Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

b. Pengaruh hubungan dengan orangtua merupakan pola yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian diri. Dimana ada pola menerima, menghukum dan disiplin yang berhubungan, memanjakan dan melindungi seseorang secara berlebihan, dan terakhir adalah penolakan. c. Hubungan saudara merupakan hubungan yang saling mengajarkan untuk saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik, dan penuh persahabatan. Tetapi, sebaliknya jika hubungan di atas tidak dapat dicapai maka dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan dalam penyesuaian diri seseorang. d. Lingkungan masyarakat merupakan keadaan yang menunjukkan dan menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri yang dimiliki seseorang. e. Lingkungan sekolah merupakan berperan sebagai media sosialisasi, yaitu mempengaruhi kehidupan, intelektual, sosial, dan moral seseorang. 3.5 Faktor Budaya dan Agama Faktor budaya akan mempengaruhi lingkungan kultur tempat tinggal individu berada dan berinteraksi dalam menentukan pola-pola penyesuaian dirinnya. Selain itu perbedaan budaya yang dirasakan seseorang tentu akan membuat seseorang mengalami kaget budaya culture shock. Kaget budaya adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda Sulaeman 1995:32. Culture shock dapat dialami siapa saja setelah sekian lama menetap atau tinggal di suatu tempat kemudian mereka harus berpindah tempat karena suatu hal yang memiliki perbedaan budaya. Dan perpindahan seseorang ke lingkungan yang baru dapat menimbulkan culture shock. Menurut Oberg dalam Sulaeman, 1995:32 ada 4 fase dalam culture shock yaitu fase arrival, fase culture shock, fase recovery, dan fase adaptation. Fase arrival pada umumnya terjadi pada 1-2 bulan setelah kedatangan seseorang ke tempat yang baru, ia mulai tertarik ingin mencoba semua hal yang baru yang ia temui di tempat baru tersebut. Selanjutnya, fase culture shock, dimana ia akan merasakan perbedaan ini merepotkan yang dapat terjadi 8-12 bulan. Lamanya fase ini hingga ia dapat beradaptasi dengan baik. Fase recovery adalah fase stress mereka mulai berkurang dikarenakan usaha yang mereka rasakan sudah mulai tampak membuahkan hasil. Dan terakhir, fase adaptation atau adaptasi, ia mulai merasakan tidak ada masalah sebagai seorang pendatang dengan perbedaan budaya di tempat barunya dan tidak merasakan stress lagi. Sedangkan, agama akan memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi seseorang. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan, dan pola- pola tingkah laku yang akan memberikan tuntutan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup seseorang.

4. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Menurut Runyon dalam Irene, 2013 menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut: a. Persepsi yang akurat terhadap realita Individu tersebut mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai. b. Kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan Mempunyai kemampuan mengatasi stress dan kecemasan berarti individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami. c. Self-image positif Penilaian diri yang kita lakukan harus bersifat positif dan negatif. Kita tidak boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak diinginkan, kita harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu seharusnya mengakui kelemehan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui dan memahami dirinya dengan cara yang realistik, dia akan mampu mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh. d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap berada di bawah kontrol. Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan. Kontrol yang berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif, sedangkan kurangnya kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan. e. Hubungan interpersonal yang baik Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. Sejak kita berada dalam kandungan, kita selalu tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan fisik, sosial, dan emosi. Individu yang dapat menyesuaiakan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan baik bagi dirinya atau saat ia berhubungan dengan orang-orang yang ada berada disekitarnya.

5. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Diri

Dari sudut pandang Adler dalam Agustiani, 2009:148, tuntutan untuk mencapai sukses sebagai manusia yang berada dilingkungan sosial adalah peranan yang besar berasal dari perasaan diri. Adapun kriteria keberhasilan penyesuaian diri adalah sebagai berikut: a. Inferiority Menurut Adler dalam Chaplin, 2008:247, istilah inferiority digunakan dalam dua pengertian pokok: “pertama, menunjukkan pada perasaan tidak berarti yang sangat kuat dan tidak disadari, merasa tidak aman, atau merasa tidak mampu menanggulangi kehidupan ini. Kedua, dalam pengertian adanya rasa ingin minta maaf yang disadari benar, atau rasionalisasi bagi kegagalan yang dialami, atau adanya ketidakmauan untuk berjuang atau untuk menanggulangi masalah- masalah yang dihadapi.” Jadi inferiority merupakan perasaan kompleks tentang tidak percaya diri yang terbentuk akibat perbuatan dan ketidakmampuan untuk bekerja keras dalam mengatasi kekurangan untuk berbicara lebih spesifik seperti fisik kurang tangkas, kurang tinggi atau kurang terampil secara akademik. Sehingga, untuk mencapai penyesuaian diri yang baik maka seseorang harus mencoba mengatasi kekurangan itu dengan bekerja keras, dalam upaya mengembangkan kekurangan yang ada padanya. Ia harus mencoba menjelaskan dengan orang lain tentang kekurangan- kekurangan yang ada padanya, sesuatu hal yang selalu membuat ia tidak percaya diri. Dan akhirnya, diharapkan ia mampu membentuk rasa percaya diri secara perlahan-lahan dan terus menerus untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. b. Gaya Hidup Rychlak dalam Agustiani, 2009:148 mengatakan gaya hidup mencerminkan kepribadian seseorang. Jika seseorang dapat mengerti akan tujuan hidup orang lain, maka ia akan mengerti arah yang akan ia ambil, dan hal itu merupakan kepribadian dari individu yang bersangkutan. Jadi untuk dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik, seseorang tidak boleh selalu mementingkan keinginannya ia saja untuk terpenuhi, melainkan ia harus mencoba melihat keinginan orang lain juga. c. Minat Sosial Minat sosial melibatkan perasaan akan adanya kesatuan dengan orang lain, rasa menyatu dan memiliki lingkungan Rychlak dalam Agustiani, 2009:148. Jadi minat sosial merupakan perasaan yang timbul dikarenakan ada faktor dari lingkungan bukan hanya dari dalam diri seseorang saja. Seseorang yang berusaha mengembangkan minat sosial secara kuat, memiliki rasa kesatuan dengan orang lain, dan berusaha untuk mengatasi kekurangan percaya dirinya. Ia akan menjadi orang yang tidak pemalu, tidak memperhatikan dirinya sendiri, tidak mudah cemas dan pesimis. Sehingga, minat sosial yang dimilikinya akan berkembang dan ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik. C. Keterkaitan antara Konsep Diri Positif dengan Penyesuaian Diri yang Berasal dari Luar Propinsi Lampung Penyesuaian diri merupakan kemampuan seseorang untuk membuat rencana dan juga mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga dapat

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA YANG BERASAL DARI Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Yang Berasal Dari Provinsi X.

0 5 20

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Yang Berasal Dari Provinsi X.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Yang Berasal Dari Provinsi X.

0 2 10

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Asal Lampung.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Asal Lampung.

0 2 18

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI MAHASISWA LUAR JAWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Luar Jawa (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Angkatan 2014 yang Beras

0 3 11

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI MAHASISWA LUAR JAWA Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Luar Jawa (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Angkatan 2014 yang Berasal Dari Luar Jawa di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 12

A. Latar Belakang Masalah Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Luar Jawa (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Angkatan 2014 yang Berasal Dari Luar Jawa di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 36

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU Hubungan antara kepercayaan diri dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Angkatan 2013 universitas muhammadiyah Surakarta.

0 2 20

Penyesuaian diri mahasiswa (studi diskriptif pada mahasiswa angkatan 2018 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berasal dari Luar Jawa) - USD Repository

0 1 108