Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

oleh

PUTRI AZURA ULANDARI

111301034

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2015/2016


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Stres kerja adalah suatu kondisi akibat adanya interaksi antara seorang pekerja dengan pekerjaannya yang mana terdapat ketidaksesuaian karakteristik individu dengan keadaan-keadaan yang ada di perusahaan. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja adalah kondisi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek penelitian berjumlah 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja dan skala kondisi kerja. Skala stres kerja disusun berdasarkan simptom-simptom stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) dan skala kondisi kerja disusun berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja.


(5)

ABSTRACT

Job stress is a condition due to an interaction between worker with the job which cause discrepancy between individual characteristics with conditions around the

company. Job stress can affect worker’s performance and productivity while doing

their task. One factor that can affect job stress is working condition. This study aimed to see the influence between working condition with job stress. This study uses quantitative methods. This study is a population study with 135 fuel oil tank driver of PT Elnusa Petrofin Dumai. Measuring instruments used in this study are job stress scale and working condition scale. Job stress scale based on symptoms of job stress by Beehr and Newman (in Rice, 1987) and working condition scale based on aspects of working condition by Mangkunegara (2007). Result of analysis of research data simple regression analysis showed that there’s a influence of working condition toward job stress.


(6)

kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap

Stres Kerja Pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai”. Shalawat

dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Seniyanto dan Ibu Mariatun yang selalu menyayangi, mendidik dan membimbing, serta mendoakan peneliti. Skripsi ini juga peneliti persembahkan kepada keluarga besar terkhusus Bapak Idrus A.Ma dan Ibu Murni S.Pd yang telah mengajarkan banyak hal kepada peneliti serta kepada saudara-saudara terbaik yaitu Iqbal, Ilham, dan Chyntia yang selalu memberikan energi positif kepada peneliti.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Gustiarti Leila, M. Psi, M. Kes, psikolog selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan, bimbingan, dan dukungan Ibu selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.

3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog., Ibu Rhodiatul Hasanah, M.Si, psikolog., dan Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, selaku Pembantu Dekan I, II dan III.


(7)

Terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu selama saya menjadi mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing peneliti selama 4 tahun terakhir ini.

7. Pihak PT Elnusa Petrofin Dumai yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian dan kepada supir mobil tangki yang telah berpartisipasi untuk mengisi skala penelitian yang membantu penelti menyelesaikan skripsi ini. 8. Nissa, Rina, Tia, Taya, dan Manda yang selalu memberikan dukungan dan

bantuan kepada peneliti; teman-teman BGC yang sama-sama berjuang di Medan; serta Annis dan Nina sebagai pendengar yang baik sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Angkatan 2011 yang menemani peneliti selama 4 tahun. Sukses bagi kita semua. Akhir kata, peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Medan, Oktober 2015


(8)

HALAMAN PERNYATAAN ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Stres Kerja ... 10

B. Kondisi Kerja ... 15

C. Supir Mobil Tangki BBM ... 18

D. Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Stres Kerja ... 19

E. Hipotesis ... 21


(9)

D. Alat Ukur Penelitian ... 24

E. Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Reliabilitas ... 26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29

G. Metode Analisis Data ... 32

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 33

B. Hasil Penelitian ... 35

C. Hasil Tambahan ... 39

D. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49


(10)

Tabel 1 Blue Print Skala Kondisi Kerja 25

Tabel 2 Blue Print Skala Stres Kerja 25

Tabel 3 Hasil Pengolahan Skala Kondisi Kerja 28

Tabel 4 Hasil Pengolahan Skala Stres Kerja 29

Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 33

Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 34

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja 34

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas 35

Tabel 9 Hasil Uji Linearitas 36

Tabel 10 Hasil Uji Regresi 37

Tabel 11 Besar Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja 38 Tabel 12 Persamaan Regresi Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja 38 Tabel 13 Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 39 Tabel 14 Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja 40 Tabel 15 Persamaan Regresi Per-aspek Kondisi Kerja 40 Tabel 16 Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Kondisi Kerja 41

Tabel 17 Norma Kategorisasi Kondisi Kerja 42

Tabel 18 Kategorisasi Skor Kondisi Kerja 42


(11)

(12)

Lampiran A Skala Penelitian 54

Lampiran B Data Mentah Subjek Penelitian 67

Lampiran C Reliabilitas dan Daya Beda Aitem 79


(13)

ABSTRAK

Stres kerja adalah suatu kondisi akibat adanya interaksi antara seorang pekerja dengan pekerjaannya yang mana terdapat ketidaksesuaian karakteristik individu dengan keadaan-keadaan yang ada di perusahaan. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja adalah kondisi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek penelitian berjumlah 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja dan skala kondisi kerja. Skala stres kerja disusun berdasarkan simptom-simptom stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) dan skala kondisi kerja disusun berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja.


(14)

ABSTRACT

Job stress is a condition due to an interaction between worker with the job which cause discrepancy between individual characteristics with conditions around the

company. Job stress can affect worker’s performance and productivity while doing

their task. One factor that can affect job stress is working condition. This study aimed to see the influence between working condition with job stress. This study uses quantitative methods. This study is a population study with 135 fuel oil tank driver of PT Elnusa Petrofin Dumai. Measuring instruments used in this study are job stress scale and working condition scale. Job stress scale based on symptoms of job stress by Beehr and Newman (in Rice, 1987) and working condition scale based on aspects of working condition by Mangkunegara (2007). Result of analysis of research data simple regression analysis showed that there’s a influence of working condition toward job stress.


(15)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sumber daya manusia dianggap sebagai sumber daya dan aset yang penting bagi perusahaan karena manusia bersifat dinamis dan memiliki kemampuan yang terus berkembang. Djajendra (2012) menyatakan bahwa pekerja selalu disebut sebagai human capital, yang artinya adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai tambah perusahaan. Dalam bekerja, seringnya pekerjaan yang dilakukan individu dapat menimbulkan stres bagi dirinya sendiri. Stres kerja umumnya akan melibatkan kedua belah pihak yaitu bagi perusahaan dan bagi pekerja itu sendiri (Rice, 1987).

Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut.

Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaannya. Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis.


(16)

Apabila tidak segera diatasi, stres kerja dapat mempengaruhi kinerja pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen (2013) mengatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja pekerja, yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Heilriegel dan Slocum (dalam Wijono, 2010) juga mengatakan bahwa stres kerja dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan dan mengganggu individu. Apabila stres tersebut telah menjadi stres negatif maka akan mengakibatkan hancurnya produktivitas kerja pekerja. Hal ini tentunya dapat merugikan perusahaan dan juga menjadi masalah bagi pekerja tersebut. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja.

Menurut Rice (1987) stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi pekerjaan, ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir, struktur organisasi, dan hubungan pekerjaan-rumah. Selain itu menurut NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) penyebab utama stres kerja adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap stres kerja adalah kondisi kerja.

Berdasarkan pada beberapa penelitian, terdapat hubungan antara kondisi kerja dengan stres kerja seperti penelitian oleh Supardi (2008) dan Siboro (2009). Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin melihat kondisi kerja yang berbeda terhadap stres kerja, yang mana kondisi kerjanya menggunakan aspek-aspek yang disebutkan oleh Mangkunegara (2005).


(17)

Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization), kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja.

Kondisi kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja (Nitisemito, 2000). Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996) menyatakan bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Robbins (1998) menyatakan bahwa kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan yang tidak berbahaya atau merepotkan. Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan.

Beberapa bidang pekerjaan yang membahayakan menurut Departemen Tenaga Kerja AS adalah nelayan, pilot dan mekanik pesawat, penebang kayu, pekerja dibidang baja dan pertambangan, pengumpul barang bekas, petani dan peternak, bidang kelistrikan, pekerja atap, dan supir (dikutip dari www.kompas.com). Beberapa penelitian menyatakan bahwa supir merupakan pekerjaan yang mengandung stres, seperti long-distance coach drivers (Raggatt,


(18)

1991) dan supir profesional, seperti supir taksi, supir bus dan lori, serta supir truk baik yang bekerja dengan jarak jauh maupun jarak dekat (Hanzlikova, 2005).

Tak berbeda pula dengan supir mobil tangki, yang mana mereka dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang tidak dapat diprediksikan dan juga berpotensi mengalami kecelakaan. Kondisi seperti ini tentunya dapat memicu munculnya stres kerja pada supir mobil tangki tersebut. Keadaan ini dapat ditemukan pada supir mobil tangki BBM yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.

PT Elnusa Petrofin Dumai telah berkembang menjadi sebuah perusahaan minyak dan gas-produk dan layanan bisnis sejak tahun 2007. Sekarang PT Elnusa Petrofin Dumai telah diberikan hak di grosir/bisnis perdagangan umum untuk menjadi pemain utama dalam sektor hilir migas oleh pemerintah (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi). Ini berarti perusahaan memiliki hak untuk mengimpor/memproduksi, perdagangan, bahan bakar minyak transportasi untuk dijual melalui stasiun bensin dalam jaringan pemasaran perusahaan. PT Elnusa Petrofin Dumai memiliki jaringan bisnis yang luas meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur dengan kantor perwakilan di berbagai kota yang salah satunya adalah di Dumai (dikutip dari

www.elnusapetrofin.co.id). Pengantaran BBM dilakukan dengan mobil tangki ke

SPBU-SPBU di luar kota maupun di luar provinsi sesuai dengan tujuannya. Sehingga dalam hal ini supir memiliki peran yang penting sebagai pekerja di perusahaan tersebut.


(19)

Supir mobil tangki BBM bertugas untuk mengantarkan bahan bakar minyak ke SPBU yang berada di luar kota sesuai dengan tujuan masing-masing. Tujuannya bisa dalam provinsi bahkan sampai keluar provinsi. Jarak tempuh yang harus mereka lalui berbeda-beda setiap hari. Contohnya ada yang menempuh jarak dari Dumai ke Pekanbaru atau Dumai ke Medan. Pengantaran itu dimulai dari pagi, setelah mobil tangki sampai pada SPBU yang dituju, maka minyak akan dimuat dan kemudian mereka harus kembali ke perusahaan pada hari itu juga agar keesokan paginya bisa melakukan pengantaran lagi.

Pengaturan jam kerja diatur oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa jam kerja bagi sektor swasta dalam seminggu adalah 40 jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Namun, dalam beberapa perusahaan jam kerja dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Jumlah jam kerja para supir mobil tangki bisa mencapai 12 jam dalam sehari bahkan lebih. Hari libur dalam sebulan diberikan sebanyak 6 hari atau dalam 8 hari kerja mereka mendapatkan 2 hari libur. Melihat hal ini, bekerja sebagai supir mobil tangki umumnya melebihi jam kerja menurut UU dan bisa dianggap lembur. Mereka diberikan uang saku yang cukup untuk makan per hari setiap bekerja yang dianggap sebagai kompensasi lembur.

Selain itu, mereka juga hanya memiliki waktu istirahat yang minim. Hal ini dikarenakan mereka harus kembali lagi setelah mengantarkan BBM ke SPBU yang berada di luar kota bahan di luar provinsi. Dengan perjalanan yang jauh mereka merasa lelah dan harus mendapatkan istirahat yang cukup. Ketika


(20)

mengantar ke SPBU, mereka akan beristirahat di area SPBU tersebut. Area ini tentunya berbeda dengan tempat istirahat yang disediakan oleh perusahaan.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa subjek, mereka mengaku bahwa bekerja sebagai supir mobil tangki dengan jam kerja yang panjang membuat mereka letih dan juga stres. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa peralatan pendukung pekerjaan mereka (misal, ban serap) terkadang kurang lengkap sehingga menimbulkan kekhawatiran. Hal ini terlihat dari komunikasi peneliti dengan subjek penelitian:

“Kami kerja bawa mobil tangki ngantar minyak nya jauh, kadang antar

provinsi. Bisa itu kadang kurang tidur, kalo bawa kendaraan lagi ngantuk kan bahaya itu. Capek pasti, bikin stres juga. Apalagi kalau misalnya ban udah aus tapi ban cadangan untuk ganti akhir-akhir ini selalu gak ada, itu jadinya bahaya. Kadang terjadi kecelakaan.”

(Komunikasi personal, 2015) Sementara itu, hasil observasi menunjukkan bahwa tempat istirahat tidak terlalu bersih yang ditunjukkan dengan banyaknya abu rokok yang berserakan sehingga menyebabkan lantai kotor. Ruang yang menyediakan tempat tidur bagi pekerja untuk istirahat juga sempit dan jumlah tempat tidur tidak sampai 10 buah. Selain itu, peneliti menemukan beberapa pekerja menginginkan libur yang lebih panjang.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kondisi kerja yang dimiliki supir mobil tangki termasuk dalam kondisi kerja yang kurang menyenangkan. Penejelasan-penjelasan di atas juga menunjukkan bahwa pekerja merasa kurang nyaman pada tiap aspek kondisi kerja yang akan diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami stres kerja yang berdampak bagi perusahaan dan juga individu itu sendiri. Sementara itu perusahaan memiliki


(21)

tujuan untuk mencapai visi dan misi nya sehingga harus menghindarkan pekerja dari keadaan stres yang dapat merugikan perusahaan dan juga individu itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna melihat pengaruh antara kondisi kerja (serta aspek-aspek kondisi kerja) terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

B. RUMUSAN MASALAH

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya ilmu psikologi dibidang Psikologi Industri dan Organisasi khususnya dibidang kondisi kerja yang berkaitan dengan stres kerja.

2. Manfaat Praktis

Dengan mengetahui pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja, manfaat praktis dari penelitian ini bagi perusahaan adalah dapat melakukan


(22)

langkah-langkah untuk menciptakan kondisi kerja yang baik dan lebih memperhatikan stres kerja para pekerja.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori penyusun variabel yang digunakan sebagai acuan dalam pembahasan masalah penelitian, aspek-aspek variabel, faktor yang mempengaruhi variabel, dinamika antar variabel penelitian, dan hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang metode-metode dasar dalam penelitian yaitu pengidentifikasian variabel penelitian, defenisi operasional dari masing-masing variabel, populasi, alat ukur penelitian, validitas, uji daya beda aitem dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai analisis data dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, hasil tambahan,


(23)

dan pembahasan hasil penelitian yang merupakan perbandingan hipotesis dengan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti yang akan membahas kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan bagi perusahaan.


(24)

A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja

Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi terhambat atau melebihi kepasitasnya. Selain itu, Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino & Timothy, 2011) mengatakan bahwa stres merupakan keadaan dimana interaksi dengan lingkungan membuat orang mempunyai kesenjangan antara tuntutan fisik atau fisiologis dari situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosialnya.

Menurut Rice (1987) stres adalah kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu menjadi tegang, respon subjektif individu terhadap apa yang terjadi, dan reaksi fisik dari tubuh terhadap tuntutan. Stres tidak hanya bersifat negatif tetapi juga bersifat positif. Stres terbagi menjadi dua, yaitu distress dan eustress. Distress adalah sejauh mana fisiologis, psikologis, dan perilaku menyimpang dari fungsi yang sehat. Sementara eustress adalah hasil yang positif, sehat, membangun dari hal-hal yang menyebabkan stres dan sebagai respon dari stres (McShane & Glinow, 2003).

Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis. Sementara


(25)

itu, Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja.

Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut. Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami pekerja dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada distress sehingga dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang dihasilkan akibat adanya ketidaksesuaian antara karakteristik individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang mempengaruh fisiologis, psikologis, dan perilaku individu.

2. Simptom-Simptom Stres Kerja

Menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) terdapat tiga simptom stres kerja, yaitu simptom psikologis, simptom fisik, dan symptom perilaku. a. Simptom Psikologis

Adapun simptom-simptom psikologis berupa:


(26)

2) Perasaan frustasi, kemarahan, dan kebencian. 3) Emosi yang sangat perasa dan sangat reaktif 4) Mengurangi kefektifan dalam komunikasi 5) Withdrawal dan depresi.

6) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja 7) Kehilangan konsentrasi

b. Simptom Fisik

Adapun simptom-simptom fisik berupa: 1) Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah 2) Masalah pernafasan

3) Sakit kepala 4) Kelelahan fisik 5) Gangguan tidur c. Simptom Perilaku

Adapun simptom-simptom perilaku berupa: 1) Procrastination dan menghindari datang bekerja 2) Kinerja dan produktivitas secara umum rendah 3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan

4) Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarahkan kepada obesitas 5) Meningkatnya perilaku yang berbahaya, termasuk berkendara dan berjudi 6) Agresi, perusakan, dan mencuri


(27)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres atau sumber stres disebut sebagai stressor. Beberapa faktor penyebab stres kerja diantaranya (Rice, 1987): a. Kondisi kerja, terdiri dari kerumitan pekerjaan, beban kerja yang terlalu berat

atau terlalu ringan, kondisi kerja yang tidak aman, dan kerja shift.

1) Kerumitan pekerjaan, yaitu kesulitan dari pekerjaan untuk diselesaikan. 2) Kelebihan beban kerja, terdiri dari kelebihan kuantitatif dan kelebihan

kualitatif.

Kelebihan kuantitatif terjadi ketika tuntutan fisik dari pekerjaan melebihi kapasitas pekerja.

Kelebihan kualitatif adalah pekerjaan yang terlalu rumit atau sulit untuk dikerjakan.

3) Beban kerja yang terlalu ringan yaitu pekerjaannya tidak terlalu menantang atau gagal untuk mempertahankan ketertarikan dan perhatian pekerja.

4) Pembuatan keputusan, tanggung jawab, dan stres. Pembuatan keputusan oleh manajer akan mempengaruhi produksi perusahaan dan juga masa depan pekerja. Stres berkemungkinan terjadi apabila pembuatan keputusan oleh manajer melibatkan tanggung jawab bagi orang lain.

5) Bahaya fisik, stres muncul ketika pekerja harus menghadapi ancaman akan terluka ketika melakukan tugasnya.


(28)

6) Kerja shift, yang mengharuskan pekerja untuk mengganti jadwal mereka dengan dasar rotasi. Hal ini akan menghasilkan gangguan pola tidur yang normal.

Terkait dengan kondisi kerja, Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja terdiri dari, kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja.

1) Kondisi fisik kerja, yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Kondisi psikologis kerja, yaitu perasaan bosan dan keletihan.

3) Kondisi temporer kerja, yaitu peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat kerja.

b. Ambiguitas peran, terjadi ketika individu tidak mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya dan hal apa yang harus dicapai dari pekerjaan.

c. Stres interpersonal, melibatkan hubungan dengan orang lain. Semakin luas hubungan dengan dukungan sosial maka akan semakin baik.

d. Pengembangan karir, stres dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan itu berkembang.

e. Stuktur organisasi, yaitu bagaimana cara perusahaan teroganisir dapat mempengaruhi stres pada pekerja.

f. Hubungan antara rumah–kerja, hubungan ini antara menguntungkan atau merusak. Ketika hal baik terjadi di tempat kerja, makan tekanan di rumah cenderung hilang dan begitu sebaliknya.


(29)

B. KONDISI KERJA 1. Definisi Kondisi Kerja

ILO (International Labour Organization) menjelaskan bahwa kondisi kerja mencangkup waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja. Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja.

Menurut Newstrom dan Davis (1996) kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Sementara itu, menurut Munandar (2001) menyatakan bahwa kondisi kerja berkaitan dengan kondisi fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja.

Wursanto (2003), kondisi kerja adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dan segi psikis yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pekerja. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja (Mangkunegara, 2005).

Robbins (1998) menyatakan bahwa kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan


(30)

yang tidak berbahaya atau merepotkan. Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja adalah hal-hal dalam situasi kerja yang dihadapi yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini bisa dilihat dari aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja.

2. Aspek-Aspek Kondisi Kerja

Menurut Mangkunegara (2005) kondisi kerja dapat dilihat dari kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja:

a. Kondisi Fisik Kerja

Kondisi fisik kerja adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi fisik kerja diantaranya:

1) Penerangan

Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu sebagai penerangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerangan adalah kadar cahaya, distribusi cahaya, dan sinar yang menyilaukan.

2) Kebisingan

Bunyi atau suara yang tidak diinginkan dan yang dianggap gaduh oleh pekerja.


(31)

3) Temperatur dan Kelembaban

Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik, dan emosi. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi pekerja.

4) Peralatan Kerja

Peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan. b. Kondisi Psikologis Kerja

Kondisi psikologis kerja yang dimaksud adalah perasaan bosan dan keletihan. Hal ini dapat disebabkan pekerjaan yang monoton atau aktivitas yang tidak disukai.

1) Bosan Kerja

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan rasa tidak enak, kurang bahagia, kurang istirahat, dan perasaan lelah.

2) Keletihan Kerja

Keletihan kerja terdiri dari dua macam, yaitu keletihan psikis dan keletihan fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan kerja.

c. Kondisi Temporer Kerja

Kondisi temporer kerja yang dimaksud adalah peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat kerja.


(32)

1) Waktu Jumlah Jam Kerja

Berkaitan dengan berapa lama waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dalam sehari atau seminggu. Meliputi jam kerja normal menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam seminggu adalah 40 jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Namun pada beberapa perusahaan, jam kerja dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

2) Waktu Istirahat Kerja

Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada pekerja agar mereka dapat memulihkan kembali rasa lelahnya. Di Indonesia, sebagian besar perusahaan menentukan waktu istirahat kerja selama 1 jam (12.00 – 13.00).

C. SUPIR MOBIL TANGKI BBM

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supir adalah pengemudi mobil. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, mobil tangki adalah mobil yang dirancang untuk mengangkat cairan atau gas dan pada pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa mobil tangki merupakan salah satu kendaraan bermotor jenis mobil barang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa supir mobil tangki BBM adalah individu yang mengemudikan mobil yang dirancang untuk mengangkut cairan berupa BBM (Bahan Bakar Minyak) yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.


(33)

D. PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP STRES KERJA

Stres kerja adalah perasaan yang menekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaannya (Mangkunegara, 2005). Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis.

Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut.

Perlu untuk memperhatikan stres kerja karena stres kerja dapat mempengaruhi kinerja pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen (2013) mengatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja pekerja, yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Selain itu, stres juga berhubungan dengan produktivitas. Penelitian oleh Halkos dan Bousinakis (2008) menyatakan bahwa meningkatnya stres kerja mengarahkan kepada produktivitas yang menurun.

Stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi pekerjaan, ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir, struktur organisasi, dan hubungan pekerjaan-rumah (Rice, 1987). NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) juga menyebutkan penyebab utama stres kerja


(34)

adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Kondisi-kondisi khusus berkontribusi terhadap stres. Sebagai salah satu faktor penyebab stres kerja, kondisi kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization), kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja.

Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembapan, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja. Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996) menyatakan bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari.

Oleh karena itu, kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan yang tidak berbahaya atau merepotkan (Robbins, 1998). Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan. Pada beberapa penelitian juga dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kondisi kerja dengan stres kerja seperti penelitian oleh Supardi (2008) dan Siboro (2009). Berbeda dengan dua penelitian di atas, penelitian ini ingin melihat kondisi kerja yang berbeda dari


(35)

penelitian-penelitian sebelumnya yang berdasarkan pada tiga aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005) terhadap stres kerja.

E. HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai, yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.


(36)

dengan bagaimana cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat inferensial. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerik atau angka yang diperoleh dengan metode statistik (Azwar, 2005). Penelitian inferensial bertujuan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Independen variabel : Kondisi kerja

2. Dependen varibael : Stres kerja

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Kondisi Kerja

Kondisi kerja adalah keadaan dan situasi selama bekerja yang diukur berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005), yaitu kondisi kerja fisik yang berkaitan dengan penerangan, kebisingan, temperatur, dan peralatan; kondisi psikologis kerja yang merupakan bosan kerja dan keletihan kerja; serta kondisi temporer kerja yang merupakan waktu yang digunakan untuk bekerja dan istirahat.


(37)

Kondisi kerja ini akan diukur dengan skala likert yang dirancang oleh peneliti. Hasil pengukuran akan menunjukkan skor kondisi kerja yang diperoleh dari skala kondisi kerja yang apabila skor kondisi kerja tinggi maka pekerja memiliki penilaian negatif terhadap kondisi kerjanya sementara apabila skor kondisi kerja rendah maka pekerja memiliki anggapan positif terhadap kondisi kerjanya.

2. Stres Kerja

Stres kerja adalah kondisi yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara karakteristik-karakteristik individu dengan aspek-aspek dalam pekerjaan sehingga berdampak pada munculnya gejala-gejala psikologis, fisik, dan perilaku pada pekerja. Stres kerja ini akan diukur dengan tiga simptom-simptom yang disebutkan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987), yaitu simptom psikologis, simptom fisik, dan simptom perilaku pada pekerja.

Stres kerja ini diukur dengan menggunakan skala likert yang dirancang oleh peneliti. Hasil pengukuran dengan skala stres kerja akan menghasilkan skor stres kerja yang mana apabila semakin tinggi skor stres kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja subjek dan semakin rendah skor stres kerja maka akan semakin rendah pula tingkat stres kerja subjek.

C. POPULASI

Hadi (2000) mengemukakan bahwa semua individu yang memiliki generalisasi keadaan atau kenyataan yang sama disebut dengan populasi, sedangkan individu yang diselidiki yang merupakan bagian dari populasi disebut


(38)

sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah supir mobil tangki yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.

Dalam penelitian ini akan digunakan sampel dari semua populasi sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. Subjek penelitian adalah 135 supir mobil tangki yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.

D. ALAT UKUR PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala kondisi kerja dan skala stres kerja yang dirancang oleh peneliti.

1. Skala Kondisi Kerja

Skala ini dirancang oleh peneliti berdasarkan pada aspek-aspek kondisi kerja yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2005), yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Model skala ini yaitu menggunakan skala likert yaitu metode pengukuran yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala. Setiap pernyataan memiliki 5 pilihan respon yaitu: STS (Sangat Tidak Setuju); N (Netral); TS (Tidak Setuju); S (Setuju); dan SS (Sangat Setuju). Skala akan diberikan dalam bentuk aitem favorable dan unfavorable. Rentang skor akan bergerak dari 0 sampai dengan 4. Bobot nilai pada aitem favorable adalah STS = 0; TS = 1; N = 2; S = 3; dan SS = 4. Sementara bobot nilai pada aitem unfavorable adalah STS = 4; TS = 3; N =2; S = 1; SS = 0.

Penyusunan alat ukur ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel di bawah ini:


(39)

Tabel 1. Blue Print Skala Kondisi Kerja

No Aspek-Aspek Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Kondisi Fisik Kerja

1, 2, 7, 8, 19, 14, 15, 20, 26, 9, 16,

24, 28

12, 13, 3, 4, 21 18 2. Kondisi Psikologis Kerja 5, 17, 10, 27 22 5

3. Kondisi Temporer Kerja 6, 23, 11 18, 25 5

TOTAL 28

2. Skala stres kerja

Skala ini dirancang oleh peneliti berdasarkan pada simptom-simptom stres kerja yang disebutkan oleh Beehr dan Newman, yaitu simptom psikologi, simptom fisik, dan simptom perilaku. Model skala ini yaitu menggunakan skala likert yaitu metode pengukuran yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala. Setiap pernyataan memiliki 5 pilihan respon, yaitu: STS = Sangat Tidak Sesuai; TS = Tidak Sesuai; N = Netral; S = Sesuai; dan SS = Sangat Sesuai. Skala akan diberikan dalam bentuk aitem favorable dan unfavorable. Rentang skor akan bergerak dari 0 sampai dengan 4. Bobot nilai pada aitem favorable adalah STS = 0; TS = 1; N = 2; S = 3; dan SS = 4. Sementara bobot nilai pada aitem unfavorable adalah STS = 4; TS = 3; N = 2; S = 1; SS = 0.

Penyusunan alat ukur ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Blue Print Skala Stres Kerja

No Simptom-Simptom Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Simptom Psikologis 1, 2, 3, 4, 5, 7, 17,

18, 19, 22, 23, 31,

6, 16, 20, 39,


(40)

32

2. Simptom Fisik 8, 9, 10, 24, 33, 34 25 7

3. Simptom Perilaku

11, 12, 13, 14, 15, 26, 27, 28, 29, 30,

35, 36, 37, 38,

21 15

TOTAL 40

E. VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM, DAN RELIABILITAS 1. Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar mampu mengukur apa yang hendak diukur. Azwar (2013) mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan pengujian validitas.

Validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu evaluasi melalui akal sehat (common sense) yang mampu menilai apakah isi skala memang mendukung konstrak teoretik yang diukur. Untuk mendukung evaluasi ini diperlukan juga kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompenten (expert judgement). Penilaian ini diperoleh dengan cara konsultasi dengan dosen pembimbing.

Penyusunan alat ukur dilakukan peneliti dengan menentukan terlebih dahulu kawasan isi dari stres kerja dan kondisi kerja. Setelah itu, peneliti membuat aitem-aitem yang bertujuan untuk menggali kawasan tersebut. Selanjutnya, peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis rasional atau (expert judgement), yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti.


(41)

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang ingin diukur (Azwar, 2013). Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena dapat mengentahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya.

Pengujian daya beda aitem diperoleh melalui komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total ( ). Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya bedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2013).

3. Reliabilitas

Menurut Hadi (2000), reliabilitas alat ukur menunjukkan keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Azwar (2013) mengungkapkan bahwa reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran.

Uji reliabilitas pada alat ukur ini menggunakan pendekatan internal concistency yaitu Cronbach’s Alpha. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Apabila koefisien reliabilitas semakin mendekat angka 1,00 maka pengukuran semakin reliabel. Begitu juga sebaliknya, koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 0 maka pengukuran semakin tidak reliabel.


(42)

4. Hasil Pengolahan Alat Ukur

Pengujian alat ukur dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai. Hadi (2000) menjelaskan bahwa try out terpakai adalah uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Peneliti menggunaan try out terpakai dengan pertimbangan jenis pekerjaan subjek penelitian yang tidak selalu berada ditempat sehingga akan sulit untuk mengambil data lebih dari satu kali. Alat ukur disebarkan kepada 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa yang merupakan subjek penelitian ini.

Skala yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Peneliti menggunakan kriteria pemilihan aitem berdasarkan nilai koefisiean korelasi minimal 0,30 ( ≥ 0.30). Hal ini dikarenakan semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2013).

a. Skala Kondisi Kerja

Berdasaarkan hasil analisis skala kondisi kerja dari 28 aitem, terdapat 25 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal 0,30 dan terdapat 3 aitem yang gugur. Hasil perhitungan reliabilitas skala stres kerja menghasilkan koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,871

Tabel 3. Hasil Pengolahan Skala Kondisi Kerja

No Aspek-Aspek Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Kondisi Fisik Kerja

1, 2, 7, 8, 19, 14, 15, 20, 26, 9, 16,

24, 28

13, 3, 21 16 2. Kondisi Psikologis Kerja 5, 17, 10, 27 22 5


(43)

3. Kondisi Temporer Kerja 6, 23, 11 18 4

TOTAL 25

b. Skala Stres Kerja

Berdasaarkan hasil analisis skala stres kerja dari 40 aitem, terdapat 36 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal 0,30 dan terdapat 4 aitem yang gugur. Hasil perhitungan reliabilitas skala stres kerja menghasilkan koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,923.

Tabel 4. Hasil Pengolahan Skala Stres Kerja

No Simptom-Simptom Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Simptom Psikologis 1, 2, 3, 4, 5, 7, 17,

18, 22, 23, 31, 32 6, 16, 40 15 2. Simptom Fisik 8, 9, 10, 24, 33,

34 25 7

3. Simptom Perilaku

11, 13, 14, 15, 26, 27, 28, 29, 30, 35,

36, 37, 38,

21 14

TOTAL 36

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a. Perizinan

1) Peneliti memohon pembuatan surat izin dari fakultas untuk melakukan penelitian di PT Elnusa Petrofin Dumai.

2) Peneliti meminta izin kepada pihak PT Elnusa Petrofin Dumai untuk melakukan pengambilan data terkait dengan penelitian yang akan peneliti


(44)

lakukan dan menyerahkan surat izin yang telah peneliti peroleh dari kampus untuk mendapatkan persetujuan dari perusahaan.

3) Menentukan tanggal pengambilan data dengan pihak PT Elnusa Petrofin Dumai

4) Peneliti meminta ketersediaan subjek untuk menjadi subjek penelitian dengan memberikan penjelasan terkait penelitian sehingga subjek bersedia mengisi skala dengan menjawab sesuai dengan dirinya sendiri tanpa ada paksaan.

b. Alat Ukur Penelitian

1) Menentukan aspek-aspek pengukuran variabel-variabel penelitian.

2) Membuat alat ukur penelitian yaitu skala stres kerja dan skala kondisi kerja.

3) Alat ukur yang telah dibuat diuji dengan bantuan professional judgement yang merupakan dosen pembimbing peneliti.

4) Menganaliasa hasil uji coba alat ukur penelitian.

5) Menyusun kembali alat ukur yang telah dianalisa untuk diberikan kepada subjek penelitian.

1. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015 selama 5 hari kerja yang dimulai dari tanggal 4 – 8 Mei dari pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB di PT Elnusa Petrofin Dumai.

a. Pihak PT Elnusa Petrofin Dumai membantu peneliti mengumpulkan subjek penelitian pada satu tempat yang merupakan tempat istirahat mereka sehingga


(45)

peneliti dapat memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan peneliti datang ke PT Elnusa Petrofin Dumai

b. Pengambilan data dilakukan menggunakan skala stres kerja dan kondisi kerja yang peneliti berikan kepada subjek.

c. Memberikan penjelasan singkat mengenai penelitian dan instruksi pengerjaan skala kepada subjek.

d. Setelah subjek mengerti, mereka akan diberi waktu untuk mengisi skala yang telah diberikan. Subjek juga diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti terkait dengan pengisian skala.

e. Subjek yang telah selesai mengisi skala dipersilahkan untuk mengumpulkan kembali skala penelitian dan respondek akan diberikan reward yang telah peneliti siapkan sebelumnya.

f. Berdasarkan pada jenis pekerjaan subjek, pengambilan data yang dilakukan tidak selalu pada waktu yang sama. Pengambilan data juga dilakukan dengan try out terpakai sehingga pengambilan data hanya dilakukan sekali saja. Hal ini dikarenakan jadwal pekerjaan tiap subjek penelitian yang berbeda-beda sehingga sulit untuk mengambil data lagi.

2. Tahap Pengolahan Data Penelitian

Setelah data kondisi kerja dan stres kerja supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai terkumpul seluruhnya, maka data tersebut diolah dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.


(46)

G. METODE ANALISIS DATA

Model analisis statistika yang digunakan untuk melihat pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis uji regresi linier. Keseluruhan analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Sebelum melakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah data tersebar secara normal atau tidak. Standar normal yang digunakan adalah jika p > 0.05 maka sebaran data dikatakan normal dan begitu juga sebaliknya, apabila p < 0.05 maka sebaran data tidak normal (Hadi, 2000). Uji normalitas dianalisis dengan menggunakan one-way kolmogorov-smirnov dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui linear atau tidaknya hubungan antar variabel. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. Apabila p < 0.05 maka hubungan antar variabel dinyatakan linear, sebaliknya apabila p > 0.05 maka hubungan antar variabel tersebut tidak linear (Hadi, 2000).


(47)

Pada bab ini, penulis akan menguraikan keseluruhan hasil penelitian. Analisis data dimulai dengan memaparkan gambaran umum responden penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang berjumlah 135 orang. Berikut diperoleh gambaran umum subjek penelitian berdasarkan pada jenis kelamin, usia, dan status pernikahan.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat lebih jelas pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 135 100%

Perempuan 0 0%

Total 135 orang 100%

Berdasarkan pada Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa semua subjek penelitian adalah laki-laki. Hal ini menandakan bahwa 135 orang (100%) subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki.


(48)

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat dikelompokkan dalam dua perkembangan usia menurut Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (21 – 40 tahun), dan dewasa madya (41 – 60 tahun). Penyebaran subjek berdasarkan pada usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

20 – 40 tahun 81 60%

41 – 60 tahun 54 40%

Total 135 orang 100%

Pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan usia antara 20 – 40 tahun sebanyak 81 orang (60%) sedangkan subjek yang berusia di antara 41 – 60 tahun sebanyak 54 orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berada pada usia dewasa awal lebih banyak daripada jumlah subjek yang berada pada usia dewasa madya.

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

PT Elnusa Petrofin Dumai telah berdiri sejak tahun 2007 sehingga masa kerja paling lama adalah selama 8 tahun. Gambaran subjek berdasarkan masa kerja akan dibagi dalam dua kelompok yaitu, 1 – 4 tahun dan 5 – 8 tahun. Penyebaran subjek berdasarkan pada masa kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase

1 – 4 tahun 29 21,48%


(49)

Pada tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang bekerja dalam rentang 1 – 4 tahun berjumlah 29 orang (21,48%) dan subjek yang bekerja dalam rentang 5 – 8 tahun sebanyak 106 orang (78, 52%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian bekerja dalam rentang 5 – 8 tahun yang menandakan mereka telah bekerja dari awal sejak PT Elnusa Petrofin Dumai berdiri.

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum data penelitian dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian tersebut yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian tersebar secara normal atau tidak. Uji normalitas dianalisis dengan menggunakan one-way kolmogorov-smirnov dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.

Standar normal yang digunakan adalah jika p > 0.05 maka sebaran data dikatakan normal sedngkan apabila p < 0.05 maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Kondisi Kerja .073 135 .073


(50)

Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa pada data kondisi kerja diperolah nilai p = 0,073. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran data kondisi kerja kerja terdistribusi secara normal. Selanjuntya unuk data stres kerja diperoleh nilai p = 0,057 yang juga menandakan penyebaran data stres kerja terdistribusi normal. b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linear atau tidaknya hubungan antara variabel, yaitu variabel kondisi kerja dan variabel stres kerja. Apabila p < 0.05 maka hubungan antar variabel linear dan bila p > 0.05 maka hubungan antar variabel tersebut tidak linear (Hadi, 2000). Hasil uji linearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig. Stres Kerja * Kondisi

Kerja

(Combined)

29149.313 42 694.031 2.432 .000

Linearity 16829.974 1 16829.974 58.968 .000 Deviation from Linearity 12319.339 41 300.472 1.053 .410

Berdasarkan pada Tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa hubungan antara kondisi kerja terhadap stres kerja adalah hubungan yang linear dengan p = 0,001 yang menandakan bahwa p < 0,05.

2. Hasil Analisis Data

Untuk pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesa statistik sebagai berikut :


(51)

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai

Ha : Terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka akan semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji regresi linier dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Regresi Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Regression 16829.974 1 16829.974 58.024 .000a Residual 38577.107 133 290.053

Total 55407.081 134

Berdasarkan hasil pengujian statistik pada Tabel 10 di atas, diperoleh nilai sig. antara pengaruh kondisi kerja terhadap stes kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai adalah sebesar 0,001 dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa 0,001 < 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang artinya terdapat pengaruh antara kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka


(52)

semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

Untuk melihat seberapa sumbangan yang diberikan kondisi kerja terhadap sttres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Besar Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .551a .304 .299 17.031

Berdasarkan pada Tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa nilai R square sebesar 0,304. Nilai ini yang menunjukkan seberapa besar sumbangan yang diberikan variabel kondisi kerja terhadap variabel stres kerja. Dengan kata lain, sumbangan yang diberikan adalah sebesar 30,4%. Selanjutnya persamaan regresi kedua varibael dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Persamaan Regresi Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 20.807 7.029 2.960 .004

Kondisi Kerja .953 .125 .551 7.617 .000

Pada Tabel 12 di atas, variabel kondisi kerja memiliki nilai sig. 0,001 yang mana 0,001 < 0,05 sehingga variabel kondisi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap variabel stres kerja. Selanjutnya dapat dilihat bahwa persamaan garis regresi yang dihasilkan adalah Y 20,807 + 0,953 X. Hal ini


(53)

menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan skor variabel kondisi kerja (X), maka tingkat stres kerja (Y) akan bertambah sebesar 0,953. Dengan kata lain, semakin negatif persepsi supir mobil tangki terhadap kondisi kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja supir mobil tangki tersebut.

C. HASIL TAMBAHAN

1. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Mean stres kerja subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase Mean

20 – 40 tahun 81 60% 70.96

41 – 60 tahun 54 40% 76.48

Total 135 orang 100%

Berdasarkan pada Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang berada pada tingakatan usia dewasa madya (41 – 60 tahun) memiliki nilai mean sebesar 76,48 dan subek penelitian yang berada pada tingkatan usia dewasa awal (21 – 40 tahun) memiliki nilai mean sebesar 70,96. Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean subjek pada tingkatan usia dewasa madya lebih besar daripada subjek pada tingkatan usia dewasa awal.

2. Mean Stres Kerja Subjek Berdasarkan pada Masa Kerja

Mean Stres Kerja subjek penelitian berdasarkan pada masa kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(54)

Tabel 14. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase Mean

1 – 4 tahun 29 21,48% 74.90

5 – 8 tahun 106 78,52% 72.70

Total 135 orang 100%

Berdasarkan pada Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang telah bekerja dari 1 – 4 tahun memiliki nilai mean sebesar 74,90 da subjek penelitian yang telah bekerja selama 5 – 8 tahun memiliki nilai mean sebesar 72,70. Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean subjek penelitian yang bekerja dari 1 – 4 tahun lebih besar daripada subjek penelitian yang bekerja selama 5 – 8 tahun.

3. Pengaruh Aspek-Aspek Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja

Berdasarkan pada hasil uji regresi di bawah ini, dapat dilihat aspek-aspek kondisi kerja mana yang lebih memberikan pengaruh pada stres kerja.

Tabel 15. Persamaan Regresi Aspek-Aspek Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 21.212 7.241 2.929 .004

Kondisi Fisik Kerja .999 .324 .376 3.083 .002

Kondisi Psikologis

Kerja .988 .766 .146 1.291 .199

Kondisi Temporer

Kerja .706 .844 .081 .837 .404

Berdasarkan pada Tabel 15 di atas, dapat dilihat bahwa hanya aspek kondisi fisik kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja dengan


(55)

tetapi tidak signifikan terhadap stres kerja dengan nilai sig. 0,199 > 0,05 dan begitu pula dengan aspek kondisi temporer kerja yang berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap stres kerja dengan nilai sig. 0,404 > 0,05.

4. Kategorisasi

Berdasarkan pada data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kriteria pengkategorisasian didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal (Azwar, 2013).

1) Gambaran Skor Kondisi Kerja

Skala Kondisi Kerja terdiri dari 25 aitem dengan lima pilihan jawabah yang bergerak dari 0 sampai 4. Dari skala yang telah diisi oleh subjek maka diperoleh gambaran skor empirik dan skor hipotetik pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Gambaran Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kondisi Kerja

N Minimum Maximum Mean SD

Empirik 135 31 81 54.94 11.759

Hipotetik 135 0 100 50 16.667

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 16, diperoleh hasil perbandingan mean empiriK dan mean hipotetik dari variabel kondisi kerja yang menunjukkan µe > µt yaitu 54,94 > 50 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor kondisi kerja pada subjek penelitian berada di atas rata-rata skor kondisi kerja pada umumnya.

Data penelitian yang telah didapatkan selanjutnya digunakan peneliti untuk mengkategorisasikan kondisi kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dalam tiga tingkatan. Adapun norma kategorisasinya sebagai berikut:


(56)

Tabel 17. Norma Kategorisasi Kondisi Kerja

Rentang nilai Kategori

X < (µ– 1σ) Positif

(µ – 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Netral

(µ + 1σ) ≤ X Negatif

Kriteria kategorisasi untuk variabel kondisi kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 18. Kategorisasi Skor Kondisi Kerja

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Kondisi

Kerja

X < 33 Positif 2 1,48%

34 ≤ X ≤ 67 Netral 115 85,19%

67 ≤ X Negatif 18 13,33%

Total 135 100 %

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada Tabel 18 di atas, dapat dilihat subjek mayoritas berada pada kategori netral sebanyak 115 orang (85,19%). Selebihnya terdapat 18 orang (13,33%) yang berada pada kategori negatif dan 2 orang (1,48%) yang pada kategori positif.

