Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) pada Gigi-gigi Kelinci Jantan (Penelitian In Vivo)

(1)

EFEK ANALGETIK EKSTRAK LERAK (SAPINDUS RARAK

DC) PADA GIGI-GIGI KELINCI JANTAN

(PENELITIAN IN VIVO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

FITRAH UTARI BAKTI NIM : 060600013

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Fitrah Utari Bakti

Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) pada Gigi-gigi Kelinci Jantan (Penelitian In Vivo)

x + 56 halaman

Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri topikal yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Namun, sitotoksisnya menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya, sehingga perlu dicari bahan alami alternatif sebagai pereda nyeri gigi. Lerak dipilih karena diduga memiliki efek analgetik, hal ini kemungkinan karena flavonoid, alkaloid, saponin yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan.

Penelitian dimulai dengan memperoleh bahan coba, yaitu ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut etanol sehingga diperoleh ekstrak kental. 24 kelinci jantan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%, dan kontrol negatif (CMC 0,5%), kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci dipreparasi hingga mencapai ruang pulpa dan bahan coba diaplikasikan sebanyak 10 mikroliter ke masing-masing kavitas gigi, elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi, voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0


(3)

hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (menjilat), pencatatan nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Uji statistik Analisis Varians dua arah menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara CMC 0,5% (kontrol negatif), ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%, namun tidak berbeda nyata antara ekstrak lerak 2,5% dengan 5%, dan 5% dengan 7,5%.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 6 SEPTEMBER 2010

OLEH : Pembimbing

NIP : 19631117 199203 2 004 Nevi Yanti, drg., M.Kes

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

NIP : 19500828 197902 2 001


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi berjudul

EFEK ANALGETIK EKSTRAK LERAK (SAPINDUS RARAK DC) PADA GIGI-GIGI KELINCI JANTAN

(PENELITIAN IN VIVO)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 060600013 FITRAH UTARI BAKTI

Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 6 September 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

19631117 199203 2 004 Nevi Yanti, drg., M.Kes

Anggota tim penguji lain

Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG Cut Nurliza,drg., M.Kes NIP : 19500828 197902 2 001 NIP : 19560105 198203 2 002

Medan, 6 September 2010 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, H. Drs. Bakri dan Yetti Murni S.Pd yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta, bimbingan dan semangat yang tidak akan terbalaskan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk adik-adikku dan tanteku yaitu Mardhatilla Bakti, Puji Rahimah Bakti dan Gita Amanda Bakti , dan tante Yusmayanti yang telah memberi banyak dukungan.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

3. Nevi Yanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Mimi Marina Lubis, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis.

6. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt, Imam Bagus Sumantri, S.Farm, Puji Lestari S.Farm, Muhammad Alfarouq dan seluruh staf laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara yang turut membantu mengerjakan penelitian ini. 7. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi

Fakultas MIPA USU atas pemikirannya dalam pelaksanaan skripsi ini 8. Joko krismanto harianja S.Si atas bantuan modifikasi alat

9. Teman-teman terbaikku Ratih, Nadia, Ina, Rani, Uul, Regi, Boy, Tia atas dukungan, semangat, doa, harapan dan kebersamaan kita selama saya mendapat pendidikan di FKG USU ini.

10. Ica, Tiwi, Lusi, Mita, Yumi, Manda, Swastika, Tika, Halida, dan Willi atas bantuan, dukungan, saran dan kebersamaan selama penelitian ini berlangsung. 11. Teman-teman angkatan 2006 dan senior-senior yang telah memberikan


(8)

12. Kak Fania, Kak Lia, dan Kak Roza, Bang Adi yang selalu meluangkan waktunya dan memberikan masukan, motivasi dan bimbingan yang sangat berguna selama saya mengerjakan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 6 September 2010

Penulis,

Fitrah Utari Bakti


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

KATA PENGANTAR....……….. iv

DAFTAR ISI..………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN...……… xii

DAFTAR GRAFIK... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……..……….….. 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian……….... 4

1.4 Manfaat Penelitian……….…. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Lerak (Sapindus rarak DC)... ... 6

2.2 Nyeri Intradental... 8

2.3 Kelinci sebagai Hewan Coba... 11

2.4 Kymograph sebagai alat pencatat respon nyeri... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep……….……...………. 13


(10)

4.1 Rancangan Penelitian……….... 16

4.2 Populasi, Sampel, dan Besar sampel...……... 16

4.3 Variabel Penelitian ………..………...……... 18

4.4 Definisi Operasional……….………... 20

4.5 Bahan dan Alat Penelitian... ………...………... 21

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian... 23

4.7 Prosedur Penelitian... 23

4.8 Perhitungan persen proteksi (efek analgetik)... 34

4.8 Analisa Data... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Ekstrak kental lerak... 35

5.2 Uji efektifitas analgetik………... 35

BAB 6 PEMBAHASAN... 39

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 43

7.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 45


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji Analsisis Varians dua arah (ANOVA)... 34 2. Hasil uji LSD antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

dengan suspensi esktrak lerak 2,5%, 5%, dan 7,5%... 35 3. Hasil uji LSD antara kelompok kontrol perlakuan pada menit


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah lerak yang berasal dari Desa Maga, Kecamatan Panyabungan

Tapanuli Selatan... 7

2. Skema proses terjadinya nyeri nosiseptif... 10

3. Penimbangan buah lerak... 24

4. Pemotongan daging buah... 24

5. Lemari pengering... 24

6. Potongan lerak di lemari pengering... 25

7. Potongan lerak yang sudah kering... 25

8. Potongan lerak diblender... 25

9. Simplisia lerak... 25

10. Simplisia di dalam perkolator... 25

11. Vaccum rotavapor...………... 25

12. CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas... 26

13. Penggerusan CMC... 26

14. Suspensi CMC 0,5% (b/v)... 26

15. Suspensi CMC 0,5% disimpan di dalam pot... 26

16. Ektrak lerak ditimbang... 27

17. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan larutan CMC... 28

18. Penggerusan ……….………..…………... 28

19. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan air suling hingga volume 100 ml……….... 28


(13)

20. Ekstrak lerak konsentrasi 7,5%... 28

21. Ekstrak lerak konsentrasi 5%... 28

22. Ekstrak lerak konsentrasi 2,5%... 28

23. Kelinci dipasung………. 31

24. Telinga kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%... 32

25. Bulu telinga kelinci digunting……….... 32

26. Anastesi Intraven melalui pembuluh marginal ear vein………... 32

27. Pengeburan gigi kelinci sampai ruang pulpa……...……..…. 32

28. Daerah kerja dibersihkan dengan 2 ml aquades………. 32

29. Gigi kelinci dikeringkan dengan kapas……….…. 32

30. Gigi kelinci dikeringkan paper point... 32

31. Elektroda dimasukkan ke ruang pulpa gigi……….… 33

32. Voltase dinaikkan dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking……… 33

33. Reaksi licking (menjilat) pada kelinci... 33

34. Injeksi suspensi CMC / ektrak lerak………...….... 33

35. Elektroda dimasukkan ke ruang pulpa gigi……… 33

36. Voltase dinaikkan dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking……… 33


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) ... 48 2. Alur pengujian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC)

terhadap gigi-gigi kelinci jantan... 49 3. Data penelitian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC)

pada gigi-gigi kelinci jantan………... 51 4. Hasil uji statistika efek analgetik ekstrak buah lerak


(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Rata-rata nilai voltase CMC 0,5% ( kontrol negatif), ekstrak lerak


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Fitrah Utari Bakti

Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) pada Gigi-gigi Kelinci Jantan (Penelitian In Vivo)

x + 56 halaman

Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri topikal yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Namun, sitotoksisnya menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya, sehingga perlu dicari bahan alami alternatif sebagai pereda nyeri gigi. Lerak dipilih karena diduga memiliki efek analgetik, hal ini kemungkinan karena flavonoid, alkaloid, saponin yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan.

Penelitian dimulai dengan memperoleh bahan coba, yaitu ekstraksi 940 gram buah lerak dengan pelarut etanol sehingga diperoleh ekstrak kental. 24 kelinci jantan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%, dan kontrol negatif (CMC 0,5%), kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci dipreparasi hingga mencapai ruang pulpa dan bahan coba diaplikasikan sebanyak 10 mikroliter ke masing-masing kavitas gigi, elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi, voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0


(17)

hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (menjilat), pencatatan nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Uji statistik Analisis Varians dua arah menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara CMC 0,5% (kontrol negatif), ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%, namun tidak berbeda nyata antara ekstrak lerak 2,5% dengan 5%, dan 5% dengan 7,5%.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kedaruratan endodonsia merupakan tantangan baik bagi penegak diagnosis maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam beberapa aspek endodonsia karena ketidakberhasilan dalam pengaplikasiannya akan menimbulkan akibat serius bagi pasien. Nyeri, misalnya, tetap tidak akan hilang jika diagnosisnya tidak tepat atau perawatannya tidak benar, dan sesungguhya keadaan ini bisa memperparah keadaan.

