasuk dalam kecemasan jenis ini, karena siswa SD mengalami perasaan takut dan tegang serta gelisah dalam menghadapi pelajaran Matematika.

b. Kecemasan Neurotik

Adalah kecemasan kalau-kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, karena dunia sebagaimana diwakili oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum anak yang melakukan tindakan impulsif.

c. Kecemasan Moral

Adalah kecemasan kata hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas; karena di masa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral, dan mungkin akan mendapat hukuman lagi.

Darajat (1996 : 28) menjelaskan bahwa kecemasan digolongkan menjadi tiga macam, yakni :


(33)

15

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam pada dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam fikiran, misalnya ketika ingin menyebrang jalan terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya. Atau seorang mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila ujian datang.

b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa cemas (takut) yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa, serta takut itu mempengaruhi keeluruhan diri pribadi. Ada pula cemas dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, atau orang ramai. Ini berarti bahwa objek yang ditakuti itu, tidak seimbang dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh benda-benda tersebut atau tidak berbahaya sama sekali. Selanjutnya ada pula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyait jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.

c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula menyertai gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.


(34)

16

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecemasan digolongkan menjadi dua macam, yakni kecemasan internal atau kecemasan yang berasal dari dalam diri sendiri, serta kecemasan eksternal yang berasal dari luar diri.

2.1.2.2 Kecemasan Matematika

Fiore (dalam Risnawati, 2014 : 92) mendefinisikan kecemasan matematika yaitu kepanikan, ketidakberdayaan, kelumpuhan, dan pendisorganisasian mental yang muncul pada beberapa orang ketika mereka diminta untuk memecahkan masalah matematika.

Mathison (dalam Risnawati, 2014 : 91) mendefinisikan kecemasan matematika sebagai ketakutan irasional matematika yang berkisar dari yang sederhana yaitu ketidaknyamanan yang terkait dengan operasi numerik.

Sedangkan menurut Trujillo dan Hadfield (dalam Risnawati, 2014 : 92) kecemasan matematika adalah keadaan ketidaknyamanan yang terjadi sebagai respons terhadap situasi yang melibatkan tugas-tugas matematika yang dianggap mengancam harga diri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan

tentang kecemasan matematika, yakni merupakan suatu perasaan

ketidaknyamanan ketika menghadapi pelajaran matematika. 2.1.2.3 Pengertian Matematika

Hudojo (1988 : 3) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Setiap generasi manusia menyadari pentingnya mempelajari matematika


(35)

17

(Runtukahu, 2014 : 28). Menurut Crockholf (dalam Runtukahu, 2014), dewasa ini matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan manusia sehari-hari. Seperti yang kita ketahui di Indonesia, bahkan matematika merupakan salah satu patokan kelulusan sejak tingkat SD sampai dengan SMA. Oleh sebab itu matematika dianggap sangat penting untuk dapat dikuasai terutama pada jenjang sekolah.

Berikut adalah definisi matematika menurut Johnson dan Rising (dalam Runtukahu, 2014).

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan berbagai istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat.

c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya dalam keteraturan dan keharmonisan.

Sedangkan menurut Kline (dalam Runtukahu 2014), matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Menurut Bruner (dalam Runtukahu 2014), anak-anak membentuk konsep matematika melalui tiga tahap sebagai berikut :


(36)

18

a. Tahap enaktif : dalam tahap enaktif, anak langsung terlibat dalam memanipulasi objek-objek.

b. Tahap ikonik : dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek yang dimanipulasinya.

c. Tahap simbolik : anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek-objek nyata.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti berpendapat bahwa Matematika adalah ilmu yang dipelajari secara konkret, yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Matematika tidak seharusnya terpaku pada rumus, namun yang terjadi dilapangan (khususnya SD), matematika agaknya telah keluar dari tujuan utamanya dan berganti menjadi mata pelajaran hafalan.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Anissa Safitri (2016) yang berjudul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap Kecemasan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Pondok Ranji 01”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental dan desain penelitian One Group Prettest and Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Ranji 01 tahun ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah 39 siswa kelas IV yang didapatkan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan lembar observasi kecemasan belajar matematika. teknik Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecemasan belajar matematika setelah


(37)

19

diajarkan dengan metode permainan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum diajarkan dengan metode permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode permainan berpengaruh positif terhadap berkurangnya kecemasan belajar siswa.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Inana Siti Maryam (2013) yang berjudul “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Menghadapi Mata Pelajaran Matematika pada Siswa SDN Bratan III Surakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan product moment dari Pearson. Penelitian ini dilakukan di SDN Bratan III Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III, IV, dan V SDN Bratan III yang berjumlah 110 orang yang terdiri dari 38 siswa kelas III, 39 siswa kelas IV, dan 33 siswa kelas V. Teknik pemilihan subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri berdasarkan teori dari Bandura (1997) yang meliputi tingkat kesulitan (magnitude), umum (generality), kekuatan (strength), dan skala kecemasan berdasarkan teori dari Blackburn dan Davidson (1990) yang terdiri dari suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan reaksi biologis. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,382;p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi matematika.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Tingkat Kecemasan Belajar


(38)

20

Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan analisis varian dua jalur. Penelitian ini dilakukan di SD Gugus III Pancor Singaraja. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa kelas IV SD Gugus III Pancor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan ringkat kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika, (3) terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, (4) terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran PMR dan konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecemasan rendah.

Ketiga penelitian di atas mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang pertama membahas tentang pengaruh metode permainan terhadap kecemasan belajar matematika. Penelitian yang kedua meneliti tentang hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika. Penelitian yang ketiga menjelaskan tentang pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari tingkat kecemasan belajar siswa. Ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas mengenai kecemasan menghadapi matematika pada siswa SD. Ketiga penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif. Cara pengumpulan data yang digunakan yakni dengan penyebaran angket. Sedangkan penelitian yang akan peneliti


(39)

21

lakukan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian grounded theory. Hal tersebut yang membedakan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, ketiga penelitian tersebut memberikan relevansi kepada peneliti yang melakukan penelitian tentang faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi matematika serta dampak yang ditimbulkannya.

Berdasarkan studi literatur kecemasan belajar siswa, peneliti memberikan sudut pandang yang baru pada dunia penelitian khususnya kecemasan menghadapi matematika, memiliki keistimewaan yaitu menyediakan informasi serta pengetahuan bagi para orang tua dan guru tentang anak yang mengalami kecemasan belajar. Peneliti menyusun literature map yang berisi penelitian-penelitian sebelumnya sampai dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Literature map yang disusun oleh peneliti menyajikan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan realita yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti berupaya untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika. Berikut adalah bagan penelitian yang relevan.


(40)

22 2.3 Kerangka Berpikir

Benarkah bahwa matematika merupakan momok bagi sebagian besar siswa di Indonesia sehingga menyebabkan mereka mengalami kecemasan? Tak jarang matematika dijadikan patokan bagi kesuksesan hasil belajar siswa selama bersekolah. Orang tua akan merasa lebih bangga ketika anak mereka menjuarai olimpiade matematika daripada perlombaan yang lainnya. Hal tersebut kemungkinan menimbulkan kecemasan bagi siswa. Namun, dalam penelitian ini justru seorang siswa yang menguasai pelajaran matematikalah yang mengalami kecemasan belajar, apa yang menjadi penyebabnya?

Anissa Safitri (2016) yang berjudul “Pengaruh Metode Permainan Terhadap

Kecemasan Belajar Matematika Siswa

Kelas IV SDN Pondok Ranji 01”.

Inana Siti Maryam (2013) yang berjudul

“Hubungan Antara Efikasi Diri dengan

Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika pada Siswa SDN Bratan

III Surakarta”.

Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa (2013) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Tingkat Kecemasan Belajar

Siswa”.

Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika


(41)

23

Berdasarkan pengalaman peneliti, kecemasan belajar umumnya dialami oleh anak-anak yang mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika. Namun yang terjadi di SD Suka, siswa dengan nilai KKM di atas rata-rata justru yang mengalami kecemasan belajar. Dalam penelitian ini peneliti akan mencari tahu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika dan dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut menggunakan teknik grounded theory. Peneliti memilih teknik grounded theory sebab peneliti merasa grounded theory tepat digunakan untuk menyusun teori baru atau mengembangkan teori yang sudah ada terkait dengan kecemasan menghadapi matematika. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.

Melalui observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner yang telah peneliti lakukan di kelas IV SD Suka, peneliti menemukan satu siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti melihat bahwa siswa yang mengalami kecemasan belajar tersebut memiliki konsentrasi yang baik, serta hasil belajar yang memuaskan di hampir setiap mata pelajaran. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika dan dampak yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut. Berikut adalah bagan kerangka berpikir yang peneliti susun.


(42)

24 Siswa memperoleh

nilai diatas KKM pada mata pelajaran

Matematika Kecemasan menghadapi

matematika

Realita Dibalik Kecemasan Menghadapi

Matematika


(43)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III terdiri dari 8 bagian, yakni jenis penelitian, setting penelitian, design penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data. Jenis penelitian merupakan jenis penelitian dan alasan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Setting penelitian merupakan tempat dan waktu selama melakukan penelitian. Partisipan penelitian merupakan subjek dan objek yang diteliti dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sementara keabsahan data berisi tentang uji kredibilitas dan transferability. Teknik analisis data membahas tentang proses penelitian dari awal sampai akhir.

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989 : 3) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab serta dampak kecemasan belajar yang dialami siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah Grounded Theory. Menurut Strauss dan Lincoln (dalam


(44)

26

Putra, 2013 : 159) grounded theory adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori. Teori hanya merupakan satu kesatuan yang terus berkembang, bukan satu produk yang sempurna (Glasser dan Strauss, 1984 : 58). Menurut Glasser dan Strauss (1984 : 59), terdapat dua macam perumusan teori dasar, yakni substantive dan formal. Dengan teori substantif, dimaksudkan bahwa teori itu dibentuk untuk daerah substantif atau empiris, dari pengamatan sosiologis, seperti perawatan pasien, hubungan ras (bangsa), pendidikan professional, kenakalan atau penyimpangan adat, danorganisasi atau badan penelitian. Teori formal dimaksudkan teori yang dibentuk untuk bidang pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku yang menyimpang dari adat, organisasi formal, sosialisasi, status yang serupa, kekuasaan, dan kekuatan sosial, sistem pemberian hadiah atau mobilitas sosial. (Glasser dan Strauss, 1984 : 59-60).

Glasser dan Strauss (1984 : 358) mengemukakan tentang ciri-ciri kategori pengembangan teori. Ciri kategori pertama yang harus ada ialah bahwa teori tersebut harus sesuai dan cocok dengan area substantive di mana teori itu akan diterapkan. Kedua, teori itu harus dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat dalam area itu. Ketiga, teori itu harus bersifat cukup umum untuk dapat diterapkan pada berbagai situasi sehari-hari yang berbeda-beda di dalam area substantive itu. Keempat, teori itu harus menyediakan kontrol partial bagi pemakainya untuk mengawasi struktur serta proses yang terjadi pada situasi sehari-hari bila ada perubahan sewaktu-waktu.


