Analisa Jenis Dan Kadar Pemanis Buatan Pada Permen Karet Yang Beredar Di Kota Medan Tahun 2010

(1)

ANALISA JENIS DAN KADAR PEMANIS BUATAN PADA PERMEN KARET YANG BEREDAR

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 061000142 ROMAYANTI SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISA JENIS DAN KADAR PEMANIS BUATAN PADA PERMEN KARET YANG BEREDAR

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

061000142

ROMAYANTI SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

ANALISA JENIS DAN KADAR PEMANIS BUATAN PADA PERMEN KARET YANG BEREDAR

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 061000142 ROMAYANTI SILALAHI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Ir. Indra Chahaya S,MSi NIP. 196811011993032005

Penguji II

Penguji I

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes NIP. 197002191998022001

NIP.196501091994032002 Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Penguji III

NIP. 195804041987021001 dr. Surya Dharma, MPH

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah sebagai ramuan utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat pengharum, dimana akan berangsur-angsur hilang oleh kunyahan. Dengan adanya pemanis buatan yang memiliki rasa manis jauh lebih tinggi daripada gula dan harganya yang relatif murah, sebagai pemanisnya ditambahkan pemanis buatan seperti sakarin, siklamat dan pemanis buatan lainnya. Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis buatan apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisa jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet yang beredar di Kota Medan tahun 2010. Untuk melihat apakah penggunaan pemanis buatan dalam permen karet tersebut memenuhi syarat kesehatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Sampel diambil dari warung-warung dan pasar swalayan di Kota Medan lalu diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Permen karet yang mengandung sakarin antara lain Bubble Gum sebesar 0,121mg/kg, Long bar sebesar 19,48 mg/kg, Tidak bermerek sebesar 25,53 mg/kg, Wah Tattoo sebesar 14,58 mg/kg dan Happy Permen Karet 24,24 mg/kg. Dari kesepuluh sampel permen karet tidak ditemukan penggunaan siklamat.

Berdasarkan hasil yang diteliti, dari keseluruhan sampel yang mengandung sakarin belum melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Kepada Balai POM diharapkan agar tetap melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap penggunaan bahan tambahan makanan.


(5)

ABSTRACT

The bubble-gum is formed of the nature substances or sap synthesis as the main ingredients that have nutrient and the basic tastes, such as sugar and aromatic substance, where rapidly will be lost by chewing. With the synthetic sweetener that has the sweet taste higher than sugar and the price is relatively cheap, and the sweetener is added synthetic sweetener like saccharin, cyclamate and the other synthetic sweetener. The synthetic is the supplement substance that can give the sweet taste for food, but it does not have nutrient value.

The general purpose of this research is to analyze the kinds and content of synthetic sweetener in the bubble-gums which are circulated at Medan on 2010. To looked what are the using of synthetic sweetener have health.

The method used in this research was descriptive survey. The sample were taken from the small shops and swalayan market at Medan, and then investigated in the Laboratorium Kesehatan Medan.

The result of research showed the bubble-gum contained saccharin such as 0.121 mg/kg Bubble Gum, 19.48 mg/kg Long Bar, 25.53 mg/kg no label, 14.58 mg/kg Wah Tattoo and 24,24 mg/kg Happy Permen Karet. From the tenth sample that were investigated, there was no sample contained cyclamate.

Based on the result was investigated, all of the sample contained saccharin had not exceeded the maximal limit which was decided by minister of health. The BPOM is hoped for doing the monitoring and supervision in the using of the supplement foods.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISA JENIS DAN KADAR PEMANIS BUATAN PADA PERMEN KARET YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2010”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Mastarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya, MSi, selaku Ketua Departemen Kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(7)

5. Seluruh Dosen khususnya Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pegawai dan karyawan terkhususnya Kak Dian yang membantu kelancaran skripsi ini.

7. Dra. Norma Sinaga, selaku Kepala Bagian Toksikologi Laboratorium Kesehatan Medan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Kedua Orangtuaku yang terkasih M. Silalahi dan N. Siburian yang selalu ada untuk mendoakan, memotivasi, mendukung, menasehati dan menyediakan segala materi yang diperlukan.

9. Kakakku Elina Silalahi, S.IP dan adik-adikku yang terkasih Elisda Silalahi, Irwansyah Silalahi, Novawati Silalahi dan keluarga besar Silalahi dan Siburian yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis.

10. Malim (Faeri, Maria, Pujita) yang selalu memberikan semangat, motivasi dan sama-sama berjuang baik suka maupun duka dalam setiap penyelesaian skripsi. 12. Kelompok Kecilku “Light Generation” ( Feddy, Fredy, Hotman, Lucky,

Thomson, Yosua) dan Kelompok Tumbuh Bersamaku “Ever Green” (B’Aswindo Sitio, Ayu, Desi, Faeri) buat setiap dukungan doa, semangat, penguatan yang diberikan.


(8)

14. Seluruh teman-teman Koordinasi POMK FKM USU Tahun 2010 dan khususnya teman di Komisi Keuangan dan Peralatan POMK FKM (May Laura) atas setiap doa, dukungan dan semangat.

16. Mama inventaris (Erika Gresia Sihombing) dan seluruh Komisi Peralatan Se-USU (Abram, Anwar, Armen, Bonar, Dody, Erma, Ester, Horas, LCM, Lusi, Oktavianus, Pahala, Rimbun, Theodora, Yudha) buat setiap doa, semangat dan dukungan yang diberikan.

17. Adik-adik dan teman-temanku Raganda Silalahi, B’Etsas, Berman, Dearman, Johannes, Samuel, Lusiana, Lia Silalahi yang mendukung didslsm pengerjaan skripsi ini.

18. Teman-teman khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan buat setiap dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.

Medan, Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstrack ...iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .. 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bahan Tambahan Makanan (BTM) ... 7

2.1.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM) ... 7

2.1.2. Jenis Bahan Tambahan Pangan ... 8

2.1.3. Fungsi Bahan Tambahan Pangan ... 9

2.2. Zat Pemanis ... 11

2.2.1. Pengertian Zat Pemanis... 11

2.2.2. Hubungan Struktur dan Rasa Manis ... 11

2.2.3. Jenis Zat Pemanis ... 13

2.2.3.1. Pemanis Alami ... 13

2.2.3.2. Pemanis Buatan... 14

2.3. Sakarin ... 17

2.4. Aspartam ... 20

2.5. Siklamat ... 22

2.6. Sorbitol ... 24

2.7. Asesulfam-K (acesulfame Pottasium) ... 25

2.8. Isomalt ... 26

2.9. Alitam ... 27

2.10. Laktitol (Lactitol) ... 28

2.11. Maltitol ... 29

2.12. Manitol (Mannitol) ... 30

2.13. Neotam (Neotame) ... 31

2.14. Silitol (Xylitol) ... 32

2.15. Sukralosa (Sucralose) ... 33


(10)

2.17. Dampak Pemanis Buatan Terhadap Kesehatan... 35

2.18. Permen Karet ... 37

2.18.1. Manfaat Mengunyah Permen Karet ... 38

2.18.2. Kerugian Mengunyah Permen Karet ... 38

2.19. Kerangka Konsep ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 41

3.3. Objek Penelitian ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Data Primer ... 42

3.4.2. Data Sekunder ... 42

3.5. Definisi Operasional ... 42

3.6. Aspek Pengukuran ... 43

3.6.1. Uji Kualitatif ... 43

3.6.1.1. Uji Kualitatif Sakarin ... 43

3.6.1.2. Uji Kualitatif Siklamat ... 44

3.6.2. Uji Kuantitatif... 44

3.7. Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Hasil Analisa Kualitatif Sakarin Pada Permen Karet ... 47

4.2. Hasil Analisa Kualitatif Siklamat Pada Permen Karet ... 48

4.3. Hasil Analisa Kuantitatif Sakarin Pada Permen Karet ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1. Hasil Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Sakarin Pada Permen Karet .... 50

5.2. Hasil Analisa Kualitatif Siklamat Pada Permen Karet ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Romayanti Silalahi

Tempat/tanggal lahir : Panei Tongah/ 16 Januari 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima) Orang Alamat Rumah : Panei Tongah

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri II Panei Tongah 1994-2000 2. SMP Negeri I Pane 2000-2003 3. SMA Negeri 3 Pematang Siantar 2003-2006 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2006-2010

Riwayat Organisasi : 1. Anggota UKM KMK USU UP POMK FKM sejak tahun 2006-sekarang.

2. Koordinasi UKM KMK USU UP POMK FKM USU sebagai Tim Dana sejak tahun 2008-2009. 3. Koordinasi UKM KMK USU UP POMK FKM

USU sebagai ketua Komisi Keuangan dan Peralatan tahun 2010.

4. Pemimpin Kelompok Kecil UKM KMK USUS UP POMK FKM USU sejak tahun 2009- sekarang.


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan Sukrosa 10%. Tabel 2.2. Daftar pemanis sintesis yang diizinkan di Indonesia.

Tabel 2.3. Pemanis Buatan yang Direkomendasikan Departemen Kesehatan RI Tabel 2.4. Beberapa Jenis Pemanis Buatan Pengganti Sukrosa yang Diijinkan

Penggunaannya di Indonesia.

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Sakarin pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Siklamat pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Sakarin pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

Tabel 5.1. Beberapa Produk Permen Karet di Pasaran yang Mengandung Pemanis Buatan.


(13)

Daftar Lampiran Lampiran 1. Komposisi Permen Karet.

Lampiran 2. PerMenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan yang Dilarang Digunakan Dalam Makanan.

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Kadar Pemanis Buatan pada Permen Karet. Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian.

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian.

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Siklamat pada Permen Karet. Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Sakarin pada Permen Karet. Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Sakarin pada Permen Karet. Lampiran 7. Foto Dokumentasi


(14)

ABSTRAK

Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah sebagai ramuan utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat pengharum, dimana akan berangsur-angsur hilang oleh kunyahan. Dengan adanya pemanis buatan yang memiliki rasa manis jauh lebih tinggi daripada gula dan harganya yang relatif murah, sebagai pemanisnya ditambahkan pemanis buatan seperti sakarin, siklamat dan pemanis buatan lainnya. Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis buatan apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisa jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet yang beredar di Kota Medan tahun 2010. Untuk melihat apakah penggunaan pemanis buatan dalam permen karet tersebut memenuhi syarat kesehatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Sampel diambil dari warung-warung dan pasar swalayan di Kota Medan lalu diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Permen karet yang mengandung sakarin antara lain Bubble Gum sebesar 0,121mg/kg, Long bar sebesar 19,48 mg/kg, Tidak bermerek sebesar 25,53 mg/kg, Wah Tattoo sebesar 14,58 mg/kg dan Happy Permen Karet 24,24 mg/kg. Dari kesepuluh sampel permen karet tidak ditemukan penggunaan siklamat.

Berdasarkan hasil yang diteliti, dari keseluruhan sampel yang mengandung sakarin belum melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Kepada Balai POM diharapkan agar tetap melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap penggunaan bahan tambahan makanan.


(15)

ABSTRACT

The bubble-gum is formed of the nature substances or sap synthesis as the main ingredients that have nutrient and the basic tastes, such as sugar and aromatic substance, where rapidly will be lost by chewing. With the synthetic sweetener that has the sweet taste higher than sugar and the price is relatively cheap, and the sweetener is added synthetic sweetener like saccharin, cyclamate and the other synthetic sweetener. The synthetic is the supplement substance that can give the sweet taste for food, but it does not have nutrient value.

The general purpose of this research is to analyze the kinds and content of synthetic sweetener in the bubble-gums which are circulated at Medan on 2010. To looked what are the using of synthetic sweetener have health.

The method used in this research was descriptive survey. The sample were taken from the small shops and swalayan market at Medan, and then investigated in the Laboratorium Kesehatan Medan.

The result of research showed the bubble-gum contained saccharin such as 0.121 mg/kg Bubble Gum, 19.48 mg/kg Long Bar, 25.53 mg/kg no label, 14.58 mg/kg Wah Tattoo and 24,24 mg/kg Happy Permen Karet. From the tenth sample that were investigated, there was no sample contained cyclamate.

Based on the result was investigated, all of the sample contained saccharin had not exceeded the maximal limit which was decided by minister of health. The BPOM is hoped for doing the monitoring and supervision in the using of the supplement foods.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi tadi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan dan memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Kartasapoetra, 2008).

Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu dengan memperhatikan “Empat Sehat, Lima Sempurna” yang selalu dianjurkan pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya (Kartasapoetra, 2008).

Sejauh mana makanan dapat mempengaruhi suatu penyakit, memang masih diperdebatkan. Menandai makanan yang mempunyai kerja mempengaruhi suatu penyakit, sebagian besar masih berupa pengalaman yang perlu dibuktikan dengan penelitian. Baru sebagian kecil saja diantara makanan yang telah melewati liku-liku penelitian klinis dan farmakologis yang terbukti punya andil pada suatu penyakit, mempercepat kesembuhan, atau malah membuat penyakit menjadi kambuh (Sitorus, 2009).


(17)

Dalam Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 disebutkan setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetik yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan (Depkes, 2009).

Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan Tambahan Makanan itu bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak. Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori BTM. Pertama, Bahan Tambahan Makanan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi, misalnya pati. Kedua, Bahan Tambahan Makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang, misalnya zat pewarna yang sudah dilengkapi sertifikat aman (Yuliarti, 2007).

Pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan/ sintesis. Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contoh pemanis buatan yaitu Sakarin, Siklamat, Aspartam, Dulsin, Sorbitol Sintesis, Nitro-propoksi-anilin.

Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dalam produk pangan, antara lain nilai kalori,


(18)

tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah dan organ tubuh manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum penggunaannya (Ambarsari, 2008).

Meskipun diizinkan untuk makanan, zat pemanis sintesis sakarin dan siklamat merupakan zat pemanis yang sebetulnya khusus ditujukan bagi penderita diabetes ataupun konsumen dengan diet rendah kalori. Namun demikian, kini sakarin juga sering ditambahkan ke dalam makanan yang ditujukan untuk konsumen pada umumnya ( bukan penderita diabetes). Padahal, pemanis ini diduga dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Seperti halnya sakarin, penggunaan siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga ekskresi lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus (Yuliarti, 2007).

Hasil penelitian Yayasan Lembaga konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong, dan es cokelat menggunakan kombinasi sakarin dan siklamat. Jumlah sakarin yang terdapat didalam makanan jajanan tersebut berkisar antara 36,5-113 ppm, sedangkan jumlah siklamat yang terdeteksi 0,05-0,07 ppm. Walaupun pemanis sintesis tersebut terdapat pada jumlah yang masih dibawah batas maksimum tetapi berdasarkan Peraturan Menkes tahun 1988 jumlah tersebut hanya digunakan untuk produk yang rendah kalori atau penderita diabetes mellitus dan bukan untuk produk konsumsi umum apalagi untuk anak-anak sekolah


(19)

dasar, sedangkan berdasarkan penelitian Streetfood Project (Proyek Makanan Jajanan) di Bogor tahun 1989, diketahui bahwa hampir seluruh jenis es puter dan minuman ringan yang diperiksa (251 sampel), ternyata mengandung siklamat (Cahyadi, 2006).

