Berbagai Kejahatan Kemanusiaan Terhadap Rakyat Ukraina Dilihat

Ukraina maupun pada pihak sparatis pro Rusia sudah barang tentu masyarakat sipil akan merasakan akibat terparahnya. Seringnya terjadi pemberontakan-pemberontakan oleh kaum sparatis ataupun gerakan-gerakan perjuangan warga sipil untuk menentukan nasib sendiri memerdekaan diri dari Negara induk atau ingin bergabung ke wilayah Negara lain, seperti halnya yang terjadi saat ini di Ukraina yang menimbulkan kekacauan dan korban jiwa yang demikian besar. Daripada itu pula Konvensi Jenewa Konvensi Palang Merah tahun 1949 mengenai perlindungan korban perang dan sengketa bersenjatan non-internasional dapat dijadikan rujukan dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat sipil di Ukraina. Seyogianya permasalahan ini masuk kedalam ranah hukum humaniter internasional. Istialah hukum humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable inn armed conflictmm berawal dari istilah hukum perang laws of war, yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata laws of armed conflict, yang artinya pada saat ini biasa dikenal dengan istilah hukum humaniter. Dalam hukum humaniter internasional, dikenal 3 tiga azas utama yaitu : 107 1. Azas kepentingan militer military necessity Berdasarkan azas ini maka pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang; 2. Azas perikemanusiaann humanity 107 Mansyur Effendi, taufani S. Evandri, Op Cit, hlm.240 Berdasarkan azas ini maka pihak yang bersengketa harus memperhatikan perikemanusiaan, dimana mereka dilarang untuk mempergunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu; 3. Azas kesatriaan chivary Azas ini mengandung arti bahwa dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara bersifat khianat dilarang. Selain ketiga azas diatas, dalam hukum humaniter internasional juga ada azas yang sangat penting yaitu azas atau prinsip pembedaan distitiction principle, yaitu suatu prinsip atau azas yang membedakan atau membagi penduduk dalam suatu Negara yang sedang berkonflik dalam dua golongan, yakni kombatan combatant dan penduduk sipil civilant. Kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam permusuhan hostililties, sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang tidak turut serta dalam permusuhan. Perlunya pembedaan tersebut adalah sangat penting agar dapat mengetahui mereka yang ikut langsung atau turut serta dalam perlawanan sehingga boleh dijadikan sasaran atau objek kekerasan, dan mereka yang tidak turut serta dalam konflik dilarang untuk dijadikan sebagai sasaran atau objek kekerasan. Hal diatas sangat ditekankan, karena sejatinya dari dahulu sejak perang dan konflik bersenjata dikenal, hal tersebut berlaku bagi anggota angkatan bersenjata dari Negara-negara yang bermusuhan. Sedangkan penduduk sipil, yang tidak turut serta dalam permusuhan itu, harus dilindungi dari tindakan-tindakan peperangan itu. Keadaan tersebut sudah diakui sejak zaman kuno. Setiap kodifikasi hukum modern kembali menegaskan perlunya perlindungan terhadap penduduk sipil dari kekejaman atau kekerasan perang. Sebagaimana peristiwa kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang terjadi terhadap masyarakat Ukraina yang telah diuraikan sebelumnya telah menjadi sorotan dunia internasional. Karena peristiwa ini banyak menewaskan warga sipil .Sehingga Dewan Keamanan PBB melihat hal ini sebagai suatu pelanggaran terhadap HAM dan juga melanggar hukum internasional karena tidak adanya perlindungan terhadap warga sipil di wilayah-wilayah konflij di Ukraina. Dengan adanya konflik didalam suatu Negara, ukuran yang digunakan para pihakn yang berkonflik sering rancu. Satu pihak terutama kelompok disendent berusaha untuk dapat dilindungidianggap sebagai subjek hukum internasioanal. Untuk itu, adanya tanggung jawab, motivasi, cara berperang, menjadi penting untuk disimak dan diteliti. Hal ini berhubungan dengan landasan hukum yang dipakai, terutama standar HAM internasional yang ada sehingga ada kesan diperlakukan atas warganya. Pada pihak lain, beberapa kelompok bersenjata dapat mengontrol suatu wilayah dan populasi tertentu sehingga menyerupai pemerintah de facto, memperlihatkan tanda-tanda adanya kehendak untuk menaati Hak Asasi Manusia, walau secara formal mereka tidak dapat mengikatkan dirinya kepada konvensi-konvensi tersebut, disamping Negara ada yang membuat kesepakatan dengan kelompok bersenjata secara eksplisit, demi menghormati HAM. Sikap, cara dan tindakan dari kelompok bersenjata sering melanggar HAM sehingga sulit menjadi subjek hukum internasional, tetapi secara individual dapat diminta pertanggungjawabannya, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan tersebut kalau kejahatan perang mungkin kurang memiliki bukti hukum yang kuat dapat dimasukkan kedalam kekejaman atas kemanusiaan crimes against humanity yang bersifat individual, terlepas apakah yang bersangkutan atau bukan. Sebagaimana diketahui, kejahatan terhadap kemanusiaan diartikan sebagai perbuatan yang sistematis yang meluas dan meliputi pembunuhan, pembasmian, perbudakan, penyiksaan, deportasi kejahatan seksual, penghilangan orang, apartheid dan penuntutan yang didasari pertimbangan perbedaan paham politik, ras dan gender. 108

C. Berbagai Upaya Yang Dilakukan Oleh Organisasi Internasioanl Untuk

Meredakan Konflik Yang Terjadi Di Masyarakat Ukraina 1. Upaya Penyelesaian Pelanggaran HAM dengan diplomasi Perundingan diplomasi adalah praktik bernegosiasi oleh seseorang yang disebut sebagai diplomat biasanya mewakili sebuah Negara atau organisasi. Istilah diplomasy diperkenalkan dalam bahasa inggris oleh Edward Burke pada tahun 1796, yang berasal dari bahasa prancis yaitu “diplomatie” 109 108 Ibid. hal. 245 . Menurut 109 Donynicko, Diplomasi, diakses dari http:donynicko.wordprss.com, diakses jumat, 21 Agustus 2015 pukul 19.00 Kautilya ahli strategi politik di masa India , memaparkan 4 motif diplomasi yaitu . 110 1. Acquisition, tujuan diplomasi adalah membuat hubungan dengan Negara lain doplomatik; 2. Preservation, tujuan diplomasi adalah untuk menjaga hubungan dengan Negara lain; 3. Augmentation, tujuan diplomasi adalah untuk memperluas hubungan diplomatic; 4. Paper distribution, tujuan diplomasi adalah harmoni, perdamaian. Dengan demikian tujuan diplomasi yang efektif adalah untuk menjamin keamanan nasional, yaitu dengan pemeliharaan keamanan seperti perlindungan warga Negara, mengembangkan budaya dan ideology, peningkatan prestise, nasional. Penerapan cara diplomasi untuk menyelesaikan suatu pelanggaran HAM berat dapat dilihat dari salah satu jenis diplomasi yaitu Diplomasi Preventve adalah sebuah metode resolusi perselisihan secara damai yang diterapkan ketika suatu perselisihan telah melewati ambang batas untuk memicu konflik, dan suatu usaha pencegahan sengketa yang menimbulkan suatu konflik, diplomasi Preventive menurut Mochmad Bedjaoui memiliki 3 tujuan utama yakni : 111 1. Mencegah konflik antar pemerintah dan kelompok minoritas dalam suatu Negara; 2. Mencegah perselisihan dan konflik secara terbuka; 3. Mencegah penyebaran konflik sekecil-kecilnya apabila terjadi konflik; Dalam implementasinya diplomasi preventive meliputi beberapa aktifitas yaitu penemuan fakta mengenai konflik yang terjadi dalam suatu Negara maupun antar Negara. Kemudian melakukan tindakan mediasi. Mengenai penyelidikan diplomasi ini dilakukan dengan menyelidiki sebab dari konflik kemudian mdiadakan pendekatann oleh para pihak yang sedang bersengketa dalam hal ini adalah pihak pemerintah Ukraina dengan pihak sparatis pro-Rusia agar konflik tidak semakin meluas dan memanas. 110 ibid 111 ibid