Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberitaan Tv Swasta

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN TV

SWASTA

SKRIPSI

Muhammad Amal Assyfa Hs

100904067

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2014


(2)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN TV

SWASTA

(Studi Deskrptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Jurnalistik FISIP USU terhadap Pemberitaan Pemilihan Presiden

Republik Indonesia 2014 di Stasiun Televisi TV One)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uniersitas Sumatera utara

Muhammad Amal Assyfa Hs

100904067

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWTkarena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yangberjudul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberitaan TV Swasta (Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU terhadap Pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia di Stasiun televisi TV One) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulisan skripsi ini, penelitimenyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini dikarenakan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua peneliti, H.Bustami HS, MM dan Hj.Rafiani Purba yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil yang bermanfaat bagi peneliti serta Saudara kandung peneliti M. Akbar Fahlevi HS, M. Ilham Sarjana HS, M. Kahfi Khussyairi HS dan Ghaisyah Az-zahra Nazwa HS yang menjadi penyemangat dalam pengerjaan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. IbuDra. Mazdalifah, M.Si, PhD. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan ilmu yang sangat besar dalam membantu proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung.

6. Kak Puan Maharani dan bang Fauzan Ismail yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.


(4)

7. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Stambuk 2010 dan 2011 yang sudah bersedia menjadi responden dalam skripsi ini.

8. Kawan seperjuangan M. Utuh Habib Sani, M. Ricky A Putra, Cafry Indra Buana HSB, Devi Afrianty HSB, Ismail Jahidin, Fandy Ahmad Harapap, Muchlis, Yuva Ayuning Anjar, Prayugo Utomo, dan Teuku Muadahari yang telah memberikan warna selama berkuliah di FISIP USU.

9. Mabes Kom 10, Ade Tia, Angga Agascy, Ardana Basyira, Ananda Ramadhan, Billi Iskandar, Baktiar Widodo, Cafri Indra, Ditta Maharani, Fitra Atahari, Fanry Maulana, Indra Wahyudi, Indra Mora, Lisfi, Takdir Julianda, Nia Ervina Tiurlan, Muhammad Ghozali, Muhammad Zikri, Muhammad Adzan, Muhammad Jailani, Muhammad Rivanda, Novia Natasya, Risyad Arif, dan Yustian, yang sudah mengukir sejarah bersama-sama di Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2010.

10.Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIP USU sebagai organisasi ekstra yang telah banyak memberikan pembelajaran berarti bagi peneliti serta kawan-kawan stambuk 2009, 2011 dan 2012.

11.Kak Maya dan Bapak Tangkas yang sudah membantu dalam proses administrasi studi di Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan,3 Juni 2015 Peneliti


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Amal Assyfa Hs NIM : 100904067

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Persepsi Mahasiswa terhadap Pemberitaan TV Swasta (Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU terhadap Pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di Stasiun Televisi TV One) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Juni 2015 Yang Menyatakan


(6)

ABSTRACT

This study, about Perceptions of Students against Private TV Coverage (Descriptive Study Of Student Perception of Communication Science Journalism Concentration FISIP USU against Coverage President Elections of The Republic of Indonesia 2014 in Television TV One). This study aims to determine the selection process, interpretation and reaction student of communication science journalism concentration FISIP USU against coverage President Elections of the Republic of Indonesia 2014 on TV One. The teory used and thought to be related to this research is the Theory of Mass Communication, Mass Media and Television, News and Perception. The method used in this research is descriptive method with quantitative approach which aims to describe a variety of conditions, or a variety of variables that arise in the community which is the object research. The population in this study were students of communication science journalism concentration FISIP USU 2010 and 2011. The population numbered as many as 46 people. Sampling technique using the formula Arikunto the sampling of the entire study population. The technique of collecting using questionnaires. The collected data is processed through the tabulation process and analyzed with a single table. Single table is an analysis done by dividing the variables of research into the number of frequencies and percentages of each category. Once the data is tabulated, the researcher conducted the assessment. From the results of this study showed respondents perceptions of news about the presidential election of the Republic Of Indonesia in 2014 were presented by TV One is bad or negative.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberitaan TV Swasta (Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU terhadap Pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di Stasiun Televisi TV One). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses seleksi, interpretasi dan reaksi mahasiswa ilmu komunikasi konsentrasi jurnalistik FISIP USU terhadap pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di TV One. Teori yang digunakan dan dianggap berkaitan dengan penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Berita dan Persepsi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU Stambuk 2010 dan 2011. Populasi berjumlah sebanyak 46 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan rumus arikunto yakni pengambilan sampel dari keseluruhan populasi penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul diolah melalui proses tabulasi dan dianalisis dengan tabel tunggal. Tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori. Setelah data ditabulasi, peneliti melakukan pembahasan. Dari hasil penelitian ini diperoleh persepsi responden terhadap pemberitaan tentang pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 yang disajikan oleh TV One adalah buruk atau negatif.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 8

2.1.1 Komunikasi Massa ... 8

2.1.1.1 Proses Komunikasi Massa... 10

2.1.1.2Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 11

2.1.2.3Fungsi Komunikasi Massa ... 12

2.1.2.4 TujuanKomunikasi Massa ... 14

2.1.2.5 Efek Komunikasi Massa ... 15

2.1.2Media Massa ... 16

2.1.3Televisi ... 18

2.1.3.1 Program Televisi ... 21

2.1.3.2 Jenis Program Televisi ... 21

2.1.4Berita ... 22

2.1.4.1 Unsur Berita ... 24

2.1.4.2 Tayangan Berita di Televisi ... 24

2.1.5Persepsi ... 25

2.1.5.1 Proses Persepsi ... 26

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 28


(9)

2.3 Model Teoritis ... 30

2.4 Variabel Penelitian ... 30

2.5 Definisi Operasional... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

3.1.1Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 34

3.1.2 Sejarah Perkembangan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU... 36

3.1.3 Visi, Misi dan Sasaran Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 37

3.1.4 Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 39

3.2 Metode Penelitian... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1 Populasi ... 41

3.3.2 Sampel ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5 Teknik Analisis Data ... 43

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data ... 44

4.2 Teknik Pengolahan Data ... 44

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 45

4.3.1 Karakteristik Responden ... 46

4.3.2 Pemberitaan Pemililihan Presiden RI 2014 di TV One ... 47

4.2.3 Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik ... 53

4.4 Pembahasan ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR REFERENSI ... 78 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Penelitian ... 31

3.1 Pengelola Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 40

3.2 Populasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik .. 42

4.1 Jenis Kelamin ... 46

4.2 Stambuk ... 46

4.3 Umur ... 47

4.4 Intensitas Menonton Televisi ... 48

4.5 Intensitas Menonton Berita di TV One ... 49

4.6 Intensitas Menonton Berita tentang Pilpres RI 2014 di TV One . 50 4.7 Tayangan Berita TV One yang ditonton selama Pilpres RI 2014 51 4.8 Segmentasi menonton tayangan berita tentang Pilpres RI 2014 .. 52

4.9 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV sebagai Referensi Utama .... 53

4.10 Alasan Menonton TV One dalam Pilpres RI 2014 ... 54

4.11 Kualitas Pesan Pemberitaan TV One tentang Pilpres RI 2014 .... 55

4.12 Pemahaman terhadap Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One .. 56

4.13 Kontrol Sosial dalam Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One .. 57

4.14 Penjelasan terhadap wacana provokatif yang berkembang dimasya rakat selama Pilpres RI 2014 di TV One ... 58

4.15 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One sesuai dengan Fakta ... 59

4.16 TV One sebagai Sumber Informasi Tercepat pada Pilpres RI2014 ... ….60

4.17 TV One mengikuti Perkembangan Situasi dan Kondisi Kekinian Pada Pilpres RI 2014 ... 61 4.18 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One berasal dari narasumber


(11)

terkait... 62

4.19 Objektivitas Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One ... 63

4.20 Independensi Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One ... 64

4.21 Keakuratan Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One ... 65

4.22 Kelengkapan Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One ... 66

4.23 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One merangsang Empati ... 67

4.24 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One merangsang Simpati .... 68

4.25 Pemberitaan Pilpres RI 2014 di TV One bermanfaat bagi penonton ... 69


(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Model Teoritis ... 30 2. Struktur Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ... 39


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Fortran Cobol 2. Kuesioner

3. Surat Izin Penelitian

4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 5. Biodata


(14)

ABSTRACT

This study, about Perceptions of Students against Private TV Coverage (Descriptive Study Of Student Perception of Communication Science Journalism Concentration FISIP USU against Coverage President Elections of The Republic of Indonesia 2014 in Television TV One). This study aims to determine the selection process, interpretation and reaction student of communication science journalism concentration FISIP USU against coverage President Elections of the Republic of Indonesia 2014 on TV One. The teory used and thought to be related to this research is the Theory of Mass Communication, Mass Media and Television, News and Perception. The method used in this research is descriptive method with quantitative approach which aims to describe a variety of conditions, or a variety of variables that arise in the community which is the object research. The population in this study were students of communication science journalism concentration FISIP USU 2010 and 2011. The population numbered as many as 46 people. Sampling technique using the formula Arikunto the sampling of the entire study population. The technique of collecting using questionnaires. The collected data is processed through the tabulation process and analyzed with a single table. Single table is an analysis done by dividing the variables of research into the number of frequencies and percentages of each category. Once the data is tabulated, the researcher conducted the assessment. From the results of this study showed respondents perceptions of news about the presidential election of the Republic Of Indonesia in 2014 were presented by TV One is bad or negative.


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberitaan TV Swasta (Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU terhadap Pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di Stasiun Televisi TV One). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses seleksi, interpretasi dan reaksi mahasiswa ilmu komunikasi konsentrasi jurnalistik FISIP USU terhadap pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di TV One. Teori yang digunakan dan dianggap berkaitan dengan penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Berita dan Persepsi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU Stambuk 2010 dan 2011. Populasi berjumlah sebanyak 46 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan rumus arikunto yakni pengambilan sampel dari keseluruhan populasi penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul diolah melalui proses tabulasi dan dianalisis dengan tabel tunggal. Tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori. Setelah data ditabulasi, peneliti melakukan pembahasan. Dari hasil penelitian ini diperoleh persepsi responden terhadap pemberitaan tentang pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 yang disajikan oleh TV One adalah buruk atau negatif.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti dinamika sosial dan politik di Indonesia. Salah satu bentuk penyajian informasi yang disajikan oleh media saat ini adalah pemberitaan. Berita merupakan suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton (Iskandar 23: 2003).

Berita menjadi hal mendasar dalam memberikan informasi berupa fakta-fakta yang terjadi baik secara lokal, nasional maupun internasional. Peranan berita dalam menggiring wacana di dalam masyarakat sangatlah besar dan cenderung dominan dalam membentuk opini publik terhadap isu-isu tertentu. Besarnya peranan tersebut terlihat melalui tingginya animo masyarakat dalam mengikuti perkembangan berita di tanah air baik yang disajikan oleh media cetak maupun elektronik.

Beberapa diantara media-media yang kerap menyajikan pemberitaan adalah koran, majalah, televisi, radio, internet dan lain–lain. Masing–masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, serta menggunakan pola yang berbeda pula dalam menyajikan pemberitaan. Media cetak misalnya, hanya mampu menampilkan pemberitaan dalam bentuk visual, yaitu melalui tulisan–tulisan dan gambar–gambar. Berbeda halnya dengan media elektronik seperti radio yang hanya menampilkan audio, selanjutnya televisi dengan kelebihannya mampu menampilkan audio dan


(17)

visual secara bersamaan. Hal itu yang membuat televisi menjadi pusat perhatian besar dari publik dalam mendapatkan informasi.

Hasil penelitian riset Nielsen pada kota–kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa televisi menjadi media utama yang di konsumsi masyarakat Indonesia dengan persentase 95% tentunya turut menjadikan televisi sebagai media yang paling efektif dalam menyajikan pemberitaan di Indonesia.

Realitas tersebut tentunya menjadikan televisi memiliki posisi yang cukup penting dalam membentuk opini di dalam masyarakat. Konsistensi televisi dalam menjaga independensinya dalam menyajikan pemberitaan sangat dibutuhkan. Terlebih karena televisi menduduki posisi teratas sebagai media yang paling diminati masyarakat di Indonesia. Besarnya peranan televisi dalam penggiringan wacana tentunya tidak luput dari intervensi dari pihak–pihak tertentu yang memiliki kepentingan dalam pengemasan wacana–wacana tersebut. Khususnya yang berkaitan dengan wacana – wacana politik yang nantinya akan menguntungkan kelompok tertentu. Fenomena tersebut akhirnya membuat media televisi turut mengisi warna dinamika politik di Indonesia, terlebih juga karena adanya fakta yang menunjukkan bahwa banyaknya pemilik–pemilik stasiun televisi yang turut serta dalam pertarungan politik di Indonesia.

Berkaitan dengan kontestasi pemilihan presiden 2014, media menjadi aktor penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media juga mempunyai peran menjadikan proses demokrasi di Indonesia semakin baik dan bermutu. Secara ideal, pemberitaan pada televisi tentang pemilihan presiden harus netral dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Pemilihan presiden 2014 di Indonesia diikuti oleh dua (2) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yaitu Prabowo Subianto–Hatta Rajasa dan Joko Widodo–Jusuf Kalla. Masing–masing calon menggunakan media televisi sebagai wadah pencitraan guna untuk memenagkan pemilihan presiden 2014. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung sesuai dengan alur yang positif. Media digunakan sebagai pertarungan wacana mulai


(18)

dari kelebihan dan kekurangan hingga masuk ke ranah kampanye gelap (black campaign).

Media televisi dalam pemilihan presiden 2014 mempunyai fungsi dan peran strategis diantaranya sebagai penyampaian informasi, media propaganda dan sebagai wadah kampanye (news.detik.com). Ketiga fungsi tersebut seharusnya tidak serta merta digunakan dengan sembarangan apalagi menghalalkan segala cara untuk dapat simpati dari masyarakat, media televisi harus tetap berlandaskan kepada aturan dan etika media massa. Di Indonesia, ada banyak stasiun televisi swasta yang menayangkan pemberitaan tentang pemilihan presiden 2014. Diantaranya INDOSIAR, MNC TV, ANTV, RCTI, Tv One dan Metro Tv. Akan tetapi ada beberapa media yang isi tayangannya fokus terhadap pemberitaan yakni Tv One dan Metro Tv. Selama masa pemilihan presiden 2014, kedua stasiun tersebut mempersiapkan program acara khusus untuk membahas seputar kondisi kekinian tentang pemilihan presiden 2014. Tv One memiliki program “Kabar Pemilu” sedangkan Metro Tv memiliki program “Presiden Pilihan Kita”. Media tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan opini dikalangan masyarakat.

Pemilik stasiun Tv One dan Metro Tv berasal dari politisi yang telah menentukan arah politiknya kepada masing–masing calon kandidat presiden. Tv One dimiliki oleh Aburizal Bakrie yang posisinya sebagai ketua umum partai GOLKAR dan telah menentukan berkoalisi kepada pasangan Prabowo–Hatta. Sedangkan Metro Tv dimiliki oleh Surya Paloh yang notabenenya sebagai Ketua Umum partai NASDEM dan berkoalisi kepada pasangan Joko widodo–Jusuf Kalla. Hal tersebut yang membuat stasiun televisi Tv One dan Metro Tv cenderung berpihak kepada masing–masing kandidat calon presiden dan wakil presiden.

Keberpihakan stasiun televisi Tv One dan Metro Tv terlihat jelas dari tayangan–tayangan berita yang ditampilkan kepada masyarakat. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tanggal 19 mei–24 mei 2014 menunjukkan bahwa Tv One dan Metro Tv masuk kedalam media televisi yang telah melakukan penyimpangan atas prinsip independensi dan adanya kecendrungan


(19)

memanfaatkan berita untuk kepentingan kelompok tertentu (nasional.kompas.com). Media televisi telah menjadi senjata ampuh dalam kompetisi pemilihan presiden 2014. Kekuatan media massa seakan–akan menjadi penentu satu–satunya dalam mengarahkan dan mempengaruhi opini publik. Media televisi dianggap sebagai media yang paling efektif mempengaruhi opini publik dibanding media massa lainnya, karena jangkauannya yang lebih luas dibanding media massa lainnya.

Selama berlangsungnya masa pemilihan presiden Republik Indonesia 2014, kedua stasiun tersebut banyak mengundang Pro–kontra dikalangan masyarakat. Isi– isi berita yang seharusnya faktual, berimbang dan lengkap sudah jauh dari harapan. Tv One dan Metro Tv menggunakan berita untuk menguatkan citra calon kandidat presiden tertentu. Akan tetapi respon masyarakat atas ketidaksesuaian itu banyak dimunculkan kepada Tv One.

Munculnya tagar “Tv One Memang Beda” di media sosial twitter yang awalnya itu adalah jargon yang dipakai stasiun televisi tersebut, namun jargon itu telah dijadikan masyarakat sebagai bahan lelucon atas isi konten Tv One yang terkesan tidak fakta, berimbang dan lengkap. Isi berita pemilihan presiden yang ditampilkan oleh Tv One juga banyak menuai kontra dikalangan masyarakat. Seperti tayangan pemberitaan Tv One tanggal 29 mei 2014 dengan judul “Kemampuan Berbahasa Capres”. Dari tayangan tersebut cukup jelas TvOne berpihak terhadap Prabowo. Dimana berita tersebut lebih menonjolkan sosok dari Prabowo dalam berbahasa asing dan menjatuhkan Jokowi dodo dalam kemampuannya berbahasa asing, Seharusnya media massa harus menayangkan suatu berita berimbang tanpa memihak kepada suatu kelompok. Pemberitaan lain yang membuat kontroversi dikalangan masyarakat yaitu pemberitaan tentang penghitungan cepat pemilihan presiden 2014 yang ditayangkan oleh Tv One. Hasil yang diperoleh stasiun telvisi tersebut berbeda dengan sumber-sumber lain yang kesannya memaksakan salah satu calon kandidat presiden sebagai pemenang.

Fenomena keberpihakan media pada pemilihan presiden 2014 telah membentuk berbagai persepsi disetiap elemen masyarakat, baik itu dari sisi


(20)

akademisi, praktisi dan mahasiswa. Menurut Jalaludin Rakhmat, persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan ( Rakhmat, 50: 2013). Alex soubur dalam buku psikologi umum membagi proses persepsi dengan tiga komponen seperti Seleksi (proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar), interpretasi (proses mengorganisasikan informasi) dan reaksi (sesuatu hal dalam bentuk tindakan yang diterima). Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang berada pada posisi sebagai agent of change(agen perubahan) dan agent of social control

(kontrol sosial) memiliki peranan yang cukup penting dalam memberikan analisisnya. Mahasiswa dapat lebih objektif dalam menilai, karena posisinya jauh dari berbagai kepentingan.

Khususnya di FISIP USU, mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik yang notabenenya terbiasa dengan teori–teori, wacana dan analisis terhadap media massa sudah sewajarnya memiliki pandangan yang sangat luas dalam menganalisis kondisi tersebut. Peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik terhadap sajian pemberitaan yang dilakukan oleh Stasiun televisi berita Tv One.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Persepsi mahasiswa Departemen ilmu komunikasi FISIP USU terhadap pemberitaan pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 di Tv One”.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dirumuskan di atas, peneliti merumuskan Masalah yang akan diteliti yaitu “Bagaimana Persepsi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia di TvOne”

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan teori rumusan masalah yang akan menempatkan variabel yang akan diteliti. Dengan adanya pembatasan masalah, subjek penelitian akan semakin kecil ruang lingkupnya dan sangat membantu peneliti untuk mengalirkan instrument penelitian.

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terhadap pemberitaan di TV One.

3. Objek penelitian yang dimaksud adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011 yang menonton tayangan pemberitaan tentang Pemilihan Presiden Republik Indonesia di Tv One.

4. Pelaksanaan penelitian ini direncakan pada bulan Januari 2015 dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila data yang diperoleh sudah cukup maka penelitian akan dihentikan.


(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui proses seleksi, interpretasi dan reaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik terhadap pemberitaan Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di Tv One.

2. Mengetahui sejauh mana mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengikuti perkembangan pemberitaan televisi pada saat ini.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu :

1. Secara akademis, tentunya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah atau memperluas khazanah pengetahuan dan dapat bermanfaat khsusnya mahasiswa departemen ilmu komunikasi dan umumnya bagi semua pihak yang ingin mengetahui atau tertarik dengan hasil penelitian ini.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi pembelajaran bagi peneliti serta dapat menjadi pengalaman sehingga ilmu yang didapat selama di perguruan tinggi dapat benar-benar dipahami, namun tidak hanya secara teori tetapi dapat juga untuk diterapkan.

3. Secara praktis, penelitian yang dilakukan ini juga tentunya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak TV One sebagai masukan yang positif dalam menayangkan konten berita kepada masyarakat.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Setiap Penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 42: 2012). Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena (sosial) secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Arif dkk, 14: 2001).

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Krisyantono, 42:2008).

Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Teknologi Komunikasi, Berita, Televisi.

