Bentuk-bentuk Pelanggaran Tayangan Iklan

media periklanan lainnya seperti radio. Bentuk perlindungan terhadap media periklanan ini dengan menyesuaikan pesan yang disampaikan atas obyek yang diiklankan dari radio agar dapat tergambar oleh masyarakat yang mendengar karena penyampaian pesan atau informasi melalui radio hanya berupa suara atau audio. Perlindungan ini diupayakan agar masyarakat tidak salah mengartikan bentuk informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

4. Bentuk-bentuk Pelanggaran Tayangan Iklan

Berkaitan dengan periklanan, UUPK memuat pengaturannya bersamaan dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Larangan-larangan ini berlaku bagi para pihak yang terkait dengan kegiatan periklanan, serta media massa elektronik maupun non-elektronik yang akan menayangkan iklan tersebut. Mereka secara bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk mencegah pemberian informasi yang menyesatkan konsumen, yaitu dengan selalu menyaring setiap informasi yang akan diiklankan pada saat proses negosiasi antara pengiklan dengan perusahaan periklanan, proses penuangan ide kreatif perusahaan periklanan dalam pembuatan iklan, sampai pada saat dimana iklan tersebut disampaikan kepada media pers untuk ditayangkan. Memperhatikan substansi ketentuan Pasal 9 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK, merupakan bentuk larangan yang tertuju pada perilaku pelaku usaha yang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang atau jasa secara tidak benar atau seolah-olah barang tersebut telah memiliki potongan harga, memenuhi standar mutu tertentu, dalam keadaan baik Universitas Sumatera Utara atau baru, tidak mengandung cacat tersembunyi, secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang atau jasa lain, mempergunakan kata-kata yang berlebihan, menawarkan sesuatu janji yang belum pasti. 102 Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 UUPK berkenaan dengan upaya pemberian informasi menyesatkan melalui iklan, yaitu menyangkut informasi mengenai harga, kegunaan, kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi, tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan, dan bahaya penggunaan barang. Apabila konsumen tidak berhati-hati dalam mencermati informasi iklan-iklan menyesatkan tersebut, maka konsumen akan salah menjatuhkan pilihan atau akan mengalami kerugian. Ketentuan dalam Pasal 12 UUPK berkaitan dengan iklan-iklan potongan harga atau tarif-tarif khusus yang marak ditawarkan pelaku usaha untuk menarik perhatian konsumen untuk datang bertransaksi atau mempergunakan fasilitas tertentu. Konsumen hendaknya jangan terlalu tergiur dengan iklan potongan harga atau tarif khusus yang ditawarkan pelaku usaha karena bisa saja produk yang ditawarkan potongan harganya tersebut adalah produk stok lama atau produk yang tidak diminati lagi oleh konsumen karena sudah ketinggalan zaman. Ketentuan sebagaimana yang dimakasud Pasal 17 ayat 1 UUPK, bagi iklan-iklan yang melanggar ketentuan dalam ayat ini, maka pelaku usaha periklanan dilarang untuk melanjutkan peredaran iklan tersebut. Dalam mempersiapkan pembuatan suatu iklan, peran pelaku usaha periklanan sangat menentukan. Melalui ide-ide kreatifnya, pesan-pesan dari pengiklan dapat 102 Dedi Harianto, Op. Cit. hlm 57. Universitas Sumatera Utara dikemas sedemikian rupa dengan sangat menarik guna mencuri perhatian konsumen. Dalam Pasal 20 UUPK dengan tegas disebutkan bahwa “pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Sebagai konsekuensi tanggung jawab profesional pelaku usaha periklanan, maka pelaku usaha periklanan dianggap turut bertanggung jawab terhadap setiap iklan hasil karyanya dengan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut”. 103 Iklan juga tidak boleh memuat kata-kata yang berlebihan seperti nomor satu, ter, paling, tanpa disertai pembuktian keunggulan, kelebihan produk tersebut, serta didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang independent. Sebagai contoh, iklan Head and Shoulder Shampoo, Darius menanyakan tentang shampo nomor dua dan nomor satu di dunia. Tokoh dalam iklan tersebut tidak mengetahui shampoo nomor dua di dunia, Ia hanya mengetahui shampoo nomor satu di dunia. Dalam iklan ini jelas tampil tulisan “No.1″. Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“, danatau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. 104 Salah satu bentuk pelanggaran lainnya yang dapat dilakukan pelaku usaha periklanan adalah dengan tidak menyampaikan informasi secara lengkap mengenai resiko pemakaian barang danatau jasa. Informasi tersebut sangat 103 Ibid, hlm 62. 104 “Iklan TV Masih Doyan Langgar Etika”, http:melekmedia.orgkajianpantau- mediaiklan-tv-masih-doyan-langgar-etika , diakses tanggal 06 Maret 2015, pukul 12.09. Universitas Sumatera Utara berguna bagi konsumen agar terhindar dari dampak negatif penggunaan barang danatau jasa yang dapat membahayakan keselamatan konsumen. Sebagai contoh, tragedi yang bermula dari sejenis obat yang dipublikasikan secara luas pada akhir tahun 1950-an guna mengontrol rasa mual selama beberapa minggu kehamilan. Publikasi ini dilakukan tanpa mencantumkan efek samping penggunaan obat tersebut. Ternyata akibat mengkonsumsi obat tersebut menyebabkan kegagalan pembentukan janin dalam rahim ibu, maka lahirlah beribu-ribu bayi tanpa anggota badan yang lengkap di Eropa dan Australia. Dari kasus ini, pengiklan dan perusahaan harus selalu berhati-hati dalam membuat dan menyajikan kreativitas iklan obat-obatan. 105 Upaya untuk melakukan evaluasi dampak informasi iklan terhadap konsumen rasional berkaitan dengan tingkat kepercayaan konsumen terhadap muatan informasi dalam iklan. Apakah informasi iklan yang menyesatkan tersebut benar-benar dipercaya oleh konsumen, sehingga dijadikan panduan dalam menentukan pilihan atau konsumen sama sekali tidak mempercayai muatan informasi iklan menyesatkan tersebut sehingga tidak dijadikan panduan dalam menentukan pilihan. 106 105 Dedi Harianto , Op. Cit. hlm 114. 106 Ibid, hlm 128. Universitas Sumatera Utara BAB III PENYELENGGARAAN UNDIAN BERHADIAH PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Bank bjb

