Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Kejadian BBLR di RSUD Langsa
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
OLEH :
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE INFLUENCE OF MOTHER’S INTERNAL AND EXTERNAL FACTORS ON THE LOW BIRTH WEIGHT IN LANGSA
GENERAL HOSPITAL
THESIS
BY:
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD LANGSA
Nama Mahasiswa : Subkhan Nomor Induk Mahasiswa : 047023028
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Ketua
) (drh. Rasmaliah, M.Kes Anggota
)
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
Dekan
) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 19 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes Anggota : drh. Rasmaliah, M.Kes
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
(6)
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, September 2011
Subkhan 047023028/IKM
(7)
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berdasarkan catatan dari ruang kebidanan RSUD Langsa tahun 2008 terdapat
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh faktor internal ibu (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan faktor eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
38 kasus BBLR atau 6,12% dari seluruh persalinan.
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched
case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat
pendapatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009 berjumlah 1.172 kasus. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Metode analisa data menggunakan uji McNemar dan uji conditional logistic regression.
Hasil uji bivariat dengan McNemar menunjukkan bahwa 3 variabel yang diteliti memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR riwayat penyakit (p=0,0002), akses (p=0,0001), ANC (p=0,0001). Hasil multivariat dengan uji
conditional logistic regression menunjukkan hanya 1 variabel yang berpengaruh
terhadap kejadian BBLR yaitu riwayat penyakit infeksi/kronis dengan (p=0,0212) OR = 11,31 (95% CI 1,44-88,99) .
Diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah sakit untuk melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu hamil terutama yang memiliki riwayat penyakit infeksi dan penyakit kronis sehingga dapat mengurangi risiko kejadian BBLR.
(8)
ABSTRACT
Low Birth Weight (LBW) is one of the main factors which bring effect to both the prenatal and neonatal death. Based on the record from the maternity ward in RSUD Langsa there were 38 Low Birth Weight (LBW) cases or 6,1 % out of the total deliveries 2008.
It was researched to analyze the influence of mother’s internal factors (age, level of education, parity, birth interval, history of chronic/infection disease) and external factors (the access to the healthcare providers, antenatal care (ANC), and support of husband) on the incident of LBW in Langsa General Hospital.
This is an observational analytic study with matched case control study design. Matching was done according to the level of family income . The population in this research are all the mother who give birth in RSUD Langsa period September 2008 until Desember 2009 as much as 1.172 cases. The samples for this study were 180 respondents consisting of 90 case group and 90 for control group. The data for this study were collected through a retrospective method. The data obtained were analyzed trough the McNemar and conditional logistic regression tests.
The results of bivariate analysis with McNemar test showed that there were 3 studied variables which had significant related on the incident of Low Birth Weight such as history of chronic/infection disease (p=0,0002), access (p=0,0001), and ANC (p=0,0001)
The result of multivariate analysis with conditional logistic regression test showed that there was 1 variables which had significantly influence on the incident of LBW that history of chronic/infection disease = 0,0212, OR = 11,31 (95% CI 1,44-88,99).
The health workers in RSUD Langsa are suggested to watch over risk pregnant mother condition and focus for the pregnant mother who has chronic /infection disease, to decrease Low Birth Weight (LBW) cases.
(9)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T. atas berkat
rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Ibu terhadap Kejadian BBLR di RSUD Langsa“.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K). Selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
(10)
5. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku ketua komisi pembimbing, drh. Rasmaliah,
M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis.
6. Seluruh staff dosen dan staff pegawai di lingkungan Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
7. Kepala BPK RSUD Langsa dr. T. Rajif, SP.A yang telah memberikan izin dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini.
8. Teristimewa kepada isteri tercinta Nursyamsi serta kedua putri tersayang
Fathiyyah Nur Adha dan Fida Nursyifa atas kesabaran dan dorongannya.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, September 2011 Penulis
(11)
RIWAYAT HIDUP
Subkhan, lahir pada tanggal 07 Januari 1979, anak ketujuh dari tujuh
bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. Muhammad Yunus dan ibunda Supartik.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
Serapit selesai tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama Negeri Tanjung Langkat
selesai tahun 1994, Madrasah Aliyah Swasta Pesantren Darul Arafah selesai tahun
1998, DIII Analis Farmasi Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2001, S1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2004.
Mulai bekerja sebagai pegawai PT. Askes (Persero) pada tahun 2005 dengan
penempatan kantor cabang Tarakan Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 bulan Juli
pindah tugas ke Kantor Cabang Langsa sebagai Kepala Seksi Kepesertaan dan
Pelayanan Pelanggan sampai sekarang.
Pada tanggal 19 Maret 2007, penulis menikah dengan Nursyamsi, anak dari
Ahmad Alwi dan Hawaniah, dan penulis telah dikaruniai dua putri.
Tahun 2004 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Hipotesis ... 5
1.5 Manfaat Penelitian. ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Pengertian BBLR ... 7
2.2 Jenis-Jenis BBLR ... 8
2.2.1 Premature... 8
2.2.1.1 Problematik Bayi Prematur ... 9
2.2.1.2 Gambaran Klinik Bayi Premature ... 10
2.2.2 Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) ... 11
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR ... 12
2.4 Landasan Teori ... 19
2.5 Kerangka Konsep ... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 24
3.2.2 Waktu Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel ... 24
3.3. 1 Populasi ... 22
3.3.2 Sampel ... 25
(13)
3.4.1 Jenis Data. ... 27
3.4.2 Cara pengumpulan Data ... 27
3.4.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 28
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 29
3.5.1 Variabel ... 29
3.5.2 Definisi Operasional ... 30
3.6 Metode Pengukuran ... 31
3.6.1 Bayi Berat Lahir Rendah ... 31
3.6.2 Umur ... 31
3.6.3 Pendidikan ... 31
3.6.4 Paritas ... 32
3.6.5 Jarak Kelahiran... 32
3.6.6 Riwayat Penyakit ... 32
3.6.7 Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 33
3.6.8 Antenatal Care ... 33
3.6.9 Dukungan Suami ... 34
3.7 Metode Analisis Data ... 35
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 36
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
4.1.1 Letak Geografis ... 36
4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Langsa... 36
4.1.3 Distribusi Tenaga Kerja pada RSUD Langsa ... 37
4.2 Analisis Univariat ... 38
4.3 Analisis Bivariat... 43
4.3.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR ... 44
4.3.2 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kejadian BBLR ... 45
4.4 Analisis Multivariat ... 47
4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ... 47
4.4.2 Penentuan Variabel yang Paling Berpengaruh ... 47
BAB 5 . PEMBAHASAN ... 49
5.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR ... 49
5.1.1 Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian BBLR ... 49
5.1.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Kejadian BBLR ... 51
5.1.3 Hubungan Paritas Dengan Kejadian BBLR ... 52
5.1.4 Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian BBLR ... 54
5.1.5 Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi/Kronis Dengan Kejadian BBLR ... 56
(14)
5.2.1 Hubungan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
dengan Kejadian BBLR... 57
5.2.2 Hubungan Antenatal Care dengan Kejadian BBLR ... 58
5.2.3 Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian BBLR ... 59
5.3.Analisis Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kejadian BBLR ... 60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(15)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Hubungan antara faktor eksternal dan internal dengan
kejadian BBLR ... 21
2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 22
(16)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Perhitungan Besar Sampel Menurut Beberapa Varibel
Pajanan Berdasarkan Penelitian Sebelumnya...
26
32 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Langsa...
29
4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenjang Fungsional .. 37
4.2 Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 37
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan, Umur,
Paritas, Jarak kelahiran, Riwayat Penyakit ... 38
4.4 Hasil Analisis Bivariat Faktor Internal dan Eksternal yang
Berhubungan dengan BBLR ... 43
4.5 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik untuk Identifikasi Variabel Independen Terpilih dengan p< 0,25 terhadap
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Informed Consent ... 68
2. Kuesioner Penelitian ... 69
3. Hasil Uji Bivariat ... 72
(18)
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berdasarkan catatan dari ruang kebidanan RSUD Langsa tahun 2008 terdapat
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh faktor internal ibu (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan faktor eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
38 kasus BBLR atau 6,12% dari seluruh persalinan.
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched
case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat
pendapatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009 berjumlah 1.172 kasus. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Metode analisa data menggunakan uji McNemar dan uji conditional logistic regression.
Hasil uji bivariat dengan McNemar menunjukkan bahwa 3 variabel yang diteliti memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR riwayat penyakit (p=0,0002), akses (p=0,0001), ANC (p=0,0001). Hasil multivariat dengan uji
conditional logistic regression menunjukkan hanya 1 variabel yang berpengaruh
terhadap kejadian BBLR yaitu riwayat penyakit infeksi/kronis dengan (p=0,0212) OR = 11,31 (95% CI 1,44-88,99) .
Diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah sakit untuk melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu hamil terutama yang memiliki riwayat penyakit infeksi dan penyakit kronis sehingga dapat mengurangi risiko kejadian BBLR.
(19)
ABSTRACT
Low Birth Weight (LBW) is one of the main factors which bring effect to both the prenatal and neonatal death. Based on the record from the maternity ward in RSUD Langsa there were 38 Low Birth Weight (LBW) cases or 6,1 % out of the total deliveries 2008.
It was researched to analyze the influence of mother’s internal factors (age, level of education, parity, birth interval, history of chronic/infection disease) and external factors (the access to the healthcare providers, antenatal care (ANC), and support of husband) on the incident of LBW in Langsa General Hospital.
This is an observational analytic study with matched case control study design. Matching was done according to the level of family income . The population in this research are all the mother who give birth in RSUD Langsa period September 2008 until Desember 2009 as much as 1.172 cases. The samples for this study were 180 respondents consisting of 90 case group and 90 for control group. The data for this study were collected through a retrospective method. The data obtained were analyzed trough the McNemar and conditional logistic regression tests.
The results of bivariate analysis with McNemar test showed that there were 3 studied variables which had significant related on the incident of Low Birth Weight such as history of chronic/infection disease (p=0,0002), access (p=0,0001), and ANC (p=0,0001)
The result of multivariate analysis with conditional logistic regression test showed that there was 1 variables which had significantly influence on the incident of LBW that history of chronic/infection disease = 0,0212, OR = 11,31 (95% CI 1,44-88,99).
The health workers in RSUD Langsa are suggested to watch over risk pregnant mother condition and focus for the pregnant mother who has chronic /infection disease, to decrease Low Birth Weight (LBW) cases.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa salah satu tujuan nasional
Bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan
tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan
berkesinambungan, di mana salah satunya adalah pembangunan di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun
nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitik
beratkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah
bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1
tahun per 1000 kelahiran hidup. Badan Pusat Statistik mengestimasikan AKB pada
tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika
dibandingkan dengan AKB tahun 2002 – 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup.
(21)
Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di
Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam
(5,2%). Angka kematian bayi terjadi penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, BBLR bersama premature merupakan penyebab kematian
neonatal yang tinggi yaitu 30,3% (Hermiyanti, 2005). Neonatal dengan BBLR
berisiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi lahir dengan berat
badan normal (Rosmary, 1997).
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal dan neonatal). Penyebab
kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan bayi lahir yang rendah,
yaitu sebesar 40,7%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah
kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir), yaitu 25,1%. Hal ini diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada masa perinatal
dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes RI, 2006).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan
salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
Bayi yang dilahirkan BBLR berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun
17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal (Depkes RI,
(22)
BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena
premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi
yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak
BBLR dan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan menderita
penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau saat kehamilan. (Depkes RI,
2006).
Kramer (1987) melakukan meta analisis tentang determinan dari BBLR.
Ditemukan 43 determinan penyebab BBLR yang dianalisis dari 895 penelitian
berdasarkan literatur dari tahun 1970 s/d 1984. Penelitian dibatasi pada persalinan
pertama ibu yang hidup di daerah pinggir laut dan tidak memiliki penyakit kronis.
Faktor yang jarang dan komplikasi pada persalinan dikecualikan. Ke 43 faktor
tersebut dikategorikan kedalam faktor genetik, faktor demografis dan psikososial,
faktor persalinan, faktor gizi, faktor penyakit selama hamil, faktor terpapar racun,
faktor antenatal care.
Menurut WHO (2007) BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik
(faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi
(nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi),
karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit
(infeksi di masyarakat seperti malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi
kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan
(23)
Hasil penelitian Badshah dkk (2008) tentang faktor risiko BBLR di Rumah
Sakit Umum Peshawar (India) menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan BBLR yaitu umur dengan OR = 6,1 (95% CI 3,6 - 10,7), pendidikan ibu
dengan OR = 2,1 (95% CI 1,2 - 3,6), penyakit hipertensi dengan OR = 1,2 (95% CI
0,4 - 3,9) dan ANC dengan OR = 1,8 (95% CI 1,2 - 2,8).
Penelitian Saraswati (2006) menyebutkan bahwa jarak kelahiran dengan OR =
1,98 (95% CI 1,16 - 3,39), status anemia dengan OR = 1,72 (95% CI 1,01 - 2,95),
ukuran LILA dengan OR = 2,22 (95% CI 1,13 - 4,35), kenaikan berat badan dengan
OR = 2,73 (95% CI 1,61- 4,65), status pekerjaan dengan OR = 3,31 (95% CI 1,36 -
8,03) dan pengeluaran konsumsi non pangan dengan OR = 2,08 (95% CI 1,12 - 3,86)
memiliki hubungan dengan kejadian BBLR.
Ridwan (2006) mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
BBLR pada bayi yaitu suami merokok dengan OR = 30,87 (95% CI 8,57-111,11),
berat plasenta dengan OR = 43,75 (95% CI 14,74-129,90), jarak kehamilan dengan
OR = 4,65 (95% CI 2,01-10,75) dan ANC dengan OR = 3,04 (95% CI 1,31-7,06)
Hasil penelitian Lubis (1998) di RSUD Langsa menyebutkan bahwa selama
periode 1 Januari sampai dengan. 31 Desember 1998, terdapat 629 persalinan. Jumlah
BBLR, baik dengan tindakan secsio sesaria maupun partus normal sebanyak 32
(5,1%).
Menurut data rekam medis RSUD Langsa periode Januari sampai dengan
Desember 2008 menunjukkan bahwa telah terjadi kematian neonatal sebanyak 53
(24)
sebanyak 86 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut 35,8% atau 19 kasus
kematian neonatal merupakan akibat dari BBLR. Jumlah kasus BBLR seluruhnya
pada tahun 2008 sebanyak 38 kasus atau 6,1% dari seluruh persalinan.
1.2 Permasalahan
Masih ada kejadian BBLR di RSUD Langsa yaitu sebesar (6,1%) kasus
kejadian pada tahun 2008. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan
analisis tentang pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap kejadian BBLR di
RSUD Langsa.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, riwayat penyakit) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan
kesehatan, ANC, dukungan suami) ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Langsa.
1.4 Hipotesis
1.Ada pengaruh umur ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
2.Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
3.Ada pengaruh paritas ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
4.Ada pengaruh jarak kelahiran ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
5.Ada pengaruh riwayat penyakit ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD
(25)
6.Ada pengaruh akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian BBLR di RSUD
Langsa.
7.Ada pengaruh antenatal care terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
8.Ada pengaruh dukungan suami ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD
Langsa.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menjadi masukan bagi RSUD Langsa dalam perencanaan penanggulangan
BBLR.
2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa dalam perencanaan
penanggulangan BBLR.
(26)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu faktor utama
yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Bayi yang dilahirkan
berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi
yang dilahirkan dengan berat badan normal. (Depkes RI, 2005)
BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian
bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis
dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Prevalensi Bayi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
(27)
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. (WHO, 2005)
2.2 Jenis-Jenis BBLR
BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR
karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan
tetapi berat badannya kurang.
2.2.1 Premature
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi
morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan
cara-cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gangguan
yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala
sisa yang mungkin diderita di kemudian hari dapat dicegah atau dikurangi.
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat
prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) : 24 – 30 minggu. Bayi dengan
masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang
belum atau sedang berkembang. Bayi dengan gestasi 28 – 30 minggu masih
mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai hasil
yang optimum.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31 – 36
(28)
pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal
saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
3. Borderline premature : masa gestasi 37 – 38 minggu. Bayi ini mempunyai
sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola
seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematik seperti yang dialami
bayi prematur, misalnya sindrom gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, daya
isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
2.2.1.1 Problematik Bayi Prematur
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu,
ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin
pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya
angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi
pada bayi-bayi prematur.
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik
anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan
dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh
karena lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum
(29)
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung. Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi
prematur adalah penyakin membran hialin dan aspirasi pneumoni. Di samping itu
sering timbul pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh pusat
pernafasan di medulla belum matur.
3. Gangguan alat pencernaan dan problematika nutrisi.
4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K
5. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
6. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
7. Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang.
8. Perdarahan intraventrikuler. Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan
intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita
apnea, asfiksia berat dan sindrom gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia.
2.2.1.2 Gambaran klinik bayi prematur
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur
kehamilan. Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas.
Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari
(30)
dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37
minggu.
Kepala relatif besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,
lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisannya lemah dan jarang,
pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
2.2.2 Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini
menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (Intrauterine Growth Retardation
= IUGR) seperti pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition
syndrome.
Ada dua bentuk IUGR menurut Renfield, (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate IUGR
Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted
dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput
(31)
Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan
lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan.
Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah, sedankan
berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan pada bayi
prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai
masa gestasinya. (Wiknjosastro dkk, 2005).
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR
Berbagai faktor yang memengaruhi BBLR antara lain meliputi jenis kelamin
bayi, ras, keadaan plasenta, umur ibu, aktivitas ibu, kebiasaan merokok, paritas, jarak
kehamilan, tinggi badan dan berat badan ibu sebelum kehamilan, keadaan sosial
ekonomi, gizi, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan. (Turhayati, 2006)
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain yaitu umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(IDAI, 2004).
1. Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan penting terhadap kejadian BBLR. Menurut
Megawangi (1999) seperti dikutip Yustina (2007), mengatakan bahwa banyak
(32)
produktivitasnya, rasa percaya diri, rendahnya angka kematian bayi, perbaikan
status gizi balita dan lain-lain.
Kramer M.S. dan kawan-kawan (2001) mengatakan bahwa pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Seorang ibu atau seorang ayah yang memiliki
pendidikan tinggi tentunya akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan bila
dibandingkan dengan ibu atau ayah yang memiliki pendidikan rendah.
Hasil penelitian Setyowati terhadap hasil SDKI tahun 1994 dengan metode
kasus kontrol menyebutkan pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian BBLR
dimana ibu dengan pendidikan SD ke bawah/tidak sekolah berisiko melahirkan bayi
BBLR 1,18 kali dibandingkan ibu dengan pendidikan SD ke atas.
Rizvi dkk (2007) menyebutkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
terhadap kejadian BBLR dengan OR = 1,63 (95% CI 1,12-2,45).
2. Umur
Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami
komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya.
Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan
tua apabila di atas 35 tahun. Behnnan (1985) menyatakan bahwa usia yang paling
baik bagi seorang ibu hamil agar tidak melahirkan bayi premature adalah antara 20
s/d 30 tahun. Rizki dan kawan-kawan (2007) mengatakan bahwa faktor risiko seorang
ibu untuk melahirkan bayi dengan BBLR adalah antara 15 – 35 tahun.
Penelitian kohor prospektif yang dilakukan Hirve dan Ganatra di India (1994)
(33)
OR = 1,27 (95% CI 1,07-1,5). Ibu dengan umur kurang dari 20 lebih berisiko
melahirkan anak dengan BBLR 1,27 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki
usia > 20 tahun dan < 30 tahun.
Menurut Mutiara (2006) ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan
BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh
tersebut terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur
muda (<20 tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih
dari pada umur 21 – 35 tahun.
3. Paritas
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah
kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan
yang ditimbulkan adalah kejadian BBLR.
Canosa (1998) mengatakan bahwa kehamilan pertama dan keempat atau lebih
dari empat merupakan kelompok risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Hirve dan Ganatra (1994) menyatakan bahwa ibu yang melahirkan untuk
pertama kali berisiko melahirkan bayi premature 1,32 kali dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan anak ke 2 dan ke 3 dengan OR = 1,32 (95% CI 1,1-1,59)
Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa paritas
berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor risiko penyebab kejadian
BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square diperoleh nilai Odds
(34)
terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali
melahirkan bayi dengan BBLR.
4. Jarak Kelahiran
WHO (2007) menyebutkan bahwa karakteristik dan ukuran ibu dimana
didalamnya terdapat jarak kelahiran merupakan salah satu determinan terjadinya
BBLR.
Jarak kelahiran adalah jarak antara persalinan sebelumnya dengan persalinan
selanjutnya. Jarak yang paling baik minimal 24 bulan atau 2 tahun (Malik, 1997)
Penelitian Hirve dan Ganatra (1994) menyebutkan bahwa ibu dengan jarak
kehamilan kurang dari 6 bulan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR 1,48 kali bila
dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 6 bulan OR =
1,48 (95% CI 1,2-1,9).
Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa ibu dengan
jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir
yang tidak tergolong BBLR (54,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio
(OR) = 2,37 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko
terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2
tahun berisiko melahirkan bayi dengan BBLR 2,3 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kelahiran lebih dari 2 tahun.
Hasil penelitian Saraswati (2006), menunjukkan bahwa jarak kelahiran < 2
tahun memiliki risiko melahirkan BBLR 3,17 kali lebih besar daripada jarak
(35)
5. Riwayat Penyakit
Ridwan (2005) mengatakan bahwa jarak kehamilan memiliki hubungan yang
kuat terhadap kejadian BBLR, dimana ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun
memiliki faktor risiko 1,91 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu dengan
jarak kehamilan > 2 tahun.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah
penyakit infeksi seperti malaria, sifilis, rubella (WHO, 2007). Ibu yang menderita
penyakit infeksi sangat rentan untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Begitu juga ibu
yang mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti eklamsia.
Kramer MS (1987) mengatakan bahwa proses biologi yang berdampak pada
janin dalam rahim berhubungan dengan kondisi fisiologi ibu hamil termasuk
diantaranya adalah penyakit infeksi yang diderita oleh ibu hamil.
Hasil penelitian Taha dan kawan-kawan di Sudan (1993) menyatakan ada
pengaruh antara penyakit malaria terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan riwayat
malaria akan melahirkan bayi dengan BBLR 1,56 kali dibandingkan dengan ibu yang
tidak memiliki riwayat malaria dengan OR = 1,56 (95% CI 1,2-2,1).
6. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
Akses terhadap informasi berkaitan dengan penggunaan pelayanan kesehatan
yang tersedia. Adapun akses terhadap pelayanan kesehatan antara lain meliputi
keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia,
(36)
Di Indonesia, Puskesmas merupakan sentra pelayanan kesehatan di tingkat
pertama. Puskesmas menjadi tempat rujukan pertama bagi para ibu yang mengalami
komplikasi kehamilannya. Namun demikian, meski rumah sakit dan puskesmas
banyak didirikan, dalam kenyataannya banyak yang tidak dapat memberikan
pelayanan yang efektif dalam penanganan gangguan kehamilan dengan alasan kurang
atau tidak adanya suplai dan fasilitas serta sarana, kurang atau tidak adanya tenaga
terlatih, manajemen yang buruk, dan lain-lain. Disisi lain, jika pelayanan yang
adekuat tersedia, sering tidak terjangkau oleh mayoritas populasi yang membutuhkan,
karena adanya hambatan jarak, biaya dan budaya (WHO, Depkes RI dan FKM UI,
1998).
Roudbari, Yaghmaei, Soheili (2007) mengatakan bahwa wanita dengan
tingkat sosial ekonomi rendah dan tinggal daerah pengungsian yang jauh dari fasilitas
kesehatan memadai lebih rentan melahirkan bayi dengan BBLR.
7. Antenatal Care
Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan
bayi yang dikandungnya. Selama kehamilan berbagai program yang termasuk dalam
paket pelayanan ANC adalah 5T (Timbang Berat badan, Ukur tinggi fundus, Tablet
Fe, Imunisasi TT) dengan paket tersebut diharapkan ibu secara rutin mengontrol
kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada
trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga (Depkes RI,
(37)
Menurut WHO (2004) jumlah kunjungan yang dianjurkan bagi seorang ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya adalah > 4 kali kunjungan pada masa
kehamilan tanpa memperhatikan jumlah kunjungan pada tiap semester.
Hasil penelitian Ridwan (2005) menunjukkan bahwa bila ibu tidak teratur
melaksanakan ANC, maka 42,1% bayinya lahir BBLR. Sedangkan bila ibu rutin
melaksanakan ANC maka, bayi lahir normal ditemukan sebesar 80,7%. Setelah
dilaksanakan uji odds ratio didapatkan OR.= 3,04 (95% CI 1,31-7,06). Berarti ibu
dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan BBLR sebesar 3 kali lebih besar
dibanding bila ibu rutin melaksanakan ANC.
Khatun S. dan Rahman M. (2008) menyebutkan bahwa antenatal care
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai
OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48). Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang
dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan
dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa
kehamilan.
8. Dukungan Suami
Suami memiliki kontribusi dalam kesehatan istri selama masa kehamilan dan
persalinan. Ketika isteri hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan
pelayanan antenatal yang baik. Suami bisa menganjurkan ataupun memilih tempat
pelayanan kesehatan untuk istrinya.
Foster dan Anderson (2006) mengatakan bahwa keputusan medis dalam dunia
(38)
hal-hal seperti status, pangkat, usia, jenis kelamin dan peranan-peranan tradisional. Untuk
keputusan-keputusan yang besar dalam keluarga seperti penentuan penolong
persalinan dibuat oleh sang suami.
Kramer dan kawan-kawan (2001) mengatakan bahwa faktor tekanan dari
lingkungan sekitar memengaruhi perkembangan janin pada ibu hamil seperti faktor
interpersonal dimana ibu hamil hidup tanpa pendamping.
9. Pendapatan
Pendapatan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian
BBLR. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan. Sebaliknya keluarga dengan pendapatan rendah akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Pada ibu hamil, kekurangan nutrisi sangat
berpengaruh pada kondisi janin yang dikandung.
FAO (2003) mengatakan bahwa kondisi ekonomi memengaruhi konsumsi
makanan. Konsumsi makanan yang rendah berakibat pada gizi yang buruk. Gizi
buruk pada ibu hamil mengakibatkan anak yang dikandungnya mengalami BBLR.
2.4 Landasan Teori
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari
2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
(39)
Menurut Mochtar (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan prematur atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah.
e. Merokok
f. Faktor pekerjaan yang terlalu berat
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
4. Faktor lain yang masih belum diketahui
Menurut WHO (2007) BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik
(faktor gen, interaksi lingkungan, ukuran ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi
ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan
(40)
malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika
melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan
(polusi, faktor sosial ekonomi).
Gambar 2.1 Hubungan antara faktor ekternal dan internal dengan kejadian BBLR
Sumber : (Modifikasi dari : Kramer et.all, Socio-Economic Disparities in Preterm
Birth : Causal Pathways and Mechanisms, Food Insecurity and
Vulnerability Mapping System (FIVIMS) Framework for Food Security,
Livelihoods and Nutrition FAO 2003.
Keterangan Gambar
= faktor langsung = faktor tidak langsung Perilaku
tidak sehat
Dukungan sosial rendah
Faktor psikologi
Usia
Jarak kehamilan
Faktor Eksternal Faktor Internal
Faktor Penyebab BBLR
Akses
ANC
Dukungan suami
Penyakit
Tingkat Pendidikan
Status gizi Pendapatan
BBLR
Pengetahuan rendah
(41)
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa BBLR dipengaruhi secara langsung
oleh kondisi sosial ekonomi, dimana kondisi sosial ekonomi tersebut dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal merupakan cerminan perilaku dari
ibu hamil yang terdiri dari usia, jarak persalinan, penyakit, status gizi dan tingkat
pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sedangkan faktor eksternal
terdiri dari dukungan sosial rendah (akses, ANC) dan faktor psikologis (dukungan
suami).
2.5 Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor internal 1) Umur 2) Pendidikan 3) paritas
4) jarak kelahiran 5) riwayat penyakit
Faktor eksternal 1) Akses
2) ANC
3) Dukungan Suami
(42)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched
case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat
pendapatan yang dapat dilihat dari jenis kepesertaan dalam menggunakan fasilitas
kesehatan yaitu pegawai negeri sipil dan masyarakat miskin. Hal ini dilakukan karena
pendapatan dianggap dapat mengganggu pengaruh faktor internal dan eksternal ibu
terhadap kejadian BBLR. Desain penelitian ini dipilih karena mengingat waktu
penelitian yang dibutuhkan lebih pendek bila dibandingkan dengan penelitian kohort,
dan untuk menghindari pasien dari lupa bila waktu terlalu lama. Selanjutnya dinilai
pengaruh antara faktor internal (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat
penyakit infeksi) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC,
dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek dengan efek (kelompok
kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor KASUS
BBLR (+) Faktor Internal (+)
Faktor Eksternal (+) Faktor Internal (-) Faktor Eksternal (-)
KASUS BBLR (-) Faktor Internal (+)
Faktor Eksternal (+) Faktor Internal (-) Faktor Eksternal (-)
(43)
risiko yang diteliti ditelusuri retrospektif pada kedua kelompok, kemudian
dibandingkan.
