3.5.3 Pembuatan spesimen uji Proses pembentukan spesimen Polimer busa yang diperkuat serat TKKS
dapat dilihat pada diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16 Proses pembentukan spesimen Polimer busa
Hasil dari proses pembuatan spesimen Polimer busa tersebut terlihat pada gambar
Gambar 3.17 Foto Spesimen Uji Lentur menurut standar ASTM D-790
3.6 Pengujian secara Eksperimental
Pengujian lentur dilakukan di P.T Growth Sumatera Industry Ltd . Pengujian dilakukan pada temperatur 25
C berdasarkan standar ASTM D-790. Setup alat uji tekan ditunjukkan pada Gambar 3.18.
1 Oleskan permukaan kontak cetakan terhadap bahan
penyusun menggunakan wax.
2. Sebelum penuangan, campurkan
MEKPO ke dalam bahan. Tuang Campuran bahan ke dalam dies
cetakan dengan merata. Cetakan spesimen dalam posisi horizontal
4. Setelah ±15 menit, buka penutup cetakan lalu keluarkan spesimen
dari dies cetakan. Lakukan fini- Shing permukan cetakan menggu-
nakan cutter. Sisa bahan kimia yang menempel dibersihkan
menggunakan kain bersih. 3. Tutup bagian atas dan samping ceta-
kan sehingga bahan yang telah dituang dapat membentuk pola cetakan.
Bahan yang bereaksi ditandai dengan kenaikan temperatur dinding cetakan dan
luapan bahan keluar dari rongga cetakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.18 Setup Alat Uji Lentur
3.7 Mode Kerusakan Polimer Busa
Mode kerusakan sangat berkaitan dengan mekanisme keretakanperpatahan dari suatu material. Perpatahan adalah pemisahan atau pemecahan suatu benda padat
menjadi dua bagian atau lebih yang diakibatkan adanya tegangan. Proses perpatahan terdiri atas dua tahap, yaitu timbulnya retak dan tahap penjalaran retak.
Pada permukaan patahan biasanya nampak adanya deformasi yang cukup besar. Patah getas ditandai dengan adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa
terjadi deformasi kasar dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro. 2
4 1
3
S
Keterangan gambar: 1. Cross head
2. Load cell 3. Spesimen
4. Controller
Universitas Sumatera Utara
a. Kondisi sebelum rusak
b. Kondisi setelah rusak
Gambar 3.19 Mode Polimer Busa yang Dikenai Uji Lentur
3.8 Massa Jinis benda
Kepadatan massa atau kepadatan material atau massa jenis adalah massa per satuan volume. Simbol yang paling sering di
gunakan untuk kerapatan ρ disebut rho. Dalam beberapa kasus misalnya, dalam minyak Amerika Serikat dan gas,
kepadatan juga didefinisikan sebagai berat per satuan volume; meskipun, jumlah ini lebih tepat disebut berat tertentu. Bahan yang berbeda biasanya memiliki
kepadatan berbeda, sehingga kepadatan merupakan konsep penting tentang daya apung, kemurnian dan kemasan. Osmium dan iridium adalah elemen logam
Universitas Sumatera Utara
terpadat yang dikenal pada kondisi standar untuk suhu dan tekanan tetapi bukan bahan cairan kurang padat mengapung di atas cairan padat lebih banyak jika
mereka tidak bergabung. Konsep ini dapat diperpanjang, dengan hati-hati, untuk makanan padat kurang padat mengambang di cairan padat lagi. Jika kepadatan
rata-rata termasuk udara di bawah permukaan air dari suatu objek kurang dari air 1000 kgm3 itu akan mengapung di air dan jika lebih dari air itu akan tenggelam
dalam. Dalam beberapa kasus kepadatan dinyatakan sebagai gravitasi berdimensi
kuantitas tertentu SG atau kepadatan relatif RD, dalam hal ini dinyatakan dalam kelipatan kepadatan beberapa materi standar lainnya, biasanya air atau
udaragas. Misalnya, berat jenis kurang dari satu berarti bahwa substansi mengapung dalam air.
Massa jenis suatu benda bervariasi sesuai dengan suhu dan tekanan. Varians ini biasanya kecil untuk padatan dan cairan dan lebih besar untuk gas.
Peningkatan tekanan pada objek mengurangi volume objek dan karenanya meningkatkan kepadatannya. Peningkatan suhu suatu zat dengan beberapa
pengecualian menurun kepadatannya dengan meningkatkan volume zat tersebut. Dalam bahan yang paling, pemanasan bagian bawah hasil cairan dalam konveksi
panas dari bawah ke atas dari fluida karena penurunan kepadatan cairan dipanaskan. Hal ini menyebabkannya meningkat relatif terhadap bahan
dipanaskan lebih padat.
Kebalikan dari kerapatan suatu zat disebut volume spesifik, representasi umum digunakan dalam termodinamika. Kepadatan adalah properti intensif
dalam meningkatkan jumlah suatu zat tidak meningkatkan densitas, melainkan massanya.
Universitas Sumatera Utara
Rumus massa jenis dimana:
m : massa V : volume
sedangkan 1 g cm-3 = 1000 kg m-3
Contoh perhitungan dari massa jenis benda: Percobaan berikut dilakukan untuk memperkirakan massa jenis suatu benda,
setelah ditimbang, benda dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tentukan massa jenis
benda tersebut
Alternatif Jawaban
Dari hasil penimbangan diketahui massa benda m = 250 gram Dari gelas ukur diketahui volume benda adalah V = 500
− 300 = 200 ml = 200 cm
3
Dengan demikian massa jenis benda tersebut: ρ =
ρ = ρ = 1,25 gcm
3
Universitas Sumatera Utara
Tabel.3.10 Data pengujian massa jenis benda
Spesimen Tgl
Suhu
o
c Waktu
V
awal
ml V
akhir
ml C1-1
180413
32 14.00
700 760
C1-2
180413
32 14.03
700 750
C1-3
180413
32 14.06
700 750
C1-4
180413
32 14.09
700 755
C1-5
180413
32 14.12
700 750
C2-1
180413
32 14.15
700 760
C2-2
180413
32 14.18
700 760
C2-3
180413
32 14.21
700 760
C2-4
180413
32 14.24
700 760
C2-5
180413
32 14.27
700 760
C3-1
180413
32 14.30
700 750
C3-2
180413
32 14.33
700 750
C3-3
180413
32 14.36
700 755
C3-4
180413
32 14.39
700 760
C3-5
180413
32 14.42
700 750
C4-1
180413
32 14.45
700 755
C4-2
180413
32 14.48
700 760
C4-3
180413
32 14.51
700 755
C4-4
180413
32 14.54
700 750
C4-5
180413
32 14.57
700 750
C5-1
180413
32 15.00
700 760
C5-2
180413
32 15.03
700 760
Universitas Sumatera Utara
C5-3
180413
32 15.06
700 760
C5-4
180413
32 15.09
700 755
C5-5
180413
32 15.12
700 755
Tabel 3.11 Data rata-rata massa jenis benda Spesimen
Suhu C
V
awal
ml Rata-rata
C1 32
700 753
C2 32
700 760
C3 32
700 753
C4 32
700 754
C5 32
700 758
Dari hasil penggujian massa jenis yang di lakukan selama satu minggu dapat di ambil kesimpulan bahwa berat jenis benda tidak mengalami perubahan,
hasil pengujian dari hari pertama sampai hari ketujuh menunjukan hasil yang sama. Data hasil pengujian har ke-1 sampai hari ke-7 dapat di lihat di daftar
lampiran.
Universitas Sumatera Utara
3.9 Diagram Alir Penelitian