Hubungan Asupan Garam dengan Kejadian Pre-hipertensi Hubungan Stress dengan Kejadian Pre-hipertensi

5.2.4. Hubungan Asupan Garam dengan Kejadian Pre-hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi Pre-hipertensi dengan asupan garam tinggi yaitu 74,5, dan dengan asupan garam normal yaitu 30,9 Tabel 4.7. Gambar 5.5. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Asupan Garam Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,001 p 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan garam dengan kejadian pre-hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun tahun 2014. Ratio Prevalence sebesar 2,411 CI : 1,574-3,693 artinya asupan garam tinggi merupakan faktor risiko terjadinya pre-hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartikasari di desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang tahun 2012 dengan desain case control menunjukkan bahwa 74.5 30.9 25.5 69.1 10 20 30 40 50 60 70 80 Tinggi Normal P rop or si Asupan Garam Asupan Garam dengan Pre-hipertensi Pre-hipertensi Tekanan darah normal Universitas Sumatera Utara ada hubungan yang bermakna antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,008 p ᦪ 0,05 dan OR = 3,466. 26 Hal ini terjadi karena makanan cendrung asin rasanya lebih enak dibanding dengan makanan yang kurang asin, sehingga terpengaruh dengan pola konsumsi makanan asin yang lebih tinggi di banding dengan makanan yang kurang asin. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. 3 Universitas Sumatera Utara

5.2.5. Hubungan Stress dengan Kejadian Pre-hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi Pre-hipertensi pada yang stress yaitu 56,6, dan yang tidak stress yaitu 34,8 Tabel 4.8. Gambar 5.6. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Stress Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,064 p 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian pre-hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun tahun 2014. Ratio Prevalence sebesar 1,628 CI : 0,902-2,938 menunjukkan bahwa stress bukan sebagai faktor risiko terjadinya pre-hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu di RW. O1 Srengseng Sawah Jakarta Selatan tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian hipertensi, dengan nilai p = 1,000 p ᦫ 0,05 dan OR = 1,023. 27 56.6 34.8 43.4 65.2 10 20 30 40 50 60 70 Stress Tidak stress P rop or si Status Stress Stress dengan Pre-hipertensi Pre-hipertensi Tekanan darah normal Universitas Sumatera Utara Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian hipertensi. Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. 14 Universitas Sumatera Utara

5.2.6. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Pre-hipertensi

Dokumen yang terkait

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda Di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.

0 4 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi - Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 17

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 15