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Langsa dengan pertimbangan masih
adanya kejadian BBLR yaitu 6,1% kasus dari seluruh persalinan yang dilakukan di
RSUD Langsa periode tahun 2008. Berdasarkan data dari ruangan neonatus di RSUD
Langsa tahun 2009 ditemukan adanya kejadian BBLR sebanyak 20,80 %
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 15 (lima belas) bulan, mulai dari bulan
Desember 2008 sampai dengan Maret 2010. Penelitian ini diawali dengan
penelusuran pustaka, penentuan judul dan pembimbing, penyusunan proposal,
kolokium (seminar proposal), penelitian ke lapangan, pengumpulan, pengolahan dan
analisis data, penyusunan hasil penelitian, dan seminar hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan
(44)
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian terdiri atas ibu yang melahirkan dengan BBLR sebagai kasus
dan ibu yang melahirkan dengan tidak BBLR sebagai kontrol.
a. Definisi Kasus
Kasus adalah ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan menggunakan kartu Askes PNS atau Jamkesmas dimana
persalinannya dilakukan di RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember
2009.
b. Definisi Kontrol
Kontrol adalah ibu yang melahirkan tidak dengan BBLR dimana persalinannya
dilakukan di RSUD Langsa. Kontrol diambil secara mathching setelah ditemukan
adanya kasus yang akan diteliti dengan karakteristik yang sama yaitu tingkat
pendapatan yang dilihat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan menggunakan
kartu Askes PNS dan Jamkesmas periode September 2008 s/d Desember 2009.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk
desain kasus kontrol berpasangan yaitu : (Schlesselman, 1982)
0 1 1
0q p q
p m n + = dengan
(
)
2 2 / 1 2 / − + = p PQ z z(45)
OR 1+OR
qo = 1 – p
q
o 1 = 1 – p
p
1 o
sasaran.
= Proporsi kontrol yang terpajan terhadap variabel yang diteliti pada populasi
zα
α = tingkat kemaknaan
= Nilai deviasi standar pada α = 5 % sebesar 1,96 zβ = Nilai deviasi standar pada β = 20% sebesar 0,842
Q = 1-P
OR = Odd Rasio
n = Besar sampel minimal p1
Power = 1 - β
= Proporsi efek pada kelompok kasus
p0
1+p .OR
0 (OR-1)
Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel menurut beberapa variabel pajanan berdasarkan penelitian sebelumnya.
Variabel p1 p0 OR n
Referensi
Jarak kelahiran 0,38 0,18 2,81 75 Deswal (1999)
Pendidikan 0,89 0,71 3,18 79 Deswal (1999)
Berdasarkan data tersebut maka jumlah perbandingan kasus dan kontrol
ditentukan dengan menggunakan rumus rasio kasus : kontrol (1 : 1) (Sastroasmoro,
2002). Dalam penelitian ini jumlah kasus dan kontrol diambil dari sampel minimal
yang diperboleh berdasarkan hasil perhitungan dengan nilai OR 3,18 yaitu 79 kasus
dan 79 kontrol. Dengan memperhatikan faktor nonrespon rate sebesar 10%, maka
besar sampel ditambahkan menjadi 90 kasus dan 90 kontrol. P =
(46)
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis data
Ada dua jenis data yang dikumpulkanyaitudata primer dan data sekunder.
3.4.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diukur langsung oleh peneliti
terdiri dari : data internal ibu (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran) dan
eksternal (askes terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami)
3.4.1.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber sumber
yang terkait . Data sekunder terdiri dari : berat bayi, riwayat penyakit.
3.4.2 Cara pengumpulan data
Data primer dikumpulkan dengan pengisian kuesioner terstruktur terhadap
reponden secara langsung sedangkan data sekunder diambil dari catatan rekam medis
di RSUD Langsa.
3.4.3 Pengujian validitas dan reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan komponen yang penting dalam suatu
rancangan pengukuran penelitian. Validitas merupakan suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya
(47)
1. Pengujian validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur (Ancok, 1989).
Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai
alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa yang ingin diukur dan sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data, koefisien
korelasi dikatakan valid jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD
Tanjung Pura sebanyak 30 orang.
2. Pengujian reliabilitas
Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau
lebih (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Pengujian reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen
penelitian yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama, koefisien korelasi
dikatakan valid dan reliabel jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD
(48)
Tabel 3.2 Hasil perhitungan validitas dan reabilitas kuesioner penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Langsa
No Instrumen r tabel r hasil Alpha Keterangan
1 Akses
0,964
Akses_1 0,361 0,843 Valid dan reliabel
Akses_2 0,361 0,701 Valid dan reliabel
Akses_3 0,361 0,790 Valid dan reliabel
Akses_4 0,361 0,856 Valid dan reliabel
Akses_5 0,361 0,843 Valid dan reliabel
2 Dukungan suami
Dukung_1 0,361 0,982 0,481 Valid dan reliabel
Dukung_2 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_3 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_4 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_5 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_6 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_7 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_8 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_9 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_10 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_11 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_12 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_13 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_14 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_15 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_16 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_17 0,361 0,985 Valid dan reliabel
Dukung_18 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_19 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_20 0,361 0,987 Valid dan reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah kejadian bayi dengan BBLR
dan variabel independen (bebas) adalah karakteristik internal ibu (pendidikan, umur,
(49)
kesehatan, ANC, dukungan suami).
3.5.2 Definisi Operasional
1. BBLR adalah Bayi Berat Lahir Rendah yang dilahirkan cukup umur yaitu antara
37 s/d 42 bulan tetapi berat badannya < 2500 gram.
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan ibu.
3. Umur adalah usia ibu sejak lahir sampai dengan saat wawancara dilakukan.
4. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
5. Jarak kelahiran adalah jarak persalinan terakhir dengan persalinan sebelumnya.
6. Riwayat penyakit adalah jenis penyakit yang pernah diderita ibu.
7. Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah kemudahan ibu dalam menggunakan
fasilitas kesehatan berdasarkan jarak, waktu tempuh dan pelayanan.
8. Antenatal Care adalah kunjungan ibu ke fasilitas kesehatan dalam memeriksakan
kehamilannya.
9. Dukungan suami adalah tindakan dan partisipasi suami dalam mendukung ibu
selama proses kehamilan hingga persalinan.
10.Sistem pembayaran biaya kesehatan adalah pola pembayaran pasien dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
11.Jamkesmas adalah program pembiayaan jaminan kesehatan bagi masyarakat
miskin yang dijamin oleh pemerintah.
12.Askes PNS adalah asuransi kesehatan yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai
(50)
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang
ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran
yang digunakan yaitu pengukuran nominal, ordinal dan interval.
3.6.1 Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah termasuk BBLR atau tidak, maka
dilakukan pengukuran berat badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir dengan 2
kategori yaitu :
0 = Tidak BBLR bila berat bayi lahir > 2500 gram.
1 = BBLR bila berat bayi lahir < 2500 gram
Skala ukur : Ordinal.
3.6.2 Umur
Untuk mengetahui umur responden diberikan pertanyaan berbentuk kuesioner,
yang diukur dalam dua kategori yaitu :
0 = risiko rendah: bila umur 20 – 35 tahun
1 = risiko tinggi: bila umur < 20 dan > 35 tahun
Skala ukur : Ordinal
3.6.3 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden diukur dengan mengkategorikan
kedalam 2 jenjang yaitu ;
0 = Tinggi: bila responden menamatkan SLTA sederajat dan perguruan tinggi
(51)
Skala ukur : Ordinal.
3.6.4 Paritas
Untuk mengetahui paritas responden didapat dengan mengajukan pertanyaan
dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Paritas Rendah : bila jumlah anak < 2 orang
1 = Paritas Tinggi : bila jumlah anak > 2 orang
Skala ukur : Ordinal.
3.6.5 Jarak Kelahiran
Untuk mengetahui jarak kelahiran responden didapat dengan mengajukan
pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Jarak Tinggi : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya > 2 tahun
1 = Jarak rendah : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya < 2 tahun
Skala ukur : Ordinal.