Dalam Ambarsarie menyatakan bahwa pada salah satu sampel produk permen karet, bahan pemanis yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa jenis pemanis buatan yaitu aspartam dan acesulfame K. Bagi produsen, kombinasi penggunaan bahan pemanis buatan dapat meningkatkan citarasa produk, memperpanjang umur simpan, serta menurunkan biaya produksi. Polyol (sorbitol dan maltitol) dalam produk tersebut tidak berfungsi sebagai bahan pemanis, namun lebih berfungsi sebagai pencitarasa, bahan pengisi, penstabil, antikempal, humektan, dan sekuestran.

Produk permen dan kembang gula merupakan produk yang tidak dapat terlepas dari penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun buatan. Penggunaan pemanis buatan merupakan salah satu alternatif yang paling menguntungkan untuk mengurangi biaya produksi, sehingga penggunaan pemanis buatan dalam produk-produk permen cenderung meningkat. Produsen umumnya berdalih bahwa penggunaan pemanis buatan dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan, yaitu mencegah kerusakan gigi. Menurut hasil survei di Australia, produk permen dan minuman ringan merupakan produk dengan kandungan pemanis buatan yang paling banyak dikonsumsi, yaitu masing-masing mencapai 27%. Konsumen untuk produk ini sangat beragam, dari anak-anak sampai dengan orang tua. Oleh karena itu,


(20)

peraturan mengenai penggunaan pemanis dalam produk ini harus diperketat. Batas maksimum penggunaan pemanis buatan dalam produk permen dan kembang gula yang ditetapkan Indonesia dapat dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan oleh Eropa dan Amerika, terutama untuk penggunaan pemanis jenis aspartam.

Permen karet adalah salah satu makanan jajanan yg disukai oleh orang dewasa dan khususnya anak-anak. Jenis-jenis permen karet dari berbagai merk dapat kita temukan dengan lengkap di pasar-pasar swalayan dan juga dikedai-kedai sekitar kita. Permen karet yang dijual dikedai juga kurang diperhatikan keamanannya oleh pemerintah. Apakah permen karet tersebut menggunakan bahan tambahan pangan yang aman dikonsumsi atau tidak.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menganalisa jenis dan kadar pemanis buatan yang terdapat pada permen karet yang beredar di Kota Medan dan apakah penggunaannya telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet yang beredar di Kota Medan tahun 2010.


(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis pemanis buatan yang terdapat pada permen karet yang beredar di Kota Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui kadar pemanis buatan yang terdapat pada permen karet yang beredar di Kota Medan tahun 2010.

3. Menganalisa jenis dan kandungan pemanis buatan yang terdapat pada permen karet dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 untuk dilihat apakah permen karet yang beredar di Kota Medan memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam mengkonsumsi permen karet yang beredar di Kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Badan POM tentang jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet yang beredar di Kota Medan. 3. Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan pendidikan lebih lanjut bagi


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Tambahan Makanan (BTM)

2.1.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan


(23)

makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto, 2006).

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).

2.1.2. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini


(24)

adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan;

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan;

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan;

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen.

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.


(25)

2.1.3. Fungsi Bahan Tambahan Pangan

Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1. Antioksidan (Antioxidant) 2. Antikempal (Anticaking Agent)

3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator) 4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)

5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)

6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener) 7. Pengawet (Preservative)

8. Pengeras (Firming Agent) 9. Pewarna (Colour)

10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer) 11. Sekuestran (Sequestrant)

Beberapa bahan Tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1. Natrium Tetraborat (Boraks) 2. Formalin (Formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils) 4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)

5. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate) 6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)


(26)

7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)

8. P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea) 9. Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan kalsium bromat (pengeras).

2.2.Zat Pemanis

2.2.1. Pengertian Zat Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006).

2.2.2. Hubungan Struktur dan Rasa Manis

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah (Cahyadi, 2006):


(27)

1. Mutu rasa manis

Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya. Dari uji sensoris menunjukkan tingkat mutu rasa manis yang berbeda antara bahan pemanis satu dengan yang lainnya. Bahan alami yang mendekati rasa manis, kelompok gula yang banyak dipakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis adalah asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak memiliki rasa ikutan. Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan struktur molekulnya, karena dengan pemurnian yang bagaimanapun tidak dapat menghilangkan rasa pahit.

2. Intensitas rasa manis

Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat dasar kemanisan suatu bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis dalam yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah suhu dan sifat mediumnya (cair atau padat). Harga intensitas rasa manis biasanya diukur dengan membandingkannya dengan kemanisan sukrosa 10%. Beberapa contoh jenis rasa manis suatu pemanis sintesis relatif terhadap sukrosa dan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.


(28)

Tabel 2.1. Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan Sukrosa 10%

Pemanis Kemanisan Relatif

1. Sukrosa 2. Na-Siklamat 3. Dulsin 4. Sakarin 5. Aspartam

6. 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen 1 15-31 70-350 240-350 250 4.100

3. Kenikmatan rasa manis

Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Dari berbagai pemanis tidak sempurna dapat menimbulakan rasa nikmat yang dikehendaki. Pada pemanis sintesis seperti sakarin malah tidak dapat menimbulkan rasa nikmat malah memberikan rasa yang tidak menyenangkan. Tetapi penggunaan campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis dan tanpa menimbulkan rasa pahit. Meskipun rasa manis yang tepat sangat disukai, tetapi pemanis yang berlebihan akan terasa tidak enak. Pemanis mempunyai harga toleransi yang berbeda antara kelompok masyarakat bahkan antarindividu.

2.2.3. Jenis Zat Pemanis

Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan/ sintesis (Cahyadi, 2006) :

2.2.3.1. Pemanis Alami

Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L). bahan


(29)

pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut terkenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah:

Gula umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.

Beberapa jenis gula dan berbagai produk terkait:

Gula Granulasi (Gula Pasir): kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).

Gula batu: Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari Kristal bening berukuran besar bewarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambut. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahay. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai caramel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam Kristal.

Rumus kimia sukrosa: C12H22O11 merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti tumbuhan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit 2.2.3.2. Pemanis Buatan

Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2007).

Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun pemanis


(30)

buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan (Yuliarti, 2007).

Tabel 2.2. Daftar pemanis sintesis yang diizinkan di Indonesia Nama

Pemanis Sintesis

ADI Jenis Bahan Makanan Batas Maksimal Penggunaan

Sakarin (Garam Natrium)

0-2,5 mg

Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus

d. Es krim dan sejenisnya e. Es lilin

f. Jam dan jeli g. Minuman ringan h. Minuman yoghurt

i. Minuman ringan

fermentasi

a. 50mg/kg (sakarin) b. 100mg/kg (Na-sakarin) c. 300 mg/kg (Na-sakarin) d. 200 mg/kg (Na-sakarin) e. 300 mg/kg (Na-sakarin) f. 200 mg/kg (Na-sakarin) g. 300 mg/kg (Na-sakarin) h. 300 mg/kg (Na-sakarin) i. 50 mg/kg (Na-sakarin) Siklamat (garam natrium dan garam kalsium)

Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus d. Es lilin

e. Minuman yoghurt

f. Minuman ringan

fermentasi

a. 500mg/kg dihitung

sebagai asam siklamat b. 1g/kg dihitung sebagai

asam siklamat

c. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

d. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

e. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

f. 500mg/kg dihitung

sebagai asam siklamat

Sorbitol Kismis

Jam dan jeli, roti Makanan lain

5g/kg 300 g/kg 120 g/kg


(31)

Tabel 2.3. Pemanis Buatan yang Direkomendasikan Departemen Kesehatan RI

No. Nama Batas Maksimum Penggunaan

1.

2.

Sakarin

(300-700 x manis gula) Siklamat

(30-80 x manis gula)

100 mg/kg (permen), 200 mg/kg (es krim, jam, jeli), 300 mg/kg (saus, es lilin, minuman ringan, yoghurt)

1 g/kg (permen), 2 g/kg (es krim, jam, jeli), 3 mg/kg (saus, es lilin, minuman ringan, yoghurt)

Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih mengacu peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) atau Codex Alimentarius Commission (CAC). Pertimbangannya adalah bahwa kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan digunakan sebagai acuan oleh banyak negara dalam komunikasi perdagangannya. Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum penggunannya (Ambarsari, 2008).


(32)

Tabel 2.4. Beberapa Jenis Pemanis Buatan Pengganti Sukrosa yang Diijinkan Penggunaannya di Indonesia:

Jenis Bahan Pemanis Jumlah Kalori (kKal/g) Tingkat Kemanisan* ADI (mg/kg berat badan) Sifat

Alitam 1.4 2000 0.34 - Penggunaannya bersama pemanis lain bersifat sinergis.

- Dapat dicerna oleh enzim pencernaan dan diserap oleh usus. Acesulfa

me-K

0 200 15 -Relatif lebih stabil dibandingkan jenis pemanis lainnya,

- Tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik dan non kariogenik. Aspartam 0.4 180 50 -Stabil pada kondisi kering, namun

tidak tahan panas

- Berbahaya bagi penderita fenilketonuria karena dapat menyebabkan resiko penurunan fungsi otak.

-Dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif.

Neotam 0 7000 0-2 -Terurai secara cepat dan dibuang sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolism normal. Sakarin 0 300 5 -Timbul reaksi dermatologis bagi

anak- anak yang alergi terhadap sulfa.

-Berpotensi memacu pertumbuhan tumor dan bersifat karsinogenik. Siklamat 0 300 0-11 -Dalam dosis tinggi dapat

menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati dan limpa. Sukralosa 0 300 0-15 - Stabil pada kondisi panas

- Tidak dapat dicerna dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. * dibandingkan dengan sukrosa

Sumber: SNI 01-6993-2004 BPOM (2004)


(33)

2.3. Sakarin

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remses pada tahun 1897. Ketika pertama kali ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3 dihidro-3-oksobenzisulfonasol, benzosulfimida atau o-sulfobenzimida. Sedangkan nama dagangnya adalah glucide, garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, saxin, sykose, hermesetas (Cahyadi, 2006).

Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis. Intensitas rasa manis garam natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10%. Di samping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintesis. Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, non karsinogenik, nilai kalori rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk mengganti sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang berkalori rendah (BPOM, 2008).

Produk makanan dan minuman yang biasanya menggunakan sakarin diantaranya adalah minuman ringan (soft drinks), permen, selai, bumbu salad, gelatin rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin digunakan sebagai bahan


(34)

tambahan pada produk kesehatan mulut seperti pasta gigi dan obat pencuci (penyegar) mulut.

Natrium-sakarin didalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga diekskresikan melalui urin tanpa perubahan kimia. Beberapa penelitian mengenai dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang konvensional. Hasil penelitian National Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tetapi ada penelitian lain yang menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kantong kemih. Sejak itu sakarin dilarang digunakan di Canada, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotek dengan mencantumkan label peringatan. Akan tetapi hal ini menimbulkan kontroversi, karena adanya penjelasan bahwa tikus-tikus yang dicoba di Canada diberikan sakarin dengan dosis yang sangat tinggi, yaitu kira-kira ekuivalen dengan 800 kaleng diet soda per hari (Yuliarti, 2007).

Kontroversi ini masih berlangsung sampai kini, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No. 208/Menkes/Per/IV/1985 tentang pemanis buatan dan No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg (Cahyadi, 2006).


(35)

Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, seperti: 1. Migrain dan sakit kepala

2. Kehilangan daya ingat 3. Bingung

4. Insomnia 5. Iritasi 6. Asma 7. Hipertensi 8. Diare 9. Sakit perut 10. Alergi

11. Impotensi dang gangguan seksual 12. Kebotakan

13. Kanker otak

14. Kanker kantung kemih 2.4. Aspartam

Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965, ketika mensintesis obat-obat untuk bisul dan borok. Aspartam adalah senyawa metal ester dipeptida yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa (Cahyadi, 2006).

Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus kimia C14H18N2O5 atau 3-amino-N(α-carbomethoxy-phenethyl)succinamic acid, N-L-α


(36)

-aspartyl-L-phenylalanine-1-methyl ester merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis. Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g atau setara dengan 1,67 kJ/g. Kombinasi penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan terutama untuk produk-produk panggang dalam mempertegas cita-rasa buah (BPOM, 2008).

Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunaan dalam minuman ringan, aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu, aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan (Cahyadi, 2006).

Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga didalam tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea/PKU) dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan fenilalanin dalam tubuh penderita PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat mental (Cahyadi, 2006).


(37)

Konsumsi harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan kedalam bahan pangan. Hal ini berarti bahwa aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi.

2.5. Siklamat

Siklamat pertama kali ditemukan tahun 1939 dan diperbolehkan untuk digunakan kedalam makanan di U.S.A. pada tahun 1950. Dilanjutkan dengan pengujian dalam keamanan untuk senyawa yang muncul ditemukan pada tahun 1967 bahwa siklamat dapat merubah usus ke cyclohexylamine dimana dapat menimbulkan karsinogenik. Rupanya, hanya beberapa individu yang memiliki kemampuan untuk merubah siklamat ke cyclohexylamine (Deman, 1980).

Siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S) sebagai pemanis buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin dan atau acesulfame-K bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan bahan pengawet. Pemberian siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik dan atropi testikular. Informasi yang dikumpulkan oleh CCC (Calorie Control Council) menyebutkan bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non mutagenik. Pada tahun 1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat karsinogenik. Meskipun FDA,


(38)

JECFA dan CAC menyatakan bahwa siklamat aman untuk dikonsumsi, namun Kanada dan USA tidak mengizinkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan (BPOM, 2008).

Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng (BPOM, 2004).

Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, ekskresinya melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan kromosom. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli Academy of science pada tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun turunannya (sikloheksiamin) tidak bersifat karsinogenik, tetapi diduga sebagai tumor promoter. Sampai saat ini hasil penelitian mengenai dampak siklamat terhadap kesehatan masih diperdebatkan ( Sitorus, 2009).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori


(39)

rendah dan untuk penderita diabetes mellitus adalah 3g/kg bahan pangan dan minuman. Dan menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11 mg/kg berat badan. Adanya peraturan bahwa penggunaan siklamat dan sakarin masih diperbolehkan, serta kemudahan mendapatkannya dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan produsen pangan dan minuman terdorong untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan tersebut di dalam produk.

2.6.Sorbitol

Bahan pemanis ini dikenal sebagai D-Sorbitol, D-glucitol, L-gulitol, sorbit atau sorbol mempunyai berat molekul 182,17. Kemanisannya hanya 0,5 kali gula tebu. Sorbitol bersifat larut polar seperti air dan alkohol. Sorbitol secara komersial dibuat dari glukosa dengan hidrogenasi dalam tekanan tinggi maupun reduksi elektrolit (Cahyadi, 2006).

Kristal sorbitol mengandung 0,5 atau 1 molekul H2O. Kandungan kalorinya 3,994 K. Kalori setiap gram sama dengan kalori gula tebu yaitu 3,940 K. Tujuh puluh persen dari jumlah sorbitol yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi CO2 tanpa menunjukkan adanya kenaikan glukosa dalam darah sehingga sangat baik untuk penderita diabetes.

Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah monosakarida poliol (1,2,3,4,5,6 dan Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol berupa senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh berkisar antara 89° sampai dengan 101°C, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol


(40)

memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87 kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut berperan dalam reaksi pencoklatan (BPOM, 2004).

Fungsi lainnya yaitu bahan pengisi (filler/bulking agent), humektan, pengental (thickener), mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Sorbitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi dan sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan diet rendah kalori. Meskipun demikian, US CFR memberi penegasan bahwa produk pangan yang diyakini memberikan konsumsi sorbitol lebih dari 50 g per hari, perlu mencantumkan pada label pernyataan: “konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan efek laksatif “. JECFA menyatakan sorbitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan sorbitol pada berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai dengan 200.000 mg/kg produk, dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM, 2008). 2.7.Asesulfam-K (Acesulfame Potassium)

Acesulfame-K ditemukan seorang kimiawan Karl Clauss tahun 1967. Dia menemukan rasa manis secara tidak sengaja ketika menjilatkan jarinya untuk mengambil kertas di laboratorium. Patennya dimiliki oleh Hoechst AG, Jerman. Acesulfame-K rasanya manis, beberapa orang merasakan adanya aftertaste yang pahit hampir seperti sakarin, tetapi sebagian lain tidak merasakannya (Cahyadi, 2006).


(41)

Asesulfam-K dengan rumus kimia C4H4KNO4S atau garam kalium dari 6- methyl-1,2,3-oxathiazin-4(3H)-one-2,2-dioxide atau garam Kalium dari 3,4-dihydro-6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4-one-2,2di-oxide merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan sukrosa tetapi tidak berkalori. Kombinasi penggunaan asesulfam-K dengan asam aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis dalam mempertegas rasa manis gula. Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah (BPOM, 2008).

Beberapa kajian memperlihatkan bahwa asesulfam-K tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik dan non karsinogenik, sehingga JECFA menyatakan aman untuk dikonsumsi manusia sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15 mg/kg berat badan (BPOM, 2008).

CAC mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 1.000 mg/kg produk. Sementara CFR mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan dalam GMP atau CPPB. Sedangkan FSANZ mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 3.000 mg/kg produk (BPOM, 2008).

2.8.Isomalt (Isomalt)

Isomalt merupakan campuran equimolar dari 6-O-α-D-Glucopyranosyl-D glucitol (GPG) (GPG-C12H24O11) dan 1-O-α-D-Glucopyranosyl-D-mannitol


(42)

(GPM) dihydrate (GPM-C12H24O11.2H2O) mengandung manitol dan gluko-sorbitol dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik. Perubahan molekuler yang terjadi dalam proses tersebut menyebabkan isomalt lebih stabil secara kimiawi dan enzimatik dibandingkan dengan sukrosa. Isomalt berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,45 sampai dengan 0,65 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori isomalt sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/kg. Fungsi lainnya yaitu bahan pengisi (filler), pencita rasa buah, kopi, dan coklat (flavor enhancer) (BPOM RI, 2008).

Isomalt termasuk dalam golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes tipe I dan II. JECFA menyatakan isomalt merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan Isomalt pada berbagai produk pangan berkisar antara 30.000 sampai dengan 500.000 mg/kg produk dan sebagian besar digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.9.Alitam

Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S.2,5 H2O atau L-α-Aspartil-N- [2,2,4,4-tetrametil-3-trietanil]-D-alanin amida, hidrat dan merupakan senyawa yang disintesis dari asam amino L-asam aspartat, D-alanin, dan senyawa amida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetra metiltienanilamin. Alitam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 2.000 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori 1,4 kkal/g


(43)

atau setara dengan 5,85 kJ/g. Penggunaannya dengan pemanis buatan lainnya bersifat sinergis (BPOM RI, 2008).

Alitam dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan diserap oleh usus berkisar antara 78 sampai dengan 93 % dan dihidrolisis menjadi asam aspartat dan alanin amida. Sedangkan sisa alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7 sampai dengan 22% dikeluarkan melalui feses. Asam aspartat hasil hidrolisis selanjutnya dimetabolisme oleh tubuh dan alanin amida dikeluarkan melalui urin sebagai isomer sulfoksida, sulfon, atau terkonjugasi dengan asam glukoronat. Oleh karena itu, CCC menyebutkan alitam aman dikonsumsi manusia. Sedangkan JECFA merekomendasikan bahwa alitam tidak bersifat karsinogen dan tidak memperlihatkan sifat toksik terhadap organ reproduksi. Konsentrasi yang tidak menimbulkan efek negatif pada hewan (level of no adverse effect) adalah sebanyak 100 mg/kg berat badan. Sementara ADI untuk alitam adalah sebanyak 0,34 mg/kg berat badan(BPOM RI, 2008).

CAC mengatur maksimum penggunaan alitam pada berbagai produk pangan berkisar antara 40 sampai dengan 300 mg /kg produk. Beberapa negara seperti Australia, New Zealand, Meksiko, dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam sebagai pemanis untuk berbagai produk pangan (BPOM RI, 2008).

2.10. Laktitol (Lactitol)

Laktitol dengan rumus kimia C12H24O11 atau 4-O-ß-D-Galactopyranosil-D- glucitol dihasilkan dengan mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol tidak dihidrolisis dengan laktase tetapi dihidrolisis atau diserap di dalam usus kecil.


(44)

Laktitol dimetabolisme oleh bakteri dalam usus besar dan diubah menjadi biomassa, asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas hidrogen (H2). Asam-asam organik selanjutnya dimetabolisme menghasilkan kalori. Laktitol stabil dalam kondisi asam, basa, dan pada kondisi suhu tinggi, tidak bersifat higroskopis dan memiliki kelarutan serupa glukosa. Laktitol berasa manis seperti gula tanpa purna rasa (aftertaste) dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,3 sampai dengan 0,4 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/g (BPOM RI, 2008).

Laktitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Hasil evaluasi Scientific Committee for Food of European Union pada tahun 1984 menyatakan bahwa konsumsi laktitol sebanyak 20 g/hari dapat mengakibatkan efek laksatif (BPOM RI, 2008).

JECFA menyatakan laktitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan laktitol pada berbagai produk pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.11. Maltitol (Maltitol)

Maltitol dengan rumus kimia C12H14O11 atau α-D-Glucopyranosyl-1,4-D glucitol termasuk golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Maltitol berbentuk kristal anhydrous dengan tingkat higroskopisitas rendah, dan suhu leleh, serta stabilitas yang tinggi. Dengan


(45)

karakteristik tersebut maltitol dimungkinkan bisa sebagai pengganti sukrosa dalam pelapisan coklat bermutu tinggi, pembuatan kembang gula, roti coklat, dan es krim. Maltitol berasa manis seperti gula dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,9 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1 kkal/g atau setara dengan 8,78 kJ/g. Fungsi lainnya yaitu pencita rasa (flavor enhancer), humektan, sekuestran, pembentuk tekstur, penstabil (stabilizer), dan pengental (thickener) (BPOM RI, 2008).

Maltitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.

JECFA menyatakan maltitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggu naan maltitol pada berbagai produk pangan berkisar antara 50.000 sampai dengan 300.000 mg/kg produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP / CPPB (BPOM RI, 2008).

2.12. Manitol (Mannitol)

Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6- hexane hexol merupakan monosakarida poliol dengan nama kimiawi Manitol berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut di dalam alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g. Fungsi lainnya yaitu anti kempal (anticaking agent), pengeras (firming agent), penegas cita


(46)

rasa (flavor enhancer), pembasah atau pelumas, pembentuk tekstur, pendebu (dusting agent), penstabil (stabilizer), dan pengental (thickener) (BPOM RI, 2008).

Manitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Konsumsi manitol sebanyak 20 g/hari akan mengakibatkan efek laksatif (BPOM RI, 2008)..

JECFA menyatakan manitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan manitol pada berbagai produk pangan sebanyak 60.000 mg/kg produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.13. Neotam (Neotame)

Neotam dengan rumus kimia C20H30N2O5 atau L-phenylalanine, N-[N-(3,3- dimethylbutyl)-L-α-aspartyl]-L-phenylalanine 1-methyl ester merupakan senyawa yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas cita-rasa yang unik dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam serta berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 7.000 sampai dengan 13.000 kali tingkat kemanisan sukrosa. Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai kalori. Penggunaan neotam dalam produk pangan dapat secara tunggal maupun kombinasi dengan pemanis lain seperti aspartam, garam asesulfam, siklamat, sukralosa, dan sakarin. Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah (BPOM RI, 2008).


