Melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK

Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 yang tidak mau peduli dengan keluhan konsumen. Dengan demikian, pelaku usaha tidak hanya akan sekedar menanggapi keluhan konsumen dengan setengah hati, apalagi cuma memberi janji-janji kosong, yang pada akhirnya juga tidak mampu direalisasikan.

a. Melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK

244 Dengan berlakunya UU Perlindungan Konsumen UUPK No. 8 Tahun 1999, maka konsumen Indonesia memiliki dasar yang kuat untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai konsumen khususnya dari tindakan yang tidak adil dan mau menang sendiri dari pelaku usaha 245 4 Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 5 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. 244 Menurut ketentuan Pasal 52 UUPK, Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi: . a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen; c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam Undang- undang ini; e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen; g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini; i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen; j. mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan; k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen; l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang- undang ini. 245 Gus Wai, Kenalkah Anda dengan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, 24 Mei 2007, dapat diakses di www.Wikimu.com, terakhir kali diakses pada tanggal 22 Mei 2008. Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 Salah satu lembaga yang menangani permasalahan konsumen adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. BPSK merupakan lembaga alternatif di luar badan peradilan umum yang diberi kewenangan menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen dan pelaku usaha dengan mediasi, konsiliasi, atau arbitrasi. Lembaga ini juga berfungsi sebagai tempat konsultasi dan pengaduan. 246 BPSK Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ini dibentuk di tiap propinsi yang susunan pengurusnya dibentuk oleh Gubernur masing-masing provinsi dan diresmikan oleh Menperindag. 247 a. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran; Khusus dalam hal penyelesaian sengketa, kewenangan BPSK relatif luas, antara lain: b. memanggil saksi atau saksi ahli; 246 Muhammad Irsyan Thamrin, Perlindungan Hukum Konsumen Perumahan, Rumah Jogja Magazine, 3 Agustus 2007, dapat diakses di www.rumahjogjamagz.com, terakhir kali diakses pada tanggal 22 Mei 2008. Setiap konsumen memiliki kedudukan yang sama di mata BPSK. Artinya, siapa saja boleh mengadukan masalahnya untuk kemudian diusahakan penyelesaiannya. Persoalan yang boleh diadukan meliputi semua hal. Baik berkaitan dengan pelayanan langsung antara penyedia jasa dengan konsumen misalnya pembayaran listrik PLN maupun menyangkut barang kadaluwarsa. Penyelesaian Sengketa Melalui BPSK Tanpa Biaya, 17 Februari 2006, dapat diakses di http:www.kaltimpost.web.idberitaindex.asp?Berita=Samarindaid=148734, terakhir kali diakses pada tanggal 26 Mei 2008. 247 Gus Wai, Loc. Cit. Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar; seharusnya sudah terbentuk 10 sepuluh BPSK di daerah kota dimaksud. Namun, mengacu kepada Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 605MPPKep82002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan; berarti hanya 7 tujuh BPSK saja yang sudah berfungsi. Menyusul pada tanggal tanggal 27 September 2005, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Kota Samarinda dilantik. Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 c. meminta penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli jika mereka tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen; d. mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan atau pemeriksaan. Jika menemukan adanya kerugian konsumen, BPSK berwenang menjatuhkan sanksi administratif pada pelanggar. 248 Proses peradilan BPSK sama dengan penyelesaian kasus perdata peradilan umum. 249 Mengupayakan perdamaian bagi pihak bersengketa, bila tidak bisa, digelar persidangan yang dipimpin 3 tiga majelis hakim biasanya hakim di BPSK, terdiri unsur konsumen dan pelaku usaha, perwakilan pemerintah dan akademisi. Asas peradilan penyelesaian sengketa BPSK berdasarkan prinsip cepat, murah, dan sederhana. Seperti contoh di dalam Pasal 55 UUPK ditentukan jangka waktu pengaduan konsumen samapai dengan BPSK, pengambilan keputusan selambat-lambatnya 21 dua puluh satu hari dari waktu pengaduan tersebut. 250 248 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, 11 Desember 2007, dapat diakses di http:hukumpedia.comindex.php?title=Badan_Penyelesaian_Sengketa_Konsumen, terakhir kali diakses pada tanggal 22 Mei 2008. 249 Sebagai contoh, salah satu kasus yang pernah diselesaikan oleh BPSK adalah kasus sengketa konsumen kartu kredit Citibank. Pada prinsipnya, BPSK hanya mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa dan didengar pendapat masing-masing, yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan kesepakatan bersama. Proses berlangsung untuk jangka waktu sekitar 3 tiga bulan lamanya Jojo Rahardjo, Pengalaman Berperkara Melalui BPSK, 27 Juni 2007, dapat diakses di www.mediakonsumen.com, terakhir kali diakses pada tanggal 26 Mei 2008. 