Kerja Laboratorium Objek Penelitian Pengertian Musik Dangdut Musik Dangdut di Indonesia

20 masyarakat Koentjaraningrat, 1990: 29. Penelitian kualitatif ialah memaparkan atau menggambarkan dengan kata-katang secara detail dan perolehan data bersumber dari ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendekati perwujudan suatu gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia atas pola-pola Gogdan, 1975: 4-5. Jadi yang dimaksud dengan metode Analisis deskriptif yang bersifat kualitatif ialah cara kerja yang dilakukan untuk meneliti data dan penyebarannya di dalam masyarakat yang dapat diperoleh dari ungkapan, catatan atau tingkah laku dan perwujudannya di dalam masyarakat, dan hanya dengan metode analisis inilah penulis menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada.

1.7 Kerja Laboratorium

Kerja Laboratorium dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyeleksi data yang telah ada untuk dipergunakan dalam permasalahan tulisan.

1.8 Objek Penelitian

Dalam tulisan ini penulis membahas mengenai perkembangan dangdut Nusantara dengan Inul Daratista sebagai objek penelitian. Perkembangannya juga dibatasi mulai tahun 1970 saat itulah dangdut pertama kali populer di Indonesia sampai tahun 2003; dimana kemunculan seorang penyanyi dangdut Inul Daratista membawa warna baru dalam musik dangdut dan mendobrak popularitas musik dangdut Indonesia. Dimana pembahasan ini bertujuan untuk mempersempit ruang lingkup peneliti dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Universitas Sumatera Utara 21 BAB II PERKEMBANGAN DANGDUT DI INDONESIA

2.1. Pengertian Musik Dangdut

Istilah “dangdut” populer sekitar tahun 1972 ketika seorang penulis pada majalah Aktuil yaitu Billi Silabumi memperkenalkan istilah “dangdut” yang memandang nada ejekan, bagi suatu corak musik Indonesia yang diserta suara gendang tabla yang khas seperti lazimnya pada musik-musik film India Takari, 2001: 105. Kata “dangdut” itu sendiri merupakan peniruan bunyi gendang yaitu “dang” dan “duut”. Pembentukan kata berdasarkan peniruan bunyi dalam istilah musik disebut onomatope. Ciri dangdut terletak pada bunyi “dang” yang dihasilkan oleh pukulan gendang tabla pada hitungan ke-empat akhir birama dan disusul pukulan ringan “duut” pada hitungan pertama Simatupang, 2000: 11. Defenisi lain menyebautkan bawah dangdut adalah suatu ragam seni musik nusantara yang berasal dari seni etnis Melayu, yang didalamnya mengandung unsur musik India, Arab, Melayu. Musik ini kemudian berkembang dan dalam perkembangan selanjutnya berbaur pula dengan musik etnis nusantara seperti Jawa, Sunda, Batak, dan Minangkabau Takari, 2001: 103. Universitas Sumatera Utara 22

2.2. Musik Dangdut di Indonesia

Dangdut merupakan salah satu dari Genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam perkembangannya menuju bentuk kontemporer sekarang, masuk pengaruh unsur- unsur musik Indonesia terutama dari penggunaan tabla dan Arab pada cengkok dan Harmonisasi. Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik Barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan Nengalami ke kemajuan pesat. Sebagai musik popular, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, lenggam, gambus, rock, pop bahkan house Musik. Dangdut adalah musik yang diidentikkan dengan selerak kelas menengah bawah di Indonesia. Kehadiran musik dangdut dalam sejarah perjalanan bangsa ini tidak pernah mendapatkan tempat yang baik. Dangdut sebagai musik marjinal telah mengalami kemajuan ketika rejim kekuasaan Orde Baru menggunakannya sebagai alat penarik massa pada momen kampanyenya politik. Jadilah musik dangdut sebagai alat politik penguasa yang merebut simpati dan perhatian massa. Bahkan para penyanyi dangdut masa Orde Baru pun telah dipolitisasi untuk menjadi partisan tentu saja kepada partai terbesar kata itu, Golkar. Musik yang merupakan perpaduan antar kebudayaan Melayu dan Hindi, telah dianggap sebuah musik yang tumbuh dalam akar indigenisasi budaya masyarakat Indonesia. Walaupuan telah lama ada, musik dangdut sering dinilai “kampungan”, Universitas Sumatera Utara 23 ‘berseleran rendah’ dan ‘norak’. Ketika siaran televise mulai dari di tanah air, musik dangdut terangkat menjadi salah satu program di televise Indonesia. Karena popularitas di balik layer musik dangdut di layer kaca juga mendapat perhatian besar dari pada penggemarnya. Musik dangdut telah mampu menembus target market yang dulunya tidak tertarik dengan musk ini menjadi pasar baru industri musik dangdut di tanah air. Kalangan menengah atas mulai suka dan terbiasa dengan kerpiawaian industri musik dangdut di luar kaca. Apalagi dengan kepiawaian industri televisi swasta mengemas program musik dangdut, sehingga terkesan tidak lagi ‘norak’ dan ‘kampungan’ seperti sebelumnya. Bahkan program musik dangdut telah menjadi salah satu mesin pencetak keuntungan bagi televise swasta. Dalam setiap penampilannya dangdut selalu identik dengan goyangan. Alunan musik dangdut seolah membuat orang ingin bergoyang mengikuti iramanya. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan mengingat akar musik dangdut sendiri yang terimbas dari Hindi India juga dipakai untuk mengiringi tari-tarian. Karena dangdut identik dengan goyangan, maka dimanapun penyanyi dangdut selalu dianggap menarik kalau mereka bergoyang mengikuti irama musik yang dianyanyikannya. Sehingga sebenarnya goyangan pada pertunjukan musik dangdut adahal hal biasa karena dilakukan bersamaan dengan penampilan penyanyiannnya, bukan hal yang disengaja dilakukan untuk ‘menggiurkan’ syahwat laki-lakin. Goyang dangdut dilakukan mengikuti irama musik yang mengiringinya. Jika lagu-lagu dangdut yang dibawakan bersifat melankolis, maka sudah pasti tak ada Universitas Sumatera Utara 24 gerakan tarian yang menghentak, karena akan menjadi aneh kelihatannya. Namun jika musik dangdut yang mengiringinya menghentak-hentak, maka gerakan tarian pun harus disesuaikan. Kolaborasi antara lagu, masik dan tarian mencerminkan bentuk harmonisasi suatu pertunjukan seni musik.

2.3. Akulturasi Dangdut dengan Kebudayaan Lain