penunjang diagnostik apendisitis adalah appendicogram. Appendicogram merupakan pemeriksaan berupa foto barium usus buntu yang dapat membantu
melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran skibala di dalam lumen usus buntu Sanyoto, 2007.
Dalam penegakan diagnosis apendisitis akut sering digunakan appendicogram. Namun, dalam buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat dan De Jong
2004 mengatakan bahwa foto barium kurang dapat dipercaya. Hal tersebut bertentangan dengan hasil studi prospektif yang dilakukan di RS Tebet Jakarta
untuk mengevaluasi kegunaan appendicogram dalam mengidentifikasi pasien dengan apendisitis akut. Didapatkan akurasi diagnostik sebesar 92,5 . Hal ini
menyimpulkan bahwa appendicogram sangat berguna dalam diagnosis apendisitis akut, karena merupakan pemeriksaan yang sederhana dan dapat memperlihatkan
visualisasi dari apendiks dengan derajat akurasi yang tinggi Sibuea, 1996. Melihat adanya perbedaan tentang manfaat kegunaan appendicogram, saya
merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk melihat reliabilitas penggunaan appendicogram dalam penegakan diagnosis
apendisitis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah reliabilitas pemeriksaan appendicogram dalam penegakan
diagnosis apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2008-2011?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui reliabilitas pemeriksaan appendicogram dalam penegakan diagnosis apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2008-
2011.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui seberapa besar manfaat pemeriksaan appendicogram dalam
penegakan diagnosis apendisitis. 2. Mengetahui gambaran radiologi berupa foto barium apendiks pada
penderita apendisitis. 3. Mengetahui hubungan gambaran radiologi foto barium dibandingkan
dengan diagnosis pasca-operasi atau hasil pemeriksaan patologi anatomi.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Informasi kepada klinisi mengenai manfaat pemeriksaan appendicogram sebagai penunjang diagnosis apendisitis.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada mahasiswa lain untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian
yang telah dilakukan penulis.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Apendisitis 3.1.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm kisaran 3-15, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal
dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini
mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia itu Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah UGM, 2010.
Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. Kelenjar submukosa dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. Diantaranya berjalan
pembuluh darah dan kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang berjalan pembuluh darah besar yang berlanjut ke dalam
mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal, maka tidak tertutup oleh peritoneum viserale Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah UGM, 2010.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus Sjamsuhidajat, De Jong, 2004.
Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi,
apendiks akan mengalami gangrene Sjamsuhidajat, De Jong, 2004. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT gut associated lymphoid tissue yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara