Responden II Coping Stres Calon Anggota Legislatif Tidak Terpilih dalam Pemilu Legislatif 2009

tidak berlarut terlalu lama dalam kesedihan dan menganggap bahwa ia dapat berbuat untuk masyarakat walaupun tidak menjadi anggota dewan. Selain itu, kehadiran cucu pun dapat mengurangi rasa sedih responden karena tidak terpilih, dan walaupun merasakan sedih sesaat karena ditinggal cucu, sedih itu dapat terobati kembali karena beliau dapat berhubungan melalui handphone dengan cucu. ”Haa iya-iya...itu kenyataan itu Ada kawan saya yang di Padang, spesial di telponnya saya. Yang sekitar sinipun banyak Kalau kawan-kawan dekat saya iyalah Makanya kekesalan saya tadi itu, itu terobati dengan pandangan-pandangan kawan-kawan itu, ya kan?” “Kala berduka kita itu, karena kan...iyalah sekitar seminggu pemilu orang itu balek ke Lhoksemauwe, pisah dengan cucu ya kan? Aduh.. Rasanya entah macam mana macam mana.” ”Nggaklah, kan bisa berkomunikasi juga nya dengan telepon. Modal itu lah, melalui HP lah, teleponlah, ngagah-ngagah cucu, ya kan? Manggil- manggil cucu di telepon bolak-balik ya kan? Hehehe.” Tidak tercapainya cita-cita responden untuk menjadi anggota dewan masih menyisakan rasa kecewa hingga sekarang. Namun ia berusaha agar rasa kecewa itu berada dalam tahap sewajarnya dan menjadikannya sebagai pengalaman positif. Rasa prihatin terhadap masyarakat dirasakan responden selama sekitar dua minggu dari pemilu dan dari situ responden bertekad untuk merubah cara berpikir masyarakat yang seperti itu.

2. Responden II

a. Latar Belakang Responden Responden bernama Iwan bukan nama sebenarnya. Responden berusia 33 tahun dan bersuku bangsa Mandailing. Responden sudah menikah dan memiliki satu anak perempuan. Responden sempat menekuni studi ilmu hukum di Universitas Sumatera Utara Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, namun beliau tidak menyelesaikannya untuk meraih gelar S1. Saat ini responden bekerja sebagai pedagang koran dan daerah yang menjadi langganan korannya adalah sekitar daerah komplek USU. Responden seorang caleg yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan PPP dengan nomor urut enam. Peneliti mengenal responden dari daerah tempat peneliti bekerja. Peneliti lalu menanyakan alamat rumah responden pada masyarakat setempat dan kemudian mendatangi rumah responden dengan maksud untuk menanyakan kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Ternyata rumah yang didatangi adalah rumah mertua responden. Dulunya responden memang tinggal disitu tetapi kini responden sudah pindah di daerah Tanjung Sari. Setelah menjelaskan maksud kedatangan peneliti pada mertua responden, mertua responden memberikan nomor responden dan menyuruh peneliti untuk menghubungi responden. Setelah itu, peneliti menghubungi responden dan menanyakan kesediaan responden untuk menjadi subjek penelitian peneliti. Setelah mendapat kesediaan dari responden, peneliti pun menetapkan jadwal pertemuan pertama dengan responden.

b. Data Hasil Wawancara

1 Sebelum Pemilu Legislatif Responden seorang kader dari Partai Persatuan Pembangunan PPP dan sebagai kader partai, ketika partai memberikan kesempatan untuk menjadi caleg maka responden menangkap kesempatan itu. Responden tidak akan berani mengajukan diri untuk menjadi caleg jika partai tidak membuka kesempatan. Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu, menurut cerita responden, dasar tujuan responden menjadi caleg adalah untuk membantu partai mengumpulkan suara terbanyak. Setelah melewati proses seleksi yang dilakukan partai, responden mendapat nomor urut enam. Saat itu responden hanya memenuhi amanah dari partai saja untuk menjadi caleg, tidak bermaksud berupaya untuk menang karena saat itu masih menggunakan sistem nomor urut, jadi seberapa besarpun usaha caleg, peluang untuk menang hanya ada pada caleg dengan nomor urut teratas. Ketetapan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan pemilu tahun ini berdasarkan suara terbanyak membuat responden optimis bahwa ia memiliki peluang untuk menjadi anggota dewan. Pada saat responden mendaftar sebagai caleg, responden memberikan sumbangan dana sebesar dua juta rupiah untuk membantu partai dalam hal pengadaan atribut-atribut partai. Uang tersebut akan dikembalikan oleh partai segera setelah pelantikan anggota legislatif terpilih 2009. Bagi sebagian orang menjadi caleg tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Hal ini juga menjadi pertanyaan isteri ketika responden memutuskan untuk menjadi caleg. Responden pun memberikan pemahaman bahwa mereka akan mengoptimalkan apa yang mereka punya, tidak menggunakan modal usaha, dan tidak akan berhutang. Akhirnya dengan pemahaman-pemahaman yang diberikan responden, sang isteri pun setuju dan mendukung. Responden menghabiskan dana sebesar dua juta rupiah untuk keperluan kampanye. Responden hanya mampu mengeluarkan dana sebesar dua juta rupiah dikarenakan keterbatasannya dalam finansial. Dua juta rupiah tersebut berasal dari dana sendiri dan dialokasikan untuk mencetak kartu nama dan baliho. Namun ada Universitas Sumatera Utara beberapa atribut kampanye responden yang dibantu oleh caleg PPP yang lain seperti kartu nama dan stiker. Selain itu dana dua juta rupiah tersebut juga digunakan untuk sumbangan-sumbangan ketika gotong royong atau menghadiri pertemuan-pertemuan seperti pengajian. Selain dari sesama caleg, responden juga menerima bantuan dana dari teman-teman dekat. 2 Setelah Pemilu Legislatif. Pada saat kampanye, prediksi suara yang akan responden peroleh adalah sekitar 2000 hingga 2500 suara. Namun ternyata responden hanya memperoleh sekitar 927 suara. Hal ini membuatnya kecewa. Tapi ia hanya kecewa pada hari itu saja. Ia beranggapan bahwa mencoba adalah hak setiap orang termasuk tukang koran seperti dirinya, mencoba untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik. Responden menganggap bahwa kegagalan yang terjadi pada dirinya memang dikarenakan rezeki itu belum berpihak padanya, juga memang dikarenakan semua ini sudah kehendak Allah. Jadi responden berusaha untuk tetap enjoy dan biasa saja menghadapi kegagalan ini. Begitu juga dengan isteri responden, menurut pengakuannya isteri beliau biasa saja atas kekalahan responden bahkan menghibur dan mendukung agar mencalonkan lagi di 2014. Responden menyadari bahwa ada beberapa hal yang membuatnya gagal dalam pemilu legislatif 2009 ini. Tapi yang paling sering beliau sebutkan adalah masalah keterbatasan finansial pada dirinya dan setiap kali ia mengeluarkan pernyataan itu, responden selalu bersuara keras diikuti dengan memukul meja. Namun dengan keterbatasan finansial itu, ia merasa sudah cukup terobati karena hasil suara yang diperolehnya lumayan banyak bagi seorang caleg pemula. Universitas Sumatera Utara Responden beranggapan bahwa tidak peduli berapa besarpun dana yang dikeluarkan oleh seorang caleg, namun jika Allah tidak menghendaki, maka ia akan tetap tidak dapat menjadi anggota dewan. Selain masalah finansial, responden juga menganggap bahwa sumber kegagalan responden disebabkan oleh kurang dikenalnya responden di antara masyarakat, kurang konsolidasi, kurang diterima masyarakat, dan kurang mengadakan kegiatan sewaktu masa-masa kampanye. Kegagalan ini membuat responden berusaha untuk mengikhlaskan serta mensyukuri apa yang sudah menjadi kehendak Allah. Ia memiliki keyakinan bahwa sebagus apapun rencana manusia, maka Allah juga yang menentukan. Yang penting ia sudah berusaha dan tidak menyakiti orang dalam upaya-upaya kampanyenya. Responden tidak menganggap kegagalan ini sebagai suatu musibah namun merupakan pelajaran berharga baginya serta suatu hal yang membuat ia senang dan bahagia. Responden pun bersyukur ia dapat mencalonkan diri menjadi caleg karena menganggap bahwa orang-orang yang dapat menjadi caleg adalah orang yang terbaik.

3. Responden III