2) Gambaran Skor Stres Kerja

Skala stres kerja terdiri dari 36 aitem dengan lima pilihan jawaban yang bergerak dari 0 sampai 4. Dari skal stres kera yang diisi oleh subjek, diperoleh gambaran skor empirik dan skor hipotetik pada tabel di bawah ini:

Tabel 19. Gambaran Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Stres Kerja

N Minimum Maximum Mean SD

Empirik 135 36 125 73.17 20.334


(57)

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19, diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel stres kerja yang menunjukkan µe > µt yaitu 73,17 > 72 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor stres kerja pada subjek penelitian berada di atas rata-rata skor stres kerja pada umumnya.

Data penelitian yang telah didapatkan selanjutnya digunakan peneliti untuk mengkategorisasikan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dalam tiga tingkatan. Adapun norma kategorisasinya sebagai berikut:

Tabel 20. Norma Kategorisasi Stres Kerja

Rentang nilai Kategori

X < (µ– 1σ) Rendah

(µ – 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Sedang

(µ + 1σ) ≤ X Tinggi

Kriteria kategorisasi untuk variabel stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 21. Kategorisasi Skor Stres Kerja

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Stres Kerja

X < 48 Rendah 15 11,11%

48 ≤ X ≤ 96 Sedang 101 74,81%

96 ≤ X Tinggi 19 14,08%

Total 135 100%

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada Tabel 21 di atas, dapat dilihat bahwa 15 orang (11,11%) berada pada kategori stres kerja yang rendah, 101 orang (74,81%) berada dalam kategori stres kerja yang sedang, dan 19 orang (14,08%) berada dalam kategori stres kerja yang tinggi.


(58)

D. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 135 supir mobil tangki yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai. Semua subjek penelitian berjenis kelamin lelaki dengan tingkatan usia pada dewasa awal yang berjumlah 81 orang (60%) dan pada dewasa madya sebanyak 54 orang (40%). Nilai mean stres kerja subjek penelitian pada tingkatan usia dewasa madya sebesar 76,48 dan nilai mean stres kerja subjek penelitian pada tingakatan usia dewasa awal sebesar 70,96. Hal ini menunjukkan bahwa mean stres kerja subjek pada tingkatan usia dewasa madya lebih besar daripada nilai mean stres kerja subjek pada tingkatan usia dewasa awal.

Mayoritas subjek penelitian bekerja pada rentang waktu 5 – 8 tahun sebanyak 106 orang (78,52%) dan sisanya sebanyak 29 orang (21,48%). Nilai mean stres kerja subjek penelitian yang bekerja dari rentang 1 – 4 tahun sebesar 74,90 dan nilai mean stres kerja subjek penelitian yang bekerja selama 5 – 8 tahun sebesar 72,70. Hal ini menunjukkan bahwa mean stres kerja subjek yang bekerja pada rentang 1 – 4 tahun lebih besar daripada mean stres kerja subjek yang bekerja pada rentang 5 – 8 tahun.

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa hipotesis peneliti diterima yaitu ada pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh tersebut signifikan.


(59)

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode regresi linear, diketahui bahwa kondisi kerja mempengaruhi stres kerja sebesar 30,4%. Artinya, kondisi kerja memberikan pengaruh sebesar 30,4% terhadap stres kerja yang dialami supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan Rice (1987) bahwa kondisi kerja merupakan salah satu sumber stres kerja pada individu di organisasi. Kondisi kerja tersebut sejalan dengan kondisi kerja yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2005) yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu oleh Pitaloka (2011) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja. Hasil lanjutan menyatakan bahwa kondisi kerja lebih berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja.

Hasil tambahan menunjukkan bahwa dari ketiga aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005), hanya aspek kondisi fisik kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja sementara aspek kondisi psikologis kerja maupun aspek temporer kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap stres kerja. Sehingga dari ketiga aspek-aspek kondisi kerja tersebut dapat dikatakan bahwa aspek kondisi fisik kerja lebih berpengaruh terhadap stres kerja daripada kedua aspek-aspek kondisi kerja lainnya. Hasil ini didukung dengan penelitian oleh Pratiwi & Wahyuningtyas (2015) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja.

Berdasarkan pada kategorisasi skor kondisi kerja yang diperoleh, subjek penelitian yang memiliki persepsi negatif terhadap kondisi kerja sebanyak 18


(60)

orang (13,33%), persepsi netral terhadap kondisi kerja sebanyak 115 orang (85,19%), dan persepsi positif terhadap kondisi kerja sebanyak 2 orang (1,48%). Berdasarkan pada kategorisasi jenjang tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi subjek penelitian terhadap kondisi kerja mengarah kepada kategori netral yang lebih besar dibanding yang lain. Subjek penelitian cenderung netral dalam mempersepsikan kondisi kerjanya yang bisa disebabkan karena subjek sudah beradaptasi dengan kondisi kerja tersebut setelah lama bekerja di perusahaan. Sementara itu, subjek penelitian yang mempersepsikan kondisi kerjanya secara negatif merasa tidak nyaman dengan kondisi kerjanya dan subjek penelitian yang memiliki persepsi positif terhadap kondisi kerjanya merasa nyaman dengan kondisi kerjanya. Seperti yang dikatakan Robbins (1998) bahwa kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas.

Pada stres kerja, diketahui bahwa subjek penelitian yang merasakan stres kerja tinggi berjumlah 19 orang (14,08%), stres kerja sedang sebanyak 101 orang (74,81%), dan stres kerja rendah sebanyak 15 orang (11,11%). Berdasarkan pada kategorisasi jenjang tersebut, mayoritas dari subjek penelitian mengalami tingkat stres kerja yang sedang. Hal ini bisa dikarenakan subjek sudah bisa mengatasi keadaan stresnya karena mampu menyesuaikan diri dengan keadaannya. Sementara itu, subjek penelitian yang merasakan stres kerja tinggi bisa disebabkan karena ia tidak mampu menyesuaikan diri dan subjek yang merasakan stres kerja rendah dikarenakan ia dari awal sudah terbiasa dengan keadaannya. Seperti hasil penelitian oleh Setiawati & Rosyid (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara


(61)

kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja. Sehingga individu yang memiliki kemampuan penyesuaian diri tinggi terhadap pekerjaan berkemungkinan kecil mengalami stres dalam bekerja dan sebaliknya, individu yang memiliki kemampuan penyesuaian diri rendah terhadap pekerjaan akan mengalami stres dalam bekerja.


(62)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan juga saran-saran yang akan diberikan untuk perusahaan. A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada pengujian hipotesis, terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang mana semakin negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka akan semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.

2. Kondisi kerja mempengaruhi stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai adalah sebanyak 30,4%.

3. Aspek kondisi fisik kerja lebih berpengaruh terhadap stres kerja daripada aspek-aspek kondisi kerja lainnya.

4. Berdasarkan pada kategorisasi data hipotetik kondisi kerja, sebagian besar subjek mengarah pada kategori kondisi kerja yang netral, kemudian diikuti oleh kategori yang negatif, hingga yang paling sedikit kategori positif.

5. Berdasarkan pada kategorisasi data hipotetik stres kerja, sebagian besar subjek berada pada kategori stres kerja yang sedang, diikuti dengan kategori stres kerja yang tinggi lalu kategori stres kerja yang rendah.


