12 telah melengkapi tugas mereka. Penghargaan diberikan untuk bekerja sama dan
menyelesaikan tugas. Dalam model pembelajaran ini, tidak ada kompetisi antar kelompok.
Menurut Streeter dalam Suprayekti 2006: 90, ada enam langkah utama dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, yaitu: a pembelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, b penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal
lainnya, c siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok belajar, d bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok, e guru
memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah mereka pelajari, dan f guru memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh
individu maupun oleh kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dengan beberapa langkah utama dalam rangka memperoleh hasil
yang optimal dalam belajar.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
Menurut Fadmawati 2009: 12, pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan lembar pertanyaan dan
lembar jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sejalan dengan pendapat Widodo 2009: 12 bahwa pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah
13 pembelajaran dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai
dengan alternatif jawaban yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan siswa bertugas mengoreksi mencocokkan jawaban sehingga siswa diharapkan
mampu mencari jawaban dengan tepat dan benar. Disamping itu, Soeparno 1998: 60 berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah salah
satu permainan yang pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Menurut
Koemalasari 2010: 84, model pembelajaran scramble mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif
dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sebagai membentuk suatu jawaban pasangan konsep yang dimaksud.
Pembelajaran kooperatif tipe scramble, memiliki kesamaan dengan pembelajaran
kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemam- puan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. Dalam pembe- lajaran kooperatif tipe scramble ini perlu adanya kerja sama antar anggota
kelompok untuk saling membantu teman sekelompok untuk dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Teknik permainan ini di-
harapkan dapat memacu kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa dituntut aktif bekerjasama serta bertanggung
jawab terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan lembar soal. Pembelajaran kooperatif tipe scramble ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak
jawaban dengan harapan dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam menyelesaikan soal.
14 Menurut Hanafiah dan Suhana 2009: 53, langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe scramble sebagai berikut. 1.
Guru menyampaikan materi pelajaran. 2.
Guru membentuk kelompok siswa untuk diberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran.
3. Guru membagikan lembar soal dan jawaban dengan diacak nomornya
sehingga siswa dapat mencari jawaban yang tepat. 4.
Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal dan mencari jawaban yang sesuai.
5. Siswa dalam kelompok mempersentasikan hasil kerja kelompoknya dan
siswa yang lain menanggapi. 6.
Guru memberikan penilaian hasil kerja siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan beberapa langkah pembelajarannya
yang utama yaitu mencocokkan lembar pertanyaan dan jawaban sehingga siswa diharapkan mampu mencari jawaban dengan benar dari suatu konsep tertentu.
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran yang biasa digunakan di kelas selama ini adalah pembelajaran
konvensional, dimana kegiatan belajar ini identik dengan sifat menerima, guru berperan lebih aktif dan siswa berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan
kegiatan pengolahan bahan, karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru Ibrahim, 1991: 43. Pembelajaran konvensional sama
seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi bahan pelajaran dimana guru mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran sampai akhir. Menurut Ruseffendi 2006: 84, pembelajaran kon- vensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengu-
tamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung,