56
atau dengan kata lain varians kedua populasi tidak sama atau heterogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelompok n
F
hitung
F
tabel
Kesimpulan
Eksperimen 30 Kontrol 30
2,86 2,10 Varian kedua populasi tidak
sama atau heterogen
C. Pengujian Hipotesis
Dari hasil perhitungan uji prasyarat menunjukkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal dan heterogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
digunakan uji t satu pihak yaitu uji pihak kanan. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H :
2 1
μ μ
=
H
1
:
2 1
μ μ
Keterangan:
1
μ
:
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen
2
μ
:
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol
Kriteria pengujian yaitu, jika t
hitung
t
tabel
maka H diterima dan.
Sedangkan, jika t
hitung
≥ t
tabel
maka H ditolak dan H
1
diterima. Dari hasil perhitungan uji t diperoleh t
hitung
= 4,47 dan t
tabel
= 1,68, dengan taraf signifikan
α = 5 dan derajat kebebasan dk = 47,09. Karena t
hitung
≥ t
tabel
4,47 1,68, maka H ditolak dan H
1
diterima atau dengan kata ≥
57
lain rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 15. Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9
Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
4,47 1,68 Tolak H
dan Terima H
1
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji “t tes” untuk sample yang heterogen diperolah t
hitung
= 4,47 dan t
tabel
= 1,68, dengan taraf signifikan α = 5 dan derajat kebebasan dk = 47,09. Karena t
hitung
≥ t
tabel
4,47 1,68, maka H
ditolak dan H
1
diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok kontrol.
≥
Berdasarkan pengamatan pada saat meneliti kelas eksperimen yaitu kelas VII-A, proses tersebut dapat dilihat bahwa siswa dituntut untuk mampu
menyelesaikan masalah kontekstual dari kehidupan sehari-hari siswa. Pada proses ini siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari kehidupan sehari-hari
dengan cara mereka sendiri sesuai dengan tingkat kognitifnya karena dengan menyelesaikanmenemukan sendiri hasilnya akan lebih dipahami dan lebih
lama diingat oleh siswa. Selain itu siswa juga dituntut untuk menggunakan bahasa atau simbol mereka sendiri dengan berbekal pengetahuan yang telah
dimiliknya karena hal ini akan membuat siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya dan menenggapi pertanyaan, serta
mengevaluasi pekerjaan siswa yang lain sehingga interaktifitas antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dapat berjalan dengan baik. Setelah itu
58
guru memberikan kesimpulan dari hasil pekerjaan siswa secara formal. Pembelajaran dengan pendekatan PMR membuat siswa mengerti tentang
Matematika tanpa harus menghafal sehingga siswa lebih mampu memecahkan masalah-masalah Matematika khususnya yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran PMR, siswa tidak hanya bertindak sebga pendengar tetapi juga aktif dalam menyampaikan gagasan dan memberikan
tanggapan terhadap gagasan tersebut. Pada kelas kontrol yaitu kelas VII-B, pembelajaran dilakukan dengan
pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran konvensional guru
menjelaskan materi secara urut kemudian siswa diberi kesempatan untuk mencatat. Selanjutnya guru memberikan beberapa contoh soal latihan.
Kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di buku latihan. Setelah selesai mengerjakan soal, beberapa siswa diminta untuk
mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Pembelajaran
dengan pendekatan konvensional membuat siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru sehingga siswa menjadi tidak aktif.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan
PMR lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Dalam hal
ini karena pembalajaran dengan pendekatan PMR menjadikan pemahaman siswa lebih berkembang karena pada proses pembelajaran guru tidak
memberikan penjelasan materi terlebih dahulu akan tetapi pembelajaran dimulai dari masalah-masalah real bagi siswa, menekankan ketrampilan
’process of doing mathematics’, berdiskusi, dan beragumentasi dengan teman sekelas sehingga siswa dapat menemukan sendiri cara penyelesaian
permasalahan sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
59
E. Keterbatasan Penelitian