(45)

27

Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada pengumpulan dan analisis data. Dalam grounded theory, lazimnya data dikumpulkan berdasarkan peristiwa yang diamati (Tohirin, 2011 : 33). Oleh sebab itu, pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung dan wawancara yang mendalam. Observasi langsung yang dimaksud disini adalah peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati obyek yang diteliti. Setelah melakukan pengamatan, peneliti melakukan wawancara yang mendalam terhadap obyek yang diteliti beserta informan yang dianggap representatif dalam penelitian ini.

3.2 Setting penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

SD Suka merupakan sekolah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Bangunan SD Suka telah berusia 94 tahun dan merupakan salah satu cagar budaya di kota Yogyakarta. SD Suka merupakan sebuah sekolah swasta yang terletak di salah satu jalan provinsi di area Yogyakarta. SD Suka termasuk sekolah yang strategis karena letaknya yang di pinggir jalan provinsi, sehingga mudah untuk ditemukan. Selain itu, SD Suka juga berdekatan dengan salah satu landasan udara dan rumah sakit swasta di Yogyakarta. SD Suka adalah sekolah yang menyandang gelar sekolah adiwiyata sejak tahun 2008. Program adiwiyata adalah salah satu program kementrian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Tak heran atmosfer di SD Suka sangat sejuk dan damai. Beberapa pohon besar tumbuh menghiasi halamannya, menambah sejuk pemandangan. SD Suka memiliki halaman yang cukup luas yang sering digunakan untuk berkegiatan oleh


(46)

28

siswanya, misalnya upacara bendera, pramuka, ataupun berbagai macam perlombaan. Di belakang bangunan SD Suka terdapat TK Suka. Kebanyakan alumni TK Suka melanjutkan studinya ke SD Suka. Setiap tahun ajaran baru SD Suka selalu kebanjiran calon siswa baru dan tidak pernah kekurangan siswa. Sarana dan fasilitas yang ada di SD Suka pun cukup mendukung kegiatan belajar mengajar.

SD Suka memiliki 12 kelas pararel, 1 ruangan perpustakaan, 1 Unit Kegiatan Sekolah, 1 ruang computer, 1 kantin, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah beserta tata usaha, dan 12 kamar mandi yang bersih. Fasilitas di SD Suka cukup memadai karena sudah memiliki ruang computer dengan 20 unit komputer di dalamnya. Saat ini di SD Suka terdapat 12 guru yang mengajar kelas 1 sampai dengan kelas 6, kepala sekolah dibantu oleh 1 petugas tata usaha, 1 penjaga kantin, 1 penjaga sekolah, dan 1 satpam. SD Suka merupakan sekolah dengan mayoritas kondisi ekonomi siswa yang menengah keatas. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya orang tua yang mengantarkan anaknya menggunakan mobil pribadi saat berangkat maupun pulang sekolah. Tak hanya itu, ketika PPL peneliti pernah diberi tugas merekap biodata siswa beserta orang tua, sehingga peneliti mengetahui profesi dari mayoritas orang tua siswa.

3.2.2 Pembelajaran Matematika di SD Suka

Melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika kelas IV SD Suka, didapatkan informasi bahwa pembelajaran matematika yang ada di SD Suka dilakukan secara klasikal. Ketika ada siswa yang kesulitan baru dilakukan pendekatan tersendiri, yakni dengan mengadakan bimbingan privat


(47)

29

sepulang sekolah, yang dilakukan oleh guru matematika kelas IV SD Suka. Namun ketika siswa dirasa masih kurang paham, maka Pak D mengutus siswa yang pandai untuk mengajari teman-temannya yang masih belum paham. Menurut beliau, cara tersebut lebih efektif dan lebih cepat. Beliau juga menerapkan system reward dan punishment ketika mengajar. Rewa rd digunakan untuk memotivasi siswa, sedangkan punishment beliau gunakan untuk membuat siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama. Reward yang beliau berikan terkadang berupa applause, siswa yang mendapat nilai sempurna akan diumumkan di depan kelas. Sementara punishment bagi siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman untuk mengerjakannya di perpustakaan atau ruang guru. Beliau juga mengurangi nilai akhir siswa yang kedapatan sering tidak mengerjakan PR. Menurut Pak D, pembelajaran matematika di SD Suka masih terlalu teacher centered.

Sepanjang pengalaman Pak D selaku guru Matematika kelas IV di SD Suka, pelajaran matematika masih sangat terpusat pada guru. Siswa tidak pernah diberi tugas atau proyek tersendiri, sehingga kegiatannya selalu guru menjelaskan dan siswa memperhatikan. Beberapa tahun yang lalu SD Suka sempat memiliki guru yang merupakan lulusan Pendidikan Matematika dan Matematika murni. Pak R (Inisial) mengampu mata pelajaran matematika di kelas VI dan Bu S (Inisial) mengampu pelajaran matematika di kelas V. Namun tepat setahun yang lalu mereka resign sehingga peran guru matematika digantikan oleh wali kelas masing-masing. Berbagai informasi mengenai pembelajaran matematika di SD Suka peneliti dapatkan melalui kegiatan PPL yang telah peneliti laksanakan di SD Suka, yakni pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016.


(48)

30

Selama melaksanakan PPL, kegiatan yang dapat peneliti lakukan untuk menggali informasi adalah melalui observasi. Sedangkan wawancara serta pencarian partisipan dimulai dari awal bulan Januari sampai dengan awal bulan Maret 2017. Berikut adalah waktu penelitian yang telah peneliti susun.

