10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa
ini merupakan sebagian dari Kecamatan Pahae Jae, akan tetapi sekarang desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Purbatua. Letak Desa Sibulan-bulan sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Sipetang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidua Bahal
dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Jarak Desa Sibulan-bulan dengan kota Tarutung sekitar 52 Km.
Sebelum tahun 1980, tanaman karet yang berada di Desa Sibulan-bulan telah ada, bahkan sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Menurut salah seorang
informan, Wardi Sihombing, tanaman karet tersebut sudah ada sejak mereka dilahirkan. Mereka hanya mengetahui bahwa hutan yang ada disekitar desa
mereka adalah milik mereka yang terwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya sekaligus dipesankan agar dijagadan dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
1
Masyarakat Desa Sibulan-bulan belum mempunyai lahan pertanian padi sawah, mereka masih mengelolah hasil kebun dari peninggalan nenek moyang
mereka berupa tanaman karet. Setiap tahunnya keadaan penghasilan dari perkebunan ini semakin menurun karena tanaman karet yang semakin tua
sehingga kualitas hasil panennya semakin memburuk. Begitu pula dengan harga, sejak tahun 1980-an terus mengalami kemerosotan.
j Kondisi ini membuat
1
Wawancara, Wardi Sihombing, Kec.Purbatua, 04 november 2014
11
perekonomian di desa ini semakin merosot. o
Upaya o
untuk meremajakan perkebunan tersebut tidak ada lagi, melainkan mencari alternatif lain untuk
mempertahankan hidup. Keadaan tanaman karet tersebut tidak lagi menjanjikan untuk meningkatkan penghasilan. Kebutuhan untuk keperluan, termasuk
menyekolahkan anak-anak mereka sampai keperguruan tinggi tidak akan sanggup. Hal ini menyebabkan terjadinya kemiskinan, ketertinggalan, keterbatasan masa
depan dan penderitaan di desa ini, Akibat kondisi memprihatinkan tersebut, masyarakat Sibulan-bulan mencari solusi dari berbagai masyarakat, keluarga dan
kerabat yang ada serta yang berkunjung ke Desa Sibulan-bulan untuk mencoba melakukan pertanian padi.
Masyarakat Desa Sibulan-bulan memiliki perkebunan karet rata-rata satu hektarKK. Hal ini disebabkan karena pewarisan perkebunan pembagian lahan
terhadap keturunannya semakin berkurang atau semakin sedikit karena lahan dari peninggalan nenek moyang mereka diwariskan serta dibagikan kepada jumlah
anak-anaknya sehingga lahan yang dimiliki mereka semakin sedikit. Semakin minimnya penghasilan perkebunan karet tersebut, berakibat terhadap hasil
produksi perkebunan yang tidak mendukung bagi kebutuhan hidup mereka. Pada tahun 1980, masyarakat Desa Sibulan-bulan mulai beralih untuk
mencoba keberuntungan dengan menggarap lahan persawahan yang dulunya perkebunan dan lahan perkebunan karet yang ingin dijadikan pertanian padi
sawah sekitar 20 hektar. Adapun alat-alat yang digunakan untuk penggarapan tanah menggunakan alat-alat sederhana berupa kapak, parang, cangkul dan babat.
Dalam melakukan penggarapan tanah, banyak kesulitan-kesulitan yang ditemukan. Hal ini disebabkan karena bekas lahan dari tanaman-tanaman keras itu
12
sendiri, sehingga dalam proses pengerjaan lahan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama hingga berbulan-bulan.
Dalam proses pengolahan lahan perkebunan menjadi lahan pertanian padi, masyarakat Desa Sibulan-bulan masih bergantung kepada perkebunan karet
lainnya sebagai sumber utama dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya penghasilan dari perkebunan karet dalam
proses alih fungsi lahan. Akan tetapi cara yang digunakan mereka dalam mengantisipasi kebutuhan sehari-hari ialah menghemat dan mengkonsumsi
tanaman ubi-ubian sebagai tambahan makanan pokok dalam keberlangsungan hidup mereka selama dalam proses peralihan lahan tanaman sampai kepada hasil
yang didapat dari pertanian padi sawah. Sampai tahun 1990, Desa Sibulan-bulan masih desa yang terisolasi. Hal ini
disebabkan karena keberadaan Sungai Sipetang. Sungai Sipetang ini memiliki lebar 80 Meter dan kedalaman 4 Meter dengan bentuk sungainya yang sedikit
berbelok-belok, landai dan airnya agak tenang serta disetiap pinggiran sungai mempunyai sebagian pasir dan selebihnya rawa-rawa tetapi tidak memiliki
bebatuan, sehingga sungai ini sukar untuk dilalui terutama oleh para pendatang. Adapun alat transportasi untuk menyebrangi sungai tersebut ke Desa Sibulan-
bulan dengan menggunakan perahu. Akan tetapi pada musim hujan, tingkat ketinggian sungai Sipetang semakin bertambah sehingga masyarakat semakin sulit
untuk menyebrangi sungai tersebut dan telah ada beberapa korban jiwa yang hanyut dan meninggal akibat dari keberadaan sungai tersebut sehingga masyarakat
sulit untuk mendapatkan barang dan jasa ke Desa Sibulan-bulan. Adapun sungai Sipetang akan bermuara ke sungai Batangturoyang berdekatan dengan wilayah
13
Sibolga. Oleh karena itu pada tahun 2000, masyarakat Desa Sibulan-bulan bermohon kepada pemerintah daerah untuk membangun sebuah jembatan
penghubung antara Desa Sibulan-bulan dengan Desa Sipetang, supaya masyarakat lebih mudah untuk keluar masuk ke desa Sibulan-bulan dalam melakukan
hubungan kerja sama.
2
Desa Sibulan-bulan sebelah Timur di batasi oleh sungai Sipetang serta menjadi batas wilayah desa ini dengan desa lainnya dan sebelah Barat dibatasi
oleh hutan belantara, posisi letak Desa Sibulan-bulan memanjang dan setiap rumah pemukiman penduduk berdekatan dengan jalan utama desa. Dalam
kesehari-harian masyarakat Desa Sibulan-bulan, telah terbiasa dengan kehidupan yang berbondong-bondong atau hidup santai. Hal ini disebabkan ketika mereka
selesai dalam melakukan aktivitasnya sebagai pekerja kebun, maka mereka tidak lagi menumbuhkan perkembangan sektor perkebunan dari tanaman karet untuk
menambahi penghasilannya sehari-hari. Maka dengan beralihnya kehidupan mereka pada pertanian padi sawah, dimana pada umunyatanaman padi sawah
harus selalu diperhatikan dalam tumbuh kembangnya tanamantersebut sehingga mereka mulai terbiasa dengan kehidupan yangproaktif dan rajin dalam
aktivitasnya sehari-hari maupun dalam melakukan proses pertanian padi sawah. Hal tersebut membawa dampak yang baik dan awal kemajuan pola pikir
masyarakat Desa Sibulan-bulan dalam melakukan suatu pekerjaan yang rutin atau kewajibannya dalam memulai perubahan hidup yang lebih sejahtera.
Pada tahun 2000, masyarakat Sibulan-bulan telah merasakan kehidupan yang lebih layak dan lebih berarti dalam kehidupan pertanian padi sawah tersebut.
2
Wawancara, Pangihutan Ritonga, Kec.Purbatua, 06 november 2014
14
Dapat kita lihat dari produksi hasil panen yang semakin meningkat dari tahun- ketahun. Pertanian ini berdampak positif dan berhasil untuk menumbuhkan sektor
pertanian yang baik, sekaligus terjadi perubahan masyarakat petani dari yang kurang mampu menjadi lebih mampu. Sektor pembangunan dalam tatanan
pembangunan nasional memegang peranan penting selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk maupun bagi masyarakat Desa Sibulan-bulan.
Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor pertanian ini memberikan arti bahwa masa
mendatang sektor pertanian masih perlu terus dijaga dan ditumbuh kembangkan. Berdasarkan uraian diatas penulis membuat judul penelitian
“Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-bulan: Dari Karet Rakyat Ke
Pertanian 1980 – 2000” Adapun judul inibertujuan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Desa Sibulan-bulan. Penulis mengambil batasan tahun dimulai dari tahun 1980
sampai dengan tahun 2000. Pada tahun 1980 diambil sebagai batasan awal dari penulisan ini karena pada tahun inilah budidaya tanaman padi sawah dilakukan di
Desa Sibulan-bulan, sedangkan batasan akhir yang dibuat penulis ialah pada tahun 2000 karena pada tahun inilah terjadi perkembangan padi sawah di desa ini serta
pemekaran desa ini menjadi kecamatan baru. Pada kehidupan masyarakat Desa Sibulan-bulan, sebelum tahun 1980 aktivitas sehari-hari masyarakat desa ini
adalah berkebun, Akan tetapi mulai tahun 1980 sampai sekarang ini terjadi pergeseran dinamika kehidupan masyarakat Desa Sibulan-bulan dari berkebun
karet menjadi bertani padi sawah. Dengan terjadinya peralihan ini maka peningkatan pembangunan di desa ini dari tahun ke tahun semakin membaik. Hal
15
ini dapat dilihat dari segi pembangunan, renovasi rumah-rumah penduduk desa, akses jalan serta dari aspek kehidupan dan pola pikir yang semakin maju, dan juga
anak-anak dari para petani ini sudah bisa bersekolah mengejar cita-citanya masing-masing. Sehingga kedepannya akan semakin sukses dan semakin banyak
mutiara-mutiara generasi penerus bangsa dari Desa Sibulan-bulan yang aktif dalam masa depan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah