PEMBAHASAN
1. Sifat Kimia Tanah Sebelum Perlakuan
Sifat kimia tanah sebelum perlakuan memperlihatkan reaksi tanah yang asam serta kandungan bahan organik dan nitrogen yang sangat rendah. Sementara
kandungan P dan K dapat digolongkan tinggi. Hasil analisis pendahuluan memperlihatkan bahwa tanah yang digunakan
dalam penelitian ini terjadi ketidak seimbangan antara hara N, P dan K. Terutama unsur hara N dengan tingkat ketersediaan yang sangat rendah ditanah dimungkinkan
karena tingkat pencucian yang tinggi serta sumber N yang berasal dari bahan organik sangat rendah. Dalam pengelolaan tanah ini walaupun unsur P dan K sudah
digolongkan sangat tinggi pemberian bahan organik dan penambahan sumber N dari pupuk adalah sangat diperlukan. Menurut Mengel dan Kirby 1979 tanaman untuk
pertumbuhannya memerlukan unsur hara yang seimbang. Kekurangan N dapat menyebabkan terganggunya penyerapan P dan K. Selanjutnya Taslim dkk 1993
melaporkan bahwa pupuk N dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan P dan K untuk masa pertumbuhan tanaman. Khususnya penggunaan
tanaman hybrida sangat respon terhadap pemupukan N.
2. Sifat Kimia Tanah Setelah Perlakuan
Nitrogen total ditanah setelah perlakuan rata-rata meningkat dengan pemberian pupuk. Sedangkan dengan pemberian CMA saja rata-rata tidak
Musfal : Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula CMA Terhadap Pemberian Pupuk Spesifik Lokasi Tanaman…, 2008 USU e-Repository © 2008
memperlihatkan perbedaan yang nyata. Lebih responnya pengaruh pupuk dalam penelitian ini dikarenakan tanah yang digunakan mengandung unsur N yang sangat
rendah. Namun bila pemberian pupuk sebanyak 75 dari dosis rekomendasi dan diikuti dengan penambahan 10 atau 15 g CMA pot
-1
mampu memberikan N-total yang tertinggi 0.13.
Ketersediaan P dan K tidak memperlihatkan peningkatan yang nyata dengan pemberian pupuk dan CMA. Namun ada kecenderungan terjadinya peningkatan.
Tidak nyatanya peningkatan unsur P dan K ditanah dalam penelitian ini dikarenakan tanah yang digunakan mengandung P dan K yang sangat tinggi. Ketersediaan P
tertinggi 36.87 ppm adalah pada pemberian 10 g CMA bila dibandingkan dengan tanpa pemberian P tersedia meningkat hingga 16.94 ppm. Hal ini memperlihatkan
bahwa CMA sangat berperan dalam mengambil P melalui jaringan hifa ekternalnya serta dengan enzim fosfatase yang dikeluarkannya mampu melepaskan P yang
terfiksasi ditanah Bolan, 1991. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Hasanudin 2003 bahwa dengan pemberian CMA ketersediaan P meningkat hingga
14.75 ppm pada tanah ultisol. Kalium terbanyak 1.33 me 100g
-1
diperoleh pada pemberian 100 dari rekomendasi pupuk dan terendah 0.82 me 100g
-1
pada tanpa pemberian. Rata-rata dengan penambahan CMA memberikan K yang lebih rendah. Terjadinya hal ini
dimungkinkan dengan adanya CMA menginfeksi akar, K yang terdapat dalam larutan tanah akan terabsorpsi oleh jaringan hifa dan selanjutnya melalui jaringan pembuluh
akan ditransfer ketanaman dengan demikian K yang ada dalam larutan tanah akan
Musfal : Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula CMA Terhadap Pemberian Pupuk Spesifik Lokasi Tanaman…, 2008 USU e-Repository © 2008
berkurang. Pendapat yang sama juga dikemukkan oleh Bolan 1991 bahwa tanaman yang terinfeksi CMA melalui jaringan hifanya mampu menyerap air dan sekali gus
membawa unsur hara seperti N, P dan K yang selanjutnya ditransfer ke tanaman. Untuk pengelolaan pada tanah yang digunakan dalam penelitian ini sangat
perlu dilakukan secara pendekatan PHSL dan pemberian CMA. Cara ini kebutuhan pupuk disesuaikan dengan kandungan hara ditanah dan kebutuhan tanaman
Dobermann dkk, 2003. Sedangkan CMA sendiri dapat memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah. Selanjutnya menurut Buckman dan Brady 1964 pemberian pupuk
yang berlebihan terutama pada tanah-tanah yang bereaksi masam akan dapat meningkatkan fiksasi hara tersebut serta terjadinya defisiensi terhadap hara lainnya.
3. Bobot Kering Tanaman