No Jenis Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (dalam bulan)

11 12 01 02 03 04 05 06

Thn. 2016 Thn. 2017

1. Menyusun proposal

2. Observasi keadaan

lapangan

3. Pengumpulan data

(observasi, wawancara, dan dokumentasi)

4. Pengecekan data dan

proposal

5. Pengolahan data

6. Penyusunan laporan

7. Ujian skipsi

3.3 Desain Penelitian

Dalam pemilihan partisipan, grounded theory menggunakan sampel teoritis. Tidak seperti sampling yang direncanakan lebih dahulu dimana kerangka sampling telah ada sejak permulaan penelitian, sampling teoritis berlanjut sepanjang seluruh proses penelitian (Tohirin, 2011 : 33). Partisipan dalam penelitian ini adalah mereka yang dianggap representatif untuk memberikan


(49)

31

informasi tentang faktor penyebab kecemasan belajar siswa kelas IV SD Suka terhadap mata pelajaran matematika. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas 4 SD Suka, wali kelas 4 SD Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, dan orang tua siswa yang mengalami kecemasan belajar. Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan partisipan adalah menyebar kuesioner tentang kecemasan belajar matematika kepada seluruh siswa kelas IV B SD Suka. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas 4 SD Suka mengenai anak yang mengalami kecemasan belajar matematika.

Dalam penelitian ini, partisipan yang dirujuk oleh peneliti adalah seorang siswa kelas IV yang mengalami kecemasan belajar matematika, wali kelas IV SD Suka, guru matematika kelas IV SD Suka, serta orang tua siswa yang mengalami kecemasan belajar matematika. Para partisipan ini dianggap representatif untuk menjawab faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan menghadapi matematika beserta dampak yang ditimbulkannya. Dalam Grounded Theory, proses pemilihan partisipan berhubungan erat dengan pengumpulan data dan analisis data. Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama penelitian berproses, mulai wawancara awal hingga berakhir pada pengamatan (Tohirin, 2011 : 33). Maka dari itu partisipan bisa saja berubah atau bahkan bertambah. Pada penelitian ini yang pertama diwawancarai adalah wali kelas IV B SD Suka selaku informan I. Pemilihan partisipan yang selanjutnya berdasarkan keterangan dari informan I tersebut.

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini dirujuk berdasarkan keterangan Bu W selaku Informan I. Sebelumnya peneliti telah mengenal Informan I selaku


(50)

32

wali kelas IV B selama melaksanakan PPL, sehingga peneliti tidak kesulitan dalam menggali informasi dari Informan I. Pengamatan telah peneliti lakukan sejak bulan Juli 2016, namun penelitian baru peneliti laksanakan pada bulan Januari 2017. Oleh sebab itu peneliti harus mengurus surat ijin permohonan penelitian untuk diserahkan ke SD Suka meskipun sebelumnya peneliti telah melaksanakan PPL selama 3 bulan di SD Suka. Setelah menyerahkan surat ijin dan penelitian disetujui oleh SD Suka, peneliti memulai penelitian keesokan harinya. Sebagaimana telah disarankan oleh Bu W, peneliti menemui Pak D selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Kemudian peneliti memutuskan untuk menyebar kuesioner ke seluruh siswa kelas IV B untuk menemukan responden yang sesuai indikator kecemasan yang peneliti tentukan. Hasil dari pengolahan kuesioner akan dibahas pada bab IV.

3.4 Latar Belakang Informan dan Partisipan Penelitian 3.4.1 Latar Belakang Informan 1

Informan I dalam penelitian ini adalah wali kelas IV B. Peneliti telah melakukan wawancara sebanyak tiga kali dengan Informan I. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada pukul 08:34 sampai dengan pukul 08:37 di ruang guru. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 26 januari 2017 pada pukul 09:14 sampai dengan 09:16 di ruang guru. Wali Kelas IV B SD Suka adalah Bu W. Bu W merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Beliau telah mengajar di SD Suka selama satu setengah tahun. Pada awalnya, beliau mengajar kelas 5, karena pada saat itu posisi guru kelas 5 mengalami kekosongan. Kini, beliau merupakan


(51)

33

wali kelas IV B. Bu W adalah seseorang yang terbuka dan supel, beliau sangat mudah diajak bekerja sama dan memberikan informasi yang lengkap ketika diwawancarai. Wawancara dengan Bu W bertujuan untuk mengetahui sedikit banyak latar belakang E dan perilaku E ketika belajar di kelas. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Wawancara dengan Informan I pertama kali peneliti lakukan di depan kelas IV pada saat jam istirahat. Namun karena terlalu banyak siswa berlalu lalang, kemudian kami berpindah tempat di ruang guru yang lebih kondusif. Pada waktu itu terdapat beberapa guru yang sedang makan siang, kemudian peneliti mempersilakan Bu W untuk makan siang terlebih dahulu, namun beliau mengatakan bahwa beliau biasanya makan siang pada pukul 11.20, yakni saat istirahat kedua. Dengan bertempat di meja Bu W, peneliti mulai melontarkan beberapa pertanyaan. Namun rupanya Informan I tidak mengampu mata pelajaran matematika, kemudian beliau merujuk guru matematika kelas IV untuk peneliti wawancarai.

3.4.2 Latar Belakang Informan II

Peneliti melakukan wawancara dengan Informan II sebanyak dua kali. Wawancara dengan informan II pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada pukul 10.26 sampai pukul 10.30 di ruang kelas IV B. Wawancara yang kedua peneliti lakukan pada tanggal 13 Februari 2017 pada pukul 11.27 sampai dengan pukul 11.31 di ruang perpustakaan sekolah. Informan II dalam penelitian ini adalah Pak D selaku guru matematika kelas IV di SD Suka. Beliau adalah alumni salah satu pergutuan tinggi swasta di Yogyakarta angkatan 2007. Beliau


(52)

34

memulai bekerja di SD Suka sekitar tahun 2012. Pertama kalinya, beliau mengajar kelas II, lalu setahun kemudian mengajar kelas V dan saat ini mengajar kelas IV. Wawancara dengan Pak D bertujuan untuk mengetahui perilaku E ketika belajar di kelas, karena beliau yang mengampu pelajaran matematika di kelas IV. Setelah membuat janji dengan guru matematika kelas IV dan beliau bersedia diwawancarai, peneliti pun memulai wawancara dengan guru matematika kelas IV selaku Informan II pada hari berikutnya. Tak lupa peneliti merekam proses wawancara menggunakan handphone dan juga mencatat keterangan-keterangan yang diucapkan Informan II.

