karena informasi disamping merupakan hak konsumen juga karena ketiadaan informasi yang tidak memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu jenis cacat
produk cacat informasi yang akan sangat merugikan konsumen. Pentingnya penyampaian informasi yang benar terhadap konsumen mengenai suatu produk
agar konsumen tidak salah terhadap gambaran mengenai suatu produk tertentu khususnya minuman. Penyampaian informasi terhadap konsumen tersebut dapat
berupa representasi, peringatan, maupun berupa instruksi. Penyampaian informasi yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam hal ini
pada umumnya bukan hanya menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk, tetapi perlu diimbangi dengan informasi yang memuat kekurangan-
kekurangan yang dimiliki oleh produk yang bersangkutan. Terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keamanan dan keselamatan konsumen, sehingga
konsumen benar-benar dapat mempergunakan informasi yang diberikan pelaku usaha tersebut dalam menjatuhkan pilihannya terhadap suatu produk yang tepat.
39
4. Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak
konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada
39
Dedi Harianto, Op Cit. hlm 5.
Universitas Sumatera Utara
pihak-pihak terkait. Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut :
40
a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability atau liability based on fault adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum
pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip
ini menyatakan, “seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara
hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. ” Pasal 1365 KUHPerdata,
yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:
1 Adanya perbuatan;
2 Adanya unsur kesalahan;
3 Adanya unsur yang diderita;
4 Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
Pembentukan teori tanggung jawab dengan dasar adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa pemikiran, yaitu
paham individualis dalam prinsip laissez faire, kuatnya kepentingan pelaku usaha yang dianggap sebagai pelaku pembangunan industriekonomi, teori kontrak
sosial dan prinsip legal formalism yang mewarnai dunia pengadilan.
41
40
Shidarta, Op. Cit. hlm 73.
41
Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit. hlm 54.
Universitas Sumatera Utara
b. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab presumption of liability principle, sampai dapat membuktikan bahwa tergugat
tidak bersalah. Dasar pemikiran dari teori pembalikan beban pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah sampai yang bersangkutan dapat membuktikan
sebaliknya. Hal ini bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah presumption of innocence yang lazim dikenal dalam hukum. Namun, jika
diterapkan dalam kasus konsumen akan terlihat bahwa asas tersebut cukup relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban untuk membuktikan
kesalahan itu ada dipihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti dirinya tidak bersalah. Posisi konsumen sebagai
penggugat selalu terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan si tergugat.
c. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab presumption of nonliability principle hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang
sangat terbatas dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan,
seperti kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabinbagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si penumpang konsumen adalah tanggung jawab dari
penumpang. Dalam hal ini pengangkut pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Tanggung jawab mutlak atau strict liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar ganti kerugian, ketentuan ini
merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
42
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya
pelaku usaha barang yang memasarkan produknya sehingga merugikan konsumen. Asas tanggung jawab itu dikenal dengan nama product liability.
Menurut asas ini, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya. Gugatan product
liability dapat dilakukan berdasarkan tiga hal yaitu :
43
1 Melanggar jaminan breach of warranty, misalnya khasiat yang timbul tidak
sesuai dengan janji yang tertera dalam kemasan produk; 2
Ada unsur kelalaian negligence, yaitu produsen lalai memenuhi standar pembuatan obat yang baik;
3 Menerapkan tanggung jawab mutlak strict liability.
Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut absolute liability. Ada pendapat yang mengatakan, strict
liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung
jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
44
42
Ibid, hlm 66.
43
Shidarta, Op. Cit. hlm 79.
44
Ibid, hlm 78.
Universitas Sumatera Utara
e. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan limitation of liability principle sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha.
Dalam UUPK, seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung
jawabnya. Jika ada pembatasan, mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.
Prinsip penting dalam UUPK yang diakomodasikan adalah tanggung jawab produk dan profesional. Tanggung jawab produk product liability
sebenarnya mengacu sebagai tanggung jawab produsen untuk produk yang dibawanya kedalam peredaran sehingga menimbulkan atau menyebabkan
kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut. Tanggung jawab itu dapat bersifat kontraktual perjanjian atau berdasarkan undang-undang
gugatannya atas dasar perbuatan melawan hukum, namun dalam tanggung jawab produk, penekanannya ada pada yang terakhir.
45
Jika tanggung jawab produk berkaitan dengan produk barang, maka tanggung jawab profesional lebih berhubungan dengan jasa. Tanggung jawab
profesional timbul karena para penyedia jasa profesional tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat kelalaian
penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. Jenis
45
Ibid, hlm 80.
Universitas Sumatera Utara
jasa yang diberikan dalam hubungan antara tenaga profesional dan kliennya juga berbeda. Ada jasa yang diperjanjian menghadirkan sesuatu resultaat verbintenis,
tetapi ada yang diperjanjikan mengupayakan sesuatu inspanningsverbintenis.
46
5. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen