anak dengan memiliki anak sebagai saksi dengan memperhatikan kedudukan dan perlindungan anak sebagai saksi dalam peradilan pidana
anak.
D. Keaslian Penulisan
Mengenai keaslian penulisan, karya ilmiah ini dibuat sendiri oleh penulis dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik melalui literatur maupun
pengumpulan data-data yang dihimpun dari berbagai sumber seperti buku-buku juga melalui media elektronik seperti internet, sekaligus dari hasil pemikiran
penulis sendiri. Sepanjang
penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitass
Sumatera Utara yang dilakukan penulis belum terdapat judul yang sama dengan judul yang diangkat penulis dalam skripsi ini. Dengan kata lain, skripsi ini belum
pernah ada yang membuat sehingga skripsi ini benar-benar merupakan tulisan yang berbeda dengan tulisan yang lain. Dengan demikian keaslian penulisan ini
dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam
penulisan yang memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Saksi
Pengertian saksi seperti dalam Pasal 1 Undang-undang No.13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan korban yang menyebutkan bahwa saksi adalah
orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, danatau ia alami sendiri. Sama halnya dengan KUHAP memberi batasan tentang pengertian saksi,
yaitu orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu
Pasal 1 angka 26. Tampak ada tiga tolak ukur tanggung jawab keterangan saksi, yakni melihat, mendengar dan mengalami. Instrumen alat ukur tersebut adalah
mata, telinga, dan perasaan yang semuanya bersifat inderawati alami normal. Opini sebagai hasil rumusan oleh pikiran yang menjadi pendapat, asumsi,
pernyataan, analisis atau kesimpulan dari saksi bukanlah bernilai alat bukti, oleh karena itu harus segera ditolak oleh penyidik pada saat penyidikan, dan hakim
yang memimpin sidang atau oleh penuntut umum dan atau advokat.
41
Dengan demikian dapat ditarik 2 dua kesimpulan perihal saksi dan keterangan saksi menurut batasan undang-undang yaitu:
42
1. Bahwa tujuan saksi dalam memberikan keterangan saksi adalah untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan, peradilan. Ketentuan ini juga mengandung pengertian bahwa saksi diperlukan dan memberikan keterangan
dalam 2 tingkat yaitu ditingkat penyidikan dan ditingkat penuntutan di sidang pengadilan.
2. Bahwa isi apa yang diterangkan adalah segala sesuatu yang ia dengar sendiri,
ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Keterangan mengenai segala sesuatu yang
41
Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009, hal. 263.
42
Adami Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Penerbit P.T. Alumni,Bandung,2008, hal.38.
sumbernya diluar dari 2 hal tersebut, tidaklah mempunyai nilai atau kekuatan pembuktian dengan menggunakan alat bukti keterangan saksi.
Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi, kecuali menjadi saksi tercantum dalam Pasal 186 KUHAP berikut:
1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau kebawah
samapi derajat ketiga dari tedakwa atau yang bersama sama sebagai terdakwa; 2.
Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang menpunyai hubungan karena
perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; 3.
Suami dan istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.
Disamping karena hubungan kekeluargaan sedarah atau semenda, ditentukan oleh Pasal 170 KUHAP bahwa mereka yang karena pekerjaan, harkat,
martabat, atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban member keterangan sebagai saksi.
Menurut penjelasan pasal tersebut, pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dijelaskan jika tidak ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jabatan atau pekerjaan
yang dimaksud, maka seperti ditentukan ayat ini, hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang dikemukan untuk mendapat kebebasan tersebut.
Pasal 171 KUHAP juga menentukan tentang orang yang dapat memberikan kesaksian tanpa disumpah yakni anak yang umurnya belum cukup
lima belas tahun dan belum pernah kawin serta orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik kembali. Penjelasannya menyebutkan anak yang belum
berumur lima belas tahun, demikian juga yang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang saja, yang dalam ilmu penyakit jiwa disebut
psychopaat, mereka ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam hukum pidana maka mereka tidak dapat diambil sumpah atau janji dalam
memberikan keterangan, karena itu keterangan mereka hanya dipakai sebagai petunjuk saja.
43
Adapun petunjuk yang dimaksud bukanlah alat bukti petunjuk sebagaimana dimaksud pasal 188, karena sumber yang dapat dipergunakan
mengkonstruksi alat bukti petunjuk terbatas dari alat-alat bukti yang sah yang secara limitatif ditentukan dalam Pasal 188 ayat 2, yaitu alat bukti keteranngan
saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Keterangan saksi anak sendiri tidak dilakukan di bawah sumpah, sehingga saksi anak tidak dianggap sebagai alat bukti
keterangan saksi. Secara maksimal keterangan anak hanya dapat menambah keyakinan hakim, jika ditunjang oleh alat bukti yang sah lainnya.
Disisi lain, karakteristik tindak pidana yang menyangkut anak sendiri, sangat komplek. Salah satu permasalahan, pelaku pidana terhadap anak
kebanyakan adalah orang dekat, atau bahkan keluarga atau lingkungan keluarga teman korban, sehingga tindak pidana terhadap anak jarang memiliki saksi lain
yang berkompeten untuk memberikan keterangan yang dapat mendukung. Dengan kata lain tidak ada alat bukti saksi yang melihat, mengalami dan mendengar
43
R. Soesilo dan Karjadi, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Komentar Bgogor: Politeia, 1988, hal.152.
langsung peristiwa pidana, sehingga saksi yang paling berkompeten adalah anak itu sendiri.
Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak SPPA menyebutkan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Tentu hal ini berbeda dengan KUHAP yang
tidak menyebutkan anak sebagai saksi tindak pidana. Pasal 1 angka 5 Undang-Undang SPPA ini menyebutkan bahwa Anak
yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, danatau
dialaminya sendiri. Serta undang-undang ini tidak ada mengatur bahwa anak saksi yang memberikan keterangan harus disumpah.
Pasal 160 ayat 3 KUHAP dikatakan bahwa sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya
masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Pasal ini diperkuat juga dengan Pasal 161
ayat 2 yang menunjukkan bahwa pengucapan sumpah adalah merupakan syarat mutlak.
Adapun jenis sanksi dapat dibagi menjadi:
44
a. Saksi a charge
44
Hari Sasangka,dkk, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana Bandung: Mandar Maju, Bandung,2003 hal. 23
Saksi a charge, adalah saksi yang dibawa oleh jaksa atau penuntut umum dan keterangannya diharapkan dapat mendukung dakwaan jaksa atau
penuntut umum. b.
Saksi ade charge Saksi ade charge, adalah saksi yang dibawa oleh terdakwa atau penasehat
hukum terdakwa dan keterangannya diharapkan dapat meringankan dakwaan kepada terdakwa.
c. Saksi mahkota
Saksi mahkota adalah saksi yang merupakan salah seorang tersangka atau terdakwa yang peranannya paling ringan dalam suatu tindak pidana dapat
berdiri sendiri sebagai saksi dalam suatu perkara yang sama. d.
Saksi relatief ombevoegd Saksi relatief ombevoegd, adalah saksi yang tidak mampu secara
nisbirelative. Mereka boleh didengar tetapi tidak sebagai saksi. e.
Saksi absolute ombevoegd Saksi absolute ombevoegd, adalah saksi yang tidak mampu secara mutlak.
f. Saksi Ahli
Saksi ahli, adalah keterangan dari pihak ketiga yang objektif yang didasarkan pada suatu keahlian atas suatu ilmu tertentu dan bertujuan
untuk membantu hakim dalam pemeriksaan perkara guna menambah pengetahuan hakim itu sendiri.
KUHAP dan Undang-undang No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban membatasi seorang saksi yang dapat
memberikan keterangan
guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana hanya yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri, danatau ia alami sendiri. Yang berarti suatu pendapat atau suatu persangkaan yang disusun secara memikirkan dan menyimpulkan hal sesuatu
tidak dianggap sebagai keterangan saksi. Keterangan yang bersumber atau didapat dari kata orang testimonium de
auditu, tidaklah mempunyai nilai, mungkin hanya dapat dipertimbanagkan hakim sebagai tambahan bahan untuk membentuk pembentukan alat bukti petunjuk.
Dengan syarat bahwa tanpa alat bukti petunjuk telah terpenuhinya syarat minimal pembuktian, yang dari terpenuhinya minimal alat bukti itu hakim sudah dapat
membentuk tiga keyakinan. Apabila tidak maka tidak mempunyai nilai pembuktian apapun, dan harus diabaikan oleh hakim.
45
2. Alat Bukti Menurut KUHAP