UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.2.2 Bakteri Uji
Kultur murni dari S. aureus didapat dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi Kesehatan LIPI Cibinong dengan kode strain LK1501. Mikroba
ini diisolasi dari permukaan kulit bagian tangan manusia. Penetapan bakteri uji dilakukan melalui uji re-identifikasi S. sureus yang terdiri dari pengamatan secara
morfologis, pewarnaan Gram dan reaksi biokimia seperti uji katalase, koagulase, phosphatase dan deteksi H
2
S oleh laboratorium mikrobiologi kesehatan Breed, Roberto et al., 1957.
3.2.2.3 Bahan Lainnya
Akuades steril, etanol 96, NaCl fisiologis, lugol, safranin, kristal violet 1 , media heterotrof HTR cair, media luria bertani LB agar, media kingler iron
agar KIA, susu skim, H
2
O
2
3, dan media pelarut fosfat.
3.3 METODE PENELITIAN
3.3.1 Determinasi Teh C. sinensis
Tujuan dilakukan determinasi adalah untuk memastikan klasifikasi dari tanaman yang digunakan dalam penelitian. Determinasi terhadap tanaman teh C.
sinensis dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahauan Indonesia LIPI
– Cibinong.
3.3.2 Karakterisasi dan Penapisan Fitokimia Daun Teh Putih C. sinensis
3.3.2.1 Organoleptik
Dilakukan pengamatan secara organoleptik terhadap karakteristik daun teh putih C. sinensis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bentuk, bau
dan rasa.
3.3.2.2 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun teh putih C. sinensis. Metabolit sekunder yang diuji
secara kualitatif ini antara lain alkaloid Wagner, Mayer dan Dragendorf, steroid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Penapisan fitokimia pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penelitian ini dilakukan oleh Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, LPPM – IPB,
Bogor. Metode penapisan fitokimia tersebut dapat dilihat pada lampiran 3.
3.3.3 Penyiapan Seduhan dan Karakterisasi Seduhan Daun Teh Putih
Pada penelitian ini daun teh putih yang digunakan berada dalam satu kemasan yang sama dan diseduh sesuai dengan saran penyajian pada kemasan.
Penyiapan daun teh putih pada penelitian ini divariasikan yaitu seduhan 1 menggunakan daun teh kering yang langsung dari kemasan, seduhan 2
menggunakan daun teh putih hasil seduhan pertama dan seduhan 3 menggunakan daun teh putih yang sebelumnya diserbuk halus dengan cara digiling pada
lumpang alu kemudian diayak dengan ayakan Mesh 20. Bertujuan untuk mendapatkan hasil seduhan daun teh putih yang memiliki kandungan total fenol
tertinggi untuk digunakan pada uji penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm S. aureus.
Mula – mula tiap variasi daun teh putih ditimbang sebanyak 2 gram, lalu
diseduh menggunakan 100 mL akuades bersuhu 90°C dalam keadaan ditutup dan diamkan selama 10 menit tanpa di aduk. Setelah diseduh daun teh putih disaring
dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan daun teh dari seduhan lalu disaring kembali menggunakan membran penyaring berukuran 0.2 µ untuk
menghindari kontaminan. Hasil tiap seduhan dikarakterisasi dengan cara dianalisis secara kuantitatif kandungan total fenolnya di Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka, LPPM – IPB, Bogor, Jawa Barat. Metode analisis total fenol tersebut
dapat dilihat pada lampiran 4. Seduhan daun teh putih yang memiliki kandungan total fenol polifenol
tertinggi selanjutnya dilakukan penyiapan berbagai seri konsentrasi dengan dilakukan pengenceran menggunakan akuades steril dengan seri konsentrasi 1,
2, 4 dan 8 vv untuk pengujian aktivitas penghambatan pertumbuhan dan penghancuran biofilm S. aureus. Perhitungan pengenceran tersebut dapat dilihat
pada lampiran 6.