3.6.6 Riwayat Penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit responden didapat dengan mengajukan
pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Tidak memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi
1 = Memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi
Skala ukur : Nominal.
3.6.7 Akses terhadap pelayanan kesehatan
Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah ukuran kemudahan pasien dalam
(52)
dengan ukuran jarak, transport dan biaya (Yustina 2003, seperti dikutip dari Pohan,
2006).
Untuk mengetahui akses terhadap pelayanan kesehatan responden didapat
dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 5 pertanyaan
dimana masing masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing
pilihan mempunyai nilai/bobot : a = 1, b = 0.
0 = Akses mudah : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai
tertinggi.
1 = Akses sulit : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total nilai
tertinggi
Skala ukur : Ordinal.
3.6.8 Antenatal Care
Untuk mengetahui kunjungan Antenatal Care responden didapat dengan
mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Memenuhi Standar : Bila ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal
4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada
trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada
trimester ke tiga
1 = Tidak memenuhi standar : Bila ibu tidak secara rutin mengontrol
kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan
dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
(53)
Skala ukur : Nominal
3.6.9 Dukungan Suami
Untuk mengetahui dukungan suami responden didapat dengan mengajukan
pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 10 pertanyaan dimana masing
masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing pilihan
mempunyai nilai/bobot : a = 3, b = 2, c = 1 (Arikunto, 2002).
Berdasarkan total skor jawaban tindakan dari 20 pertanyaan yang diajukan,
maka dukungan suami digolongkan dalam 2 kategori yaitu :
0 = Mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai
tertinggi.
1 = Tidak mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total
nilai tertinggi
Sastroasmoro (2002) mengatakan bahwa nilai ideal adalah 100%, tetapi hal itu
hampir tidak mungkin. Nilai di atas 80% biasanya dianggap sangat baik, nilai antara
60% s/d 80% baik, dan kurang dari 60% kurang baik.
Skala ukur : Ordinal
3. 7 Metode Analisis Data
Uji statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko (variabel
independen) dengan variabel dependen. Analisis univariat untuk mengetahui
(54)
kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan,
ANC, dukungan suami) dengan menampilkannya dalam tabel frekuensi.
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
faktor internal (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, riwayat
penyakit ibu) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC,
dukungan suami) dengan kejadian BBLR menggunakan uji McNemar.
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara faktor eksternal
dan internal secara bersama-sama dengan kejadian BBLR menggunakan uji
conditional logistic regression. Rumus regresi logistik adalah seperti di bawah ini :
1
P = --- 1 + e-(a+b1x1+b2x2+b3x3)
P = peluang terjadinya efek x1
b
= variabel prediktor dan perancu
1
a = konstanta
= koefisien regresi
(55)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
RSUD Langsa terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1 Kota Langsa.
- Sebelah Utara berbatasan dengan jalanA. Yani
- Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan dokter
- Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Panglima Polem
- Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Cot Kalla
4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Langsa
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh pemerintah
kolonial Belanda di atas areal tanah seluas 35.800 m2
Filosofi :
, merupakan rumah sakit
rujukan atau mata rantai referal system dengan klasifikasi RS Type C (SK. Men. Kes.
No.51/Men.Kes/SK/II/1979) tanggal 22 Januari 1979, dengan status kepemilikan
milik Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur. Di dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah Langsa mempunyai
filosofi dan motto, yaitu :
1. Pasien adalah orang yang penting dalam pekerjaan kami.
2. Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah kebanggaan kami.
(56)
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada tahun 1997 sudah menjadi RS Kelas
B Non Kependidikan dan pada tahun anggaran 1998/1999 sudah terakreditasi penuh
sesuai dengan ketentuan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor : YM
00.03.3.5.1132 tanggal 12 Maret 1999.
4.1.3 Distribusi Tenaga Kesehatan pada RSUD Langsa
RSUD Langsa merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki 7 (tujuh) poli
spesialis. Adapun jumlah pegawai di RSUD Langsa sebahagian besar terdiri dari
perawat/bidan yaitu sebanyak 67,7% sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenjang Fungsional
Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah %
Dokter Perawat/Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesmas 44 178 8 2 25 1 3 16, 7 67,7 3,0 0,8 9,5 0,4 1,1
Jumlah 261 100,0
Sumber : Laporan bagian kepegawaian RSUD Langsa tahun 2009
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah %
Di Bawah D3 D3 S1 S2 67 218 49 15 19,2 62,5 14,0 4,3
Jumlah 349 100,0
(57)
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran deskriptif tentang
faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan
eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami).
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan, Umur, Paritas, Jarak Kelahiran, Riwayat Penyakit, Akses, ANC, dan Dukungan Suami
Variabel
Kasus Kontrol
n % n %
Faktor Internal
Umur
Risiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) Risiko rendah (20 – 35 tahun)
Jumlah
Pendidikan
Rendah (SD, SMP) Tinggi (SMA, PT)
Jumlah
Paritas
Tinggi ( > 2) Rendah (< 2)
Jumlah
Jarak Kelahiran Rendah (< 2 tahun) Tinggi (> 2 tahun)
Jumlah
Riwayat penyakit
Memiliki riwayat penyakit Tidak memiliki riwayat penyakit
Jumlah Faktor eksternal Akses Sulit Mudah Jumlah ANC Tidak memenuhi Memenuhi standar Jumlah Dukungan Tidak mendukung Mendukung Jumlah 21 69 90 63 27 90 31 59 90 72 18 90 19 71 90 55 35 90 57 33 90 54 36 90 23,3 76,7 100 70,0 30,0 100 34,4 65,6 100 80,0 20,0 100 21,1 78,9 100 61,1 38,9 100 63,3 36,7 100 60,0 40,0 100 15 75 90 54 36 90 27 63 90 76 14 90 2 88 90 14 76 90 11 79 90 59 31 90 16,7 83,3 100 60,0 40,0 100 30,0 70,0 100 15,6 84,4 100 2,2 97,8 100 15,6 84,4 100 12,2 87,8 100 65,6 34,4 100
(58)
Berkenaan dengan variabel umur pada faktor internal penyebab BBLR (Tabel
4.3), mayoritas sampel pada kelompok kasus dan kontrol merupakan ibu dengan
risiko rendah untuk melahirkan BBLR (umur 20-35 tahun) yaitu 76,7% dan 83,3%.
Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Langsa dan
sekitarnya telah memahami bahwa usia yang baik untuk melahirkan adalah antara 20
– 35 tahun, tanpa memandang status ekonomi.
Usia ideal bagi perempuan untuk menikah adalah usia 20 tahun hingga 35
tahun. Secara fisik dan mental, usia tersebut merupakan usia yang paling baik untuk
hamil dan melahirkan karena sesuai siklus perkembangan tubuh, dan kematangan
alat-alat reproduksi berada dalam kurun waktu tersebut. Usia di bawah 20 tahun
maupun usia di atas 35 tahun merupakan usia yang berisiko bagi hamil dan
melahirkan. Kehamilan kurang dari 20 tahun memberi risiko kematian ibu dan bayi
2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada ibu berusia 20-35 tahun (Depkes RI,
2001, seperti dikutip dari Yustina, 2007)
Tingkat pendidikan ibu pada penelitian ini kebanyakan berpendidikan rendah
dimana pada kelompok kasus sebanyak 70,0% dan pada kelompok kontrol 60,0%.
Adanya konflik pada waktu lalu di Provinsi Aceh menyebabkan anak-anak pada masa
itu lebih memilih tidak melanjutkan pendidikan demi keamanan.
Pendidikan, seperti halnya pekerjaan, merupakan ukuran yang sama
berharganya dengan status sosial ekonomi. Mereka yang mendapatkan pelatihan,
keterampilan, dan pendidikan akan memperoleh pendapatan per tahun yang lebih
(59)
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebi berorientasi pada tindakan preventif,
tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang
lebih baik. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semaking rendah
angka kematian bayi dan kematian ibu. (Timmreck, 2005)
Berkenaan dengan paritas, mayoritas ibu memiliki paritas rendah yaitu 65,6%
untuk kelompok kasus dan 70,0% kelompok kontrol. Rendahnya tingkat paritas
menunjukkan bahwa program Keluarga Berencana telah berhasil dilaksanakan di
Kota Langsa dan sekitarnya. Saat ini, memiliki anak lebih dari tiga dianggap sudah
banyak, walaupun tidak ada batasan bagi masyarakat untuk memiliki anak
sebanyak-banyaknya. Faktor ekonomi, usia perkawinan yang semakin tinggi serta kemampuan
untuk mengurus anak menjadi penyebab rendahnya angka paritas.
Dalam hal jarak kelahiran, pada kasus dan kontrol terbanyak adalah jarak
kelahiran rendah yaitu 80,0% untuk kasus dan 84,4% untuk kontrol. Pada kehamilan
yang direncanakan ataupun tidak, interval usia kehamilan dapat menentukan
kesehatan ibu dan anak. Risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur dan
ukuran badan yang kecil akan lebih tinggi jika jaraknya sangat dekat yaitu antara 1 –
3 bulan. Jarak yang yang terlalu pendek akan membuat ibu tidak memiliki waktu
untuk pemulihan, kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum lainnya.
Ketika memutuskan untuk hamil kembali, seorang ibu harus menyiapkan
stamina fisik secara keseluruhan. Hanya seorang ibu yang mengetahui apakah
tubuhnya cukup baik dan kuat untuk merawat dua anak pada saat yang sama. Jika
(60)
tetapi jika ada jarak misalnya 3 tahun, akan memberikan kesempatan bagi ibu untuk
bernafas sejenak
Berkaitan dengan penyakit infeksi/kronis, pada kelompok kasus terbanyak
tidak memiliki penyakit infeksi/kronis yaitu 78,9% dan pada kelompok kontrol
terbanyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi/kronis yaitu 97,8%. Ibu yang
menderita penyakit infeksi/kronis, biasanya akan berpengaruh pada bayi yang
dikandungnya. Bila si ibu sakit TB paru misalnya, maka bayi yang dikandungnya
akan mengalami gangguan terutama pada tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, pada
ibu hamil dengan riwayat penyakit infeksi/kronis harus ditangani lebih maksimal
untuk menghindari terjadinya gangguan pada pertumbuhan bayi
Akses ke tempat pelayanan kesehatan untuk kelompok kasus 61,1%
menyatakan sulit, sedangkan untuk kelompok kontrol sebahagian besar menyatakan
mudah yaitu sebanyak 84,4%. Tempat pelayanan yang tidak strategis atau sulit
dicapai menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan,
demikian juga dengan jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai
menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
(Yustina, 2007).
Kunjungan ANC kelompok kasus terbanyak tidak sesuai dengan standar
sebanyak 63,3%, pada kelompok kontrol 87,8% sesuai dengan standar. Pelayanan
ANC merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu
(61)
dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan ANC dapat
dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama kali ke
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC. Sedangkan K4 adalah
gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali
pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.
(Depkes RI, 2004).
Ibu hamil yang melakukan ANC sesuai standar akan mudah dipantau
perkembangan kesehatannya, baik kesehatan si ibu maupun kesehatan bayi. Dengan
melakukan ANC, ibu yang terindikasi memiliki bayi BBLR dapat langsung terdeteksi
sehingga bisa dilakukan upaya penanganan secara dini untuk mencegah kejadian
tersebut.
Suami sebagai kepala keluarga memiliki peran penting dalam mendukungan
kesehatan ibu dan bayi yang dikandung. Pada penelitian ini ditemukan 60,0% suami
pada kelompok kasus tidak mendukung isteri dalam menghadapi persalinan, begitu
juga dalam kelompok kontrol sebahagian besar sebanyak 65,5% suami tidak
memberikan dukungan kepada isteri sewaktu melahirkan.
Masih adanya budaya patriarki di kalangan masyarakat, menyebabkan
(62)
kepala keluarga, laki-laki cukup menyediakan biaya untuk berobat dan melahirkan,
tanpa memperhatikan perkembangan ibu dan bayi.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan
faktor internal (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, riwayat
penyakit ibu) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC,
dukungan suami) dengan kejadian BBLR.
Analisis ini dikatakan bermakna bila hasil analisis menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (signifikan) secara statistik antara variabel, yaitu dengan
nilai p < 0,05.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Bivariat Faktor Internal dan Eksternal yang Berhubungan dengan BBLR
Variabel Kasus Kontrol OR (95% CI) Nilai-p χ2 Faktor Internal BBLR
Umur
Risiko tinggi (<20 dan > 35 thn) Risiko rendah (20-35 Thn) Pendidikan
Rendah (SD, SMP) Tinggi (SMA, PT) Paritas
Tinggi ( > 2) Rendah (< 2) Jarak Kelahiran
Rendah (< 2 tahun) Tinggi (> 2 tahun) Riwayat penyakit
Memiliki riwayat penyakit Tidak memiliki riwayat penyakit
Faktor eksternal BBLR
Akses Sulit Mudah 21 (23,3) 69 (76,7) 63 (70,0) 27 (30,0) 31 (34,4) 59 (65,6) 72 (80,0) 18 (20,0) 19 (21,1) 71 (78,9) 55 (61,1) 35 (38,9) 15 (16,7) 75 (83,3) 54 (60,0) 36 (40,0) 27 (30,0) 63 (70,0) 76 (84,4) 14 (15,6) 2 (2,2) 88 (97,8) 14 (15,6) 76 (84,4) 1,60 (0,68-3,94) 2,00 (0,85-5,05) 0,73 (0,30-1,71) 1,25 (0,61-2,58) 18,00 (2,84-749,96) 11,25 (4,10-43,07) 0,96 2,37 0,96 0,25 13,47 32,65
(63)
Tabel 4.4 Lanjutan
ANC
Tidak memenuhi standar Memenuhi standar Dukungan Tidak mendukung Mendukung 57 (63,3) 33 (36,7) 54 (60,0) 36 (40,0) 11 (12,2) 79 (87,8) 59 (65,6) 31 (34,4) 12,50 (4,59-47,66) 0,78 (0,39-1,51) 0,0001 0,3487 37,5 0 0,88
4.3.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR
Analisis bivariat yang dilihat pada faktor internal adalah hubungan umur,
pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit dengan kejadian BBLR.
a. Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan perhitungan analisis bivariat untuk variabel umur didapatkan
hasil p = 0,3268, artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR
dengan OR = 1,65 (95% CI 0,68-3,94), artinya umur bukan merupakan faktor risiko
terjadinya BBLR.
b. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian BBLR
Hasil perhitungan dengan menggunakan komputer menunjukkan untuk
variabel pendidikan didapatkan hasil p = 0,1237, artinya tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan BBLR dengan OR = 2,00 (95% CI 0,85-5,05), artinya pendidikan
merupakan faktor risiko terjadinya BBLR tetapi hubungannya tidak bermakna secara
(1)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
9. Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap faktor internal ditemukan ada hubungan antara faktor riwayat penyakit infeksi/kronis dengan kejadian BBLR di RSUD Langsa. OR = 18, (95% CI 2,84-749,96)
10.Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap faktor eksternal ibu ditemukan adanya hubungan antara ANC dan akses pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian BBLR di RSUD Langsa. OR = 12,50, (95% CI 4,59-47,66)
11.Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan uji conditional logistic regression faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah riwayat penyakit infeks/kronis dengan nilai β = 2,43
12.Hasil analisis multivariat menunjukkan nilai odd ratio (OR) riwayat penyakit infeksi/kronis terhadap BBLR sebesar 11,31 (95% CI 1,44-88,99). Artinya bayi yang mengalami BBLR berisiko memiliki ibu yang memiliki penyakit infeksi/kronis lebih tinggi11,31 kali dibandingkan dengan bayi yang tidak BBLR.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran yang dapat diterapkan dan digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
(2)
1. Usaha untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebaiknya terus ditingkatkan untuk mengurangi angka BBLR.
