Peran Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

(1)

PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS GAJI DAN UPAH PADA PTPN III

(Persero) MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH : ARIF KURNIAWAN

110522083 AKUNTANSI

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam efektivitas pengendalian internal atas penggajian dan pengupahan yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan dokumen perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dll. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah Teknik Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan juga untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui dalam perusahaan dan mengambil kesimpulan. Penelitian dilakukan pada PTPN III (Persero) yang beralamat di jalan Sei Batanghari No 2 Medan pada bulan Oktober 2013.

Hasil Penelitian yang dapat disimpulkan ialah audit internal sangat berperan dalam meningkatkan aktivitas pengendalian internal atas gaji dan upah pada perusahaan. Proses pelaksanaan pengendalian internal atas gaji dan upah dapat dikatakan efektif karena terdapat pemisahan fungsi yang jelas dari masing-masing bagian yang berkaitan dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Satuan Pengawasan Internal kedudukannya bertanggung jawab langsung kepada direktur utama serta tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau tidak memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatn unit kerja yang diaudit.

Kata Kunci: Peran Audit Internal, Sistem Pengendalian Internal Gaji & Upah


(3)

ABSTRACT

This research aim is to know role of internal audit in internal operation effectiveness of applied by remunerating and remuneration at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Collected to data type consist of primary data and secondary data. Primary data got through direct interview with company side related to research which is doing, while data of sekunder obtained from company document and literature like company history, organization chart etc. Technique data collecting taken is documentation technique that is collecting data of the book or relevant article materials with this research. Technique of data analyse used is descriptive method and comparability method to description or give the image of hitting accurate objects through data which have been gathered as it is without analyse and make conclusion applying generically as well as to compare existing theory with practical met in company and take conclusion. Research done at PTPN III ( Persero) which is have address in road street of Sei Batanghari No 2 Medan in October 2013.

Result of the research which earn to be concluded is internal audit very improve internal operation activity of fee and salary at company. Process execution of internal operation of fee and salary can be told effective because there are dissociation of clear function from each shares related to remuneration procedure and remunerating. Set of Internal Observation domicile him hold responsible direct to managing director and also not got mixed up with everyday activity or do not have operational authority to made an audit of activity unit.

Keyword: Role Of Internal Audit, Internal System Operation of Salary & Fee.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)“. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, MEC. Ak, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rasdianto Msi, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi ini.


(5)

5. Ibu Dra Salbiah, Msi, Ak Selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam setiap sujud mereka, Ayahanda Syarifuddin. H dan Ibunda Trisnawani, terima kasih yang tidak terkira.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Arif Kurniawan 11052283


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Audit Internal ... 8

2.1.1.1 Pengertian Audit Internal ... 8

2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Audit Internal ... 11

2.1.2 Pengendalian Internal ... 12

2.1.2.1 Pengertian Pengendalian Internal ... 13

2.1.2.2 Tujuan Pengendalian Internal... .. 15

2.1.2.3 Komponen Pengendalian Internal ... 16

2.1.2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal... 19

2.1.3 Pengendalian Internal Gaji dan Upah ... 20

2.1.3.1 Pengertian Gaji dan Upah ... 21

2.1.3.2 Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian ... 22

2.1.3.3 Prosedur Pencatatan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah ... . 23

2.1.3.4 Unsur Pengendalian Inter Dalam Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Jenis Data ... 30

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 31

3.5 Tempat dan Jadwal Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 33


(7)

4.1.2 Ruang Lingkup PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan ... 36

4.1.3 Tata Nilai Perusahaan ... 37

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 46

4.2.1 Departemen Audit Internal Perusahaan ... 46

4.2.2 Satuan Pengawasan Internal Perusahaan ... 46

4.2.2.1Visi dan Misi Satuan Pengawasan Internal ... 48

4.2.2.2Kedudukan, Fungsi, Tugas, dan Tanggung Jawab Bagian Satuan Pengawasan Internal ... 49

4.2.2.3Standar Profesi dan Kode Etik ... 53

4.2.3.Pengendalian Internal Atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 55

4.3. Pembahasan ... 62

4.3.1 Pengendalian Internal Atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 62

4.3.2 Peran Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Gaji dan Upah Pada Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL

Lampiran 1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Lampiran 2 Bagan Struktur Satuan Pengawasan Internal Lampiran 3 Proses Bisnis Pembuatan Gaji Karyawan

Lampiran 4 Proses Bisnis Pembuatan Gaji Karyawan Kantor Direksi (Kandir) Lampiran 5 Bagan Prosedur Pembayaran Gaji Karyawan Pelaksana Kandir Lampiran 6 Keterangan


(9)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam efektivitas pengendalian internal atas penggajian dan pengupahan yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan dokumen perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dll. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah Teknik Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan juga untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui dalam perusahaan dan mengambil kesimpulan. Penelitian dilakukan pada PTPN III (Persero) yang beralamat di jalan Sei Batanghari No 2 Medan pada bulan Oktober 2013.

Hasil Penelitian yang dapat disimpulkan ialah audit internal sangat berperan dalam meningkatkan aktivitas pengendalian internal atas gaji dan upah pada perusahaan. Proses pelaksanaan pengendalian internal atas gaji dan upah dapat dikatakan efektif karena terdapat pemisahan fungsi yang jelas dari masing-masing bagian yang berkaitan dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Satuan Pengawasan Internal kedudukannya bertanggung jawab langsung kepada direktur utama serta tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau tidak memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatn unit kerja yang diaudit.

Kata Kunci: Peran Audit Internal, Sistem Pengendalian Internal Gaji & Upah


(10)

ABSTRACT

This research aim is to know role of internal audit in internal operation effectiveness of applied by remunerating and remuneration at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Collected to data type consist of primary data and secondary data. Primary data got through direct interview with company side related to research which is doing, while data of sekunder obtained from company document and literature like company history, organization chart etc. Technique data collecting taken is documentation technique that is collecting data of the book or relevant article materials with this research. Technique of data analyse used is descriptive method and comparability method to description or give the image of hitting accurate objects through data which have been gathered as it is without analyse and make conclusion applying generically as well as to compare existing theory with practical met in company and take conclusion. Research done at PTPN III ( Persero) which is have address in road street of Sei Batanghari No 2 Medan in October 2013.

Result of the research which earn to be concluded is internal audit very improve internal operation activity of fee and salary at company. Process execution of internal operation of fee and salary can be told effective because there are dissociation of clear function from each shares related to remuneration procedure and remunerating. Set of Internal Observation domicile him hold responsible direct to managing director and also not got mixed up with everyday activity or do not have operational authority to made an audit of activity unit.

Keyword: Role Of Internal Audit, Internal System Operation of Salary & Fee.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi saat ini, dunia usaha berkembang semakin cepat. Perusahaan – perusahaan baik yang merupakan milik pemerintah ataupun swasta sedapat mungkin dituntut untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerja perusahaannya agar dapat bersaing di bidangnya serta tidak tertinggal dengan perusahaan lainnya. Pertumbuhan dunia usaha saat ini sangat cepat yang ditandai dengan berdirinya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di segala bidang, baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan industry dengan skala kecil, menengah ataupun dalam skala yang besar.

Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari sumber daya manusia yang terdapat pada perusahaan tersebut. Peningkatan laba perusahaan merupakan suatu indikasi bahwa perusahaan telah menunjukkan kemajuan dan keberhasilan dalam mengelola usahanya. Untuk mencapai hal itu perusahaan memerlukan suatu sistem pengendalian yang bermanfaat untuk mengawasi dan mengevaluasi setiap aktivitas operasional perusahaan.

Sejalan dengan perkembangan perusahaan, semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sewaktu-waktu dapat menimbulkan masalah yang rumit yang akan dihadapi oleh perusahaan, oleh karena itu diperlukan pengawasan secara langsung terhadap aktivitas operasional perusahaan secara


(12)

efektif dan menyeluruh. Hal yang dilakukan untuk mengawasi aktivitas operasional perusahaan adalah dengan membentuk suatu departemen audit internal perusahaan yang diberikan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pengendalian internal perusahaan. Pengendalian internal perusahaan dimaksudkan untuk mengawasi aset-aset yang dimiliki perusahaan, menilai kecermatan dan keandalan data akuntansi serta mendorong ketaatan terhadap ketentuan yang telah diberlakukan oleh manajemen.

Audit internal adalah kegiatan pemastian dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar tercipta suatu bentuk pengendalian yang optimal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencegah serta menanggulangi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan serta dapat mengetahui dan meminimalisir resiko-resiko yang akan dihadapi perusahaan, dengan demikian hal ini juga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan.

Perusahaan mempunyai beragam kegiatan operasional, salah satunya adalah yang tentang pemberian gaji dan upah kepada para tenaga kerja. Gaji dan upah adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan atas tenaga, pikiran dan keahlian yang diberikan kepada perusahaan dan merupakan pos operasional yang penting untuk terus diawasi serta diperlukan pengendalian internal terhadap seluruh prosesnya.


(13)

Agar semua kegiatan perusahaan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal perlu adanya suatu sistem pengendalian internal yang terencana dan terstruktur dengan baik. Diharapkan dengan adanya pengendalian internal yang baik maka setiap bentuk kecurangan dapat diminimalisir dan dicegah seminimal mungkin. Pengendalian internal atas gaji dan upah adalah salah satu bentuk pengendalian yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam meminimalisir kecurangan dalam proses pemberian gaji dan upah pada karyawan. Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan dibahas adalah PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3 (Persero) MEDAN

Pengendalian internal adalah alat yang efektif yang dibangun dalam infrastruktur organisasi. Pengendalian internal akan menigkatkan keefektifan dan keefisienan organisasi dalam menghindari biaya-biaya yang tidak perlu dan juga memungkinkan adanya inisiatif dan tanggapan yang cepat terhadap kondisi yang berubah-ubah.

Dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan diperlukan adanya manajemen yang ditunjang oleh personil yang berkualitas agar dapat berkarya secara efisien. Hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah faktor manusia. Sumber daya manusia dalam suatu perusahan merupakan faktor dominan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Agar perusahaan dapat bertahan dan semakin berkembang, maka diperlukan tenaga kerja yang berkualitas dengan tingkat kontra prestasi yang berbeda sesuai dengan prestasi yang disumbangkan pada perusahaan. Sebagai imbalan kepada sumber daya tersebut, maka perusahaan


(14)

menjanjikan suatu kontrak prestasi yang berupa gaji. Karena aktivitas gaji bersifat berulang-ulang dan rutin, maka diperlukan adanya pengendalian internal yang mencakup proses pelaksanaan penggajian tersebut.

Gaji dan upah adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan atas tenaga, pikiran dan keahlian yang diberikan kepada perusahaan. Besarnya gaji dan upah yang dibayar biasanya berdasarkan suatu tingkatan tertentu sesuai dengan keahlian yang dimiliki karyawan tersebut.

Untuk mengatasi kekeliruan akibat tidak teliti dan tidak tepatnya penetapan, penggolongan, pencatatan serta pembayaran atas gaji dan upah maka perlu diatur tingkatan kerja yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demikian juga mengenai ketentuan-ketentuan untuk kesejahteraan sosial para karyawannya harus ditetapkan kebijakan-kebijakan maupun sistem prosedur yang didukung dengan formulir-formulir atau catatan-catatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada perusahaan tersebut.

Pelaksanaan fungsi audit internal dalam menunjang pengendalian internal atas gaji dan upah sangat dibutuhkan. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui apakah perusahaan sudah menerapkan peran audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas gaji dan upah, oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun skripsi mengenai Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ”


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan sudah menerapkan pelaksanaan Peran Audit Internal secara memadai ?

2. Apakah pengendalian internal gaji dan upah pada PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan sudah dilaksanakan secara efektif ? 3. Bagaimana peran audit internal dalam menunjang efektivitas

pengendalian gaji dan upah pada PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah audit internal sudah dilaksanakan secara memadai oleh perusahaan dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan.

2. Untuk mengetahui apakah pengendalian internal atas gaji dan upah sudah dilaksanakan dengan efektif.

3. Untuk mengetahui peran audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas gaji dan upah

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:


(16)

1. Bagi Penulis

Merupakan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai peran audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas gaji dan upah serta dapat menambah informasi mengenai hal-hal yang terjadi pada suatu instansi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pengendalian gaji dan upah. 2. Bagi Perusahaan (PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan)

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang memadai bagi perusahaan dalam menjalankan pengendalian internal atas gaji dan upah.

3. Bagi Pembaca dan Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pembaca serta pihak lain yang berminat mempelajari serta menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi dan juga untuk menambah wawasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1. Tinjauan Teoritis

American Accounting Association Committee dalam Basic Auditing Concepts telah mendefinisikan audit sebagai “suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat penyesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Guy dkk (2002 : 5)

Dari definisi diatas, unsur penting dalam pelaksanaan auditing adalah proses perolehan serta pengevaluasian bukti-bukti dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Bukti-bukti yang diperoleh baik dari dalam perusahaan maupun dri luar perusahaan digunakan sebagai bahan evaluasi sehingga hasil audit lebih objektif. Kriteria-kriteria yang ditetapkan digunakan sebagai tolak ukur auditor untuk memberikan pendapatnya yang kemudian dituangkan ke dalam laporan audit. Laporan audit harus dapat memberi informasi kepada para pengguna akan tingkat keseuaian dari informasi tersebut.

2.1.1. Audit Internal

Menurut American Accounting Association yang dikutip Sawyer dkk (2005 : 8 ) mengenai audit internal adalah sebagai berikut “Audit internal adalah proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi


(18)

mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.”

Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan. Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Tujuan audit internal adalah untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi. Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dlam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi.

2.1.1.1. Pengertian Audit Internal

Untuk dapat memahami dan memperjelas definisi dari Audit Internal, berikut dikutip beberapa definisi audit internal. Ikatan Auditor Internal (IIA – Institute Of Internal Auditor) dikutip oleh Sawyer dkk (2005 : 8) mendefinisikan audit internal sebagai berikut “Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.”

Pernyataan ini lebih merupakan semacam pendahuluan, dan bukan sebuah definisi karena tidak memaparkan lebih jauh mengenai tanggung jawab auditor


(19)

internal dan juga tidak menekankan bahwa audit tidak lagi hanya berkaitan dengan aspek akuntansi.

Kemudian Dewan Direksi IIA yang dikutip oleh Sawyer dkk( 2005 : 9 ) mendefinisikan :

audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, keukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.

Selanjutnya Ikatan Auditor Internal (IIA – Institute Of Internal Auditor) dikutip oleh Messier dkk ( 2005 : 514 ) mendefinisikan audit internal sebagai berikut:

Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.

Definisi ini menggariskan tujuan utama dari profesi dan secara luas menyatakan berbagai metode untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam melaksanakan audit internal dilakukan secara independen dan objektif artinya bahwa aktivitas audit tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan audit tersebut.

Sawyer dkk ( 2005 : 10 ) mengenukakan definisi untuk menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas sebagai berikut :


(20)

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol ysng berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

diminimalisasi,

3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti,

4. Kriteria operasi yang memusakan telah dipenuhi,

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan 6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan

dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Definisi diatas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di standar dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola, dan kontrol. Definisi diatas juga menunjukkan bahwa audit internal telah berkembang dari semula profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah teknis akuntansi, menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Dengan kata lain lingkup audit tidak lagi terbatas hanya pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi juga berkembang pada pemeriksaan di bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, tata kelola operasional dan lain-lain. Audit internal telah berubah menjadi disiplin yang berbeda, dengan pusat perhatian yang lebih luas dan semakin berkembang..

Dalam perkembangannya konsep audit internal telah banyak mengalami perubahan. Audit internal sebelumnya hanya berperan dalam mengawasi kinerja perusahaan dan cenderung hanya mencari kesalahan, namun saat ini audit internal


(21)

dapat memberikan saran juga tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada. Audit internal saat ini juga dapat dikatakan sebagai konsultan perusahaan yang membantu perusahaan dalam mereview kinerja maupun aktivitas operasional perusahaan yang berguna untuk mencapai tujuannya di masa yang akan datang.

Dengan adanya departemen Internal Audit pada perusahaan, diharapkan akan dapat membantu anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijasanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi timbulnya spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya keahlian dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya. ( Nasution : 2003)

2.1.1.2. Fungsi dan Tujuan Audit internal

Sawyer dkk (2005 : 32) menyebutkan fungsi audit internal bagi manajemen sebagai berikut :

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak.

2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. 3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. 4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis. 5. Mebantu proses pengambilan keputusan.

6. Menganalisis masa depan bukan hanya masa lalu. 7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.

Selanjutnya menurut Tampubolon dalam bukunya “ Risk and

system-Based Internal Auditing” (2005 : 1) bahwa “fungsi audit intern lebih berfungsi


(22)

semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang”.

Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Menurut Agoes (2004 : 222) untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan

pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan

prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

2.1.2. Pengendalian Internal

Sebagaimana diketahui bahwa defenisi pengendalian intern yang dikemukakan Committee On Auditing Procedure American Institute Of Certified Public Accountant (AICPA) adalah sebagai berikut “Pengendalian internal mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah digunakan oleh perusahaan untuk mengamankan aktiva, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan


(23)

mendorong ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan.”

Dalam arti sempit pengendalian internal sama dengan pengertian internal check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan lurus (vertical)

Dalam arti luas pengendalian internal dapat disamakan dengan “Manajemen Control”, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulir-formulir dan prosedur pembukuan an laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya.

2.1.2.1. Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi ( 2002 : 180 ) definisi Pengendalian Internal adalah : Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pengendalian internal adalah suatu rangkaian tindakan yang terdiri dari kebijakan dan prosedur-prosedur yang dilakukan oleh perusahaan agar tercapainya tujuan perusahaan.kebijakan adalah program yang dibuat oleh manajemen sebagai penentu dan mengatur agar tujuan organisasi tercapai. Prosedur adalah suatu uutan kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen


(24)

atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Pengendalian internal menurut Messier dkk (2005 : 250) adalah sebagai berikut “pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal entitas lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (1) keandalan laporan keuangan (2) efektivitas dan efisiensi operasi (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”

Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, baik itu tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dimana tujuan dari tiap-tiap perusahaan mungkin berbeda. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap perusahaan membutuhkan sistem yang baik dan pengelolaan yang cermat. Dari definisi pengendalian internal tersebut terdapat beberapa konsep dasar sebagai berikut:

1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat persuasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.

2. Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan formulir, namun dijalankan oleh orang setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personal lain.

3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai. Bukan keyakian mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.


(25)

Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam mencapai tujuan pengendalian internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.

4. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasional.

Ikatan Auditor Internal (Institue of Internal Auditors – IIA), yang dikutip oleh Sawyer dkk (2005 : 59), mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut :

Setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Kontrol bisa bersifat preventif (untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsep sistem kontrol merupakan gabungan komponen kontrol yang terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasarannya.

Definisi diatas menggambarkan bahwa pengendalian intern dalam perusahaan sangat penting karena manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan., Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat mengurangi kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.

2.1.2.2. Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006 : 44) adalah : Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi, kesesuaian dengan


(26)

berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan; perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”

Selanjutnya menurut IAI dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan Publik” tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut :

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Dari definisi diatas dapat disimpulkan tujuan dilakukan pengendalian internal adalah sebagai berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan untuk setiap pengguna laporan keuangan tersebut.

b. Kepatuhan terhadap peraturan hukum yang berlaku

Pengendalian internal bertujuan membuat perusahaan berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

c. Keefektifan dan Efisiensi Operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat untuk mengurangi kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha serta untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.

2.1.2.3. Komponen Pengendalian Internal

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010 : 196) ada lima komponen pengendalian yaitu sebagai berikut :


(27)

1. Lingkungan Pengendalian Internal (Control Environtment)

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal atau merupakan pondasi dari komponen lainnya yang meliputi beberapa faktor diantaranya :

a. Integritas dan Etika

Integritas dan nilai etis adalah bentuk produk dari standar etika dan perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan diberlakukan dalam praktik. Integritas dan nilai etika ini mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur, illegal, dan tidak etis.

b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi

Komitment terhadap kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas mengidentifikasi pekerjaan seseorang. Komitmen pada kompetensi mencakup pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan.

c. Dewan Komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris sangatlah berperan penting dalam suatu tata kelola korporasi yang efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan bahwa manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan yang layak. Dewan komisaris yang efektif independen dengan manajemen, dan para anggotanya terus meneliti dan terlibat dalam aktivitas manajemen. Meskipun mendelegasikan tanggung jawabnya atas pengendalian internal kepada manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian tersebut. Selain itu, dewan yang aktif dan objektif sering kali juga dapat mengurangi kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada. Untuk membantunya melakukan pengawasan, untuk itu Dewan membentuk komite audit yang diserahi tanggung jawabnya untuk mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi yang berkelanjutan dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk menyetujui jasa audit dan non-audit yang dilakukan oleh para auditor perusahaan publik. Yang memungkinkan para auditor dan Direktur membahas berbagai masalah yang mungkin berhubungan dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan manajemen.

d. Filosofi manajemen dan jenis operasi

Manajemen, melalui aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas kepada parakaryawan tentang pentingnya pengendalian internal. Sebagai contoh apakah manajemen mengambil risiko yang cukup besar, atau justru menghindari risiko itu? Apakah target penjualan dan laba tidak realistis, dan apakah karyawan didorong untuk


(28)

melakukan tindakan yang agresif guna mencapai target tersebut? Dapatkah manajemen digambarkan sebagai “gemuk dan birokratis,” “ramping dan picik”, yang didominasi oleh satu atau segelintir individu ataukah “pas”? memahami aspek ini serta aspek-aspek serupa dalam filosofi manajemen dan jenis operasi akan membuat auditor dapat merasakan sikap manajemen tentang pengendalian internal.

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasional entitas menentukan garis-garis tanggung jawab dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur organiasi klien, auditor dapat mempelajari pengolahan dan unsur-unsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian itu diimplementasikan.

f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Aspek paling penting daripengendalian internal adalah personil. Jika para karyawan kompeten dan bisa dipercaya, pengendalian lainnya dapat diabaikan, dan laporan keuangan yang andal masih akan dihasilkan. Orang-orang yang tidak kompeten atau tidak jujur bisa merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Orangorang yang jujur dan efisien mampu mencapai kinerja yang tinggi meskipun hanya ada satu segelintir pengendalian yang lain untuk mendukung mereka. Akan tetapi, orang-orang kompeten dan terpercaya sekalipun bias saja memiliki kekurangan. Sebagai contoh mereka dapat menjadi bosan atau tidak puas, yang mana masalah pribadi dapat mengganggu kinerja mereka, atau sasarannya mungkin berubah. Karena pentingnya personil yang kompeten dan terpercaya dalam mengadakan pengendalian yang efektif, metode untuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan member kompensasi kepada personil itu merupakan bagian yang penting dari pengendalian internal.

2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Terdiri dari identifikasi risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian terhadap faktor-faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi. Faktor internal diantaranya kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakterister pengolahan sistem informasi. Sedangkan Analisis Risiko meliputi menilai kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko.

3. Aktivitas Pengendalian

Terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen. Aktivitas pengendalian meliputi

review terhadap sistem pengendalian, pemisahan tugas, dan

pengendalian terhadap sistem informasi. Pengendalian terhadap informasi meliputi dua cara yaitu General controls, mencakup kontrol


(29)

terhadap akses, perangkat lunak dan system development dan

Application Controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi

yang tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness,

accuracy, authorization and validity dari proses transaksi.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem informasi yang relavan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntanbilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikann aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi yang mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dari tanggung jawab individual berkaitandengan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.

5. Pemantauan (Monitoring)

Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian internal untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor dan personel yang pekerjaan serupa demikian memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantau dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan komentar dari badan yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Auditor harus memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas utama entitas yang digunakan untuk memantau pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan, termasuk bagaimana aktivitas tersebut digunakan untuk melaksanakan tindakan koreksi.

2.1.2.4. Keterbatasan Pengendalian Internal

Pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.


(30)

Menurut Mulyadi (2002 : 181) mengemukakan bahwa keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal adalah :

1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel

lain dapat salah dalam memprtimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

2. Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat

terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan

disebut dengan kolusi. Kolusi dapat meengakibatkan bobolnya pengendalian intern ang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan

kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah sebenarnya untuk mendapatkan bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan

pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat yang biasanya tidak mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

2.1.3. Pengendalian Internal Gaji dan Upah

Salah satu hal yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja tenaga kerja yaitu pemberian gaji dan upah. Secara periodik, perusahaan berkewajiban untuk memberikan gaji dan upah kepada tenaga kerjanya atas jasa-jasa mereka yang telah dinikmati oleh perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Gaji sebaiknya dibayarkan berdasarkan pada kompetensi (keahlian dan keterampilan)


(31)

yang dimiliki oleh masing-masing karyawan, bukan berdasarkan pada kedekatan hubungan dengan salah satu pemilik perusahaan.

2.1.3.1. Pengertian Gaji dan Upah

Banyak definisi yang dapat dikemukakan mengenai gaji dan upah. Menurut Niswonger dkk (1999 : 446) definisi mengenai gaji dan upah adalah:

Istilah gaji (salary) biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa manajerial, administratif, dan jasa-jasa yang sama. Tarif gaji biasanya diekspresikan dalam periode bulanan. Istilah upah (wages) biasanya digunakan untuk pembayaran kepada karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam. Selanjutnya Mulyadi (2010 : 373) mengemukakan bahwa :

Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa seseorang yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, Sedangkan upah adalah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap per bulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja atau satuan jumlah produk yang dihasilkan oleh karyawan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang mempunyai ikatan kerja yang kuat secara berkala berdasarkan ketentuan yang berlaku diperusahaan dan sifatnya tetap. Sedangkan upah merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang ikatan kerjanya kurang kuat berdasarkan waktu kerja setiap hari ataupun setiap minggu.

Sistem penggajian dapat didefinisikan sebagai jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu oleh manejemen untuk menjalankan atau memberikan gaji kepada karyawan dalam suatu lingkungan perusahaan. Dalam sistem penggajian pembayaran gaji dilaksanakan oleh beberapa fungsi. Fungsi


(32)

yang terkait dalam sistem penggajian adalah Fungsi Kepegawaian, Fungsi Personalia, Fungsi Akuntansi, dan Fungsi Keuangan. Dimana tugas masing-masing fungsi tersebut saling berhubungan. Melalui sistem penggajian yang baik dan teratur, perusahaan akan dapat terhindar dari terjadinya penyelewengan-penyelewengan harta perusahaan sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan karyawan terhadap gaji yang diterimanya. Dengan adanya sistem penggajian, akan dapat melahirkan pelaksanaan penggajian yang baik pula sehingga dapat mendorong terwujudnya aktifitas perusahaan yang sehat dan dinamis.

2.1.3.2. Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian

Menurut Mulyadi (2010 : 374) dokumen yang digunakan dalam sistem penggajian adalah :

1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah. Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti misalnya surat keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif upah, penurunan pangkat pemberhentian sementara dari pekerjaan (skorsing), pemindahan dan lain sebagainya. Tembusan dokumen-dokumen ini dikirimkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji dan upah. 2. Kartu Jam Hadir. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat

waktu utuk mencatat jam hadir karyawan. Catatanjam hadir karyawan ini dapat berupa daftar hadir biasa, dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi dengan mesin pencatat waktu. 3. Kartu Jam Kerja. Dokumen ini digunakan untuk mencatat

waktu yang dikonsumsi oleh tenaga kerja langsung pabrik guna mengerjakan pesanan tertentu. Dokumen ini diiisi oleh mandor pabrik dan diserahkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam hadir, sebelum digunakan untuk distribusi biaya upah langsung kepada setiap jenis produk atau pesanan.

4. Daftar Gaji Dan Daftar Upah. Dokumen ini berisi jumlah gaji dan upah bruto setiap karyawan, dikurangi potongan-potongan berupa PPh Pasal 21, utang karyawan, iuran untuk organisasi karyawan dan lain sebagainya.


(33)

5. Rekap Daftar Gaji Dan Rekap Daftar Upah. Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah per departemen, yang dibuat berdasarkan daftar gaji dan upah. Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang bersangkutan.

6. Amplop Gaji Dan Upah. Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada setiap karyawan dalam amplop gaji dan upah. Di halaman muka amplop gaji dan upah setiap karyawan berisi informasi mengenai nama karyawan, nomor identifkasi karyawan, dan jumlah gaji bersih yang diterima karyawan dalam bulan tertentu.

7. Bukti Kas Keluar. Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat oleh fungsi akuntansi kepada fungsi keuangan, berdasarkan informasi dalam daftar gaji dan upah yang diterima dari fungsi pembuat daftar gaji dan upah.

2.1.3.3. Prosedur Pencatatan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah

Menurut Mulyadi (2010 : 382) catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan gaji dan upah adalah :

1. Jurnal Umum. Dalam pencatatan gaji dan upah ini jurnal umum digunakan untuk mencatata distribusi biaya tenaga kerja ke dalam setiap departemen dalam perusahaan.

2. Kartu Harga Pokok Produk. Catatan ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.

3. Kartu Biaya. Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja nonproduksi setiap departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti memorial.

4. Kartu Penghasilan Karyawan. Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai potongan yang diterima oleh karyawan. Informasi dalam kartu penghasilan ini dipakai sebagai dasar penghitungan PPh pasal 21 yang menjadi beban setiap karyawan. Di samping itu, kartu penghasilan karyawan ini digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan dengan ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang bersangkutan.

Dalam sistem akuntansi gaji perusahaan terdapat beberapa fungsi yang terkait dalam pencatatan dan pemberian gaji karyawan. Fungsi tersebut saling


(34)

bekerja sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk tujuan tertentu.

Menurut Mulyadi (2010 : 382) fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Kepegawaian.

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan pemberhentian karyawan.

2. Fungsi Pencatat Waktu.

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengendalian internal yang baik mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.

3. Fungsi Pembuat Daftar Gaji dan Upah.

Fungsi ini bertanggung jawab membuat daftar gaji dan upah yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan setiap jangka waktu pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah kepada karyawan.

4. Fungsi Akuntansi.

Dalam sistem penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan (misalnya: utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana pensiun).

5. Fungsi Keuangan.

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan, untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

Selanjutnya menurut Mulyadi (2010 : 385) jaringan prosedur yang membentuk sistem baik sistem penggajian maupun sistem pengupahan adalah sebagai berikut :


(35)

Prosedur pencatatan waktu hadir. Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau pabrik. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, dapat menggunakan kartu hadir berupa clock card yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder machine). Prosedur pencatatan waktu kerja. Dalam perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan pesanan, pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang bekerja difungsi produksi untuk keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk atau pesana yang menikmati jasa karyawan tersebut.

Prosedur pembuatan daftar gaji dan upah. Dalam prosedur ini, fungsi pembuatan daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya, dan daftar hadir. Jika gaji karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai potongan PPh pasal 21 dihitung oleh fungsi pembuatan daftar gaji dan upah atas daftar data yang tercantum dalam kartu penghasilan karyawan. Potongan PPh pasal 21 ini dicantumkan dalam daftar gaji dan upah.

Prosedur distribusi biaya gaji dan upah. Dalam prosedur distribusi biaya gaji dan upah, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja. Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan penghitungan harga pokok produk.

Prosedur pembayaran gaji dan upah. Prosedur pembayaran gaji dan upah melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keuangan kemudian mengauangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke amplop gaji dan upah.

Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis dengan menunjukkan akun yang harus di debet dan di kredit beserta jumlahnya masing-masing. Jurnal merupakan catatan pertama setelah adanya bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan dalam buku besar. Menurut Mulyadi (2010 : 385) jurnal untuk mencatat biaya gaji dibuat dalam empat tahap berikut ini :


(36)

a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1, dicatat oleh Bagian Utang kewajiban gaji ke dalam bukti kas keluar sebagai berikut:

Gaji dan upah xx

Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai clearing account,

b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

Biaya Administrasi dan Umum xx

Biaya Pemasaran xx

Gaji dan Upah xx

Karena gaji karyawan di pabrik tidak berhubungan langsung dengan pesanan tertentu, maka biaya gaji diperlakukan sebagai unsur biaya

overhead pabrik, sehingga biaya gaji karyawan pabrik dibebankan ke

dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya. Gaji karyawan fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam rekening Biaya Administrasi dan Umum dan rekening Biaya Pemasaran.

c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap ”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran gaji ke dalam register cek sebagai berikut:

Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx

Kas xx

d. Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekap daftar gaji, Bagian Kartu Biaya mencatat biaya tenaga kerja ke dalam buku pembantu (kartu biaya). Kartu biaya ini berisi rekening pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol: Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya Pemasaran.

Selanjutnya jurnal untuk mencatat biaya upah menurut Mulyadi (2010 : 396), dibuat dalam empat tahap.


(37)

a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1, dicatat oleh Bagian Utang kewajiban upah ke dalam bukti kas keluar sebagai berikut:

Gaji dan upah xx

Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx

Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai clearing account,

b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

Biaya Administrasi dan Umum xx

Biaya Pemasaran xx

Gaji dan Upah xx

Karena upah karyawan di pabrik dibagi menjadi dua: tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung, maka upah biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke dalam rekening Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja, sedangkan biaya upah tenaga kerja tidak langsung diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik dan dibebankan ke dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya. Gaji karyawan fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam rekening Biaya Administrasi dan Umum dan rekening Biaya Pemasaran.

c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap ”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran upah karyawan ke dalam register cek sebagai berikut:

Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx

Kas xx

d. Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekap daftar gaji, Bagian Kartu Biaya mencatat biaya tenaga kerja ke dalam dua buku pembantu: kartu harga pokok produk dan kartu biaya. Kartu harga pokok produk digunakan untuk mencatat rincian biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi pesanan. Kartu harga pokok produk merupakan rekening pembantu untuk rekening Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja. Kartu biaya ini berisi rekening pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol:


(38)

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya Pemasaran. Upah tenaga kerja tidak langsung, upah karyawan fungsi administrasi dan umum (fungsi akuntansi, fungsi personalia dan umum, fungsi hubungan masyarakat) dan upah karyawan fungsi pemasaran dicatat ke dalam kartu biaya.