Peneliti mewawancarai Informan II di tempat yang sama dimana peneliti mewawancarai Bu W, yakni di depan kelas IV B. Pada waktu peneliti melakukan wawancara dengan pak D, siswa diberi tugas dan mengerjakan, sehingga Pak D dapat menyempatkan sedikit waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Selama proses wawancara, tak jarang para siswa mendatangi kami untuk menanyakan cara mengerjakan atau sekedar menanyakan di buku apa mereka harus mengerjakan. Meskipun sedikit terganggu karena suara siswa ikut terekam, kami tetap memutuskan untuk tidak berpindah lokasi mengingat saat itu kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, supaya para siswa tetap ada yang mengawasi dan tidak membuat kegaduhan. Tujuan peneliti mewawancarai Pak D adalah untuk mengetahui perilaku siswa yang mengalami kecemasan menghadapi matematika di kelas. Berdasarkan keterangan Pak D, siswa yang mengalami kecemasan belajar adalah siswa yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran matematika. Pernyataan tersebut mengingatkan peneliti pada apa yang dialami


(53)

35

peneliti. Rasa cemas yang berlebihan menyebabkan peneliti selalu mendapatkan nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut lalu mempengaruhi peneliti dalam menyimpulkan bahwa siswa yang mengalami kecemasan belajar adalah siswa yang nilainya rendah. Namun yang terjadi pada E sungguh menimbulkan kontradiksi atas pernyataan tersebut. Pak D mengatakan bahwa E tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengalami kecemasan menghadapi matematika. Menurut Pak D, E adalah siswa yang pandai dan pendiam di kelas. Peneliti juga bertanya tentang pendekatan yang dilakukan Informan II dalam mengajar Matematika. Hasil wawancara dengan Informan II akan dijelaskan pada bab IV.

3.4.3 Latar Belakang Informan III

Informan III dalam penelitian ini adalah Bu L, selaku orang tua siswa E yang mengalami kecemasan menghadapi matematika. Kamis, 9 Maret 2017 adalah kali pertama peneliti berkenalan dengan Bu L. Sebelum berkenalan dengan Bu L, peneliti telah lebih dahulu membuat janji dengan E untuk bertemu dengan Bu L. Peneliti sudah berada di SD Suka sejak pukul 09.00 WIB. Peneliti bersama dua orang teman yang lain menunggu jam pulang yakni pukul 13.00 untuk dapat bertemu dengan orang tua partisipan masing-masing. Ternyata ketika peneliti beserta teman-teman datang ke sekolah, disana sedang ada adik tingkat semester 6 yang sedang melaksanakan magang kepala sekolah atau probaling II. Peneliti kemudian teringat akan masa-masa PPL bersama teman-teman satu kelompok PPL di SD Suka, terbersit rindu yang mengharukan karena sebagian dari kami kini telah pendadaran dan mendapatkan pekerjaan, dan sebagian lagi masih


(54)

36

berjuang mengumpulkan data untuk tugas akhirnya. Terdapat 5 orang mahasiswa dan 1 orang mahasiswa yang ternyata adalah teman satu angkatan peneliti. Ia baru mengikuti probaling pada tahun ini karena tahun kemarin ia sedang ada halangan. Kemudian kami saling bercerita tentang pengalaman di semester 8. Asik bercerita, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00.

Tiba saatnya jam pulang sekolah, peneliti menunggu E di bawah tangga karena kelasnya terletak di lantai dua. Tak disangka peneliti kehilangan jejak E, seluruh siswa kelas IV sudah habis namun peneliti belum juga melihat E. Beruntung teman peneliti melihat E sedang berjalan keluar gerbang sekolah. Peneliti langsung berlari menyusul E. Peneliti menemukan E sedang jajan bakso bakar dengan teman-temannya. Kemudian peneliti mendatangi E dan mengingatkan bahwa peneliti berniat berkenalan dengan Bu L, E berkata bahwa ia lupa sehingga ia pergi begitu saja. Banyak anak-anak mendatangi peneliti dan menanyakan mengapa peneliti berada di tempat jajan, mereka mengira peneliti ingin jajan. Keluguan anak-anak terkadang sangat lucu. Ketika jajan, peneliti mengamati perilaku E yang hanya diam saja. Ia malah tenggelam dalam kerumunan anak-anak yang mengantri dan tidak sempat menjangkau penjual bakso bakar tersebut. Peneliti sempat ragu jangan-jangan E tidak tahu caranya jajan, atau mungkin saking ramainya ia bingung untuk memesan makanan. Sambil menunggu E jajan, peneliti menyusun kata-kata untuk berkenalan dengan Bu L di dalam pikiran peneliti. Rasanya cukup grogi dan takut. Peneliti takut Bu L tidak berkenan diwawancarai dan menolak maksud peneliti. Ketika sedang mengawang-awang kata-kata, tiba-tiba ada seorang ibu yang menghampiri E dan memberinya


(55)