Nyeri atau pembengkakan sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Penyebab kedaruratan seperti ini adalah kombinasi iritan yang menginduksi inflamasi hebat di dalam pulpa dan atau jaringan periradikuler. Nyeri timbul akibat dua faktor yang terkait inflamasi yakni, mediator kimia dan tekanan.1

Eugenol merupakan bahan pereda nyeri topikal yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi,2-4 bahan ini digunakan untuk meredakan rasa sakit dari berbagai macam sumber, termasuk pulpitis.3 Selain memiliki sifat pereda nyeri, eugenol juga bersifat antiinflamasi, antimikrobial, antifungal, antiviral, dan antiseptik.3,4 Namun, sitotoksisnya dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya.1

Dalam dua dasa warsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari bahan alam (obat tradisional) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara


(19)

berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional dimana didalamnya termasuk penggunaan obat-obat bahan alam. Menurut data Secretariat Convention on Biological Diversity, pasar global obat alam mencakup bahan baku pada tahun 2000 mencapai nilai US$ 43 miliar.Indonesia merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya dua di dunia setelah Brazilia. Di antara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup di kepulauan Indonesia, diketahui sekurang-kurangnya 9600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat, dan kurang dari 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional.5

Untuk mendukung Keputusan Mentri Kesehatan RI, Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang Kebijakan obat tradisional diatas, maka perlu dicari bahan alternatif pereda nyeri yang berasal dai bahan alam. Buah lerak (Sapindus rarak DC) dapat menjadi salah satu alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan pereda nyeri. Pada umumnya buah ini digunakan untuk mencuci kain batik supaya awet, warnanya tetap bagus dan tidak luntur. Secara tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat, obat eksim dan kudis.6,7 Penelitian Fadhilna I membuktikan bahwa ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans lebih baik dari NaOCl 5%,8 Sementara pada penelitian Sanny dibuktikan bahwa 0,25% ekstrak buah lerak dan 0,01% saponin buah lerak mempunyai efek antibakteri terhadap F.Nucleatum.9 Selain itu pada penelitian Juni F


(20)

dibuktikan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap Candida albicans lebih baik dari NaOCl 5%.10

Buah lerak diduga memiliki efek analgetik. Hal ini kemungkinan karena kandungan flavonoid, alkaloid, saponin yang terdapat pada buah lerak.11 Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di Sistem Saraf Pusat.11 Sementara saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun.12

Dari uraian diatas, belum ada penelitian efek analgetik ekstrak buah lerak yang dapat berguna untuk membantu mengatasi rasa nyeri pada kasus kedaruratan endodonsia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian efek analgetik ekstrak buah lerak. Pada penelitian ini digunakan tiga rentang konsentrasi yang didapat dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ekstrak buah lerak dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% yang diujikan pada gigi-gigi kelinci jantan. Pada penelitian ini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode stimulasi pulpa gigi. Stimulasi yang diberikan berupa rangsangan listrik menggunakan frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan sebagai indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik., dimana voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking.13


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan? 2. Apakah ada perbedaan efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci

jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%?

3. Berapakah durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%?

4. Pada menit keberapakah puncak efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan 2. Untuk mengetahui perbedaan efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi

kelinci jantan pada konsentrasi yang berbeda.

3. Untuk mengetahui durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%

4. Untuk mengetahui waktu puncak efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut apakah ekstrak lerak dapat dimanfaatkan sebagai bahan pereda nyeri gigi


(22)

2. Sebagai informasi bagi dokter gigi tentang manfaat dan efek analgetik ekstrak buah lerak

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan menggunakan bahan alami, mudah didapat, dengan harga yang terjangkau 4. Meningkatkan pengembangan material kedokteran gigi yang berasal dari

bahan alam dan bersifat biokompatibel tinggi dengan cara kerja yang berbeda dengan bahan yang terdahulu

5. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

mengembangkan pembudidayaan bahan tradisional buah lerak sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ekstrak lerak diharapkan dapat dikembangkan menjadi bahan pereda nyeri gigi yang bersifat biokompatibel terhadap jaringan dan memiliki efek analgetik. Pada bab ini akan dibahas secara lengkap mengenai buah lerak (Sapindus rarak DC) dan nyeri intradental.

4.1Buah lerak (Sapindus rarak DC)

Menurut taksonominya, Sapindus rarak dikalsifikasikan dalam :

• Divisi : Spermatophyta

• Subdivisi : Angiospermae

• Kelas : Dycotyledonae

• Bangsa : Sapindales

• Suku : Sapindaceae

• Marga : Sapindus

• Spesies : Sapindus rarak

Nama umumnya adalah lerak. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama Rerek, penduduk Jambi menyebutnya Kalikea, masyarakat Minang menyebutnya Kanikia. Di Palembang tanaman ini dikenal dengan nama Lamuran, di Jawa tanaman ini dikenal dengan nama Lerak atau Werak dan Tapanuli Selatan dikenal dengan nama buah sabun.


(24)

Sapindus rarak merupakan tanaman rimba yang tingginya mencapai 42 m dan batangnya 1 m. Tanaman ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 dan 1500 m diatas permukaan laut. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih kotor. Daun tanaman ini majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga tanaman ini melekat di pangkal, kuning, dan daun mahkotanya empat. Tanaman ini mempunyai buah yang keras, bulat, diameter + 1,5 cm dan berwarna kuning kecoklatan (Gambar 1). Biji tanaman ini tunggang dan kuning kecoklatan. Buah lerak terdiri dari 73% daging buah dan 27% biji.6

Gambar 1. Buah lerak yang berasal dari Desa Maga, Kecamatan Panyabungan, Tapanuli Selatan (skala = 1 cm).

Secara tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat, obat eksim dan kudis.6,7 Sementara khasiat farmakologiknya antara lain adalah sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.14

Pada penelitian Nunik SA disebutkan bahwa senyawa saponin, alkaloid, steroid, dan triterpen yang dikandung oleh buah lerak secara berurutan adalah 12%,


(25)

1%, 0,036%, dan 0,029%.14 Kandungan utama lerak adalah saponin yang berfungsi sebagai detergen.6 Hal ini dibuktikan pada penelitian Dyatmiko W, dkk yang mendapatkan saponin 20% dari buah lerak.7 Saponin buah lerak pada konsentrasi 0,008% dapat membersihkan dinding saluran akar gigi lebih baik dari NaOCl 5%. Berbagai khasiat farmakologik dari saponin adalah antiinflamasi, antimikroba, antijamur, antivirus, ekspektoran, antiulser, perbaikan sintesa protein, stimulasi dan depresi susunan saraf pusat dan molusida serta sebagai ekspektoran.15

Disamping itu, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dan dan antifungal yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian. Penelitian Fadhilna I membuktikan bahwa ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans lebih baik dari NaOCl 5%,8 Sementara pada penelitian Sanny dibuktikan bahwa 0,25% ekstrak buah lerak dan 0,01% saponin buah lerak mempunyai efek antibakteri terhadap F.Nucleatum.9 Selain itu pada penelitian Juni F dibuktikan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap Candida albicans lebih baik dari NaOCl 5%.10

2.2. Nyeri intradental

Menurut The International Association for the study of pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang akan menyebabkan kerusakan jaringan.16,17 Reseptor neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nosiseptor ini terdapat seluruh


(26)

sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, dan kejang otot.18

Mekanisme nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus noksius pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini stimulus noksius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medula spinalis menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptif tidak selalu menimbulkan reaksi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi nosiseptif. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses modulasi sinyal tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri relai menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan (Gambar2).16


(27)

Gambar 2. Skema proses terjadinya nyeri nosiseptif 16

Penelitian menunjukkan bahwa nyeri orofasial yang paling sering terjadi pada gigi,18 yang disebabkan oleh penyakit inflamasi pada jaringan pulpa, maupun daerah penyangganya.1 Jaringan pulpa gigi terdiri dari perivaskuler dan perineural yang dikelilingi oleh jaringan keras yaitu dentin dan email. Saraf sensorik gigi berasal dari cabang nervi kranialis yaitu N.Trigeminus (N.V.). Hasil penelitian hitopatologis yang dilakukan Fearhead, Dahl dan Myor, Holland menunjukkan bahwa saraf sensorik gigi terdiri dari serabut-serabut saraf tipe A-δ (bermielin) dan serabut-serabut saraf tipe-C (nonmielin). Ujung saraf intradental yang merupakan ujung saraf bebas terletak pada


(28)

daerah batas dentin (inner dentin) dan pulpa, sehingga dengan lokasi ujung saraf serta adanya cairan tubulus dentin menyebabkan ujung saraf intradental sangat ideal menerima rangsang eksternal dan diteruskan ke susunan saraf pusat.19

Pada proses inflamasi, proses nyeri terjadi akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Mediator nyeri (autacoids) terdiri atas histamine, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.17 Mediator ini akan menyebabkan nyeri baik secara langsung dengan jalan menurunkan ambang rangsang serabut saraf sensoris, atau secara tidak langsung dengan jalan menigkatkan permeabilitas vaskuler yang akan menimbulkan edema, edema ini kemudian akan menyebabkan meningkatnya tekanan cairan yang secara langsung akan menstimulasi reseptor nyeri.1

2.3 Kelinci sebagai hewan coba

Hewan coba memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan biomedis khususnya. Terlebih lagi, hasil penelitian pada hewan coba dapat menjadi dasar untuk percobaan-percobaan klinis dan pengobatan masa depan.20

Kelinci telah banyak digunakan pada penelitian biomedis. Hewan ini memilki kedekatan secara genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa penelitian penggunaan kelinci dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tikus karena ukurannya yang lebih besar dan lebih mudah dalam melakukan manipulasi bedah.21 Penggunaan kelinci semakin diperluas, karena kemudahan dalam menanganinya dan harganya yang efektif.22


(29)

Terdapat 3 jenis kelinci yang sering digunakan pada penelitian biomedis, yaitu : New Zealand White, Dutch Belted, dan Flernish Giant. 22 Kelinci memiliki 6 gigi insisivus. Terdapat 4 gigi insisivus maksila, 2 pada sisi labial, yang memiliki groove vertical pada garis tengahnya, dan 2 gigi rudimenter pada sisi palatal. Terdapat diastema yang besar diantara gigi insisivus dengan gigi premolar. Gigi premolar memiliki bentuk yang mirip dengan gigi molar, keduanya sering disebut gigi pipi.23

2.4. Kymograph sebagai alat pencatat respon nyeri

Elektroda pencatat menurut jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Elektroda pencatat dengan dua elektroda yang berfungsi sebagai anoda dan katoda (bipolar)

b. Elektroda pencatat dengan satu elektroda (monopolar).19

Teknik pencatatan aktivitas sensorik intra dental pada hewan coba dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Pencatatan yang dilakukan dari saraf sensorik dalam hubungannya dengan sistem saraf pusat sesudah saraf meninggalkan foramen apikal

b. Pencatatan yang dilakukan sebelum saraf meninggalkan gigi, dengan meletakkan elektroda pencatat pada saraf yang terdapat pada daerah dentin atau pulpa. 19

Pada penelitian ini alat pencatat yang digunakan adalah kymograph, dengan memanfaatkan elektroda bipolar yang ada pada alat tersebut, dan meletakkan


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Saponin Alkaloid Flavonoid Polifenol Inflamasi pada pulpa Obat pereda nyeri gigi

Ekstrak buah lerak (konsentrasi 2,5%,5%, dan

7,5%)

Nyeri gigi

Pembebasan mediator biokimiawi

Serabut saraf tipe-C (nonmielin) Serabut saraf

tipe A-δ (bermielin)

Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci memberikan respon licking,

pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60,

frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus 0,2 mA Rangsangan pada saraf sensorik gigi

Sensasi nyeri yang terputus-putus dan menusuk-nusuk dengan intensitas yang tinggi Sensasi nyeri yang terus menerus dengan internsitas yang lebih rendah Penurunan rasa nyeri ?


(31)

Pada proses inflamasi pulpa, proses nyeri terjadi akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Mediator nyeri (autacoid) terdiri atas histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.20 Pembebasan mediator tersebut merangsang saraf sensorik gigi. Saraf sensorik gigi terdiri dari serabut-serabut saraf tipe A-δ (bermielin) yang menimbulkan sensasi nyeri yang terputus-putus dan menusuk dengan intensitas tinggi, dan serabut-serabut saraf tipe-C (nonmielin) yang menimbulkan sensasi nyeri terus-menenus dengan intensitas rendah.22 Untuk mengatasi nyeri tersebut diperlukan obat pereda nyeri, bahan pereda nyeri yang digunakan adalah ekstrak lerak. Kandungan kimia ekstrak lerak adalah saponin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Mekanisme analgetik (pereda nyeri) ekstrak lerak kemungkinan berasal dari senyawa aktif yang dikandungnya seperti saponin, alkaloid, dan flavoniod. Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf pusat.11 Sementara Saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun.12 Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci memberikan respon licking, pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60, frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus 0,2 mA.13


(32)

3.2Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konsep di atas dapat ditarik hipotesa bahwa:

1. Ada efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan

2. Ada perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%

3. Ada durasi efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%

4. Ada waktu puncak efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian : Rancangan Acak Lengkap Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

4.2 Populasi, Sampel, dan Besar sampel 4.2.1 Populasi : Kelinci Dutch jantan 4.2.2 Sampel : Kelinci Dutch jantan Kriteria inklusi kelompok sampel :

Kelinci Dutch jantan dengan berat badan 1,5-1,8 kg

Kelinci Dutch jantan dengan rentang umur 3-4 bulan

Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus atas kanan dan kiri Kriteria eksklusi kelompok sampel

Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus atas kanan dan kiri yang mengalami maloklusi

4.2.3 Besar sampel

Penelitian ini menggunakan 4 kelompok, yaitu

Kelompok 1 : diberi suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%

• Kelompok 2 : diberi suspensi lerak 2,5%

• Kelompok 3 : diberi suspensi lerak 5%


(34)

Jumlah kelinci (ulangan) untuk setiap kelompok (perlakuan) ditentukan berdasarkan rumus Federer 24, yaitu :

(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) > 15 r > 6

Jadi besar sampel yang dipakai dari setiapkelompok perlakuan adalah 6. Keterangan : t = jumlah perlakuan


(35)

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel bebas: Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%, suspensi ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5%.

Variabel tidak terkendali

• Perlakuan terhadap buah lerak selama tumbuh

• Lingkungan (kondisi tanah dan iklim) tempat tumbuh buah lerak

• Lamanya penyimpanan buah lerak setelah dipetik dipohon sampai ekstraksi buah lerak

• Perlakuan terhadap kelinci dari lahir sampai usia dilakukannya percobaan

• Variasi struktur anatomis gigi insisivus atas kanan kelinci

Variabel terkendali

• Asal buah lerak

• Suhu (50°C) penguapan dengan rotavapor

Waktu penguapan rotavapor

Jenis kelinci Dutch

• Jenis kelamin kelinci jantan

• Umur kelinci 3-4 bulan

• Berat kelinci 1,5-1,8 kg

• Lama waktu adaptasi kelinci didalam kandang 1 minggu

• Kondisi kandang kelinci

Kondisi kymograph

• Jenis dan bentuk mata bur (bur silindris)

• Kecepatan putar dari bur (sedang)

• Jumlah larutan yang

diaplikasikan ke ruang pulpa gigi (20 mikro liter)

• Keterampilan operator

• Gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci

Variabel bebas

• Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%, suspensi ekstrak lerak 2,5%,5%, 7,5

Variabel tergantung

• Efek analgetik, dinyatakan dengan nilai voltase yang diukur dengan menggunakan kymograph (Universal model, Harvard, USA) pada frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA.


(36)

4.3.2 Variabel tergantung: Efek analgetik, dinyatakan dengan nilai voltase yang diukur dengan menggunakan kymograph (Universal model, Harvard, USA) pada frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA.

4.3.3 Variabel terkendali a. Asal buah lerak

b. Suhu (50°C) penguapan dengan rotavapor c. Waktu penguapan rotavapor

d. Jenis kelinci Dutch

e. Jenis kelamin kelinci jantan f. Umur kelinci 3-4 bulan g. Berat kelinci 1,5-1,8 kg

h. Lama waktu adaptasi kelinci didalam kandang 1 minggu i. Kondisi kandang kelinci

j. Kondisi kymograph

k. Jenis dan bentuk mata bur (bu silindris) l. Kecepatan putar dari turbin bur (sedang)

m. Jumlah larutan yang diaplikasikan ke ruang pulpa gigi (20 mikro liter) n. Keterampilan operator


(37)

4.3.4 Variabel tidak terkendali

a. Perlakuan terhadap lerak selama tumbuh

b. Lingkungan (kondisi tanah dan iklim) tempat tumbuh buah lerak c. Lamanya penyimpanan buah lerak setelah dipetik dipohon sampai

ekstraksi buah lerak

d. Perlakuan terhadap kelinci dari lahir sampai usia dilakukannya percobaan

e. Struktur anatomis gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci.

4.4 Definisi Operasional

a. Ekstrak lerak adalah ekstrak yang diperoleh dengan melarutkan 520 gr serbuk simplisia dalam pelarut etanol 96% dan diperoleh ekstrak kental

b. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 2,5% adalah ekstrak sebanyak 2,5 gr (2,5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus, ditambahkan air suling sampai volume 100 ml. c. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 5% adalah ekstrak sebanyak 5 gr

(5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus, ditambahkan air suling sampai volume 100 ml.

d. Suspensi ekstrak lerak konsentrasi 7,5% adalah ekstrak sebanyak 7,5 gr (7,5%) yang ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus, ditambahkan air suling sampai volume 100 ml.


(38)

e. Kelinci percobaan adalah kelinci jantan jenis dutch, berat 1,5-1,8 kg, umur 3-4 bulan, yang diberikan ektrak lerak dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% dengan cara menginjeksikannya kedalam kavitas pulpa gigi insisivus kanan dan kiri atas yang dicapai dengan jalan pengeboran gigi kelinci.

f. Efek analgetik adalah nilai voltase yang dicatat dengan menggunakan kymograph (frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 setelah ekstak lerak diaplikasikan ke kavitas pulpa kelinci) pada saat kelinci memberikan reaksi licking (menjilat) yang merupakan respon kelinci ketika merasakan nyeri.

4.5 Bahan dan Alat Penelitian 4.5.1 Bahan Penelitian

1. Buah lerak

2. Etanol 96 % destilasi 4 liter (Kimia farma, Indonesia) 3. CMC (Carboxy Methil Cellulose)

4. Aquabidest 1 liter (Kimia farma, Indonesia)

5. Anastesi : Ketamin + diazepam (Kimia farma, Indonesia) 6. Cavit (Dentroit fluor, Prancis)

7. Calxyl (Ivoclar vivadeni, Liechtenstein) 8. Paper point (Roeko, Jerman)


(39)

4.5.2 Alat Penelitian 1. Timbangan (Vibra, Jepang) 2. Blender (Panasonic, Indonesia) 3. Vacum rotavapor (Heidolp WB 2000)

4. Kymograph (Universal model, Harvard, USA) 5. Lumpang (Pyrex, USA)

6. Timbangan hewan (Presica geniweighet, Indonesia) 7. Spuit 1 ml (Terumo, Japan)

8. Spuit 5 ml (Terumo, Japan) 9. Mikromotor (HNSY, Jerman)

10. Bur diamond silindris (Intensive, Switzerland)

11. Pinset, sonde, spatula semen, instrument plastis (Smick, China) 12. Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England)

13. Kertas saring (Whatman no.42, England) 14. Vaccum rotavapor (Antriebs ATB, England) 15. Erlenmeyer (Pyrex, USA)

16. Alat destilasi pelarut (Electrothermal, England) 17. Perkolator

18. Pasungan Kelinci 19. Kandang kelinci 20. Lemari pengering


(40)

4.6. Tempat dan Waktu Penelitian 4.6.1 Tempat Penelitian

Laboratorium Obat Tradisional dan Laboratorium Farmakologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

4.6.2 Waktu penelitian Waktu penelitian adalah 6 bulan

4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Pembuatan Bahan Coba 4.7.1.1 Ekstraksi buah lerak

Buah lerak dicuci bersih dengan air mengalir lalu ditimbang sebanyak 940 gr (Gambar 3) kemudian diambil bijinya dan daging buah dipotong kecil dengan lebar ± 3 mm (Gambar 4) lalu dikeringkan dalam lemari pengering (Gambar 5) pada temperatur ± 40°C sampai dapat diremas rapuh (Gambar 6). Potongan daging buah yang telah kering ditimbang sebanyak 600 gr (Gambar 7), kemudian diblender (Gambar 8), diayak dan didapat serbuk seberat 520 gr (Gambar 9) lalu disimpan dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol destilasi sebanyak 800 ml untuk maserasi (Gambar 10) lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-hati sambil sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol destilasi sebanyak 200 ml dan disaring dengan selapis kertas saring. Biarkan sampai cairan mulai menetes, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/menit, etanol destilasi ditambahkan berulang-ulang secukupnya


(41)

hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia (Depkes RI,2000). Perkolat diuapkan dengan alat vacuum rotavapor pada suhu tidak lebih 50°C hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu (Gambar 11). Ekstrak lerak dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan di tempat yang sejuk. (Lampiran 1)

Gambar 3. Penimbangan buah lerak


(42)

Gambar 6. Potongan lerak di lemari pengering. Gambar 7. Potongan lerak yang sudah kering.

Gambar 8. Potongan lerak diblender. Gambar 9. Simplisia lerak.

Gambar 10. Simplisia di dalam. Gambar 11. Vaccum rotavapor perkolator


(43)

4.7.1.2 Pembuatan Suspensi CMC (Carboxy Methil Cellulose) 0,5% (b/v) Sebagai Kontrol Negatif

Pembuatan suspensi CMC 0,5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 500 mg CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 20 ml (Gambar 12). Didiamkan selama 20 menit hingga diperoleh masa yang transparan, digerus (Gambar 13) hingga bebentuk gel atau masa yang kental dan homogen (Gambar 14). Kemudian disimpan dalam pot (Gambar 15).

Gambar 12. CMC ditaburkan ke dalam Gambar 13. Penggerusan lumpang yang berisi air CMC

suling panas

Gambar 14. Suspensi CMC 0,5% (b/v) Gambar 15. Suspensi CMC 0,5% disimpan


(44)

4.7.1.3 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 2,5%

Timbang ekstrak sebanyak 2,5 gr (2,5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 20).

4.7.1.4 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 5%

Timbang ekstrak sebanyak 5 gr (5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit (Gambar 19) sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 21).

4.7.1.5 Pembuatan suspensi lerak konsentrasi 7,5%

Timbang ekstrak sebanyak 7,5 gr (7,5%) (Gambar 16) ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 22).

Gambar 16. Ektrak lerak ditimbang Gambar 17. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan larutan


(45)

Gambar 18. Penggerusan Gambar 19. Ekstrak lerak yang telah ditambahkan air suling hingga volume 100 ml

Gambar 20. Ekstrak lerak Gambar 21. Ekstrak lerak Gambar 22. Ekstrak lerak konsentrasi 7,5% konsentrasi 5% konsentrasi 2,5%


(46)

4.7.2 Penyiapan Hewan Coba

Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan Dutch dengan berat 1,5-1,8 kg, umur 3-4 bulan, dibagi menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 kelinci.

Hewan percobaan dipelihara pada kandang yang memiliki ventilasi yang baik yaitu mecakup pergantian udara dan kandang dibersihkan setiap hari dari sisa makanan dan kotoran. Hewan yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan yang teratur dan memperlihatkan gerakan yang lincah.25

4.7.3 Pengujian efek analgetika ekstrak lerak dengan menggunakan metode Stimulasi pulpa

Uji efek analgetik dilakukan terhadap 24 hewan coba yang di kelompokkan sebagai berikut :

Kelompok 1 : diberi suspensi CMC 0,5% sebagayak 6 kelinci Kelompok 2 : diberi suspensi lerak 2,5% sebanyak 6 kelinci Kelompok 3 : diberi suspensi lerak 5% sebanyak 6 kelinci Kelompok 4 : diberi suspensi lerak 7,5% sebanyak 6 kelinci

Cara kerja uji efek analgetik ekstrak lerak dengan menggunakan metode stimulasi pulpa13, yaitu:

1. Kelinci dimasukkan kedalam tempat pasungan kelinci (Gambar 23) 2. Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70% (Gambar 24)

3. Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena (marginal ear vein) dicukur dengan gunting (Gambar 25)


(47)

4. Anastesi intravena 20 mg/kg ketamin( kimia farma) + 0,5 mg/kg diazepam (kimia farma) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada pada telinga kelinci (marginal ear vein), dengan menggunakan spuit 1 ml.22 (Gambar 26)

5.

intravena, yang ditandai dengan kehilang refleks, yaitu kelinci tidak memberikan reaksi ketika telinganya di jentik (ear pinch reaction)23

6. Preparasi gigi insisvus atas kanan dan kiri kelinci dengan bur silindris (diameter 1 mm) dengan cara membuang struktur gigi kelinci pada sisi labial sampai daerah sedikit dibawah gingiva, hingga ruang pulpa terbuka (Gambar 27)

7. Gunakan sonde untuk memastikan pulpa sudah terbuka

8. Daerah kerja dibersihkan dengan menyemprotkan aquades 2 ml (Gambar 28) dengan menggunakan spuit 5 ml, dan di bersihkan dengan kapas (Gambar 29), dan paper point dengan batuan pinset (Gambar 30)

9. Kymograph dihidupkan, frekuensi dan arus listrik kymograph diatur dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus listrik akan mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap pengulangannya)

10. Elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci (Gambar 31)


(48)

(Gambar 33), sehingga didapat nilai voltase awal yang merupakan nilai normal intensitas nyeri kelinci (Gambar 32)

12. Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%, suspensi ekstrak lerak 2,5%, 5%, 7,5% diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 mikroliter dengan menggunakan spuit 1ml (10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter pada gigi kiri atas) (Gambar 34)

13. Pada menit ke-5, elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci (Gambar 35), voltase kembali dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (Gambar 36), pencatatan nilai voltase ini dilakukan pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.

14. Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan sementara cavit. (Lampiran 2)

Gambar 23. Kelinci dipasung Gambar 24. Telinga kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%


(49)

Gambar 25. Bulu telinga kelinci diatas Gambar 26. Anastesi Intravena

marginal ear vein dicukur melalui pembuluh

dengan gunting marginal ear vein

Gambar 27. Pengeburan gigi kelinci Gambar 28. Daerah kerja sampai ruang pulpa terbuka dibersihkan

dengan 2ml aquades

Gambar 29. Gigi kelinci dikeringkan Gambar 30. Gigi kelinci dikeringkan dengan kapas paper point


(50)

Gambar 31. Elektroda dimasukkan ke Gambar 32. Voltase dinaikkan dari ruang pulpa gigi posisi 0 hingga mencapai

nilai voltase yang

menimbulkan reaksi licking

Gambar 33. Reaksi licking (menjilat) Gambar 34. Injeksi suspensi CMC / pada kelinci ektrak lerak 10 mikroliter

pada gigi insisivus kanan, dan 10 mikroliter pada gigi insisivus kiri

Gambar 35. Setelah 5 menit elektroda Gambar 36. Voltase dinaikkan dari dimasukkan ke ruang pulpa posisi 0 hingga mencapai gigi nilai voltase yang

menimbulkan reaksi licking


(51)

Gambar 37. Reaksi licking (menjilat) pada kelinci

4.8 Analisa Data

Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians dua arah (ANOVA)

dengan α= 0,05 untuk mengetahui perbedaan pengaruh efek analetik ekstrak lerak dalam berbagai konsentrasi dan waktu. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui perbedaan pengaruh redakan nyeri diantara kelompok perlakuan.


(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Ekstrak kental Lerak

Daging buah lerak yang telah dikeringkan dan dihaluskan (520 gram) diekstraksi, diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehitaman (Gambar 15), disimpan dalam wadah kaca tertutup dan diletakkan di tempat yang sejuk.

Gambar 38. Ekstrak kental lerak

5.2Uji Efektifitas Analgetik

Hasil pencatatan nilai voltase yang dihitung pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 dengan menggunakan kymograph menunjukkan puncak efek analgetik ekstrak lerak 2,5% dan 7,5% terjadi pada menit ke-10 dengan nilai rata-rata voltase masing-masingnya adalah 11,33 volt dan 14,17 volt, sementrara puncak efek analgetik ekstrak lerak 5% terjadi pada menit ke-30 dengan nilai rata-rata 14,33 volt. Kontrol negatif juga menunjukkan kenaikan nilai voltase, dan mencapai puncak pada


(53)

menit ke-20, dengan nilai rata-rata voltase 6,50 volt. Hal ini dapat dilihat pada grafik rata-rata nilai voltase dibawah ini.

Grafik 1. Rata-rata nilai voltase kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif), ekstrak lerak 2,5%, ekstrak lerak 5%, dan ekstrak lerak 7,5% pada menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60

Tabel 1. HASIL UJI ANALISIS VARIANS DUA ARAH

Source df F P

Konsentrasi 3 38,813 0,000

Waktu 7 14,756 0,000

Konsentrasi * Waktu 21 2,867 0,000 Keterangan : df : Derajat bebas

F : Frekuensi P : Signifikansi

Uji Analisa Varians dua arah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (P<0,05) antar kelompok konsentrasi, yaitu kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif), ekstrak lerak 2,5%, 5%, dan 7,5%. Terdapat pula perbedaan yang signifikan (P<0,05) antar kelompok waktu yaitu kelompok menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50,dan


(54)

60 dan. Serta terdapat perbedaan signifikan (P<0,05) antara kelompok waktu dengan kelompok kosentrasi (tabel 1).

Tabel 2. HASIL UJI LSD KELOMPOK KONSENTRASI (CMC 0,5% (KONTROL NEGATIF), EKSTRAK LERAK 2,5%, 5%, DAN 7,5 %)

CMC 0,5% Lerak 2,5% Lerak 5% Lerak 7,5%

CMC 0,5% 0,000* 0,000* 0,000*

Ekstrak Lerak 2,5% 0,000* 0,118 0,032* Ekstrak Lerak 5% 0,000* 0,118 0,556 Ekstrak Lerak 7,5% 0,000* 0,032* 0,556

Keterangan : * : Signifikansi

Uji statistik dengan LSD menunjukkan bahwa kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif) berbeda secara signifikan (P<0,05) dengan ekstrak lerak 2,5%, 5% dan 7,5%. Ekstrak lerak 2,5% dengan 5% tidak berbeda nyata namun berbeda secara signifikan (P<0,05) dengan 7,5 %. Dan ekstrak lerak 5% dan 7,5% tidak berbeda nyata (tabel 2).

Tabel 3. HASIL UJI LSD KELOMPOK WAKTU (KELOMPOK MENIT KE-0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60)

Menit ke-0 Menit ke-5 Menit ke-10 Menit ke-20 Menit ke-30 Menit ke-40 Menit ke-50 Menit ke-60 Menit ke-0

0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*

Menit ke-5

0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,053 0,332 0,332

Menit ke-10

0,000* 0,000* 0,229 0,286 0,004* 0,000* 0,000*

Menit ke-20

0,000* 0,000* 0,229 0,945 0,062 0,005* 0,005*

Menit ke-30

0,000* 0,000* 0,286 0,945 0,073 0,006* 0,006*

Menit ke-40

0,000* 0,053 0,004* 0,062 0,073 0,332 0,332

Menit ke-50

0,000* 0,332 0,000* 0,005* 0,006* 0,332 1,000

Menit ke-60

0,000* 0,332 0,000* 0,005* 0,006* 0,332 1,000


(55)

Uji statistik dengan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-0, dengan menit ke-5, menit ke-10, menit ke-20, menit ke-30, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-5, dengan menit ke-0, menit ke-10, menit ke-20 dan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60.

Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-10 dengan menit ke-0, menit ke-5, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-20, dan menit ke-30. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-20 dengan menit ke-0, menit ke-5, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-10, menit ke-30, dan menit ke-40.

Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-30 dengan menit ke-0, menit ke-5, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-10, menit ke-20, dan menit ke-40. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-40 dengan menit ke-0 dan menit ke-10, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-20, menit ke-30, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60.

Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-50 dengan menit ke-0, menit ke-10, menit ke-20, menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan, menit ke-5, menit ke-40, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara menit ke-60 dengan menit menit ke-0, ke-10, menit ke-20,


(56)

dan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan, menit ke-5, menit ke-40, dan menit ke-50 (tabel 3).


(57)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian tentang efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak buah lerak mempunyai efek untuk meredakan nyeri gigi. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak lerak. Daging buah lerak dipotong kecil-kecil dengan lebar ± 3 mm, dimasukkan ke dalam lemari pengering selama ± 7 hari hingga konsistensinya rapuh ketika digenggam, dihaluskan dengan blender, kemudian dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut etanol dan dimasukkan ke dalam perkolator. Setelah didapat ekstrak cair, masukkan ke dalam vaccum rotavapor untuk memisahkan ekstrak dan pelarut sehingga diperoleh ekstrak kental.

Buah lerak dimasukkan ke dalam lemari pengering untuk mencegah proses pembusukkan. Proses ini tidak mempengaruhi efek analgetik karena saponin, flavonoid, alkaloid dan fenol merupakan senyawa yang tahan terhadap pemanasan, sedangkan etanol dipilih sebagai pelarut karena tidak bersifat toksik dan merupakan pelarut yang telah memenuhi syarat kefarmasian atau “pharmaceutical grade”.27

Ekstrak lerak tersebut kemudian di buat dalam bentuk suspensi dengan 3 konsentrasi yang berbeda yaitu konsentrasi 2,5%, 5% dan, 7,5%. Ekstrak lerak dalam pelarut etanol disuspensikan dengan suspending agent CMC, penggunaan CMC dikarenakan bahan ini paling banyak digunakan pada produk-produk topikal, dapat diabsorbsikan kedalam molekul-molekul obat dan membentuk jembatan penghubung


(58)

suspensi ekstrak lerak yang diaplikasikan ke kavitas pulpa gigi tidak tumpah keluar dari kavitas tersebut.

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode stimulasi pulpa gigi. Stimulasi yang diberikan berupa ransangan listrik menggunakan frekuensi 50 Hz, lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan sebagai indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik. Metode ini digunakan karena perhitungannya yang mudah, yaitu dengan melihat respon licking (menjilat) oleh kelinci.13

Hewan coba yang digunakan adalah kelinci jantan, dengan rentang umur 3-4 bulan, dan berat badan antara 1,5-1,8 kg. Penggunaan kelinci dikarenakan hewan ini memilki kedekatan secara genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa penelitian penggunaan kelinci dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tikus karena ukurannya yang lebih besar dan lebih mudah dalam melakukan manipulasi bedah.21 Penggunaan kelinci semakin diperluas, karena kemudahan dalam menanganinya dan harganya yang efektif.22 Jenis kelamin jantan dipilih karena kestabilan dalam hormon, proses menstruasi ataupun kehamilan pada kelinci betina dapat mempengaruhi jumlah hormon, sehingga dapat menambah variable tak terkendali pada penelitian ini. Pemilihan gigi insisivus kanan dan kiri atas kelinci sesuai dengan penelitian Baoshan dan Shiquan.13

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara seluruh kelompok perlakuan (P < 0,05), baik antar kelompok konsentrasi, antar kelompok waktu, dan antara kelompok konsentrasi dengan waktu. Hal ini berarti


(59)

ekstrak lerak pada konsentrasi 2,5 %, 5% dan 7,5% menunjukkan efek analgetik jika dibandingkan dengan CMC 0,5% sebagai kontrol (tabel1).