2.1.3.4. Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penggajian Dan Pengupahan

Menurut Mulyadi (2010 : 386) unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan adalah

a. Struktur organisasi

1. Fungsi Pembuatan Daftar Gaji Dan Upah Harus Terpisah Dari Fungsi Keuangan.

2. Fungsi Pencatatan Waktu Hadir Harus Terpisah Dari Fungsi Operasi.

b. Sistem Otorisasi

1. Setiap Orang yang Namanya Tercantum Dalam Daftar Gaji dan Upah Harus Memiliki Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Karyawan Perusahaan Yang Ditandatangani Oleh Direktur Utama. 2. Setiap Perubahan Gaji Dan Upah Karyawan Karena Perubahan Pangkat, Perubahan Tarif Gaji dan Upah, Tambahan Keluarga Harus Didasarkan Pada Surat Keputusan Direktur Keuangan. 3. Setiap Potongan Atas Gaji dan Upah Karyawan Selain dari Pajak

Penghasilan Karyawan Harus Didasarkan Surat Potongan Gaji Dan Upah Yang Diotorisasi Oleh Fungsi Kepegawaian.

4. Kartu Jam Hadir Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Pencatat Waktu. 5. Perintah Lembur Harus Diotorisasi Oleh Kepala Departemen

Karyawan yang Bersangkutan.

6. Daftar Gaji dan Upah Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Personalia. 7. Bukti Kas Keluar untuk Pembayaran Gaji dan Upah Harus

Diotorisasi Oleh Fungsi Akuntansi.

8. Perubahan dalam Catatan Penghasilan Karyawan Direkosiliasi dengan Daftar Gaji dan Upah Karyawan.

c. Prosedur Pencatatan

1. Tarif Upah yang Dicantumkan dalam Kartu Jam Kerja Diverifikasi Ketelitiannya oleh Fungsi Akuntansi Biaya.

2. Kartu Jam Hadir Harus Dibandingkan Dengan Kartu Jam Kerja Sebelum Kartu yang Terakhir Ini Dipakai Sebagai Dasar Distribusi Biaya Tenaga Kerja Langsung.

d. Praktik Yang Sehat

1. Pemasukan Kartu Jam Hadir ke Dalam Mesin Pencatat Waktu Harus Diawasi oleh Fungsi Pencatat Waktu.


(39)

2. Pembuatan Daftar Gaji dan Upah Harus Diverifikasi Kebenaran dan Ketelitian Perhitungannya oleh Fungsi Akuntansi Keuangan Sebelum Dilakukan Pembayaran.

3. Penghitungan Pajak Penghasilan Karyawan Direkonsilisasi dengan Catatan Penghasilan Karyawan.

4. Catatan Penghasilan Karyawan Dipimpin oleh Fungsi Pembuat Daftar Gaji dan Upah.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian berbentuk deskriptif. Menurut Erlina (2008 : 20), penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industry atau perspektif yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang: apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau fenomena tersebut.

3.2. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari a. Data Primer

Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari perusahaan melalui wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan kemudian diolah lebih lanjut oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan pendukung dari data primer yang dapat diperoleh baik dari literature maupun dari dokumen perusahaan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data sekunder dari pihak internal perusahaan berupa struktur organisasi, sejarah singkat perusahaan dan prosedur pengawasan intern atas


(41)

gaji dan upah serta daftar gaji dan upah pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yang bersumber dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan penelitian ini serta mengumpulkan data keuangan ataupun non keuangan yan bersumber dari perusahaan.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan sesi wawancara secara langsung kepada pihak-pihak didalam perusahaan yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Sugiyono (2004 : 130), “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil”

3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2009 : 29) “Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek


(42)

yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”

Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif. Hal ini dilakukan untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui dalam perusahaan dan menarik kesimpulan. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.

3.5. Tempat dan jadwal Penelitian

Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian ini di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berlokasi di jalan Sei Batanghari Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2013.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berada di jalan Sei Batang Hari No 2 Medan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 8 Tahun 1996 Tanggal 14 Februari 1996, dalam rangka restrukturisasi Badan usaha milik Negara (BUMN) dibidang perkebunan.

Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 yang dikenal dengan proses Nasionalisasi Perusahaan Perkebunan Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968 PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT.Perkebunan (Persero).

Pemerintah telah melakukan relokasi pengelolaan areal perkebunan dibawah BUMN perkebunan, dimana PT.Perkebunan III (Persero), PT.Perkebunan IV (Persero), PT.Perkebunan V (Persero) telah dinyatakan bubar dan sejak tanggal tersebut digabung kedalam perusahaan baru yaitu PT. Perkebunan Nusantara III (Persero),walaupun substansinya masih meneruskan usaha sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitas (jumlah laba dan saldo laba) dan penambahan serta pengurangan beberapa asset dan kewajiban.


(44)

Perusahaan didirikan berdasarkan akta No 36 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, SH. Notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-8331HT.01,01.Th.96 tanggal 8 Agustus 1996, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996 Tambahan Berita Negara No.8674. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 6 tanggal 12 Agustus 2008 dari Syafril Gani, SH, M.Hum, notaries di kota medan, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar perusahaan dengan ketentuan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang-Undang No. 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran Badan Usaha Milik Negara, akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari menteri hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia dengan surat keputusannya No. AHU-73169.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 14 Oktober 2008.

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan

Adapun yang menjadi visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola agri-bisnis yang baik.

Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan meliputi

a. Mengembangkan Industri Hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.


(45)

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan Karyawan sebagai Asset strategi dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil “terbaik bagi para Investor”.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis. f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

komunitas.

g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

Sadar bahwa tanggung jawab pembangunan masa depan PTPN III (Persero) ada pada seluruh karyawan, untuk itu manajemen bertekad mewujudkan paradigma bisinis baru di PTPN III.

a. Perubahan, perbaikan dan peningkatan metode dan kinerja adalah satu keharusan.

b. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan.

c. Setiap kegiatan bisnis baru menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan. d. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan

keterbukaan, kesadaran dan kebhinekaan.

e. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun kapital insani (human) dan intelektual yang dibutuhkan perusahaan.


(46)

f. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan mengajar dan membagi ilmu, membagi hubungan baik dan menjadi panutan.

g. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan kinerjanya.

h. Efektivitas operasional harus didukung oleh struktur organisasi yang sederhana dan dinamis.

i. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk meningkatkan produktivitas kerja dan keunggulan kompetitif.

j. Keputusan bisnis diambil berdasarkan data dan fakta yang akurat.

k. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat tanggap, cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas dan penuh tanggung jawab.

l. Seluruh aktivitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu.

4.1.2. Ruang Lingkup PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada saat ini PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi. Lahan perkebunan PTPN III (Persero) tersebar di 6 (enam) Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Dan Tapanuli Selatan. Sampai dengan tahun 2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655,87 ha (hektar) yang terdiri dari tanaman karet seluas 37.788,31 ha (hektar), yang didukung oleh 11 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas 423,33 ton


(47)

Tandan Buah Segar (TBS) / jam, 11 unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 142,41 ton karet kering (KK) / hari.

Perseroan melakukan pengolahan hasil tanaman dari Kebun Sendiri, Kebun PIR Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut :

a. Komoditi Karet : Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet b. Komoditi Kelapa Sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel

Perseroan juga melakukan kegiatan pemasaran komoditi kelapa sawit, karet didalam dan di luar negeri . untuk mendukung pemasaran komoditi dan produk yang dihasilkan, seluruh BUMN di Indonesia telah membentuk Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta – Indonesia.

4.1.3. Tata Nilai Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki komitmen untuk menunjang tinggi integritas professional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis :

a. Proactivity – selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi.

b. Excellence – selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi kita.

c. Team-Work – selalu mengutamakan kerjasama tim agar mampu menghasilkan inovasi dalam metoda dan produk baru.

d. Innovation – selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi dalam metode dan produk baru


(48)

e. Responsibility – selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Sebuah perusahaan yang besar maupun perusahaan kecil tentunya akan sangat memerlukan adanya struktur organisasi perusahaan, yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan untuk mengerti tugas, tanggung jawab, serta batasan-batasan tugasnya, kepada siapa dia bertanggung jawab sehingga pada akhirnya aktivitas operasional perusahaan akan berjalan secara sistematis dan terkoordinir.

Dalam struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sumber wewenangnya berasal dari Direktur Utama yang selanjutnya didelegasikan kepada direktur terkait yang terdiri dari empat bagian yaitu : Keuangan, Produksi, Sumber Daya Manusia/Umum dan Perencanaan dan Pengembangan. Struktur Organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berbentuk organisasi garis dan staff dimana tanggung jawab dan wewenang didalam perusahaan secara vertical dan mencerminkan hubungan antara bagian-bagian yang horizontal.

Adapun susunan tugas organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan adalah sebagai berikut :

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah.


(49)

1. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau asset perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

3. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.

b. Dewan Komisaris

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia No. KEP-183/MBU/2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan Nusantara III tanggal 24 September 2008, susunan anggota Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut :

Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani Komisaris : Deddy Suardi

S. Marbun

S. Hendry Sucipto Heri Sibayang

Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah : 1. Memberikan nasehat kepada pimpinan

2. Membantu pimpinan dalam menginvestasikan dana perusahaan 3. Mengawasi jalannya perusahaan


(50)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No.SK-88/MBU/2012 tanggal 1 Maret 2012, susunan anggota Direksi Perseroan adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : Megananda Daryono

Direktur Produksi : Balaman Tarigan

Direktur Keuangan : Erwan Pelawi

Direktur SDM dan Umum : Rachmat Prawirakusumah Direktur Perencanaan dan Pengembangan : Nurhidayat

Direktur Pemasaran : Bagas Angkasa 1. Direktur Utama

Direktur utama mengkoordinir seluruh fungsi dan langsung mengkoordinir anggota direksi lainnya yang terdiri dari Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Sumber Daya Manusia/Umum, Direktur Perencanaan dan Pengembangan dan Direktur Pemasaran.

Tugas dan wewenang :

a. Mengambil keputusan dan penanggung jawab utama atas tercapainya tujuan perusahaan serta memelihara dan menjaga harta perusahaan. b. Memimpin dan mengendalikan seluruh operasional perusahaan

c. Melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik disemua jajaran.

d. Mewujudkan portofolio bisnis perusahaan yang memberikan keuntungan dan nilai tambah.


(51)

e. Meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaksanaan The business

success mode yang tercermin dalam indikator kerja utama.

f. Mensukseskan pelaksanaan system mananajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3

g. Menetapkan sistem saran dan prasarana informasi melalui teknologi informasi yang terintegrasi dan berbasis database serta memberdayagunakan hal tersebut secara maksimal.

2. Direktur Produksi

Direktur produksi bertugas mengelola dan memberdayakan sumber daya produksi, sarana dan prasarana sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal. Direktur produksi dalam melaksanakan tugasnya mengkoordinir Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Teknik/CMR.

Tugas dan wewenang Direktur Produksi adalah :

a. Menetapkan dan mewujudkan sasaran strategic di bidang produksi. b. Mengawasi lancarnya proses produksi.

c. Menetapkan sistem kerja di bidang produksi untuk mewujudkan operational excellence.

d. Menyusun rencana kerja yang sesuai dengan target produksi. e. Membuat rencana persediaan bahan baku.

f. Mengendalikan biaya produksi pada tingkat yang lebih efisien.

g. Menterjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksanaan operasional di bidang produksi.


(52)

3. Direktur Keuangan

Direktur keuangan mempunyai tugas untuk mengelola sumber daya keuangan perusahaan secara tepat guna, dalam rangka terwujudnya aktivitas keuangan perusahaan yang lebih efektif dan efisien. Direktur keuangan dalam melaksanakan tugasnya mengkoordinir Kepala Bagian Pembiayaan dan Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Tugas dan wewenang Direktur Keuangan adalah : a. Merencanakan sumber-sumber dana yang diperoleh.

b. Menjaga keseimbangan pertumbuhan profitabilitas perusahaan.

c. Mencari dana dan memanfaatkan sumber dana yang diperoleh perusahaan.

d. Memonitor dan mengevaluasi biaya produksi (harga Pokok FOB) melalui pemanfaatan Activity Based Costing.

e. Membuat laporan manajemen interim dan laporan keuangan konsolidasian.

f. Menganalisa laporan keuangan untuk menilai apakah perusahaan mempunyai posisi keuangan yang baik.

g. Membangun sarana dan prasarana informasi manajemen keuangan melalui teknologi informasi yang terintegrasi.

h. Menjalin hubungan yang harmoni dengan stakeholders. 4. Direktur SDM dan Umum

Direktur SDM dan Umum bertugas untuk mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia, sarana pendukung lainnya sehingga tercapai kinerja yang


(53)

baik. Dalam melaksanakan tugas, Direktur SDM dan Umum mengkoordinir kepala bagian SDM.

Tugas dan wewenangnya adalah :

a. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasi bidang pengembangan SDM dan mengadakan pengkajian SDM.

b. Menetapkan kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan perusahaan. c. Menetapkan dan melaksanankan sistem pendidikan dan pelatihan. d. Menetapakan sistem rekrutmen karyawan.

e. Melaksanakan mapping personel secara periodic. f. Menetapkan sistem kompensasi dan remunerasi.

g. Menetapakan sistem kerja bidang SDM untuk mewujudkan

operational excellence.

h. Menetapkan sistem survey kepuasan karyawan.

i. Menetapkan kebijakan untuk memenuhi aspek legal perusahaan.

j. Menetapkan kebijakan dan mengevaluasi pelaksanaan bina lingkungan.

k. Melaksanakan pengendalian, pengawasan, penyelesaian hukum dan agraria, kesepakatan, kesehatan, dan keamanan serta sosial umum. 5. Direktur Pemasaran

Tugas utama dari direktur pemasaran adalah mengelola dan memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal, sehingga tercapainya kepuasan pelanggan dan pemasok.