(63)

B. SARAN

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, peneliti mencoba memberikan beberapa saran, di antaranya: 1. Saran Praktis (Bagi Perusahaan)

a. Para pekerja yang mengalami stres kerja sedang ke tinggi dapat dibantu dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih nyaman agar mampu merubah penilaian pekerja terhadap kondisi kerjanya menjadi lebih positif sehingga mengurangi tingkat stres kerja yang dirasakan.

b. Berdasarkan pada hasil penelitian yang menyatakan bahwa kondisi fisik kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap stres kerja maka perusahaan dapat melakukan langkah-langkah berupa menyediakan peralatan kerja dengan lebih lengkap serta mencipatkan tempat kerja yang bersih dan tempat istirahat yang layak.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A., & Ramzah, M. (2013). Effects of job stress on employee job performance a study on banking sector of Pakistan. IOSR Journal of Business and Management, 11, 61-68.

Azwar, S. (2005). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coetzee, M., & M. de Villiers. (2010). Sources of job stress, work engagement an career orientations of employes in South African financial institution. Southern African Business Review, 14. 27-58.

Daftar pekerjaan paling berbahaya. (2008). Dikutip September 2014, dari http://nasional.kompas.com/read/2008/07/09/1344046/daftar.pekerjaan.p aling.berbahaya

Elnusa Petrofin Online. Dikutip Desember 2014, dari http://www.elnusapetrofin.co.id

Djajendra. (2012). Djajendra Corporate Motivator. Dikutip Desember, dari Djajendra Corporate Motivator: http://djajendra-motivator.com/?p=783

Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Halkos, G. M., & Bousinakis, D. (2008). The influence of stress and satisfaction on productivity. Online. Dikutip Januari 2015, dari http://mpra.ub.uni-muenchen.de/39654/

Hanzlikova, I. (2005). Professional Drivers: The Sources of Occupational Stress. Paper.

Hurlock, B. E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

International Labour Organization. Working Condition. Dikutip Oktober 2014, dari www.ilo.org

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Dikutip November 2014, dari kkbi.web.id


(65)

Mangkunegara, A. P. (2005). Perilaku dan budaya organisasi. Bandung: Refika Aditama.

McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2003). Organizational behavior: Emerging realitites for the workplace revolution. New York: Mc-Graw-Hill. Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI-Press. Newstrom, J. W., & Davis, K. (1996). Perilaku dalam organisasi (edisi ketujuh).

Jakarta: Erlangga.

Nitisemito, A. S. (2000). Manajemen personalia: Manajemen sumber daya manusia (edisi ketiga). Jakarta: Ghalia Indonesia.

National Institute for Occupational Safety and Health. Stress at Work. DHHS (NIOSH) Publication 99-101.

Pitaloka, D. (2011). Hubungan Kondisi Kerja dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Kaban Jahe Kab. Karo Tahun 2010. Tesis. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Pratiwi, M. D., & Wahyuningtyas, R. (2015). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik terhadap Stres Kerja Karyawan (Studi pada Krakatau Steel (PERSERO) Tbk Divisi CRM)). Jurnal.

Raggatt, P. T. F. (1991). Work Stress among Long-Distance Coach Drivers: A Survey and Correlational Study. Journal of Organizational Behavior, 12 565-579.

Rice, P. L. (1987). Stress and health: Principles and practice for coping and wellness. USA: Brooks/Cole Publishing Company.

Robbins, S. P. (1998). Perilaku organisasi: Konsep, kontroversi, aplikasi (edisi kedelapan). Jakarta: Prenhallindo.

Sarafino, E. P., & Timothy, W. S. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction (7th edition). USA: John Wiley & Sons.

Setiawati, H. N., & Rosyid, H. F. (2005). Hubungan antara Penyesuaian Diri terhadap Pekerjaan dengan Stres Kerja pada Karyawan di PT Telekomunikasi Indonesia, tbk. Naskah Publikasi. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.

Siboro, T. S. (2009). Hubungan Kondisi Kerja dan Karakteristik Individual dengan Stres Kerja pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam 2008. Tesis. Universitas Sumatera Utara: Medan


(66)

Supardi. (2008). Analisa Stres Kerja pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat dalam Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Wijono, S. (20120). Psikologi industri dan organisasi: Dalam suatu bidang gerak

psikologi sumber daya manusia. Jakarta: Kencana.


(67)

(68)

LAMPIRAN A


(69)

SKALA

PSIKOLOGI

Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

2015


(1)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

80.2963 440.747 20.99398 40

Pengolahan 2

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 135 100.0

Excludeda 0 .0

Total 135 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.923 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 71.2667 382.839 .694 .919

VAR00002 71.3704 384.160 .632 .919

VAR00003 71.2000 389.012 .586 .920

VAR00004 71.3556 391.350 .513 .921

VAR00005 71.1704 391.456 .545 .921

VAR00006 70.7704 389.089 .549 .920

VAR00007 71.0074 394.933 .441 .922


(2)

VAR00009 71.2000 392.639 .422 .922

VAR00010 71.1630 392.511 .465 .921

VAR00011 70.9481 391.587 .446 .922

VAR00013 71.1111 393.622 .461 .921

VAR00014 71.2222 394.592 .491 .921

VAR00015 71.0741 389.771 .537 .921

VAR00016 71.0444 390.953 .470 .921

VAR00017 70.9111 398.485 .367 .922

VAR00018 70.7259 384.812 .541 .920

VAR00021 71.3037 388.407 .448 .922

VAR00022 71.2741 389.215 .504 .921

VAR00023 71.0741 390.621 .502 .921

VAR00024 71.1259 385.663 .515 .921

VAR00025 71.0148 388.268 .574 .920

VAR00026 71.0000 389.403 .475 .921

VAR00027 71.0370 386.409 .555 .920

VAR00028 70.7556 398.485 .359 .922

VAR00029 71.0074 399.754 .315 .923

VAR00030 70.9556 392.311 .477 .921

VAR00031 71.0963 387.938 .583 .920

VAR00032 71.2370 391.361 .547 .921

VAR00033 71.1037 397.706 .358 .923

VAR00034 71.2889 388.028 .545 .920

VAR00035 71.2519 396.638 .360 .923

VAR00036 71.1926 394.216 .462 .921

VAR00037 71.7111 397.625 .328 .923

VAR00038 71.4889 396.714 .381 .922

VAR00040 71.5481 396.876 .417 .922

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

LAMPIRAN D

UJI ASUMSI DAN


(4)

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

KondisiKerja .073 135 .073

StresKerja .076 135 .057

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

StresKerja * KondisiKerja

Between Groups (Combined) 29149.313 42 694.031 2.432 .000

Linearity 16829.974 1 16829.974 58.968 .000

Deviation from

Linearity 12319.339 41 300.472 1.053 .410

Within Groups 26257.768 92 285.411

Total 55407.081 134

Uji Regresi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16829.974 1 16829.974 58.024 .000a

Residual 38577.107 133 290.053

Total 55407.081 134

a. Predictors: (Constant), KondisiKerja b. Dependent Variable: StresKerja


(5)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .551a .304 .299 17.031

a. Predictors: (Constant), KondisiKerja

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20.807 7.029 2.960 .004

KondisiKerja .953 .125 .551 7.617 .000

a. Dependent Variable: StresKerja

Per aspek kondisi kerja

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 21.212 7.241 2.929 .004

KondisiFisk .999 .324 .376 3.083 .002

KondisiPsikologis .988 .766 .146 1.291 .199

KondisiTemporer .706 .844 .081 .837 .404


(6)

Mean Empirik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KondisiKerja 135 31 81 54.94 11.759

StresKerja 135 36 125 73.17 20.334

Valid N (listwise) 135

Mean Stres Kerja Berdasarkan Usia

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DM 54 45 125 76.48 20.549

AM 81 36 120 70.96 20.013

Valid N (listwise) 54

Mean Stres Kerja Berdasarkan Masa Kerja

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TH5 106 37 120 72.70 20.296

TH4 29 36 125 74.90 20.742