37

uang untuk jajan lagi. Ternyata Bu L juga sudah berada di sekitar situ sejak tadi, untuk menjemput E. Peneliti langsung mendatangi Bu L dan memperkenalkan diri. Rupanya Bu L merupakan orang yang ramah dan terbuka. Setelah menyampaikan tujuan peneliti, Bu L mengaku belum ada waktu untuk diwawancarai, maka beliau menyarankan minggu depan setelah E selesai melaksanakan UTS. Peneliti pun menyetujuinya dan meminta kontak Bu L. Sore harinya di rumah, peneliti segera menghubungi Bu L untuk menyampaikan tujuan wawancara dan meminta ijin bertemu pada hari Sabtu 11 Maret 2017, namun Bu L mengaku sedang ada acara dan beliau berjanji akan memberi kabar kepada peneliti ketika sudah ada waktu luang. Peneliti menghubungi Bu L via Whatsapp, profil picture yang dipajang adalah gambar Bu L dengan E, mereka terlihat dekat di profil picture itu. Pada saat berkenalan tadi siang, Bu L sempat menjelaskan sedikit tentang perilaku E di rumah. Menurut Bu L, E memang dilatih untuk dapat mengatur waktu dengan baik. E terbiasa melakukan kegiatannya berdasarkan jadwal. Misalnya, jam tidur siang adalah pukul 15.00 sampai dengan 17.00. Kemudian jam belajar adalah jam 19.30 WIB sampai dengan 21.30 WIB. Hal tersebut sudah biasa E lakukan setiap harinya.

Tujuan wawancara dengan Bu L adalah untuk mengetahui perilaku E di rumah dan perlakuan yang diterapkan oleh orang tua kepada E sehingga E mengalami kecemasan menghadapi matematika. Peneliti telah menyusun 10 pedoman wawancara yang akan peneliti gunakan untuk menggali informasi terhadap Bu L. Peneliti melakukan pendekatan tidak langsung agar Bu L berkenan diwawancarai terkait dengan kecemasan yang dialami oleh E. Pendekatan yang


(56)

38

peneliti maksud adalah, peneliti tidak to the point tentang tujuan peneliti bahwa sesungguhnya peneliti berniat mengetahui faktor penyebab kecemasan menghadapi matematika yang dialami E, supaya Bu L tidak tersinggung dan beliau berkenan untuk peneliti wawancarai. Peneliti melakukan sedikit improvisasi dalam menyampaikan tujuan peneliti. Peneliti mengatakan bahwa peneliti tertarik untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan Bu L sehingga E mendapatkan nilai yang memuaskan hampir pada seluruh mata pelajaran. Hasil wawancara dengan Bu L akan dibahas pada bab IV.

3.4.4 Latar Belakang Informan IV

Informan IV dalam penelitian ini adalah Bapak H selaku Ayah kandung E. Tujuan peneliti mewawancarai Bapak H adalah untuk memperkaya informasi dengan mengetahui pola asuh yang diterapkan oleh Bapak H sehingga E mengalami kecemasan belajar Matematika. Wawancara dengan Bapak H peneliti lakukan pada tanggal 11 Maret 2017 bertempat di halaman sekolah. Pada waktu itu sesungguhnya peneliti belum membuat janji dan belum berkenalan dengan Bapak H. pertemuan kami terjadi secara kebetulan. Ketika itu peneliti menemani seorang teman satu payung yang telah membuat janji dengan orang tua partisipan, ia akan melakukan wawancara dengan orang tua partisipan tersebut. Ketika sedang menunggu di halaman sekolah, peneliti melihat E berbincang dengan seorang lelaki sambil duduk di bawah pohon. Kemudian peneliti memberanikan diri untuk mendekati mereka dan berbincang dengan mereka. Ternyata benar bahwa beliau adalah Ayah E.


(57)

39

Setelah berkenalan dan menyampaikan tujuan peneliti, peneliti pun mewawancarai Bapak H. Tujuan wawancara yang peneliti sampaikan sama seperti ketika berkenalan dengan Bu L (Ibu kandung E), yakni untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua sehingga anak dapat menjadi berprestasi di sekolah. Ketika mewawancarai Bapak H, E juga ada disitu sambil menggenggam seplastik penuh bakso bakar kesukaannya. Wawancara berlangsung santai. Bapak H merupakan pribadi yang ramah dan juga terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan. Hasil wawancara dengan Bapak H akan dijelaskan pada bab IV.

3.4.5 Latar Belakang Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini peneliti dapatkan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menemukan salah satu siswa laki-laki kelas IV B yang menunjukkan indikator kecemasan yang dimaksud oleh peneliti. Namanya E. Peneliti menanyakan tanggal lahir, usia, jumlah saudara, kegiatan E sepulang sekolah, dan hobi E. Ketika peneliti bertanya tentang tempat tinggal E, ia sedikit kebingungan dan mengawang-awang. Peneliti juga menanyakan tentang profesi orang tua E. Berdasarkan wawancara dengan wali kelas, peneliti mendapatkan infomasi bahwa kondisi perekonomian E termasuk menengah ke atas. Ayahnya adalah seorang PNS dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari Bu W dan Pak D, E termasuk salah satu siswa yang pandai di kelasnya. Ia masuk 5 besar dan nilainya selalu diatas KKM. Wawancara dengan E bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan yang dialami E dalam menghadapi matematika serta


(58)

40

dampak yang ditimbulkannya. Perbedaan penyusunan pertanyaan pun dirasakan oleh peneliti. Mewawancarai anak di bawah umur tidak sama dengan mewawancarai orang dewasa. Sehingga peneliti harus memilah kata-kata yang sesuai dan dapat dipahami oleh E. Jawaban yang diutarakan oleh E pun singkat-singkat, sehingga peneliti harus pandai-pandai merumuskan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang detail. Hasil wawancara dengan E akan disajikan dalam bentuk pengkodingan pada lampiran A. Sebelum dan sesudah melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi di kelas E pada mata pelajaran matematika, untuk mengamati bagaimana perilaku E ketika berada di kelas.

Ketika melakukan observasi kelas, peneliti masuk bersama dengan Pak D selaku guru matematika kelas IV dan memilih bangku paling belakang untuk duduk. Peneliti tidak berkenalan dengan anak-anak karena mereka telah mengenal peneliti sebelumnya, mengingat peneliti pernah melaksanakan PPL di SD Suka. Kegiatan belajar mengajar berlangsung secara klasikal, dimana guru menjelaskan dan siswa memperhatikan. Selama observasi peneliti mengamati perilaku E yang sangat pendiam. E sangat jarang terlihat mengobrol dengan temannya. Setelah menjelaskan materi, guru berkeliling memberikan beberapa soal latihan dan siswa mengerjakannya. Guru sesekali berkeliling mengecek hasil pekerjaan siswa. E terlihat sangat tenang dan tidak bertanya sama sekali. Ia mengerjakan sendiri sampai jam pelajaran selesai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Dalam Grounded Theory, proses pengumpulan


(59)

41

data sangat dipengaruhi oleh temuan-temuan yang terjadi selama penelitian. Dalam grounded theory, jika ingin memahami atau ingin mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh subyek penelitian, maka peneliti harus turun ke lapangan (Basrowi, 2002 : 24). Oleh sebab itu, peneliti memilih observasi dan wawancara langsung untuk teknik pengumpulan data. Berikut adalah penjelasan kedua teknik tersebut.

3.5.1 Observasi

Sebelum melakukan wawancara terhadap pastisipan, yang pertama kali peneliti lakukan adalah observasi. Kartono (dalam Gunawan, 2013 : 143) berpendapat bahwa pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi peneliti lakukan selama melaksanakan PPL atau Program pengalaman Lapangan di SD Suka selama 3 bulan, yakni sejak tanggal 18 Juli 2016 sampai dengan 22 Oktober 2016.

Sedangkan menurut Herdiansyah (2010 : 131) observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pembelajaran matematika di kelas IV B SD Suka sebanyak tiga kali untuk menemukan partisipan selanjutnya.

Tujuan peneliti menggunakan teknik observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pokok permasalahan sebelum melakukan teknik wawancara


(60)

42

yang lebih dalam. Observasi ini melibatkan peneliti secara langsung, dimana peneliti terlibat langsung dalam situasi dan kondisi yang sedang diamati. Dengan terjun ke lapangan secara langsung diharapkan peneliti mendapatkan banyak informasi tentang peristiwa yang terjadi sebagaimana adanya.

3.5.2 Wawancara

Sebagaimana dicantumkan dalam bagian Pemilihan Partisipan, wawancara pertama dilakukan terhadap wali kelas IV B SD Suka selaku informan I. Salah satu teknik pengumpulan data yang lazim digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (Afrizal, 2014 : 135). Wawancara mendalam adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber (informan atau informan kunci) untuk mendapat informasi yang mendalam (Yaniawati, 2014 : 136).

Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur adalah supaya narasumber dapat memberikan jawaban yang fleksibel sesuai dengan keadaannya saat ini, namun tetap tidak keluar dari topik penelitian. Peneliti tetap membuat pedoman wawancara, namun pertanyaan-pertanyaan selanjutnya bergantung pada jawaban yang diungkapkan narasumber, tidak terpaku pada pedoman wawancara yang telah disusun. Peneliti merekam dan mencatat segala yang diucapkan narasumber untuk mengurangi resiko hilangnya data atau bukti. 3.6 Instrumen Penelitian

Moleong (1989 : 21) mengemukakan bahwa pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat


(61)

43

pengumpulan data. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrumen itu sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti akan membahas tentang latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan pengalaman berdinamika yang mungkin mempengaruhi cara pandang peneliti dalam menganalisis data. Peneliti lahir di Yogyakarta, pada tanggal 19 November 1994. Peneliti adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ibu peneliti bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta, dan Ayah peneliti bekerja sebagai supir ambulans di salah satu rumah sakit swasta di Sleman. Peneliti memiliki seorang adik laki-laki yang kini duduk di bangku kelas II di sebuah SMP swasta di Yogyakarta. Sejak pertama kali masuk SD, peneliti selalu belajar didampingi oleh Ayah peneliti. Hingga kelas 5 SD, peneliti sempat menyukai pelajaran Matematika. namun setelah duduk di bangku SMP semuanya berubah. Menurut peneliti materi yang diajarkan di SMP terlalu sulit dan pada saat itu mata pelajaran Matematika diampu oleh guru yang sama sejak kelas 7 hingga kelas 9. Peneliti menganggap penjelasan beliau terlalu cepat dan cenderung mementingkan siswa yang sudah pandai, sementara siswa yang masih kurang paham kesulitan menyesuaikan materi yang selanjutnya sehingga semakin tertinggal. Hal itulah yang dirasakan peneliti terhadap mata pelajaran Matematika di SMP. Sejak saat itu peneliti selalu merasa cemas jika akan menghadapi ulangan Matematika atau apapun itu yang berhubungan dengan Matematika. Hal tersebut berlangsung hingga masa-masa Ujian Nasional. Pada waktu itu, peneliti hanya mengandalkan les tambahan yang diadakan di sekolah dan tidak mengikuti les privat di luar sekolah. Itu pun tidak cukup membantu. Hasil try out yang peneliti dapatkan


(62)

44

selalu berada di bawah rata-rata. Pada waktu itu peneliti menganggap faktor penyebab kecemasan peneliti adalah pelajaran Matematika yang sangat sulit peneliti pahami. Semua berawal dari guru yang terlalu cepat dalam menjelaskan, dan kurang peduli terhadap siswa yang belum paham. Peneliti belum memahami dasarnya, namun harus mengejar teman-teman yang sudah pandai. Hal tersebut malah membuat peneliti semakin tertinggal.