(54)

a. Menetapkan dan mengevaluasi upaya strategik dan kebijakan pemasaran serta pengadaan barang dan jasa.

b. Menetapkan pedoman harga barang dan jasa.

c. Menetapkan system pengendalian persediaan hasil produksi serta bahan baku dan pelengkap.

d. Menetapkan kebijakan dan menyiasati perkembangan pasar dan perilaku pesaing (market intelligence).

e. Mencari dan membina hubungan dengan mitra bisnis (pemasok dan pelanggan) serta mitra aliansi.

f. Merancang proses bisnis dan work system bidang pemasaran dan bidang pengadaan barang dan jasa untuk mewujudkan operational axcellence.

6. Direktur Perencanaan Dan Pengembangan

Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Perencanaan dan Pengembangan bertugas untuk membina dan menyelenggarakan bidang yang dibawahi sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.


(55)

(1)

4. Informasi dan Komunikasi

Bagian Satuan Pengawasan Internal pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam melakukan audit tidak hanya mengawasi ketaatan terhadap peraturan, tetapi menggali informasi dari auditan untuk mencari penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan sehingga auditor SPI dapat membantu auditan memberi solusi berupa saran dan rekomendasi audit yang dituangkan dalam laporan hasil audit,

5. Pemantauan (Monitoring)

Laporan hasil audit adalah alat formal untuk memberitahukan kepada manajemen, profil resiko, dan internal control pada aktivitas bisnis. Laporan audit rutin berkaitan dengan audit rutin yang dilaksanakan satu atau dua kali setahun untuk setiap objek yang diaudit, sedangkan laporan audit serah terima jabatan bersifat audit berdasarkan kondisi saat serah terima terhadap beberapa hal yang perlu diketahui dan ditindaklanjuti oleh pejabat baru. Sementara audit khusus adalah audit yang bersifat karena adanya indikasi korupsi atau penyalahgunaan wewenang. Laporan hasil audit disampaikan kepada Direksi dan Komisaris/Komite audit jika ada permintaan tertlis dari Komisaris kepada Direksi berdasarkan laporan hasil audit yang disampaikan kepada Direksi, dibuat memo atau surat penugasan temuan tindak lanjut yang harus dilakukan dan disampaikan kepada pimpinan unit yang diaudit bersama laporan hasil audit.


(2)

Laporan hasil audit yang dihasilkan oleh Auditor Bagian Satuan Pengawasan Internal PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah disajikan dengan tersistematis. Temuan audit yang dihasilkan disampaikan secara akurat dan terperinci yang menjelaskan tentang kondisi, kriteria, penyebab, akibat serta rekomendasi yang dapat dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab atau meminimalkan kerugian atau mengembalikan kondisi sesuai dengan kriteria. Selain itu dalam hal tedapat perbedaan atas pendapat pimpinan unit yang diperiksa dengan auditor atas temuan hasil audit maka pendapat keduanya harus diungkapkan dalam laporan. Dengan proses penyusunan laporan yang jelas dan terperinci maka audit intern diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengenali serta meminimalisasi kecurangan dan penyelewengan demi tercapainya tujuan perusahaan dimasa yang akan datang.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Satuan Pengawasan Internal (SPI) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah aparat pengawas internal perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 2. Sesuai dengan kedudukannya, Bagian SPI independen terhadap Bagian

dan Unit-unit lainnya dan objektif dalam menjalankan tugas pengawasan karena tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau bertanggung jawab langsung atau memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatan unit kerja yang diauditnya.

3. Dengan adanya Satuan Pengawasan Internal yang memiliki akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, personel, dan fisik kekayaan perusahaan di setiap bagian, maka segala bentuk penyimpangan dalam operasional perusahaan dapat diminimalisasi .

4. Prosedur Penggajian dan pengupahan di dalam perusahaan melibatkan beberapa bagian seperti bagian personalia, bagian pencatatan waktu karyawan, bagian keuangan, kasir serta bagian pembukuan / akuntansi 5. Proses pelaksanaan pengendalian internal atas gaji dan upah dapat


(4)

masing-masing bagian yang berkaitan dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Penggunaan dokumen dan catatan akuntansi yang lengkap dan selalu terdapat otorisasi pada dokumen-dokumen tersebut juga dapat menjadi indikator efektifnya pengendalian internal gaji dan upah pada perusahaan.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan atas penelitian dan pembahasan adalah :

1. Pengendalian internal gaji dan upah telah efektif sebaiknya dipertahankan dan perlu ditingkatkan sehingga penyelewengan dapat dihindari.

2. Satuan Pengawasan Internal sebaiknya tetap bertanggung jawab penuh kepada Direktur Utama untuk tetap menjamin tingkat independensi nya dalam melakukan pekerjaan audit pada seluruh bagian perusahaan.

3. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para staff Satuan Pengawasan Internal perusahaan, perlu dilakukan pelatihan, kursus, maupun seminar untuk para staff tersebut.

4. Pemisahan fungsi atas pelaksanaan prosedur penggajian dan pengupahan sudah cukup baik, diharapkan evaluasi oleh bagian Satuan Pengawasan Internal secara berkala atas hal ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid 1, Edisi 3, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

Fees, P. E., Reeve, J. M., Warren, C. S., & Niswonger, C. R., 1999. Prinsip – prinsip akuntansi jilid 1 edisi 19, alih bahasa Sirait, A., Gunawan, H, Erlangga, Jakarta.

Guy, Dan,M, Wayne Alderman, C dan Winters Alan, J, 2002. Auditing, Jilid I, Edisi 5, Penerjemah Sugiyarto, Erlangga, Jakarta.

___________ 2002. Auditing, Jilid II, Edisi 5, Penerjemah Sugiyarto, Erlangga, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata 1, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Messier, William, F. Jr dan Steven M. Glover dan Douglas Prawitt, F., 2005. Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, Buku I, Edisi 4, Penerjemah Nuri Hinduan, Salemba Empat, Jakarta.

___________2005, Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, Buku II, Edisi 4, Penerjemah Nuri Hinduan, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing Suatu Pengantar, Edisi Tiga, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi , 2010. Sistem Akuntansi, Edisi Tiga, Cetakan Kesepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Nasution, Manahan, 2003. “Sekilas Tentang Internal Auditor” Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Nazir, Mohd, 2005. Metode penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Sawyer, Laurence B., Mortimer, A. Dittenhofer, James, H. Scheiner, 2005. Sawyer’s Internal Auditing, Buku 1, Edisi 5, Penerjemah Desi Adhariani, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Tampubolon, Robert, 2005. Risk and System-Based Internal Auditing, Cetakan Pertama, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.

Tugiman, Hiro, 2006. Standar Professional Auditor Internal, Cetakan ke-9, Yogyakarta, Kanisius.

Sinulingga, Sukaria, 2011. Metode Penelitian, USU Press, Medan.