2.1.1 Komunikasi Massa

Awal perkembangan komunikasi massa berasal dari kata media of mass

communication (media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern) (Nurudin,

2003:2). Definisi komunikassi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Dari definisi ini harus diketahui bahwa komunikasi massa harus dilakukan melalui media massa. Media massa disini adalah radio, televisi, yang merupakan media elektronik dari teknologi modern.

Lebih rinci lagi pengertian komunikasi massa menurut Gebner (1967) “mass comunication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow messages in industrial societies” (komunikasi massa adalah proses produksi dan distribusi dari teknologi dan


(24)

lembaga yang membawa arus pesan secara berkelanjutan dan luas) (Elvinaro, 2004: 3). Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Marshall McLuhan mengemukakan bahwa, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global

village), karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh

dunia untuk berkomunikasi ke hampir seluruh pelosok dunia

Bagian terpenting yang membentuk dan mendukung terjadinya sebuah sistem adalah unsur. Dalam komunikasi diperlukan unsur-unsur untuk mendukung kelancaran proses yang terjadi, seperti proses pertukaran pesan antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dan untuk menyampaikan informasi tersebut kepada khalayak luas. Unsur dalam komunikasi massa tidak sesederhana seperti unsur komunikasi lainnya, unsur dalam komunikasi massa memiliki karakteristik tertentu dalam setiap bagiannya. Adapun unsur-unsur tersebut sebagai berikut (Bungin, 2006: 71):

1. Komunikator

Dalam komunikasi massa, komunikator adalah:

a. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi modern untuk menyebarkan informasi, sehingga informasi tersebut dengan cepat diterima oleh publik.

b. Komunikator mencoba untuk berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimanapun dan tidak diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

c. Komunikator berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi.

2. Media Massa

Media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses secara massal pula oleh masyarakat.

3. Informasi Massa (Pesan)

Informasi yang dikonsumsi untuk masyarakat luas, bukan informasi yang hanya dikonsumsi pribadi.


(25)

4. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, orang inilah yang akan menentukan apakah sebuah informasi layak untuk disiarkan atau tidak disiarkan.

5. Khalayak (publik)

Khalayak adalah massa yang menerima informasi yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa dari sebuah media massa.

6. Umpan Balik

Dalam komunikasi massa umpan balik bersifat tertunda, sedangkan dalam komunikasi pribadi umpan balik terjadi secara langsung. Ini yang membedakan umpan balik dalam media massa dengan umpan balik dalam komunikasi antar pribadi. Dengan adanya perkembangan teknologi, umpan balik yang tertunda ini semakin ditinggalkan.

Dari defenisi dan unsur komunikasi massa di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan yang disampaikan melalui media massa (media cetak dan media elektronik) yang dianggap sebagai komunikator kepada khalayak yang dalam hal ini disebut sebagai audience

(pendengar atau penonton). Pesan yang disampaikan kepada audience diterima secara bersamaan dan dalam tempo waktu yang cepat. Dengan adanya media massa sebagai alat yang membantu proses komunikasi massa, maka hambatan dalam komunikasi seperti ruang dan waktu dapat diminimalisir.

Komunikasi massa juga memiliki gatekeeper yang mengotrol informasi yang akan disampaikan kepada audience. Gatekeeper dianggap sebagai penjaga nilai dari suatu media massa yang posisinya berada dalam suatu lembaga baik dari internal pemilik media massa maupun berasal dari eksternal.

2.1.1.1 Proses Komunikasi Massa

Komunikassi massa berbeda dengan komunikasi tatap muka, karena sifat komunikasi massa melibatkan banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (1992: 33) proses komunikasi massa terlihat dalam bentuk (Bungin, 2006: 74):


(26)

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala yang besar. Proses komunikasi massa dilakukan dengan mendistribusikan informasi kemasyarakat dalam skala besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas dan diterima oleh massa yang besar pula.

2. Proses komunikasi massa dilakukan searah, dari komunikator ke komunikan. Jika terjadi interaksi diantara komunikator dengan komunikan, itu sifatnya sangat terbatas. Dalam proses ini komunikatorlah yang mendominasi.

3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris, artinya komunikasi yang terjalin bersifat datar dan sementara, tidak berlangsung lama dan permanen.

4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa yang menjadi penggerak.

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan kebutuhan di masyarakat. Seperti televisi dan radio yang melakukan penyiaran, karena adanya kebutuhan masyarakat akan informasi seperti pemberitaan yang ditunggu oleh masyarakat tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi massa didominasi oleh komunikator, komunikator dalam hal ini adalah media massa tersebut. Proses komunikasi massa juga berlangsung sementara tanpa diketahui siapa penggerak dari informasi yang diberikan kepada komunikan atau audience.

2.1.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya, kita telah mengetahui definisi dari komunikasi massa dari berbagai ahli. Melalui definisi tersebut, kita dapat mengetahui ciri-ciri dari komunikasi massa. Ciri-ciri dari komunikasi massa adalah (Nurudin, 2003:19) :

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa merupakan lembaga karena elemen utama komunikasi massa adalah media massa. Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.


(27)

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen atau beragam. Artinya, komunikan beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

3. Pesannya bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak dituju kepada satu orang atau sekelompok masyarakat tertentu. Pesan-pesan ditujukan kepada khalayak yang plural dan pesan-pesan yang dikemukakan juga tidak boleh bersifat khusus.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan), kalaupun bisa sifatnya pasti tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Dalam komunikasi massa terdapat keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak yang berarti khalayak menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Keserempakan juga sangat terasa kalau kita mengamati media komunikasi massa lain seperti internet.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Peralatan teknis yang dimaksud seperti pemancar untuk media elektronik. Salah satunya yang kita ketahui adalah televisi dan radio, televisi dan radio merupakan media massa yang tidak lepas dari pemancar. Peralatan teknis semakin kompleks juga seperti yang dimiliki oleh jaringan internet. Peralatan teknis merupakan sebuah keniscayaan yang dibutuhkan oleh media massa.

7. Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper

Gatekeeper merupakan orang yang sangat berperan dalam penyebaran

informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari komunikasi massa yakni pesan yang disampaikan oleh komunikator yang notabene adalah media massa itu tidak berasal dari satu orang melainkan secara kelembagaan. Pesannya juga bersifat umum, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang dapat diterima oleh komunikan secara serentak. Dan komunikasi massa juga membutuhkan alat bantu yang membantu proses komuikasi itu sampai ke komunikan. Informasi yang


(28)

disampaikan dari proses komunikasi massa harus melewati kelegalan dari gatekeeper

yang memperbaiki isi pesan agar sesuai dengan nilai-nilai media massa dan mudah untuk dimengerti oleh komunikan.

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi Massa

Robert K. Berton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau bersembunyi (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan (Bungin, 2006: 78). Sehingga pada masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional. Begitu pula dengan fungsi komunikasi massa, sebagai aktivitas sosial masyarakat, komunikasi massa juga mengalami hal yang serupa, beberapa fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa digunakan agar penyampaian bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Selain penyampaian pendidikan sosial, ada lagi fungsi utama komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat dengan luas dan dalam waktu yang cepat sehingga fungsi informatif dapat tercapai dengan cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi budaya

Fungsi informatif merupakan fungsi statis yang tidak bisa berubah, tapi komunikasi massa memiliki fungsi lain yang bersifat statis yaitu fungsi transformasi budaya. Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning.


