Kesimpulan Ekosistem Sungai Keanekaragaman Ikan dan Hubungannya dengan Kualitas Air di Perairan Sungai Bingei, Binjai

42 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: a. Ikan yang diperoleh pada ketiga stasiun diklasifikasikan sebanyak 3 ordo, 4 famili dan 7 spesies. Spesies-spesies yang diperoleh adalah Oreochromis niloticus, Hampala macrolepidota, Mystacoleucus marginatus, Puntius lateristriga, Tor tambroides, Mystus nemurus dan Glypthotorax platygonoides. b. Indeks keanekaragaman ikan berkisar antara 1,279-1,355 keanekaragaman rendah, indeks keseragaman berkisar antara 0,923-0,977 keseragaman merata dan pola pertumbuhan ikan allometrik positif dan allometrik negatif. c. Kualitas air Sungai Bingei menurut metode Storet adalah baik sekali nilai=0. d. Kecepatan arus, penetrasi cahaya, kelarutan Oksigen DO, dan kejenuhan oksigen memiliki nilai korelasi positif sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan di Sungai Bingei.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bioreproduksi dan kebiasaan makan ikan di Sungai Bingei tersebut. Universitas Sumatera Utara 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Sungai

Ekosistem lotiksungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal mata air yang umunya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Berdasarkan keberadaan air, sunagai dapat disebut sebagai sungai permanen yaitu sungai yang berair sepanjang tahun, sungai intermiten, yaitu sunagai yang berair di musim hujan dan kering di musim kemarau serta sungai episodik yaitu sungai yang hanya berair pada saat terjadi hujan saja Barus, 2004. Menurut Maryono 2005, pada umumnya ditemukan tiga pembagian zona sungai memanjang yakni sungai bagian hulu “upstream”, bagian tengah “middle- stream”, dan bagian hilir “downstream”. Dari hulu sampai ke hilir ini dapat ditelusuri perubahan-perubahan komponen sungai seperti kemiringan sungai, debit sungai, temperatur, kandungan oksigen, kecepatan aliran, dan kekuatan aliran terhadap erosi. Perairan sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola aliran air. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna pada sungai sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut Effendi, 2002. Sungai secara spesifik terbagi dalam dua ekosistem yaitu perairan yang berarus cepat dan perairan yang berarus lambat. Sungai yang mengalir cepat dikarakteristikkan dengan tipe substrat berbatu dan berkerikil, sedangkan sungai Universitas Sumatera Utara 5 yang mengalir lambat dikarakteristikkan dengan tipe substrat berpasir dan berlumpur. Faktor pengontrol utama produktivitas pada ekosistem tersebut adalah arus yang merupakan pembatas bagi jumlah dan tipe organisme ototrof Clapham, 1983 dalam Wijaya, 2009.

2.2 Anatomi dan Morfologi Ikan