Upaya untuk Mengatasi Perilaku Merokok

ke arah kemajuan. Jika banyak anak putus sekolah memiliki lingkungan yang tidak baik, maka kemungkinan anak akan mengalami tumbuh kembang yang tidak baik juga. Karenanya perlu diperhatikan bagaimana menciptakan lingkungan yang layak bagi anak sehingga bisa mengoptimalkan proses tumbuh kembang mereka. Informasi awal tentang rokok bagi anak putus sekolah banyak diperoleh dari teman sebaya mereka yang sering bertemu dan berkumpul di tempat kerja maupun ditempat nongkrong mereka atau dalam arti dari pergaulan mencapai 62, sedangkan informasi lain tentang merokok mereka dapatkan dari iklan rokok yang mencapai 36.

2.5. Upaya untuk Mengatasi Perilaku Merokok

Menurut Rogers Adams Gullota, 1983 yang dikutip oleh Sarwono 2001 ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi dalam menangani perilaku negatif remaja seperti halnya merokok, yaitu : a. Kepercayaan Remaja harus percaya kepada orang yang mau membantunya orang tua, guru, psikolog, ulama, dan sebagainya, harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan kata-kata penolong ini memang benar adanya. b. Kemurnian Hati Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat, karena itulah remaja lebih sering meminta nasihat kepada teman-temannya sendiri dari pada orang tua mereka, walaupun teman-teman itu tidak bisa memberi nasihat atau mencarikan jalan keluar yang baik. Yang juga sering dijadikan sasaran untuk meminta bantuan adalah rubrik-rubrik konsultasi di berbagai majalah atau radio. Setidaknya remaja yakin bahwa pengasuh rubrik-rubrik semacam ini sungguh-sungguh mau membantu saja tanpa pamrih walaupun ia juga tahu bahwa jawaban mereka sering tidak tuntas karena terbatasnya ruang dan waktu dan informasi yang diberikan. c. Kemampuan mengerti dan menghayati emphaty perasaan remaja Dalam posisi yang berbeda antara anak dengan orang dewasa perbedaan usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagainya sulit bagi orang dewasa khususnya orang tua untuk ber-emphaty pada remaja karena setiap orang khususnya yang tidak terlatih akan cenderung untuk melihat segala persoalan dari sudut pandangnya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada pandangan sendiri. d. Kejujuran Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan informasi apa adanya termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah, apa yang benar dikatakan benar. Yang tidak biasa diterimanya adalah jika hal-hal yang dia salahkan, tetapi pada orang lain atau pada orang tuanya sendiri dianggap benar. e. Mengutamakan persepsi remaja sendiri Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain, menurut remaja pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan akan bereaksi terhadap hal itu. Kemampuan untuk mengerti pandangan remaja berikut seluruh perasaan yang ada di balik pandangan remaja merupakan modal untuk membangun emphaty pada remaja. Terdapat juga beberapa cara lain yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain : Peran Orangtua :  Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita.  Membekali anak dengan dasar moral dan agama.  Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua – anak.  Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.  Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat.  Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak.  Hindarkan anak dari rokok dan juga hal-hal buruk yang lain Peran Guru :  Bersahabat dengan siswa.  Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.  Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler.  Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga.  Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP.  Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.  Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain.  Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat.  Mewaspadai adanya provokator.  Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah.  Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial.  Meningkatkan deteksi dini penggunaan rokok dan obat-obatan terlarang. Peran Pemerintah dan masyarakat :  Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti.  Menyediakan saranaprasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain, baik untuk anak sekolah dan anak putus sekolah.  Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas.  Memberikan keteladanan.  Menanggulangi perilaku merokok bagi anak-anak ataupun remaja, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas.  Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan, pusat hiburan, dan pusat pergaulan yang kurang baik. Peran Media :  Sajikan tayangan atau berita yang baik tanpa kekerasan, dan jangan mengajarkan anak remaja untuk berperilaku merokok dan hal-hal buruk lainnya jam tayang sesuai usia.  Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat tidak provokatif.  Adanya rubrik khusus dalam media masa cetak, elektronik yang bebas.  Perlunya penayangan ataupun berita yang berisi nasehat terhadap bahaya merokok.

2.6. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat

Dokumen yang terkait

ERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA SMP DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN JEMBER

0 6 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMP Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Merokok Dengan Perilaku Merokok Di SMPMuhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Tindakan Merokok Pada Siswa Sma Negeri 8 Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Tindakan Merokok Pada Siswa Sma Negeri 8 Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1 Defenisi Remaja - Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dan Remaja Putus Sekolah Terhadap Bahaya Merokok

0 1 19

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dan Remaja Putus Sekolah Terhadap Bahaya Merokok

0 0 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pengetahuan tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta - DIGILIB

0 0 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIKAP TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MEROKOK DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO”

0 0 18