(29)

Komunikasi massa menjadi transformasi budaya yang dilakukan secara bersama-sama dengan semua komponen komunikasi massa, yang didukung oleh media massa. Akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.

5. Fungsi Hiburan

Seirama dengan fungsi-fungsi lain komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Berdasarkan Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Fungsi media massa sangat berarti bagi masyarakat. Artinya informasi yang disampaikan kepada khalayak harus dibentengi oleh fungsi tersebut.

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi Massa

Dalam proses komunikasi pasti komunikator memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan setelah mendapatkan pesan. Tujuan-tujuan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, pendapat maupun sikap. Adapun tujuan-tujuan dari komunikasi massa, yaitu (Severin dan Tankard, 2008: 13):

1. Untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa. Pengaruh ini mungkin yang diharapkan seperti pemberitaan kepada masyarakat selama pemilihan atau yang tidak diharapkan seperti menyebabkan peningkatan kekerasan dalam masyarakat.

2. Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan masyarakat. Melihat manfaat komunikasi massa oleh masyarakat menjadi lebih bermakna daripada melihat pengaruhnya. Pendekatan ini mengakui adanya peranan yang lebih aktif pada audiens komunikasi. Ada dua faktor yang digabung untuk memberikan tekanan yang lebih besar pada aktivitas audiens dan penggunaan komunikasi massa daripada pengaruhnya. Salah satu faktornya adalah bidang psikologi kognitif dan pemrosesan informasi. Faktor lain adalah perubahan teknologi dan komunikasi yang bergerak menuju teknologi yang semakin tidak tersentralisasi, pilihan pengguna yang lebih banyak, diversitas isi yang lebih besar dan keterlibatan yang lebih aktif dengan isi komunikasi oleh pengguna individual.

3. Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa.

4. Untuk menjelaskan peranan media massa dalam pembentukan pandangan-pandangan dan nilai-nilai masyarakat. Para politisi dan tokoh masyarakat sering memahami pentingnya peran komunikasi massa dalam pembentukan


(30)

nilai-nilai dan pandangan dunia seperti mengkritik acara-acara atau film yang didasarkan oleh spekulasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi massa dalam menyampaikan pesan kepada khalayak harus memiliki tujuan. Salah satu tujuan komunikasi massa terpenting adalah pembentukan kerangka berfikir khalayak dalam menerima pesan yang diterima dari media massa. Hingga proses itu akan berkesinambungan terhadap pandangan dan sikap dari khalayak tersebut.

2.1.1.5 Efek Komunikasi Massa

Pada buku Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pada proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan yang kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku. Pendekatan yang ketiga adalah observasi terhadap khalayak yang dikenai efek komunikasi massa. Pada bagian ini akan dibahas dua pendekatan saja (Ardianto, 2004:49), yaitu :

a. Efek Kehadiran Media Massa

Mc Luhan mengemukakan the medium is the message. Media adalah pesan itu sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Terdapat lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu :

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Kehadiran surat kabar yang berarti menghidupkan pabrik yang mensuplai kertas koran. Keberadaan televisi baik pemerintah maupun swasta dapat memberi lapangan pekerjaan bagi sarjana ilmu komunikasi.


(31)

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Misalnya, kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari pemiliknya.

3. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Seseorang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman. Misalnya, untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

4. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman kepada diri seseorang, tetapi dapat juga menumbuhkan perasaan tertentu.

b. Efek Pesan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

1. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Pada efek kognitif ini akan dibahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan memengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat.

2. Efek Afektif

Efek afektif ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan komunikasi massa bukan saja memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

3. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan. Adegan kekerasan dalam televisi akan menyebakan orang menjadi beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menyebabkan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan, dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Media Massa

Komunikasi massa memerlukan media massa dalam prosesnya, Media massa adalah institusi yang berperan sebagai Agent of Change (Bungin, 2006: 85), yang


(32)

merupakan pelopor perubahan. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai:

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Media massa menjadi media informasi, media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan informasi yang terbuka dan jujur.

3. Media massa menjadi media hiburan, media massa menjadi institusi budaya, pendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia dan mencegah budaya yang justru akan merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Pengertian lain, Media massa itu adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada khalayak yang luas dan heterogen (Nurudin, 9: 2007). Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada orang banyak (khalayak). Media massa bukan sekedar alatsemata-mata,melainkan jugainstitusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatanlain.

Media massa pada masyarakat luas saat ini dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online.

1. Media cetak merupakan media tertua dimuka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan acta diurnal dan acta senatus dikerajaan Romawi. Kemudian media cetak berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.

2. Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (audio), bahkan kemudia dengan gambar (visual) melalui layar televisi. Maka yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi.


(33)

3. Media online merupakan media yang menggunakan fitur internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online

menggabungkan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.

Berdasarkan uraian tentang media massa diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwamedia massamerupakanpesan-pesan darisumberkepadakhalayak(menerima) denganmenggunakanalat-alatkomunikasimekanissepertitelevisi, radio, suratkabar,majalah,tabloid,buku,film,internet,dll. Media massa memiliki peranan yang sangat penting dalam mencari, mengolah dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak. Bungin menganggap media massa sebagai saluran agen perubahan, artinya keberadaan media massa mampu membawa khalayak dari kegelapan menuju ke kondisi yang terang benderang.

Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainadalahiabisamengatasi hambatan ruangdanwaktu.Bahkanmedia massamampu menyebarkan pesanhampirseketikapadawaktuyangtak terbatas.

2.1.3 Televisi

Televisi berasal daridua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari bahas latin) yang berarti penglihatan.Dengan demikian televisi yang dalam bahasainggrisnya television

diartikan dengan melihatjauh.Melihatjauh disinidiartikandengangambardansuarayangdiproduksidisuatutempat

(studiotelevisi)dapatdilihatdaritempatlainmelaluisebuahpenerima.

Dalam buku komunikasi massa karangan Elvinaro Ardianto, M. Si,Lukiati Komala,M.Si, danSiti Karlinah,M.Si, (134: 2007)dari semuamedia komunikasi yang ada, televisilah yang palingberpengaruhpada kehidupanmanusia.Televisimengalami


(34)

perkembangansecara dramatis, terutama melalui pertumbuhantelevisi kabel.Transmisiprogramteleisikabel menjangkauseluruhpelosoknegri denganbantuansatelitdan diterimalangsungpadalayartelevisidirumah denganmenggunakan wirelesscableyangmembuka tambahan saluran televisibagipemirsa.

Perkembangan teknologi pertelevisian sampai saat ini sudah berkembang sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batasan antara satu negara dengan negara yang lainnya” (Muda, 2003: 4). Televisi, di samping sebagai media yang amat menghibur, juga menjadi saluran komunikasi dua arah yang efektif (Kuswandi, 1996: 20). Penggunaan televisi sekarang tidak hanya dimiliki oleh masyarakat di perkotaan saja namun juga bisa dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi adalah mampu mentransformasikan gambar, suara dan warna-warna yang sesuai dengan aslinya sehingga apabila ada acara yang ditayangkan di televisi dengan mengambil setting

tempat tertentu maka pemirsa sudah dapat mengetahui tempat itu tanpa harus pergi ke sana. “Nilai-nilai lebih dari televisi tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi” (Kuswandi, 1996: 2).