250 Muhammad Irsyan Thamrin, Loc. Cit. Adapun prosedur penanganan perkara konsumen yang diterapkan oleh BPSK Semarang adalah: Konsumen yang dirugikan mengadu ke Sekretariat BPSK, BPSK memanggil pelaku usaha yang dilaporkan, Kedua belah pihak dipertemukan untuk didamaikan, Jika keduanya memilih berperkara, mereka disuruh memilih cara apa yang dikehendaki, baik cara mediasi, konsiliasi, atau arbitrasi, Kedua belah pihak juga diberi kebebasan memilih majelis hakim, Proses penanganan perkara sampai putusan memakan waktu paling lama 21 hari, Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 Prosedurnya cukup sederhana. Konsumen yang bersengketa dengan pelaku usaha bisa langsung datang ke BPSK Provinsi di mana mereka berada dengan membawa permohonan penyelesaian sengketa 251 Dari Pra-sidang itu bisa ditentukan langkah selanjutnya apakah konsumen dan pelaku usaha masih bisa didamaikan atau harus menempuh langkah- langkah penyelesaian yang telah ditetapkan antara lain: , mengisi formulir pengaduan dan juga berkas-berkasdokumen yang mendukung pengaduannya. Pihak BPSK lalu akan melakukan pemanggilan pada pihak-pihak yang bersengketa guna dipertemukan dalam Pra-sidang. 252 1. Konsiliasi 253 2. Mediasi : usaha perdamaian antara dua pihak; 254 : negosiasi 255 yang dimediasi oleh BPSK; 256 Putusan BPSK bersifat final dan tidak bisa dibanding Mengenal BPSK Semarang, Peradilan Konsumen Tak Kenal Banding, 16 Februari 2005, dapat diakses di www.suaramerdeka.com, terakhir kali diakses pada tanggal 26 Mei 2008. 251 Adapun tata cara permohonan penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK adalah mengacu kepada Pasal 15-16 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350MPPKep2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 252 Gus Wai, Loc. Cit. 253 Pengertian dari konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak dan membantu pihak yang bersengketa untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak. Konsep ini hampir mirip dengan mediasi, hanya saja kewenangan mediator untuk mengusulkan penyelesaian sengketa, dimana kewenangan itu tidak dimiliki oleh konsiliator Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 15. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain Penyelesaian Konflik, diperoleh dari http:id.wikipedia.orgwikiPenyelesaian_konflik, terakhir kali diakses pada tanggal 26 Mei 2008. Adapun penyelesaian sengketa konsumen dengan konsiliasi mengacu kepada Pasal 28 – 29 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350MPPKep2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 254 Yang dimaksud dengan mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa berupa negoisasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang netral tersebut disebut mediator Munir Fuady, Op. Cit., hal. 314. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tettapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 3. Arbitrase 257 BPSK sebenarnya adalah tempat yang ideal untuk menyelesaikan sengketa konsumen, karena orang-orang di BPSK seharusnya lebih mengerti tentang perlindungan konsumen daripada hakim di pengadilan. Berfungsinya BPSK juga dapat membantu mengurangi tumpukan perkara : penyelesaian lewat sidang di mana kedua belah pihak akan memilih anggota majelis yang mewakili masing-masing pihak yang bersengketa antara lain wakil konsumen, wakil pelaku usaha dan wakil dari pemerintah. Penyelesaian Konflik, Loc. Cit.. Adapun penyelesaian sengketa konsumen dengan mediasi mengacu kepada Pasal 30 – 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350MPPKep2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 255 Negoisasi adalah suatu proses tawar-menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi antara para pihak. Pihak yang melakukan negosiasi disebut sebagai negosiator Ibid.. 256 Untuk penyelesaian sengketa perbankan, pihak BI sendiri telah mengeluarkan PBI Nomor 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan yang diperbarui dengan PBI Nomor 101PBI2008, yang mengharuskan bank memiliki lembaga mediasi. Sejak diberlakukannya PBI mediasi perbankan, BI telah menerima laporan sebanyak 262 kasus, dan 222 kasus telah diselesaikan. Sedangkan 40 kasus masih dalam proses Sistem Mediasi Sengketa Nasabah Perbankan Masih Lemah, Loc. Cit.. 257 Arbitrase merupakan sebuah institusi hukum alternatif bagi penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Arbitrase adalah salah satu mekanisme alternatif penyelesaian sengketa yang merupakan bentuk tindakan hukum yang diakui oleh undang-undang dimana salah satu pihak atau lebih menyerahkan sengketa “ketidaksepahaman” dengan pihak lain atau lebih kepada satu otang arbiter atau lebih-lebih arbiter majelis ahli yang profesional, yang akan bertindak sebagai hakim atau peradilan swasta yang akan meneraplan tata cara hukum negara yang berlaku atau menerapkan tata cara hukum perdamaian yang telah disepakakti bersama oleh para pihak tersebut terdahulu untuk sampai kepada putusan final dan mengikat. Oleh karena itu, dikatakan bahwa arbitrase adalah hukum prosedur dan hukum para pihak. Selain itu, putusan arbiter yang final dan mengikat, dikenal pula sebagai ‘binding opinion’ Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Suatu Tinjauan, Jurnal Hukum Bisnis, Oktober-November 2002, hal. 7 dalam Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional dan Internasional, Bandung : CV. Mandar Madju, 2007, hal. 142. Arbitrase, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan Penyelesaian Konflik, Loc. Cit.. Adapun penyelesaian sengketa konsumen dengan arbitrase mengacu kepada Pasal 32 – 36 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350MPPKep2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Sugondo : Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah KPR Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 di pengadilan, 258 setiap keputusan BPSK memiliki kekuatan hukum sehingga seluruh pihak yang berkaitan jelas harus mematuhinya. 259

b. Melalui peradilan umum