Ekstrak lerak konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% berbeda secara signifikan terhadap kelompok kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok konsentrasi, kecuali antara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%. Hal ini dimungkinkan karena rentang konsentrasi yang terlalu dekat (tabel 2).

Perhitungan dilakukan selama 60 menit, hal ini sesuai dengan lama kerja anastesi ketamin dan diazepam yaitu 2 jam,28 60 menit pertama digunakan untuk pengeburan gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci, dan 60 menit berikutnya digunakan untuk perhitungan nilai voltase. Efek analgetik ekstrak lerak mulai bekerja pada menit 5, hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang signifikan antara menit ke-0 (nilai voltase selelum ekstrak lerak dan kontrol negatif diaplikasikan) dengan menit ke-5, dan efek ini terus bertahan sampai menit ke-60. Dapat disimpulkan durasi efek analgetik yang dihasilkan oleh ekstrak lerak 2,5%, 5%, dan adalah 5-60 menit. Namun pada ekstrak lerak 7,5% efek analgetik mengalami penurunan pada menit ke-30, dan kembali naik pada menit ke-40 (tabel 3).

Dari ketiga konsentrasi yang diuji, konsentrasi yang paling baik adalah ekstrak lerak 2,5%, karena telah mencapai puncak efek analgetik pada menit ke-10 dan memiliki efek yang cukup stabil hingga menit ke-60. Sementara ekstrak lerak 5%, efek analgetik baru mencapai puncak pada menit ke-30. Ekstrak lerak 7,5% juga telah mencapai puncak efek analgetik pada menit ke-10, namun konsentrasi ini cukup tinggi, dan efek analgetik yang diberikan kurang stabil setelah menit ke-30. (grafik 1).


(60)

Efek analgetik yang ditimbulkan ekstrak lerak diduga karena ekstrak lerak punya banyak senyawa aktif. Ekstrak lerak memiliki kandungan berupa saponin, flavonoida, dan alkaloida yang memiliki sifat analgetik. Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di Sistem Saraf Pusat.11 Saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun.12 dan nyeri reda.

Selain memiliki efek analgetik, lerak memiliki sifat-sifat yang mendukung untuk dikembangkan menjadi bahan irigan yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans,8 Fusobacterium nucleatum,9 dan efek antijamur terhadap Candida albicans.10 Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara celah mikro dan kekuatan tarik resin komposit dengan dentin yang dihasilkan ekstrak lerak dalam pelarut etanol 0,01 % dengan kombinasi NaOCl 5 % dan EDTA 18 %.29,30 Meskipun uji efek analgetik ekstrak lerak telah dilakukan secara in vivo masih perlu dilakukan penelitian lanjutan sehingga bahan ini dapat digunakan secara klinis.


(61)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% (P<0,05). Terdapat perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Namun perbedaan yang signifikan (P<0,05) hanya terdapat diantara ekstrak lerak 2,5% dengan 7,5%.

Durasi efek analgetik ekstrak lerak pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah 5-60 menit. Waktu puncak efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan berbeda-beda pada setiap konsentrasi. Ekstrak lerak 2,5% dan 7,5% mencapai puncak efek pada menit ke-10, sementara ekstrak lerak konsentrasi 5% mencapai puncak efek pada menit ke-30.

Ekstrak lerak 2,5% memiliki efek analgetik paling baik, pada konsentrasi ini efek analgetik cukup stabil dengan durasi 60 menit, dan telah mencapai puncak efek pada menit ke-10.

7.2 Saran

1. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat aktif mana yang terkandung dalam buah lerak yang memiliki efek analgetik paling


(62)

2. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut menenai efek ekstrak lerak terhadap penurunan mediator biokimiawi penyebab nyeri pada inflamasi jaringan pulpa secara in vitro sebagai lanjutan penelitian ini sehingga bahan ini dapat digunakan secara klinis.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan besar konsentrasi senyawa aktif pada ekstrak lerak dari asal geografis yang berbeda.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa: Narlan S, Winiati S, Bambang N. ed ke-3. Jakarta: EGC, 2008: 33, 331-2 2. Lee MH, Yeon KY, Park CK. et al. Eugenol inhibits calcium currents in dental

afferent neurons. JDR. 2005; 84(9): 848-51

3. Kurian R, Arulmozhi DK, Veeranjaneyulu A. et al. Effect of eugenol on animal models of nociception. Indian Journal of Pharmacology. 2006; 38(5): 341-45 4. Jirovetz L. Medicinal value of clove

2010)

5. Keputusan Mentri Kesehatan RI, Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang Kebijakan obat tradisional

6. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia. Alih bahasa : Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jilid III. Jakarta: Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, 1987: 1250-1

7. Dyatmiko W, Soeharto S, Moegijanto L, dkk. Aktivitas biologic zat kandungan buah Sapindus rarak DC sebagai anti mikroba dan mulloscuide. Surabaya: Lembaga Penelitian UNAIR, 1983 : 1-18

8. Nevi Y, Fadhlina I. Efek antibakteri berbagai sedian buah lerak terhadap Streptococcus mutans. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 2009; 14(1): 53-8

9. Nevi Y, Sanny. The antimicrobial effect of Lerak properties as intracanal irrigants on Fusobacterium nucleatum. Faculty of Dentistry Trisakti University, Proceedings of the 9th Scientific Forum, 2008: 84

10. Juni F. Efek antibakteri berbagai sedian buah lerak terhadap Candida albicans. Skripsi. Medan: FKG USU, 2006: 41

11. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. ed ke-6. Jakarta: EGC, 1998 : 486 12. Pupitasari U. Pengaruh pemberian perasan daun biduri (calotropis gigantea)

terhadap jumlah neutrofil polymorfonuklear (pmn) pada jaringan granulasi pasca pencabutan (penelitian eksperimental laboratoris pada tikus putih wistar jantan). Skripsi. Jember : FKG UNJ, 2008.


(64)

13. Baoshan K, Shiquan Q. Method of local anesthesia and analgesia. United state: Patent, 2003 : 8

14. Nunik SA. Penggunaan buah lerak Sapindus rarak De Candole sebagai insektisida. <http://www.digilib.litbang.depkes.co.id/php?id=jkpkbppk-gdl-res-1998-nunik-1127-lerak> (12 Agustus 2009)

15. Nevi Y. Sitotoksisitas larutan saponin dari buah Sapindus rarak DC. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 1999.: 32(2).45-8

16. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam 4 th Eds. Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran UI, 2007: 1167

17. Tjay TH, Kirana R. Obat – Obat Penting : Khasiat, Efek Samping dan Penggunaanya. Edisi kelima. Cetakan ke tiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2003: 295

18. Nyerere JM, Matee MI, Simon EN, Emergency pulpotomy in relieving acute dental pain among Tanzanian patients <http://www.biomedcentral.com/1472-6831/6/1> (21 Januari 2006)

19. Abidin T. Pengaruh rangsang listrik, panas dan dingin terhadap gambaran elektro fisiologis sensasi nyeri intradental. Tesis, Yogyakarta :Universitas Gajah Mada, 1993 : 1-3,39,41

20. Hau J, Hoosier GLV. Handbook of laboratory animal science. ed ke-2. London New York: CRC Press, 2003: 23

21. Houdebine LM, Fan J. Rabbit biotechnology. London New York: Springer, 2009: 32

22. Conn PM. Source book of models for biomedical research. New Jersey: Humana Press, 2008 : 35

23. Meredith A. Rabbit dentistry. EJCAP. 2007; 17: 55

24. Hanafiah KA. Rancangan percobaan teori & aplikasi. Ed-3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003: 9-10

25. Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Pedoman nasional etik penelitian kesehatan suplemen II etik penggunaan hewan percobaan. Jakarta : Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Departemen RI, 2006: 24


(65)

26. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000: 1-12

27. Dhawale SC, Wadodkan SG, Dorle AK. Behavior suspending and wetting agents in aqueous environment. Asian J Pharm. 2009: 9

28. Martin M, Kirsipu V. Care 103.01 rabbit anesthesia. Cornell University Cornell center for animal resources and education, 2006: 7

29. Nevi Y, Elvia R. Pengaruh larutan ekstrak buah lerak terhadap pembentukan celah mikro di apikal saluran akar. Maj Kedokteran Gigi (Dent.J). 2009 : 14(2).203-7

30. Wydiavei. Pengaruh bahan irigasi ektrak buah lerak terhadap kekuatan tarik sistim resin komposit dengan dentin. Skripsi. Medan : FKG USU, 2009 : 50


(66)

LAMPIRAN 1

Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC)

Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm). Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering hingga rapuh.