(47)

Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil kajian komprehensif penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk anak-anak, wanita hamil, penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam aman dikonsumsi manusia. Selanjutnya neotam tidak bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik dan tidak berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian JECFA pada bulan Juni tahun 2003 di Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk neotam adalah sebanyak 0 sampai dengan 2 mg/kg berat badan (BPOM RI, 2008).

FDA dan FSANZ telah menyetujui penggunaan neotam sebagai pemanis dan pencita rasa. Penggunaan neotam dalam berbagai produk pangan antara lain sebanyak 2 sampai dengan 50 mg/kg produk untuk minuman ringan, sebanyak 6 sampai dengan 130 mg/kg produk untuk produk roti, sebanyak 800 sampai dengan 4000 mg/kg produk untuk sediaan, sebanyak 5 sampai dengan 50 mg/kg produk untuk produk susu), dan sebanyak 10 sampai dengan 1.600 mg/kg produk untuk permen karet (BPOM RI, 2008).

2.14. Silitol (Xylitol)

Silitol dengan rumus kimia C5H12O5 adalah monosakarida poliol (1, 2, 3, 4, 5 dan Pentahydroxipentane) yang secara alami terdapat dalam beberapa buah dan sayur. Silitol berupa senyawa yang berbentuk bubuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis. Silitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,4 kkal/g atau setara dengan 10,03 kJ/g (BPOM RI, 2008).


(48)

Silitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, menurunkan akumulasi plak pada gigi, dan merangsang aliran ludah dalam pembersihan dan pencegahan kerusakan gigi. JECFA menyatakan silitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan silitol pada berbagai produk pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk, dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.15.Sukralosa (Sucralose)

Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6- dideoxy- ß-D-fructofuranosyl -4-chloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside atau 4, 1′,6′ -trichlorogalactosucrose dengan rumus kimia C12H19Cl3O8 merupakan senyawa berbentuk kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, methanol dan alcohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori (BPOM RI, 2008).

Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita serta


(49)

terhadap sistem kekebalan. Oleh karena itu, maka sukralosa sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes baik tipe I maupun II (BPOM RI, 2010).

JECFA menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/kg berat badan. CAC mengatur maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120 sampai dengan 5.000 mg/kg produk (BPOM RI, 2008). 2.16. Tujuan Penggunaan Pemanis Sintesis

Pemanis ditambahkan kedalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut ( Yuliarti, 2007):

1. Sebagai pangan pada penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan pemanis sintesis untuk menghindari bahaya gula.

2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk mengurangi masukan kalori perharinya. Pemanis sintesis merupakan salah satu bahan pangan untuk mengurangi masukan kalori.

3. Sebagai penyalut obat. Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebur biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan


(50)

untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.

4. Menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintesis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi.

5. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintesis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintesis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi dialam.

2.17. Dampak Pemanis Buatan Terhadap Kesehatan

Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan (Cahyadi, 2006).


(51)

Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan pada produk makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar penggunaan jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada beberapa produk pangan seperti minuman (beverages), permen/kembang gula, permen karet, serta produk-produk suplemen kesehatan (Yuliarti, 2007).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan menyebutkan bahwa pemanis buatan tidak diizinkan penggunaanya pada produk pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu meliputi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya.


(52)

Penggunaan aspartam bagi orang yang menderita penyakit turunan yang dikenal sebagai fenilketonuria perlu mendapat perhatian khusus. Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak mampu memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan membatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkannya karena fenilalanin merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya jumlah fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin akan menumpuk dalam otak (Yuliarti, 2007).

2.18. Permen Karet

Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah sebagai ramuan utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat pengharum, dimana akan berangsur-angsur hilang oleh kunyahan (Belitz dan Grosch, 1986).

Permen karet ini pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama Thomas Adams, pada tahun 1872. Kisahnya bermula ketika di tahun 1870, si ahli foto bernama Thomas Adams ini mendapatkan sepotong karet yang biasa dikunyah oleh orang-orang dari suku Indian Meksiko. Dua tahun lamanya (1870-1872) ia mencoba melakukan penelitian apakah bahan yang kenyal itu bisa digunakan seperti karet biasa. Ternyata bahan yang kenyal itu tidak dapat digunakan seperti karet biasa. Usaha Adams sia-sia belaka. Akhirnya Adams mengunyah saja meniru orang Indian itu. Selanjutnya Thomas Adams mencoba menjual penemuannya itu ke sebuah perusahaan, namun ditolak. Dari situ Adams mencoba


(53)

memproduksi sendiri, yang akhirnya perusahaan permen karet Adams cukup terkenal dan terus berkembang hingga menjadi sebuah perusahaan permen karet terkenal di Amerika Serikat (Damayanti, 2004).

Dasar permen karet tersebut adalah campuran getah dari pohon karet yang tumbuh di hutan tropis atau perkebunan. Permen karet memaparkan kedalam potongan bujur atau membentuk butir dimana bersalut gula atau manisan. Aroma dan pembawa rasa terbuat dari sukrosa, gula, air gula atau pengganti pemanis lainnya dan kotoran minyak seperti spearmint, peppermint, dll (Belitz dan Grosch, 1986).

2.18.1. Manfaat Mengunyah Permen Karet

Manfaat Mengunyah Permen Karet (Damayanti, 2004), antara lain: 1. Dapat menyegarkan bau mulut.

2. Permen karet yang sifatnya melekat erat, dapat membersihkan sisa-sisa makanan pada permukaan gigi. Sering mengunyah permen karet dapat meningkatkan produksi air liur yang dapat membersihkan rongga mulut dan gigi dengan lebih baik, sehingga mengurangi resiko terbentuknya plak-plak gigi.

3. Mengunyah permen karet menyebabkan rongga mulut berulang-ulang melakukan gerakan mengigit, hal ini memperlancar aliran darah dibagian wajah dan juga melatih otot-otot untuk mengunyah dan menggigit. hasil penelitian seorang ahli di Amerika, mengunyah permen karet setiap hari selama 15 menit dapat bermanfaat bagi kesehatan.


(54)

2.18.2. Kerugian Mengunyah Permen Karet

Kerugian mengunyah permen karet antara lain (Damayanti, 2004):

1. Permen karet mengandung gula, dan gula dapat tertinggal di dalam rongga mulut dalam waktu lama, bakteri didalam mulut akan merubah gula menjadi asam yang akan mengurai kalsium gigi (email gigi) sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi. para ahli mengajurkan agar memilih permen karet xylitol sebagai pengganti gula, karena xylitol memiliki rasa dan nilai gizi yang sama dengan gula, namun tidak dapat difermentasi menjadi asam sehingga aman untuk gigi.

2. Riset di Swiss menunjukkan, sering mengunyah permen karet dapat merusak bahan tambalan gigi. Oleh karena itu orang yang menggunakan tambalan gigi dengan bahan air raksa sebaiknya jangan mengunyah permen karet, karena dengan mengunyah permen karet dapat mengurai senyawa air raksa tersebut, yang efeknya dapat meningkatkan jumlah kandungan air raksa dalam darah dan air kemih yang dapat menyebabkan hal negatif terhadap otak, susunan syaraf pusat dan ginjal.

3. Anak-anak yang mengunyah permen karet dalam waktu lama kemungkinan besar akan mempunyai kebiasaan menggertakkan gigi pada saat tidur karena otot-otot mulut dalam keadaan tegang, sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur mereka. Para ahli menyarankan agar anak-anak tidak mengunyah permen karet lebih dari 3-4 kali sehari dan tidak melampaui 10-15 menit.


