BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan
yang dikonsumsi tadi, mempunyai nilai yang sangat penting tergantung dari macam- macam bahan makanannya untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan
perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan dan memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari Kartasapoetra, 2008.
Kadar zat makanan gizi pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu dengan memperhatikan “Empat
Sehat, Lima Sempurna” yang selalu dianjurkan pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanangizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia
guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya Kartasapoetra, 2008.
Sejauh mana makanan dapat mempengaruhi suatu penyakit, memang masih diperdebatkan. Menandai makanan yang mempunyai kerja mempengaruhi suatu
penyakit, sebagian besar masih berupa pengalaman yang perlu dibuktikan dengan penelitian. Baru sebagian kecil saja diantara makanan yang telah melewati liku-liku
penelitian klinis dan farmakologis yang terbukti punya andil pada suatu penyakit, mempercepat kesembuhan, atau malah membuat penyakit menjadi kambuh Sitorus,
2009.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 disebutkan setiap orang danatau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan
makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetik yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia,
hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan Depkes, 2009. Bahan Tambahan Makanan BTM atau sering pula disebut Bahan Tambahan
Pangan BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan Tambahan Makanan itu bisa
memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak. Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori BTM. Pertama, Bahan Tambahan Makanan yang bersifat aman,
dengan dosis yang tidak dibatasi, misalnya pati. Kedua, Bahan Tambahan Makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum
penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang,
misalnya zat pewarna yang sudah dilengkapi sertifikat aman Yuliarti, 2007. Pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan
sintesis. Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Pemanis buatan sintesis merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan,
tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contoh pemanis buatan yaitu Sakarin, Siklamat, Aspartam, Dulsin, Sorbitol Sintesis, Nitro-propoksi-anilin.
Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dalam produk pangan, antara lain nilai kalori,
Universitas Sumatera Utara
tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah dan organ tubuh manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai penggunaan pemanis
buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum penggunaannya Ambarsari, 2008.
Meskipun diizinkan untuk makanan, zat pemanis sintesis sakarin dan siklamat merupakan zat pemanis yang sebetulnya khusus ditujukan bagi penderita diabetes
ataupun konsumen dengan diet rendah kalori. Namun demikian, kini sakarin juga sering ditambahkan ke dalam makanan yang ditujukan untuk konsumen pada
umumnya bukan penderita diabetes. Padahal, pemanis ini diduga dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Seperti halnya sakarin, penggunaan
siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga ekskresi lewat urin dapat merangsang
pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus Yuliarti, 2007. Hasil penelitian Yayasan Lembaga konsumen Indonesia YLKI menunjukkan
bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong, dan es cokelat menggunakan kombinasi
sakarin dan siklamat. Jumlah sakarin yang terdapat didalam makanan jajanan tersebut berkisar antara 36,5-113 ppm, sedangkan jumlah siklamat yang terdeteksi
0,05-0,07 ppm. Walaupun pemanis sintesis tersebut terdapat pada jumlah yang masih dibawah batas maksimum tetapi berdasarkan Peraturan Menkes tahun 1988 jumlah
tersebut hanya digunakan untuk produk yang rendah kalori atau penderita diabetes mellitus dan bukan untuk produk konsumsi umum apalagi untuk anak-anak sekolah
Universitas Sumatera Utara
dasar, sedangkan berdasarkan penelitian Streetfood Project Proyek Makanan Jajanan di Bogor tahun 1989, diketahui bahwa hampir seluruh jenis es puter dan
minuman ringan yang diperiksa 251 sampel, ternyata mengandung siklamat Cahyadi, 2006.
Dalam Ambarsarie menyatakan bahwa pada salah satu sampel produk permen karet, bahan pemanis yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa jenis
pemanis buatan yaitu aspartam dan acesulfame K. Bagi produsen, kombinasi penggunaan bahan pemanis buatan dapat meningkatkan citarasa produk,
memperpanjang umur simpan, serta menurunkan biaya produksi. Polyol sorbitol dan maltitol dalam produk tersebut tidak berfungsi sebagai bahan pemanis, namun lebih
berfungsi sebagai pencitarasa, bahan pengisi, penstabil, antikempal, humektan, dan sekuestran.
Produk permen dan kembang gula merupakan produk yang tidak dapat terlepas dari penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun buatan. Penggunaan pemanis
buatan merupakan salah satu alternatif yang paling menguntungkan untuk mengurangi biaya produksi, sehingga penggunaan pemanis buatan dalam produk-
produk permen cenderung meningkat. Produsen umumnya berdalih bahwa penggunaan pemanis buatan dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan, yaitu
mencegah kerusakan gigi. Menurut hasil survei di Australia, produk permen dan minuman ringan merupakan produk dengan kandungan pemanis buatan yang paling
banyak dikonsumsi, yaitu masing-masing mencapai 27. Konsumen untuk produk ini sangat beragam, dari anak-anak sampai dengan orang tua. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
peraturan mengenai penggunaan pemanis dalam produk ini harus diperketat. Batas maksimum penggunaan pemanis buatan dalam produk permen dan kembang gula
yang ditetapkan Indonesia dapat dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan oleh Eropa dan Amerika, terutama untuk penggunaan pemanis jenis
aspartam. Permen karet adalah salah satu makanan jajanan yg disukai oleh orang dewasa
dan khususnya anak-anak. Jenis-jenis permen karet dari berbagai merk dapat kita temukan dengan lengkap di pasar-pasar swalayan dan juga dikedai-kedai sekitar kita.
Permen karet yang dijual dikedai juga kurang diperhatikan keamanannya oleh pemerintah. Apakah permen karet tersebut menggunakan bahan tambahan pangan
yang aman dikonsumsi atau tidak.
1.2. Perumusan Masalah