Lerak kering seberat 600 gram diblender dan diayak.

520 gram simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol destilasi (3jam). Pindahkan simplisia ke dalam perkolator dan tambahkan etanol destilasi.

Diamkan selama 24 jam, kemudian biarkan menetes. Disaring dengan kertas Whatman.

Ekstrak cair.

Diuapkan sampai kental dengan vaccum rotavapor selama 5 jam. Ektrak kental berwarna cokelat kehitaman.

Disimpan dalam botol kaca tertutup, simpan di tempat sejuk. Diberi nama


(67)

LAMPIRAN 2

Alur pengujian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada gigi-gigi kelinci jantan

24 kelinci jantan dengan berat 1,5-1,8 kg dan umur 3-4 bulan

Kelinci dimasukkan kedalam tempat pasungan kelinci Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%

Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena (marginal ear vein) dicukur dengan gunting

Anastesi intravena 20 mg/kg ketamin( kimia farma) + 0,5 mg/kg diazepam (kimia farma) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada pada telinga kelinci, dengan

menggunakan spuit 1 ml

dinjeksikan secara intravena, yang ditandai dengan kehilang refleks, yaitu kelinci tidak memerikan reaksi ketika telinganya di jentik (ear pinch reaction) Preparasi gigi insisvus atas kanan dan kiri kelinci dengan bur silindris (diameter 1

mm) dengan cara membuang struktur gigi kelinci pada sisi labial sampai daerah sedikit dibawah gingiva, hingga ruang pulpa terbuka

Gunakan sonde untuk memastikan pulpa sudah terbuka

Daerah kerja dibersihkan dengan menyemprotkan aquades 2 ml dengan menggunakan spuit 5 ml dan di bersihkan dengan kapas, dan paper point dengan batuan pinset

Kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif) (6 kelinci) Kelompok Ekstrak Lerak 2,5% (6 kelinci) Kelompok Ekstrak Lerak 5% (6 kelinci) Kelompok Ekstrak Lerak 7,5% (6 kelinci)


(68)

Kymograph di hidupkan, frekuensi dan arus listrik kymograph diatur dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus listrik akan

mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap pengulangannya) Elekroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang

pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci

Pada menit ke-0 voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking

(PRE)

Diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 mikroliter dengan menggunakan spuit 1ml (10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter pada gigi kiri atas) Pada menit ke-5 , elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri

kelinci

Voltase kembali dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (Gambar 36), pencatatan

nilai voltase seperti diatas dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 (POST)

Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan sementara cavit

CMC 0,5% Ekstrak Lerak

2,5%

Ekstrak Lerak 5%

Ekstrak Lerak 7,5%


(69)

LAMPIRAN 3

Data penelitian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada gigi-gigi kelinci jantan

Kontrol (-)

0 menit 5 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit 1 5 volt 5 volt 5 volt 6 volt 6 volt 6 volt 6 volt 5 volt 2 5 volt 5 volt 7 volt 7 volt 6 volt 5 volt 5 volt 5 volt 3 5 volt 5 volt 5 volt 5 volt 6 volt 6 volt 5 volt 5 volt 4 5 volt 6 volt 7 volt 7 volt 7 volt 6 volt 6 volt 5 volt 5 5 volt 6 volt 7 volt 7 volt 5 volt 6 volt 5 volt 6 volt 6 5 volt 5 volt 7 volt 7 volt 7 volt 5 volt 5 volt 5 volt

Konsentrasi 2,5 %

0 menit 5 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit 1 5 volt 8 volt 12 volt 9 volt 12 volt 8 volt 8 volt 8 volt 2 6 volt 12 volt 11 volt 11 volt 10 volt 8 volt 8 volt 8 volt 3 5 volt 8 volt 12 volt 9 volt 8 volt 8 volt 8 volt 8 volt 4 6 volt 6 volt 11 volt 9 volt 9 volt 9 volt 12 volt 11 volt 5 5 volt 6 volt 10 volt 15 volt 7 volt 7 volt 7 volt 5 volt 6 6 volt 8 volt 12 volt 12 volt 12 volt 11 volt 8 volt 8 volt

Konsentrasi 5%

0 menit 5 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit 1 5 volt 5 volt 9 volt 9 volt 18 volt 13 volt 8 volt 9 volt 2 5 volt 9 volt 9 volt 9 volt 9 volt 9 volt 12 volt 13 volt 3 5 volt 9 volt 11 volt 11 volt 15 volt 10 volt 10 volt 9 volt 4 5 volt 9 volt 10 volt 12 volt 16 volt 10 volt 9 volt 8 volt 5 5 volt 8 volt 9 volt 9 volt 13 volt 9 volt 9 volt 8 volt 6 5 volt 8 volt 10 volt 10 volt 15 volt 9 volt 9 volt 8 volt

Konsentrasi 7,5%

0 menit 5 menit 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit 1 5 volt 6 volt 11 volt 9 volt 9 volt 9 volt 12 volt 11 volt 2 5 volt 6 volt 11 volt 9 volt 9 volt 9 volt 12 volt 11 volt 3 6 volt 11 volt 18 volt 10 volt 10 volt 12 volt 7 volt 7 volt 4 6 volt 9 volt 6 volt 18 volt 8 volt 9 volt 8 volt 7 volt 5 6 volt 10 volt 22 volt 15 volt 10 volt 12 volt 10 volt 18 volt 6 5 volt 9 volt 17 volt 9 volt 6 volt 11 volt 5 volt 5 volt


(1)

Kymograph di hidupkan, frekuensi dan arus listrik kymograph diatur dengan

frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus listrik akan

mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap pengulangannya)

Elekroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang

pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci

Pada menit ke-0 voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0

hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking

(PRE)

Diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 mikroliter dengan menggunakan spuit 1ml

(10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter pada gigi kiri atas)

Pada menit ke-5 , elektroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu

katoda pada ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri

kelinci

Voltase kembali dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga

mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking (Gambar 36), pencatatan

nilai voltase seperti diatas dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60

(POST)

Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan

sementara cavit

CMC 0,5%

Ekstrak Lerak

2,5%

Ekstrak

Lerak 5%

Ekstrak Lerak

7,5%


(2)

LAMPIRAN 3

Data penelitian efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada gigi-gigi

kelinci jantan

Kontrol (-)

0 menit

5 menit

10 menit

20 menit

30 menit

40 menit

50 menit

60 menit

1

5 volt

5 volt

5 volt

6 volt

6 volt

6 volt

6 volt

5 volt

2

5 volt

5 volt

7 volt

7 volt

6 volt

5 volt

5 volt

5 volt

3

5 volt

5 volt

5 volt

5 volt

6 volt

6 volt

5 volt

5 volt

4

5 volt

6 volt

7 volt

7 volt

7 volt

6 volt

6 volt

5 volt

5

5 volt

6 volt

7 volt

7 volt

5 volt

6 volt

5 volt

6 volt

6

5 volt

5 volt

7 volt

7 volt

7 volt

5 volt

5 volt

5 volt

Konsentrasi 2,5 %

0 menit

5 menit

10 menit

20 menit

30 menit

40 menit

50 menit

60 menit

1

5 volt

8 volt

12 volt

9 volt

12 volt

8 volt

8 volt

8 volt

2

6 volt

12 volt

11 volt

11 volt

10 volt

8 volt

8 volt

8 volt

3

5 volt

8 volt

12 volt

9 volt

8 volt

8 volt

8 volt

8 volt

4

6 volt

6 volt

11 volt

9 volt

9 volt

9 volt

12 volt

11 volt

5

5 volt

6 volt

10 volt

15 volt

7 volt

7 volt

7 volt

5 volt

6

6 volt

8 volt

12 volt

12 volt

12 volt

11 volt

8 volt

8 volt

Konsentrasi 5%

0 menit

5 menit

10 menit

20 menit

30 menit

40 menit

50 menit

60 menit

1

5 volt

5 volt

9 volt

9 volt

18 volt

13 volt

8 volt

9 volt

2

5 volt

9 volt

9 volt

9 volt

9 volt

9 volt

12 volt

13 volt

3

5 volt

9 volt

11 volt

11 volt

15 volt

10 volt

10 volt

9 volt

4

5 volt

9 volt

10 volt

12 volt

16 volt

10 volt

9 volt

8 volt

5

5 volt

8 volt

9 volt

9 volt

13 volt

9 volt

9 volt

8 volt

6

5 volt

8 volt

10 volt

10 volt

15 volt

9 volt

9 volt

8 volt

Konsentrasi 7,5%

0 menit

5 menit

10 menit

20 menit

30 menit

40 menit

50 menit

60 menit

1

5 volt

6 volt

11 volt

9 volt

9 volt

9 volt

12 volt

11 volt

2

5 volt

6 volt

11 volt

9 volt

9 volt

9 volt

12 volt

11 volt

3

6 volt

11 volt

18 volt

10 volt

10 volt

12 volt

7 volt

7 volt

4

6 volt

9 volt

6 volt

18 volt

8 volt

9 volt

8 volt

7 volt

5

6 volt

10 volt

22 volt

15 volt

10 volt

12 volt

10 volt

18 volt

6

5 volt

9 volt

17 volt

9 volt

6 volt

11 volt

5 volt

5 volt


(3)

LAMPIRAN 4

Hasil uji statistika efek analgetik ekstrak lerak (Sapindus rarak DC) pada

gigi-gigi kelinci jantan

Two way

ANOVA

Between-Subjects Factors

Value Label N

waktu perlakuan

1 0 menit 24

2 5 menit 24

3 10 menit 24

4 20 menit 24

5 30 menit 24

6 40 menit 24

7 50 menit 24

8 60 menit 24

konsentrasi perlakuan

1 CMC 0.5 % 48

2 lerak 2.5 % 48

3 lerak 5 % 48

4 lerak 7.5 % 48

Descriptive Statistics

Dependent Variable: kekuatan

waktu perlakuan konsentrasi perlakuan Mean Std. Deviation N

0 menit CMC 0.5 % 5.00 .000 6

lerak 2.5 % 5.50 .548 6

lerak 5 % 5.00 .000 6

lerak 7.5 % 5.50 .548 6

Total 5.25 .442 24

5 menit CMC 0.5 % 5.33 .516 6

lerak 2.5 % 8.00 2.191 6

lerak 5 % 8.00 1.549 6

lerak 7.5 % 8.50 2.074 6

Total 7.46 2.043 24

10 menit CMC 0.5 % 6.33 1.033 6

lerak 2.5 % 11.33 .816 6

lerak 5 % 9.67 .816 6

lerak 7.5 % 14.17 5.845 6

Total 10.38 4.041 24

20 menit CMC 0.5 % 6.50 .837 6

lerak 2.5 % 10.83 2.401 6

lerak 5 % 10.00 1.265 6


(4)

30 menit CMC 0.5 % 6.17 .753 6

lerak 2.5 % 9.67 2.066 6

lerak 5 % 14.33 3.077 6

lerak 7.5 % 8.67 1.506 6

Total 9.71 3.569 24

40 menit CMC 0.5 % 5.67 .516 6

lerak 2.5 % 8.50 1.378 6

lerak 5 % 10.00 1.549 6

lerak 7.5 % 10.33 1.506 6

Total 8.63 2.242 24

50 menit CMC 0.5 % 5.17 .408 6

lerak 2.5 % 8.50 1.761 6

lerak 5 % 9.50 1.378 6

lerak 7.5 % 9.00 2.828 6

Total 8.04 2.422 24

60 menit CMC 0.5 % 5.17 .408 6

lerak 2.5 % 8.00 1.897 6

lerak 5 % 9.17 1.941 6

lerak 7.5 % 9.83 4.665 6

Total 8.04 3.113 24

Total CMC 0.5 % 5.67 .808 48

lerak 2.5 % 8.79 2.370 48

lerak 5 % 9.46 2.880 48

lerak 7.5 % 9.71 3.886 48

Total 8.41 3.151 192

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: kekuatan

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1206.646(a) 31 38.924 9.030 .000

Intercept 13567.687 1 13567.687 3147.651 .000

time 445.229 7 63.604 14.756 .000

conc 501.896 3 167.299 38.813 .000

time * conc 259.521 21 12.358 2.867 .000

Error 689.667 160 4.310

Total 15464.000 192

Corrected Total 1896.313 191


(5)

Post Hoc Tests

Kelompok waktu

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kekuatan LSD

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Upper Bound Lower Bound

0 menit 5 menit -2.21(*) .599 .000 -3.39 -1.02

10 menit -5.13(*) .599 .000 -6.31 -3.94

20 menit -4.50(*) .599 .000 -5.68 -3.32

30 menit -4.46(*) .599 .000 -5.64 -3.27

40 menit -3.38(*) .599 .000 -4.56 -2.19

50 menit -2.79(*) .599 .000 -3.98 -1.61

60 menit -2.79(*) .599 .000 -3.98 -1.61

5 menit 0 menit 2.21(*) .599 .000 1.02 3.39

10 menit -2.92(*) .599 .000 -4.10 -1.73

20 menit -2.29(*) .599 .000 -3.48 -1.11

30 menit -2.25(*) .599 .000 -3.43 -1.07

40 menit -1.17 .599 .053 -2.35 .02

50 menit -.58 .599 .332 -1.77 .60

60 menit -.58 .599 .332 -1.77 .60

10 menit 0 menit 5.13(*) .599 .000 3.94 6.31

5 menit 2.92(*) .599 .000 1.73 4.10

20 menit .63 .599 .299 -.56 1.81

30 menit .67 .599 .268 -.52 1.85

40 menit 1.75(*) .599 .004 .57 2.93

50 menit 2.33(*) .599 .000 1.15 3.52

60 menit 2.33(*) .599 .000 1.15 3.52

20 menit 0 menit 4.50(*) .599 .000 3.32 5.68

5 menit 2.29(*) .599 .000 1.11 3.48

10 menit -.63 .599 .299 -1.81 .56

30 menit .04 .599 .945 -1.14 1.23

40 menit 1.13 .599 .062 -.06 2.31

50 menit 1.71(*) .599 .005 .52 2.89

60 menit 1.71(*) .599 .005 .52 2.89

30 menit 0 menit 4.46(*) .599 .000 3.27 5.64

5 menit 2.25(*) .599 .000 1.07 3.43

10 menit -.67 .599 .268 -1.85 .52

20 menit -.04 .599 .945 -1.23 1.14

40 menit 1.08 .599 .073 -.10 2.27

50 menit 1.67(*) .599 .006 .48 2.85

60 menit 1.67(*) .599 .006 .48 2.85


(6)

10 menit -1.75(*) .599 .004 -2.93 -.57

20 menit -1.13 .599 .062 -2.31 .06

30 menit -1.08 .599 .073 -2.27 .10

50 menit .58 .599 .332 -.60 1.77

60 menit .58 .599 .332 -.60 1.77

50 menit 0 menit 2.79(*) .599 .000 1.61 3.98

5 menit .58 .599 .332 -.60 1.77

10 menit -2.33(*) .599 .000 -3.52 -1.15

20 menit -1.71(*) .599 .005 -2.89 -.52

30 menit -1.67(*) .599 .006 -2.85 -.48

40 menit -.58 .599 .332 -1.77 .60

60 menit .00 .599 1.000 -1.18 1.18

60 menit 0 menit 2.79(*) .599 .000 1.61 3.98

5 menit .58 .599 .332 -.60 1.77

10 menit -2.33(*) .599 .000 -3.52 -1.15

20 menit -1.71(*) .599 .005 -2.89 -.52

30 menit -1.67(*) .599 .006 -2.85 -.48

40 menit -.58 .599 .332 -1.77 .60

50 menit .00 .599 1.000 -1.18 1.18

Based on observed means.

* The mean difference is significant at the .05 level.

Kelompok konsentrasi

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kekuatan LSD

(I) konsentrasi perlakuan

(J) konsentrasi perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Upper Bound Lower Bound

CMC 0.5 % lerak 2.5 % -3.13(*) .424 .000 -3.96 -2.29

lerak 5 % -3.79(*) .424 .000 -4.63 -2.95

lerak 7.5 % -4.04(*) .424 .000 -4.88 -3.20

lerak 2.5 % CMC 0.5 % 3.13(*) .424 .000 2.29 3.96

lerak 5 % -.67 .424 .118 -1.50 .17

lerak 7.5 % -.92(*) .424 .032 -1.75 -.08

lerak 5 % CMC 0.5 % 3.79(*) .424 .000 2.95 4.63

lerak 2.5 % .67 .424 .118 -.17 1.50

lerak 7.5 % -.25 .424 .556 -1.09 .59

lerak 7.5 % CMC 0.5 % 4.04(*) .424 .000 3.20 4.88

lerak 2.5 % .92(*) .424 .032 .08 1.75

lerak 5 % .25 .424 .556 -.59 1.09

Based on observed means.


Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC) Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas gingivalis (Penelitian In Vitro)

5 140 88

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Sitotoksisitas Ekstrak Daun Tumbuhan Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach

3 80 73

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Sitotoksisitas Ekstrak Bunga Tumbuhan Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST)

0 65 75

Efek Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) terhadap Penurunan Sel-sel Radang Pada Tikus Wistar Jantan (Penelitian In Vivo)

10 108 105

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

13 65 131

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

0 0 18

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

1 2 2

BUAH LERAK (Sapindus rarak) SEBAGAI FOAMING AGENT DALAM PASTA GIGI (Sapindus rarak AS FOAMING AGENT IN TOOTH PASTE) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 57