Siaran televisi menjadi lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dengan audio dan visual yang dimilikinya. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir. Seperti halnya media massa lainnya, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sbagai berikut:

1. Fungsi penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang bersar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh 2 faktor yaitu

a. immediacy (kesegaran). Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.


(35)

b. Realism (Kenyataan). Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara

audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan

kenyataan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagian besar dari alokasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.

Kemajuan teknologi televisi seperti sekarang ini mengagetkan siapa saja, yang sebenarnya tidak memperkirakan begitu cepat perkembangannya sehingga dengan serta merta dapat menjadi jendela dunia, media yang dapat menjadi “lubang penembus space”. Menjadikan dunia bahkan alam jagad raya ini menjadi hanya selebar daun kelor (Bungin, 133: 2006).

Fungsi dari televisi mendidik, menghibur, menginformasikan dan mempengaruhi khalayak memberikan pengaruh yang dominan didalam kehidupan kita. Berdasarkan fungsi tersebut tiap televisi saat ini telah membuat tayangan-tayangan yang berbeda-beda. Ada televisi yang berfokus pada tayangan-tayangan-tayangan-tayangan komedi, sinetron, infotainment, dsb sebagai fungsi menghibur. Ada juga televisi yang berfokus pada tayangan berita yang menyampaikan informasi kekinian dari tingkat daerah hingga tingkat nasional. Dari televisi berita, televisi telah mampu mengatur wacana atau isu-isu disuatu daerah sampai tingkat nasional.

Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu bagian dari media massa yang memiliki peranan mendidik, menghibur,


(36)

menginformasikan dan mempengaruhi. Televisi mampu memberikan informasi kepada khalayak secara serentak dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Televisi menjadi salah satu alat media massa yang dapat memberikan tampilan yang baik dari segi suara (audio) dan gambar (visual). Televisi juga mampu mengatur dan membentuk isu-isu atau wacana-wacana terhadap suatu masalah yang akan diangkat oleh media televisi, yang dapat membentuk dan mempengaruhi persepsi khalayak.

2.1.3.1 Program Televisi

Kata “program” itusendiriberasaldarbahasainggrisprogramme

atauprogram yangberartiacaraataurencana.Undang-undangpenyiaran Indonesia tidak menggunakan kata pro gram untuk acara tetapi menggunakanistilah

"siaran"yangdidefinisikan sebagai pesanatau

rangkaianpesanyangdisajikandalamberbagaibentuk.

Menurut kamusWJSPurwodarminto,pengertian program adalah acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci lagi, yakni program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untukditindaklanjutidenganpenyusunan "butir"siaranyangberlangsung sepanjang siaranituberadadiudara.(Soenarto,2007:1).

Daripengertiandiatas,penelitimemahami bahwaprogramadalah segala hal yang ditampilkanstasiun penyiaran atau stasiun televisi untuk memenuhi kebutuhan

audience.Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat

audiencetertarik untuk mengikuti siaran

yangdipancarkanstasiunpenyiaranapakahitutelevisiatauradio.


(37)

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Program televisi terbagi menjadi dua bagian, yakni :

1. Program Acara Berita (news program)

Yaitu program acara yang berisikan tayangan liputan berita-berita peristiwa terkini dan juga informasi lainnya seperti berita politik, budaya, kriminal, lalu lintas, olahraga, dan juga perkiraan cuaca yang dimana semua itu untuk disampaikan kepada audiens.

2. Program Acara non Berita (artistic program)

Yaitu program acara berita yang berisikan program hiburan yang tujuannya untuk menghibur audiens. Kategori program hiburan tersebut seperti program drama, game, show, entertainment, reality show, infotainment, music program, talk show, film documenter, dan lain-lain.

2.1.4 Berita (News)

Menurut Dr. Willard G. Bleyer mendefinisikan berita adalah segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang paling besar. Berita (news) itu tiada lain adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak (Suhandang, 103: 2004). Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefinisikan berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. Menurut Deddy Iskandar Muda (23: 2003), dalam bukunya “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional”, pengertian berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton. Dalam memilih materi berita yang akan ditayangkan ada beberapa pertimbangan yaitu berdasarkan kerangka memberikan informasi yang dibutuhkan audiens (Muda, 2003: 34):


(38)

1) Consequence

Consequence artinya adalah berita tersebut berkaitan dengan segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain – lain yang memiliki dampak bagi masyarakat luas.

2) Conflict

Conflict atau konflik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain konflik sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

3) Development

Development atau pembangungan merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter mampu mengulasnya dengan baik. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan melibatkan seluruh aspek masyarakat.

4) Disaster and Crimes

Disaster and Crimes atau bencana dan kriminalitas adalah peristiwa berita yang pasti mendapatkan tempat di hati audiens. Dalam piramida kebutuhan Maslow, keselamatan mendapat urutan pertama. Maka materi berita bencana dan kriminalitas memiliki daya rangsang yang cukup tinggi bagi audiens.

5) Weather

Weather atau cuaca merupakan berita yang penting pula, karena berkaitan dengan berbagai aspek kegiatan masyarakat. Mulai dari petani hingga kalangan pengusaha. 6) Sport

Sport atau olah raga selalu menarik bagi audiens di mana pun.Khususnya di Indonesia berita olah raga yang paling diminati adalah sepak bola, otomotif, basket, tenis, bulutangkis dan tinju.

7) Human Interest

Human Interest adalah kisah–kisah yang dapat membangkitkan emosi audiens seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis. Salah satunya berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi pemirsa atau penonton adalah berita mengenai bencana (disaster) dan kriminal (crimes). Dua topik ini menjadi sangat penting karena menyangkut tentang keselamatan manusia. Dalam pendekatan psikologi, keselamatan


(39)

adalah menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar manusia (basic needs), sehingga tak heran apabila berita tersebut memiliki daya rangsang tinggi bagi pemirsanya. Adapun televisi tidak dapat menyiarkan dengan seenaknya terhadap korban–korban manusia yang tampak sadis. Etika itu dimaksudkan agar pemirsa tidak memiliki rasa takut atau trauma yang amat besar (Muda, 36-37: 2003).

Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa berita merupakan salah satu program

2.1.4.1 Unsur Berita

Suatu peristiwa pada dasarnya selalu melibatkan manusia dan alam. Peristiwa alam yang tidak berkaitan dengan kehidupan manusia, tidak penting dan tidak menarik diberitakan. Seluk beluk peran baik manusia maupun alam dalam suatu peristiwa yang diberitakan dapat diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu “5W+1H”: apa, siapa, mengapa, di mana, bilamana dan bagaimana (Muda, 39: 2003) Itulah yang dimaksud unsur-unsur berita, dan berikut penjabarannya:

a. What (apa): Artinya, apa yang tengah terjadi. Peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi.

b. Who (siapa): Artinya, siapa pelaku kejadian atau peristiwa itu. Siapa saja yang terlibat.

c. Where (di mana): Artinya, di mana peristiwa atau kejadian itu berlangsung. d. When (kapan): Artinya, kapan peristiwa atau kejadian itu berlangsung. e. Why (kenapa): Arinya, mengapa kejadian itu bisa terjadi.

f. How (bagaimana): Artinya, bagaimana kejadian itu bisa berlangsung.

2.1.4.2 Tayangan Berita di Televisi

Berita berasal dari bahasa sansekerta “vrit” yang dalam bahasa inggris disebut “write” yang artinya ada atau terjadi. Selain itu ada juga yang menyebutnya dengan kata ”vritta” yang berarti kejadian atau yang telah terjadi. Pada kamus besar bahasa


(40)

Indonesia, berita merupakan cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Dalam istilah jurnalistik, berita diberi nama “news”. Kata tersebut terbentuk dari kata “new” yang berarti baru. Jadi, berita merupakan sesuatu yang baru dan diinformasikan kepada khalayak banyak.

Berita yang ditayangkan oleh televisi memiliki beberapa syarat, yakni :

1. Merupakan Fakta, berita haruslah berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar–benar nyata.

2. Terkini, Jarak penyiaran tayangan berita tidak terlalu jauh dengan peristiwa tersebut.

3. Seimbang, berita harus disampaikan dengan seimbang (cover both side) , tidak memihak kepada salah satu pihak.

4. Lengkap, Informasi yang disampaikan pada berita harus benar – benar lengkap. Sesuai dengan 5W + 1H.

5. Menarik, berita harus menarik minat penontonnya, berita dapat dikatakan menarik apabila mengandung unsur empati, simpati dan bermanfaat bagi penonton, berkaitan dengan tokoh terkenal, peristiwa penting, luar biasa, atau bersifat konflik.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara ideal atau teori informasi atau pesan yang ditayangkan oleh suatu media televisi harus melewati beberapa syarat, yakni: Fakta, Terkini, Seimbang, Lengkap dan menarik. Kelima syarat tersebut tidak dapat dihilangkan salah satunya dari penayangan setiap berita di televisi. Karena syarat-syarat tersebut yang menjadi kebutuhan masyarakat akan informasi yang diberikan oleh media televisi.

2.1.5 Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris yaitu perception berasal dari bahas latin yaitu perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dari pengamatan seseorang terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain


(41)

yang saling berhubungan, berkomunikasi dan bekerjasama. Setiap orang pastinya tidak terlepas dari perspesi.

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007:179). Definisi lain mengenai persepsi adalah persepsi pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1994:51).

Dari uraian defenisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses perangsangan terhadap alat indera manusia melalui pesan yang akan diterima, lalu pesan tersebut diorganisasikan dalam pikiran dan membentuk pemikiran hingga sikap. Persepsi juga tidak muncul begitu saja, faktor lingkungan, pendidikan, pengalaman juga mempengaruhi keberadaan persepsi tersebut. hal ini yang membuat persepsi itu bersifat subjektif, dimana setiap individu memilik perbedaan persepsi antara satu sama lainnya.

2.1.5.1 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Persepsi, pengenalan, dan penalaran terkadang disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Dari segi psiologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang, oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dari mengubah persepsinya.

Alex Sobur dalam buku Psikologi Umum (447: 2003), menjelaskan dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu :


(42)

Adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi

Adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi

Yaitu interpretasi dan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia ini, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengelilinginya. Pengetahuan adalah kekuasan, tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan itu. Definisi lain yang dikemukakan oleh Pareek mengenai persepsi adalah sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data. Definisi persepsi yang dikemukakan oleh Pareek dalam buku Psikologi Umum (Sobur, 2003:451) tercakup beberapa segi atau proses, tiap proses tersebut sebagai berikut :

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi, tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Rangsangan tersebut akan disaring, dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.

Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni : a. Pengelompokan

Berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk.


(43)

Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar belakang.

c. Kemantapan persepsi

Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mungkin terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru. Data atau kesan-kesan tersebut dapat di cek dengan menanyakan kepada orang lain mengenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Mulyana, 2007: 180).

Dari penjelasan diatas, peneliti mengambil proses persepsi dari penjelasan soubur. Dimana ia menjelaskan bahwa proses persepsi itu melewati tiga rangkaian yang harus dijalani satu persatu hingga terbentuk sebuah persepsi. Pertama, Seleksi, setiap individu memiliki keleluasan dalam menyaring atau memilih informasi pesan yang diterima. Individu tersebut dapat menerima atau menolak atas pesan yang mereka terima. Kedua, Interpretasi, Pesan yang telah diterima setiap individu setelah proses penyaringan, lalu dikelola dalam pikiran individu tersebut. Sehingga pesan tadi dapat dikelompokkan hingga muncul sebuat tafsiran dari individu tersebut.


(44)

Ketiga, Reaksi, munculnya reaksi dari hasil penafsiran yang telah diorganisasikan dalam pikiran individu. Reaksi dimaksud oleh soubur lebih kepada respon individu yang mendapatkan pesan, baik itu respon positif maupun respon negatif.

2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Cruchfield dalam buku Metodologi Penelitian Komunikasi menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan faktor personal (Rakhmat, 50: 2013).

1.Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan perspepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon terhadap stimuli itu. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu : persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek-objek yang memenuhi tujuan yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang kedua yaitu : medan konseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

3. Faktor situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa yang mempengaruhi faktor situasional.

4. Faktor personal

Faktor personal terdiri dari pengalaman, motivasi dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang dihadapi. Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Kepribadian merupakan ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.


(45)

Kerangka Konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata (Nawawi, 42: 2012). Kerangka konsep merupakan acuan dalam penelitian yang bermula dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel penelitian secara empiris.

Adapun konsep yang akan diteliti dan dijelaskan dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa departemen ilmu komunikasi Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara terhadap pemberitaan pemilihan presiden Republik Indonesi 2014 di Stasiun Televisi Tv One.

2.3 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut :

Skema 1

Model Teoritis Stasiun Televisi

Tv One

Pemberitaan tentang Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU


(46)

2.4 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep maka dibuat suatu operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Pemberitaan tentang pemilihan

presiden Republik Indonesia 2014 di Stasiun televisi TV One

1. Intensitas Menonton berita tentang Pilpres RI 2014 di TV One

2. Tayangan Pemberitaan tentang Pilpres RI 2014 di TV One

3. Frekuensi menonton tayangan berita tentang Pilpres RI 2014 di TV One

2. Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik FISIP USU stambuk 2010-2011

1. Seleksi 2. Interpretasi 3. Reaksi 3. Karakteristik Responden 1. Stambuk

2. Umur

3. Jenis Kelamin

2.5 Definisi Operasional

Persepsi


(47)

Operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 420: 1995). Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberitaan tentang Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 di stasiun televisi TV One

• Intensitas menonton berita tentang pilpres RI 2014 di Stasiun televisi TV One, maksudnya ialah lamanya menonton tayangan berita tentang Pilpres RI 2014 yang disajikan oleh TV One.

• Tayangan pemberitaan tentang Pilpres RI 2014 di Stasiun televisi TV One, maksudnya ialah program acara TV One yang menjadi pilihan selama masa Pemilihan Presiden RI 2014.

• Frekuensi menonton tayangan berita tentang Pilpres RI 2014 di stasiun televisi TV One, maksudnya ialah segmentasi menonton tayangan berita yang disajikan oleh TV One mencakup keseluruhan segmen, setengah segmen, dst.

2. Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnaslistik FISIP USU Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan setiap orang memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan , dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi memiliki tiga komponen utama yang akan dijabarkan sebagai berikut :

• Seleksi, merupakan proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar. Pada variabel ini peneliti mengalaisis seleksi yang dilakukan responden terhadap tayangan pemberitaan tentang pemilihan presiden RI 2014 di Stasiun Televisi Tv One.

• Interpretasi, adalah proses pengorganisasian informasi sehingga memiliki arti bagi seseorang. Pada variabel ini peneliti menganalisis


(48)

interpretasi responden terhadap tayangan pemberitaan pemilihan presiden RI 2014.

• Reaksi, respon yang merupakan suatu balasan atau tanggapan dapat berupa positif atau negatif. Respon mahasiswa terhadap tayangan pemberitaan pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 di Stasiun televisi Tv One.

3. Karakteristik Responden

• Stambuk : Stambuk dalam penelitian ini adalah stambuk 2010 dan 2011.

• Umur : Untuk mengidentifikasi rata-rata umur responden dalam penelitian ini.

• Jenis Kelamin : Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah Laki-Laki dan Perempuan.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Jl. Prof. A. Sofyan No. 1, Medan, Sumatera Utara.

3.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982.SK Presiden R.I tersebutmenetapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara.Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU itu sudah muncul pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertamakali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.


(50)

Berdasarkan SK Mendikbud R.I tersebut, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut:

1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi 3. Jurusan Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan MKDU 6. Jurusan Antropologi

Dewasa ini FISIP USU mempunyai enam Departemen, satu Program Diploma-3, dan tiga Program Pascasarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Sosiologi terdiri dari Program Studi S1 Sosiologi dan Program Studi S2 Magister Sosiologi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Ilmu Administrasi terdiri dari dua program studi yaitu Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi terdiri dari Program Studi S1 Ilmu Komunikasi dan Program S2 Magister Ilmu Komunikasi, Departemen Antropologi Sosial, Departemen Ilmu Politik. Program Studi S2 Magister Studi Pembangunan, Program Studi S3 Doktor Studi Pembangunan, Program Studi Diploma-3 Administrasi Perpajakan.

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang-bidang ilmu sosial dan politik di wilayah barat.

Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan


(51)

profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Suamtera Utara Sendiri.

3.1.2 Sejarah Perkembangan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Departemen ilmu komunikasi merupakan satu di antara 7 departemen yang berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).Pada awal pendiriannya tahun 1980, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik masih merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat yang dicangkokkan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial (IIS).

Pada tahun 1982 Jurusan Ilmu-ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU memiliki 6 (enam) jurusan yaitu:


(1)

c. Tidak Sering (45 menit / Hari) d. Sangat Tidak Sering(5-10 menit / Hari)

6. Intensitas anda menonton tayangan berita tentang “Pilpres RI 2014 di TV One”

a. Sangat Sering (3-4 Jam / Hari) b. Sering (1-2 Jam / Hari) c. Tidak Sering (45 menit / Hari) d. Sangat Tidak Sering(5-10 menit / Hari)

7. Tayangan berita TV One yang anda tonton selama Pilpres RI 2014 a. NewsOne (Apa Kabar Indonesia, Kabar Terkini, Kabar Dunia) b. RealityOne (Menyingkap Tabir, Suara Rakyat, Dibalik Tragedi) c. InfoOne (Bang One Show, Mata Kamera, World Report)

d. TalkshowOne (Indonesia Lawyers Club, Debat, Opini)

8. Frekuensi anda menonton tayangan berita di TVOne a. Keseluruhan tayangan

b. ¾ tayangan (3-4 segmen) c. ½ tayangan (2 segmen) d. ¼ tayangan (1 segmen)

9. Apakah pemberitaan TV One anda jadikan refensi utama dalam mencari informasi tentang “Pilpres RI 2014”

a. Sangat Setuju

?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

10.Apa yang membuat anda memilih stasiun televisi TV One dalam mengikuti “Pemberitaan tentang Pilpres RI 2014”

a. Berita yang ditayangkan cukup jelas


(2)

b. Berita yang ditayangkan cepat dan akurat

c. Sebagai pembanding informasi dengan media televisi lainnya d. dll ………(sebutkan)

11.Bagaimana kualitas pesan yang disampaikan dalam “ One tentang Pilpres RI 2014”

Pemberitaan TV

a. Sangat Baik

?

b. Baik c. Buruk

d. Sangat Buruk

12.Bagaimana pemahaman anda terhadap pesan yang disampaikan dalam “pemberitaan TV One tentang Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

?

b. Baik c. Buruk

d. Sangat Buruk

13.Bagaimana informasi yang berhubungan dengan social control dalam “Pemberitaan TV One tentang Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

?

b. Baik c. Buruk

d. Sangat Buruk

14.Bagaimana klarifikasi atau penjelasan dari tayangan berita TV One terhadap Wacana-wacana provokatif yang berkembang di masyarakat selama “Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

berlangsung?


(3)

c. Buruk

d. Sangat Buruk

15.Apakah pemberitaan tentang ”Pilpres RI 2014” berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi

a. Sangat Setuju

?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

16.TV One menjadi sumber informasi tercepat dalam menyajikan berita terbaru tentang “Pilpres RI 2014”

a. Sangat Setuju

?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

17.Pemberitaan “Pilpres RI 2014” yang ditayangkan oleh TV One mengikuti perkembangan situasi dan kondisi kekinian

a. Sangat Setuju

?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

18.“Pemberitaan Pilpres RI 2014” yang ditayangkan oleh TV One berasal

dari narasumber yang terkait a. Sangat Setuju

?

b. Setuju c. Tidak Setuju


(4)

19.Konten “Pemberitaan Pilpres RI 2014” yang ditayangkan oleh TV One bersifat Objektif

a. Sangat Setuju

(tidak dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi)?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

20.Bagaimana Independensi (tidak terikat, bebas) konten “Pemberitaan Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

yang ditayangkan oleh TV One?

b. Baik c. Buruk

d. Sangat Buruk

21.Bagaiamana Keakuratan informasi tentang “Pemberitaan Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

yang disajikan TV One?

b. Baik c. Buruk

d. Sangat Buruk

22.Bagaimana Kelengkapan (Unsur 5w+1h) informasi tentang “Pemberitaan Pilpres RI 2014”

a. Sangat Baik

yang disajikan oleh TV One?

b. Baik c. Buruk


(5)

23.Apakah “Pemberitaan TV One pada masa Pilpres RI 2014” menyajikan tayangan yang merangsang Empati

a. Sangat Setuju

(merasakan keadaan) anda?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

24.Apakah “Pemberitaan TV One pada masa Pilpres RI 2014” menyajikan tayangan yang merangsang Simpati

a. Sangat Setuju

(menaruh perhatian) anda?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

25.Apakah “Pemberitaan TV One pada masa Pilpres RI 2014”bermanfaat

a. Sangat Setuju bagi penonton?

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

26.Bagaimana penilaian anda terhadap “Pemberitaan Pilpres RI 2014”

J:

……… ………...

……… …………..………

di TV One?


(6)

………..……… ………...