(55)

4. Remaja yang sering mengunyah permen karet dapat beresiko memiliki bentuk wajah segi empat, karena otot-otot rahang mungkin terlalu terlatih sehingga sangat cepat pertumbuhannya.


(56)

2.19. Kerangka Konsep

Penelitian jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet dapat dijelaskan melalui kerangka konsep dibawah ini:

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Permen

Karet

Pemeriksaan Pemanis

buatan

Uji Kualitatif

Uji Kuantitatif

Permenkes RI No. 1168/Menkes /Per/X/1999

Sakarin Siklamat

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa jenis dan kadar pemanis buatan yang terdapat pada permen karet.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di warung-warung di daerah Padang Bulan dan pasar swalayan Carrefour di kota Medan. Dimana warung dan pasar swalayan tersebut menjual berbagai merek permen karet dan ramai dikunjungi oleh masyarakat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2010. 3.3. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah 10 merek produk permen karet yaitu:

1. Bubble Gum, 2. Big Babol,

3. Fisherman’s Friend, 4. Long Bar,

5. Tidak Bermerk, 6. Clorets,


(58)

7. Wah Tattoo, 8. Lotte Hot Wheers, 9. Happydent,

10.Happy Permen Karet. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap pemanis buatan yang terkandung pada permen karet.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan dan pengumpulan informasi berupa data-data yang relevan dengan penelitian ini.

3.5. Definisi Operasional

1. Permen Karet adalah permen kunyah yang memiliki ciri khas yaitu dapat dibuat untuk mengembangkan gelembung, warnanya beraneka ragam dan memiliki rasa tertentu.

2. Pemeriksaan laboratorium melalui Uji kualitatif yaitu pemeriksaan yang dilakukan mengetahui jenis zat pemanis yang terdapat pada sampel.

3. Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan kira-kira 200-700 kali sukrosa 10% dan mempunyai rasa pahit.

4. Siklamat adalah pemanis buatan yang intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa.


(59)

5. Pemeriksaan laboratorium melalui Uji kuantitatif yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar pemanis buatan pada sampel.

6. Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah peraturan pemerintah yang mengatur tentang zat pemanis yang diizinkan/ tidak diizinkan penggunaannya pada makanan.

7. Memenuhi syarat/ tidak memenuhi syarat adalah suatu kondisi dimana jenis dan kadar zat pemanis yang dipergunakan sesuai dengan/ tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Uji Kualitatif

3.6.1.1. Uji Kualitatif Sakarin

Untuk mengetahui jenis pemanis buatan yang terdapat dalam permen karet dapat dilakukan melalui pemeriksaan kualitatif.

1. Alat-alat a. Cawan penguap

b. Pipet ukur 5 ml dan 10 ml c. Pipet ukur 1 ml

2. Pereaksi

a. Larutan Asam Pospat 25% b. Larutan NaOH 5%

c. HCl 13%


(60)

Larutan 9 gram FeCl3.6H2Odalam aquadest hingga 100 ml. 3. Cara kerja

a. Timbang 5 gram sampel, larutkan dalam 5 ml NaOH 0,1 N. b. Residu dipanaskan, angkat lalu didinginkan.

c. Setelah residu dingin, larutkan dalam 10 ml HCl 2 N. d. Kemudian tambahkan setetes larutan FeCl3 1%. Pembacaan hasil

Apabila larutan berwarna ungu menunjukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk dari sakarin.

3.6.1.2. Uji Kualitatif Siklamat Cara kerja:

1. Timbang sampel sebanyak 100 gr dengan kertas saring Whatmann no. 40. 2. Ditambahkan 10 ml HCl 10% dan 10 ml BaCl2 10% didiamkan selama 30

menit lalu disaring kembali.

3. Ditambahkan 10 ml NaNO2 10% dan dipanaskan diatas penangas air lalu didinginkan.

4. Jika timbul endapan berarti sampel positif mengandung siklamat. 3.6.2. Uji Kuantitatif

Untuk mengetahui bagaimana kadar pemanis buatan yang terdapat dalam permen karet dapat dilakukan melalui pemeriksaan kuantitatif.

1. Alat-alat


(61)

b. Pipet ukur 5 ml c. Buret lengket 50 ml d. Kertas saring dan corong e. Cawan penguap

2. Pereaksi

a. Larutkan campuran Chloroform, etanol (9:1) b. Larutan HCl 5 %

c. Larutan NaOH 0.1 N

d. Indikator Brom Thymol Blue

3. Cara kerja

Prinsip : Na Sakarin terlebih dahulu dilarutkan dengan air kemudian dengan penambahan HCl. Kemudian sakarin dapat diekstrasi dengan kloroform:etanol (9:1) kemudian hasil ekstraksi dititrasi dengan larutan NaOH dimana dengan penambahan indicator Brom Thymol Blue titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru.

Prosedur kerja:

a. Timbang 15 gram sampel yang sudah dihomogenkan, masukkan kedalam corong pisah, dengan bantuan 50 ml aquadest. Tambahkan 5 ml HCl 3N. Ekstraksi dengan endapan sakarin dengan larutan kloroform: etanol (9:1), kocok sampai 15 menit, pisahkan kedalam Erlenmeyer (lapisan kloroform berada dibagian bawah).


(62)

b. Kedalam corong pisah tambah 15 ml larutan kloroform : etanol (9:1), kocok lagi dan pisahkan larutan kloroform, ulangi sekali lagi dengan menambahkan 10 ml kloroform etanol.

c. Hasil penyaringan campuran kloroform: etanol (9:1) masukkan lagi kedalam corong pisah yang lain (bersih) tambah 50 ml aquadest kemudian dititrasi. Pisahkan lapisan kloroform kedalam Erlenmeyer, lalu keringkan diatas pemanas air.

d. Setelah kering tambahkan 50 ml aquadest dan 5 tetes indicator Brom Thimol Blue.

e. Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru.

4. Perhitungan

Kadar sakarin (%) = VxNx18,32 x100% B

Keterangan : V = Volume pentiter (ml) N = Normalitas NaOH B = Berat sampel 3.7. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah dan disajikan dengan mengacu kepada Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Analisa Kualitatif Sakarin pada Permen Karet

Analisa Sakarin pada permen karet yang beredar di Kota Medan dilakukan pada 10 jenis permen karet. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya sakarin pada permen karet. Hasil analisa sakarin pada permen karet secara kualitatif dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Sakarin pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

No. Nama Sampel Berat

Sampel (g)

Hasil 1. Bubble Gum 15,018 Terjadi Warna Ungu 2. Big Babol 15,016 Tidak Terjadi Warna Ungu 3. Fisherman’s Friend 15,002 Tidak Terjadi Warna Ungu

4. Long Bar 15,014 Terjadi Warna Ungu

5. Tidak Bermerek 15,037 Terjadi Warna Ungu

6. Clorets 15,001 Tidak Terjadi Warna Ungu

7. Wah Tattoo 15,040 Terjadi Warna Ungu 8. Lotte Hot Wheers 15,180 Tidak Terjadi Warna Ungu 9. Happydent 15,012 Tidak Terjadi Warna Ungu 10. Happy Permen Karet 15,085 Terjadi Warna Ungu

Setelah dilakukan perlakuan dan diteteskan FeCl3 1% maka apabila larutan berwarna ungu menunjukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk dari sakarin. Dari tabel 4.1. dapat kita lihat ada 5 jenis permen karet yang mengandung sakarin yaitu Bubble Gum, Long Bar, Tidak Bermerek, Wah Tatto dan happy Permen Karet. Ada 5 jenis permen karet yang tidak mengandung sakarin yaitu Big Babol, Fisherman’s Friend, Clorets, Lotte Hot Wheers, Happydent. Dari kelima jenis permen karet yang mengandung sakarin, kita dapat memperoleh permen karet tersebut dari


