Maka pengobatan medis adalah pengobatan yang dilakukan oleh sarana kesehatan yang memiliki unsur tenaga medis di dalamnya yaitu dokter atau dokter
gigi.
2.2.2 Sejarah dan Perkembangan Pengobatan Medis di Indonesia
Ilmu kedokteran telah lama berkembang mulai dari zaman Hipokrates hingga munculnya kedokteran modern kedokteran ilmiah saat Robert Koch menemukan
kuman TBC pada tahun 1850. Sejak penemuan tersebut, ilmu kedokteran lebih berkembang ke arah riset mengenai sebab-sebab penyakit dan para dokter
memberi pengobatan berdasarkan ilmu dan pengetahuan kedokteran. Di Indonesia ilmu kedokteran modern berkembang setelah Belanda terpaksa
menanggulangi wabah cacar pada abad ke-19 dengan didirikannya Sekolah Juru Cacar, lalu didirikan Sekolah Dokter Jawa, lalu Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran
STOVIA di Jakarta Sciortino, 1999. Perlahan ilmu kedokteran modern mulai diterima masyarakat walau pengobatan tradisional belum sepenuhnya
terganti.Setelah Indonesia merdeka, Indonesia berbenah dengan membuka fakultas-fakultas kedokteran dan sekolah-sekolah kesehatan. Pemerintah
Indonesia juga meningkatkan pengobatan modern dengan membentuk berbagai undang-undang dan peraturan-peraturan untuk dijadikan aspek legal dan landasan
pengobatan medis. Seiring dengan itu, Indonesia mulai memutakhirkan ilmunya dengan mengikuti perkembangan kedokteran modern di dunia Hanafiah, 2009.
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat melakukan invasi ke jaringan normal yang ada di
sekitarnya. Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari parenkim payudara. Kanker payudara dapat bermetastasis ke organ lain yaitu hati, paru-
paru, dan otak melalui sirkulasi darah Sukardja, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling sering muncul pada wanita. International Agency for Research Cancer IARC, 2008
menyatakan bahwa kanker payudara merupakan urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan insidens rate 38 per 100.000 perempuan dengan
tingkat kematian 14 per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia. Di Indonesia sendiri kanker payudara juga menempati urutan tertinggi dengan
insidens rate 36 per 100.000 perempuan dengan tingkat kematian 18,6 IARC, 2008.
Di Rumah Sakit Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional, kanker payudara juga menduduki peringkat pertama dari kanker pada perempuan.Sekitar 85
pasien kanker datang dengan stadium lanjut Rumah Sakit Dharmais, 2010. Angka ketahanan hidup lima tahun five years survival rate penderita kanker
payudara berdasarkan analisis di Rumah Sakit Dharmais sendiri adalah 72 pada stadium dini dan 12 pada stadium lanjut Wahyuni, 2002.
Hasil penelitian Balasubraniam 2009 menyatakan bahwa terdapat 222 kasus kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan di sepanjang
tahun 2009. Sedangkan hasil penelitian Lumban Gaol pada tahun 2010 menyatakan bahwa di RSUD dr.Pirngadi Medan terdapat 148 kasus kanker
payudara yang dirawat inap sepanjang tahun 2007-2008.
2.3.3 Faktor Risiko Kanker Payudara
Penyebab pasti kanker payudara hingga saat ini belum diketahui, namun ada beberapa faktor risiko yang secara statistik dapat meningkatkan insidensi kanker
payudara. a. Umur
Usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara Keegan, 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Riwayat Keluarga Orang dengan riwayat keluarga mengidap kanker payudara lebih
rentan mendapat kanker payudara dengan Odds Ratio sebesar 1,64 Hadjisavvas, 2010.
c. Faktor reproduktif Usia menarche dini merupakan salah satu risiko kanker payudara.
d. Oral kontrasepsi Penggunaan oral kontrasepsi meningkatkan kemungkinan terjadinya
kanker payudara pada wanita dengan IRR Incidence Rate Ratiosebesar 1,65Rosenberg, 2010.
e. Terapi hormonal Tingginya kadar hormon seks dalam darah merupakan prediktor
terhadap terjadinya kanker payudara Key, 2011. f. Obesitas
Wanita dengan obesitas berisiko sebesar 1,35-1,39 mendapat kanker payudara dibandingkan indeks massa tubuh normal Boggs, 2010.
2.3.4 Gejala Klinis Kanker Payudara