Ketertinggalan dalam memahami materi pembelajaran tersebut

menyebabkan peneliti stress jika dihadapkan dengan mata pelajaran matematika. Peneliti cemas jika tidak bisa menyetarakan kemampuan dengan teman-teman yang lain. Peneliti cemas apabila mendapatkan nilai matematika yang jelek pada hasil UN peneliti. Jika mendapatkan hasil yang jelek maka peneliti tidak akan lulus sekolah dan dianggap bodoh oleh teman-teman dan lingkungan. Peneliti cemas jika tidak bisa membanggakan orang tua, meskipun orang tua tidak pernah menuntut peneliti untuk mendapatkan nilai matematika yang tinggi. Sekalipun peneliti telah belajar, peneliti selalu mendapatkan nilai di bawah KKM.

Hal tersebut terus peneliti alami sampai ke bangku SMK. Karena sejak awal tidak paham dengan materinya, maka ketika diberi materi baru peneliti semakin kesulitan mengejar. Di bangku SMK nilai matematika peneliti juga selalu jeblok. Selalu di bawah KKM. Lagi-lagi peneliti harus menghadapi Ujian Nasional untuk kelulusan SMK. Peneliti sangat cemas apabila mendapatkan nilai yang buruk pada mata pelajaran matematika, karena peneliti hanya lemah pada mata pelajaran matematika. Berbagai cara telah peneliti usahakan seperti mengikuti les tambahan di sekolah, belajar berkelompok bersama teman yang


(1)

125 Kegiatan sepulang sekolah

Profesi orang tua

Kegemaran

Reward dan Punishment

di rumah, jadinya yang ngajarin ayah. Mamaku wiraswasta, eh ibu rumah tangga, kalo ayahku PNS. Ayahku kerjanya di Wonosari, setiap hari yang nganterin sekolah ayah, tapi kalo yang njemput mama. Aku kalo habis pulang sekolah ganti baju, makan, terus tidur. Aku nggak pernah main di luar, soalnya temanku rumahnya jauh-jauh. Aku sukanya main mobil-mobilan, kalo sore tu ngegame sebentar pakek HP. Kalo belajar dari jam setengah 8 sampek jam setengah 10.


(2)

126

Lampiran F : Axial Coding Faktor penyebab kecemasan belajar yang dialami oleh E :

- Pengalaman buruk dimarahi orang tua - Cemas akan diikutkan les tambahan - Cemas uang jajan akan dikurangi

Faktor penyebab kecemasan belajar yang dialami E menurut Bu W - Bu L memiliki ambisi yang besar untuk menjadikan E juara kelas. - Bu L tidak ingin ada yang menyaingi kepintaran E di kelas.


(3)

127 -

Lampiran G : Selective Coding Responden : siswa yang mengalami kecemasan belajar (E)

Tanggal : 19 Januari 2017

Pertanyaan : Bagaimana perasaanmu saat menghadapi pelajaran Matematika?

Contoh Koding Narasi inisial yang dikodekan

Perasaan saat menghadapi matematika

Mengapa takut mendapat nilai jelek

Cara belajar di rumah

Profesi orang tua

Kegiatan sepulang sekolah

Ya deg-degan, kadang sampek kebelet pipis terus. Terus agak pusing. Ya takut nggak bisa ngerjain, terus nilainya jelek. Pak D kalo ngajar enak, nggak galak, dijelasin sampek dong. Ya takut nilainya jelek soalnya dimarahin mama kalo

nilainya jelek. Terus nanti kalau nilaiku jelek aku disuruh les. Sama uang jajanku dikurangi. Kalo belajar dari jam setengah 8 sampek jam setengah 10. Aku belajar sendiri, kalo sulit baru sama ayah. Pertama dikasih cara untuk mengerjakannya, habis itu baru dikasih soal, baru suruh ngerjain. Kalo


(4)

128

matematika yang ngajarin ayah. Mama sibuk di rumah, jadinya yang ngajarin ayah. Mamaku wiraswasta, eh ibu rumah tangga, kalo ayahku PNS. Ayahku kerjanya di

Wonosari, setiap hari yang nganterin sekolah ayah, tapi kalo yang njemput mama. Aku kalo habis pulang sekolah ganti baju, makan, terus tidur. Aku nggak pernah main di luar, soalnya temanku rumahnya jauh-jauh. Aku sukanya main mobil-mobilan, kalo sore tu ngegame sebentar pakek HP.


(5)

129

Lampiran H : Theoretical Coding

Kecemasan belajar Tekanan orang tua

Anak menjadi rajin belajar dan

mendapatkan nilai yang memuaskan Pengurangan uang jajan Dimarahi jika mendapat

nilai jelek

Diikutkan les tambahan


(6)

130

BIODATA PENELITI

Clara Shinta Ryda Nanda lahir di Yogyakarta pada tanggal 19 November 1994. Peneliti merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Hery Prabowo dan Ida Herlida. Peneliti menempuh pendidikan dasar di SD Kanisius Demangan Baru, lulus pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 11 Yogyakarta, lulus pada tahun 2010.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK N 1 Yogyakarta, lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama peneliti tercatat sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama perkuliahan, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan non akademik seperti kepanitiaan Malam Kreatifitas, kepanitiaan Story Telling, kepanitiaan PPKM II, berkegiatan bersama UKM Mapasadha dan lain sebagainya. Masa pendidikan diakhiri dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Realita di Balik Kecemasan Menghadapi Matematika”.