(64)

warung-4.2.Hasil Analisa Kualitatif Siklamat Pada Permen Karet

Analisa Siklamat dilakukan pada 10 jenis pemen karet. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya siklamat pada permen karet. Hasil analisa siklamat pada permen karet secara kualitatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Siklamat pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

No. Nama Permen Karet Pengamatan Pemeriksaan Hasil 1. Bubble Gum Tidak ada endapan putih Negatif (-) 2. Big Babol Tidak ada endapan putih Negatif (-) 3. Fisherman’s Friend Tidak ada endapan putih Negatif (-) 4. Long Bar Tidak ada endapan putih Negatif (-) 5. Tidak Bermerk Tidak ada endapan putih Negatif (-) 6. Clorets Tidak ada endapan putih Negatif (-) 7. Wah Tattoo Tidak ada endapan putih Negatif (-) 8. Lotte Hot Wheers Tidak ada endapan putih Negatif (-) 9. Happydent Tidak ada endapan putih Negatif (-) 10. Happy Permen Karet Tidak ada endapan putih Negatif (-)

Dari pemeriksaan yang dilakukan pada 10 sampel permen karet, tidak ditemui adanya kandungan pemanis buatan jenis siklamat pada permen karet tersebut. Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya endapan putih pada larutannya.

4.3.Hasil Analisa Kuantitatif Sakarin Pada Permen Karet

Analisa kuantitatif sakarin dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya sakarin pada permen karet. Hasil analisa sakarin pada permen karet secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Sakarin pada Permen Karet yang beredar di Kota Medan Tahun 2010.

No. Nama Sampel Berat Sampel (g)

Volume Titrasi (ml)

Kadar Sakarin (mg/kg)


(65)

3. Fisherman’s Friend 15,002 - -

4. Long Bar 15,014 1,6 19,48

5. Tidak Bermerk 15,037 2,1 25,53

6. Clorets 15,001 - -

7. Wah Tattoo 15,040 1,2 14,58

8. Lotte Hot Wheers 15,180 - -

9. Happydent 15,012 - -

10. Happy Permen Karet 15,085 2,0 24,24

Perrmen karet yang mengandung sakarin yaitu Bubble Gum, Long Bar, Tidak Bermerek, Wah Tatto dan happy Permen Karet dihitung kadar sakarinnya. Dari kelima jenis permen karet tersebut diperoleh bahwa kadar sakarin tertinggi terdapat pada permen karet yang tidak bermerek yaitu sebesar 25,53 mg/kg, sedangkan kadar sakarin terendah terdapat pada permen karet jenis Bubble Gum yaitu sebesar 0,121 mg/kg.


(1)

Lampiran 1.

Komposisi Permen Karet. 1. Bubble Gum

Komposisi: Gula, Getah karet, Glukosa, Sirup Glukosa, Perisa Stroberi, Perisa Jeruk, Perisa Melon, Perisa Anggur, Perisa Apel, Glycerol, Lechitin, BHT.

2. Big Babol

Komposisi: Gula, Gum Base, Sirup Glukosa, Pemanis Buatan: Sorbitol (0,04 g/butir), Gliserin, Pengatur Keasaman: Asam Sitrat, Perisa Tutti Frutti, Pewarna Karmoisin Cl No. 14720, Mengandung Gula dan Pemanis Buatan. 3. Fisherman’s Friend

Komposisi: Gum Base, Pemanis Buatan (Sorbitol 0,43 g/butir, Maltitol 0,39 g/butir, Sirup Maltitol 0,05 g/butir, Aspartam 2,2 mg/butir, Asesulfam-K 1,4 mg/butir), Perisa Alami, Mentol dan Minyak Eukaliptus, Penstabilisasi: Gom Arab, Pewarna Makanan: Titanium Dioksida Cl 77891, Pengemulsi, Lesitin (Bunga Matahari), Camauba Wax, Mengandung Pemanis Buatan: Sorbitol. Konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan efek Laksatif, Mengandung Fenilalanin, Tidak cocok untuk Penderita Fenilketonuria.

4. Long Bar


(2)

5. Clorets

Komposisi: Gula, Gum Base, Corn Syrup, Aktizol (Menthol, Minyak Peppermint, Minyak biji kapas dan pewarna klorofil), pati termodifikasi, Pemanis Buatan (Aspartame 1098 mg/kg), Perisa, Pewarna (Biru Berlian Cl 42090 dan Tatrazin Cl 10140), mengandung Fenilalanin: tidak cocok untuk penderita Fenilkatonurik. Mengandung Agula dan Pemanis Buatan.

6. Wah Tattoo

Ingredients: Sugar, Glucose, Gum Base, Citric Acid, Artificial Flavors, Artificial Color (E 110, E102, E103).

7. Lotte Hot Wheers

Komposisi: Gula, Gum Base, Glukosa, Gliserin, Perisa Anggur, Pengatur Keasaman Asam Sitrat, Gelatin Sapi, Pati jagung, Pewarna Makanan Sintetik (Indigotin Cl. No. 73015/ E. 132, Merah Allura Cl. No. 16035/ E. 129, Ekstrak Anggur.

8. Happydent

Komposisi: Gula, Gum Base, Sirup Glukosa, Gom Arab,, Perisa ( Mentol, Peppermint), Pewarna: Titanium Dioksida Cl. No. 77891, Gliserin, Natrium Bikarbonat (Soda Kue), Pemanis Buatan Aspartam 1,2 mg/saji (Fenilketonurik: mengandung Fenil Alanin), Shellac, Carnaura Wax.

9. Happy Permen Karet

Komposisi: Gula, Glukosa, Sirup Jagung, Gum Base, Asam Sitrat, Perasa Buah, Pewarna Makanan.


(3)

Lampiran 2.

PerMenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan yang Dilarang Digunakan Dalam Makanan.

Nama Pemanis Sintesis

ADI Jenis Bahan Makanan Batas Maksimal Penggunaan

Sakarin (Garam Natrium)

0-2,5 mg

Makanan berkalori rendah j. Permen karet k. Permen l. Saus

m. Es krim dan

sejenisnya n. Es lilin o. Jam dan jeli p. Minuman ringan q. Minuman yoghurt r. Minuman ringan

fermentasi

j. 50mg/kg (sakarin) k. 100mg/kg (Na-sakarin) l. 300 mg/kg (Na-sakarin) m. 200 mg/kg (Na-sakarin) n. 300 mg/kg (Na-sakarin) o. 200 mg/kg (Na-sakarin) p. 300 mg/kg (Na-sakarin) q. 300 mg/kg (Na-sakarin) r. 50 mg/kg (Na-sakarin)

Siklamat (garam natrium dan garam kalsium)

Makanan berkalori rendah g. Permen karet h. Permen i. Saus j. Es lilin

k. Minuman yoghurt l. Minuman ringan

fermentasi

g. 500mg/kg dihitung sebagai asam siklamat

h. 1g/kg dihitung sebagai asam siklamat

i. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

j. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

k. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat

l. 500mg/kg dihitung sebagai asam siklamat

Sorbitol Kismis

Jam dan jeli, roti Makanan lain

5g/kg 300 g/kg 120 g/kg


(4)

Lampiran 3.

Contoh Perhitungan Kadar Pemanis Buatan pada Permen Karet. Dik: Volume Pentiter (V) pada Bubble Gum = 0,1 ml

Normalitas Na OH = 0,0998

Berat Sampl (B) = 15,018 gr (15018 mg) Kadar sakarin (%) = Vx N x18,32 x 100%

B

= 0,1x0,0998 x 18,32 x 100% 15018

= 0,00121% = 0,121mg/kg


(5)

Lampiran 7. Foto Dokumentasi

Gambar 1. Sepuluh sampel permen karet.


(6)

Gambar 3. Pemeriksaan Sakarin pada permen karet