14 Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba Watt-Zimmerman : 1986, yaitu :
1. Bonus plan hypotesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan
2. Debt covenant hypotesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metode
akuntansi yang
memiliki dampak
meningkatkan laba Sweeney, 1994. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political cost hypotesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak
pendapatan perusahaan dan lain-lain. Namun demikian tidak selamanya tujuan manajemen laba untuk
memaksimumkan kepentingan
manajemen saja.
Scott 2000 : 302
mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba :
1. Bonus purposes
15 Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka
akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial public offering IPO