2. Sebaiknya dilakukan skrining pada ibu hamil sewaktu melakukan kunjungan ANC untuk menjaring ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit infeksi/kronis.
3. Khusus bagi ibu yang memiliki riwayat penyakit infeksi/kronis, dilakukan pemantauan lebih intensif untuk mencegah terjadinya BBLR pada bayi yang dikandung.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D., Validitas dan Rialibilitas Instrumen Penelitian dalam Metode Penelitian Survai, Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (editor), Jakarta : LP3ES, 1998 Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Badshah S., Mason L., Mckelvie K., Payne R., Lisboa P., Risk Factors for Low Birth weight in the Public Hospitals at Peshawar, NWFP-Pakistan, Biomed Central, 2008, 8 : (197)
Behnnan RE. Preventing low birth weight: A pediatric perspective. J Pediatr. 107: 842-54, 1985
Canosa CA. Intrauterine growth retardation in India and Bangladesh 1983. In: Intrauterine growth retardation. Jacqes S (ed). Nestle Nutrition Workshop Series, pp 183-204, 1989
Departemen Kesehatan RI, WHO dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Modul Safe Motherhood, 1998
_____________________. Profil Kesehatan Indonesia 2003, Jakarta : Depkes RI, 2005
_____________________. Profil Kesehatan Indonesia 2004, Jakarta : Depkes RI, 2006
_____________________. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta : Depkes RI, 2008
Deswal, Singh, Kumar, A Study of Risk Factors for Low Birth Weight, Indian Journal Community Medicine, 1999 Jul – Sep, 24 (3) : 127-131
Dinkes Provinsi NAD, Profil Kesehatan Provinsi NAD 2007, Banda Aceh : Dinkes Provinsi NAD, 2008
Dougherty CRS, Jones AD. The Determinants of Birth Weight. Am J Obstet Gynecol, 1982, 144: 190-200.
FAO 2003, Measurement and Assessment of Food Deprivation and Undernutrition - FIVIMS Proceedings, International Scientific Symposium held in FAO, Rome
(4)
26-28 June 2002. FAO pdf diakses tanggal 20 Januari 2010
Hermiyanti, S. Kesehatan Neonatal di Indonesia, Jakarta: Lokakarya Nasional Kesehatan Neonatal, 2005
Hirve SS, Ganatra RR, Determinants of low birth weight: a community based prospective cohort study, Indian Pediatri 1994, 31 (10) : 1221-1225
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004
Indonesia MDGs, Menurunkan Angka Kematian Anak, dari MDG_BI_Goal.com, 2006, diakses tanggal 6 Mei 2008
Khatun S. and Rahman M.,Socio-economic determinants of low birth weight in Bangladesh: A multivariate approach, Bangladesh Med Res Counc Bull, 2008 (34): 81-86
Kramer MS. : Determinants of low birth weight: Methodological assessment and meta-analysis. Bulletin of the World Health Organization, 1987, (65):663-737 Kramer MS dkk. : Socio – Economic Disparities in preterm birth : casual pathways
and mechanisms. Blackwell Science Ltd. Pediatric and Perinatal Epidemiology. (suppl. 2). 2001 : 104 – 123
Lemeshow, S, Hosmer, D.W Jr. dan Klar, J. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997
Lubis N., Pola Distribusi Penderita di Bagian Perinatologi Anak, RSU Langsa, Januari--Desember 1998, diambil dari /022001/lap-1.htm, diakses tanggal 4 Maret 2009
Madanai, K.A. dkk.: Low birth weight in the Taif Region, Eastern Mediterranean Health Journal, 1995, 1 (1) : 47-54
Malik S., Radha G., Udhani R., Waingankar P, Maternal Bisocial Factors Affecting Low Birth Weight, Indian J Pediatr, 1997, (64) : 373 – 377
Mochtar, R, Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Jilid 1 Edisi 2, Jakarta, ECG, 1998
(5)
Mutiara, E., Pengaruh Aktivitas Fisik Selama Kehamilan Terhadap Berat Lahir: Suatu Kohort Prospektif di Indramayu, Jawa Barat, Disertasi Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, FKM UI, 2006
Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2005
Prawiroharjo, S. (Ed.). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, 2004
Ridwan A., Risiko Pajanan Asap Rokok Terhadap Berat Badan Lahir Di RS Fatimah Makassar 2005, Desertasi, UNHAS, 2005.
Rizvi S.A., Hatcher J., Jehan I., Qureshi R., Maternal Risk Factors Associated With Low Birth Weight In Karachi: a case-control study, Eastern Mediterranean Health Journal, 2007, 13 (6):1343-1352
Rosemary, F. Hubungan Layanan Antenatal dengan Kejadian BBLR di Kabupten Bogor Prov. Jawa Barat Tahun 1997. Tesis: PS-IKM UI, 1997
Roudbari, M., Yaghmaei M, Soheili M: Prevalence and risk factors of low-birth-weight infants in Zahedan, Islamic Republic of Iran East Mediterr Health J, 2007, 13:838-845
Saraswati, E., Faktor Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota Sukabumi Tahun 2005 – 2006, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, FKM UI, 2006, 1 (3) : 106-111
Sastroasmoro, S., Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, Jakarta, 2002
Schlesselman, JJ. Case-Control Studies: Design, Conduct, Analysis . New York : Oxford University Press, xv + 354 pp, 1982
Setyowati, T., 2001, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994) (http://www.
Singarimbun, M., dan Sofian E., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1998 Susanto, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berat Bayi Lahir
(6)
Sutrisno, Lisa, Komplikasi Obstetri di Rumah Sakit Susteran St. Elisabeth, Kiupukan, Insana, 1996
Taha El Tahir, T., Ronald H.G., and Ahmed A.M., Malaria and Low Birth Weight in Central Sudan, American Journal of Epidemiology, (138) : No. 5, 2008
Thomas C. Timmreck, Epidemiologi, Penerbit EGC, Jakarta, 2005
Torres L.P., Constantino P., Flores S., Villa J.P., Socioeconomic factors and low birth weight in Mexico, Biomed Central of Public Health, 2005, 5 (20)
Turhayati, E., Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi di Sukaraja Bogor Tahun 2001 – 2003, Jurnal Kesehatan Masarakat Nasional, FKM – UI, 2006, 1 (3) : 139 - 144
(WHO). Development of a Strategy Towards Promoting Optimal Fetal Growth. Avaliable from Last update : January 2007, diakses pada tanggal 4 Maret 2008
(WHO), Prevention and Care of Illness, Neonates and Infats : 12 Key Family Practices. diakses tanggal 20 Mei 2009.
Yustina, I.,Pemahaman Keluarga Tentang Kesehatan Reproduksi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2007.
Zaenab dan Juharno, 2006, Beberapa Faktor Risiko Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Al Fatah Ambon Periode Januari – Desember Tahun 2006,