D. Kegiatan Perbankan 5. Pengertian Perbankan

Praktik perbankan sebenarnya sudah ada sejak zaman Babilonia, Yunani, dan Romawi. Pada zaman Babilonia kurang lebih 2000 tahun Sebelum Masehi praktik perbankan didominasi dengan transaksi peminjaman emas dan perak pada kalangan pedagang yang membutuhkan dengan tingkat bunga 20 dua puluh persen per bulan. Kurang lebih 500 tahun Sebelum Masehi, praktik perbankan Yunani mulai berkembang. Praktik perbankan pada saat itu antara lain menerima simpanan uang dari masyarakat dan menyalurkannya pada kalangan bisnis. Pada zaman Romawi, praktik perbankan meliputi tukar menukar uang, menerima deposito, memberi kredit, dan melakukan transfer dana. Ini menunjukkan perkembangan praktik-praktik perbankan. 107 Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia, tidak hanya di Indonesia, di banyak negara industri, perbankan sangat dibutuhkan terutama dalam pembiayaan aktivitas yang berhubungan dengan uang. 108 Peranan perbankan sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi yaitu sebagai 107 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat, 2008, hlm 4. 108 Permono, Iswardono, dan Darmawan, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Di Indonesia Studi Kasus Bank-Bank Devisa di Indonesia Tahun 1991-1996 ”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. XV, 2000, hlm 1- 13. Universitas Sumatera Utara