Bahan Anti Ferromagnetik Bahan Magnetik

2.5.4. Bahan Anti Ferromagnetik

Bahan yang menunjukkan sifat antiferomanetik, momen magnetik atom atau molekul, biasanya terkait dengan spin elektron yang teratur dalam pola yang reguler dengan tetangga spin pada sublattice berbeda menunjuk ke arah yang berlawanan. Hal ini seperti ferromagnetik dan ferrimagnetik,suatu bentuk dari keteraturan magnet. Umumnya, keteraturan antiferromagnetik berada pada suhu yang cukup rendah, menghilang pada di atas suhu tertentu.Suhu Neel adalah suhu yang menandai perubahan sifat magnet dari antiferromagnetik ke paramagnetik.Di atas suhu Neel bahan biasanya bersifat paramagnetik. Pada bahan antiferromagnetik terjadi peristiwa kopling momen magnetik di antara atom-atom atau ion-ion yang berdekatan.Peristiwa kopling tersebut menghasilkan terbentuknya orientasi spin yang anti paralel. Satu set dari ion magnetik secara spontan termagnetisasi di bawah temperatur kritis dinamakan temperatur Neel. Temperatur menandai perubahan sifat magnet dari antiferromagnetik ke paramagnetik.Susceptibilitas bahan anti ferromagnetik adalah kecil dan bernilai positif. Susceptibilitas bahan ini di atas temperatur Neel juga sama seperti material paramagnetik, tetapi di bawah temperatur Neel, susceptibilitasnya menurun seiring menurunnya temperatur. Matthew,2013 2.5.5Ferrimagnetik Jenis tipe ini hanya dapat ditemukan pada campuran dua unsur antara paramagnetik dan ferromagnetik seperti magnet barium ferrite dimana barium adalah jenis paramagnetik dan Fe adalah jenis unsur yang masuk ferromagnetic. Pada bahan yang bersifat dipol yang berdekatan memiliki arah yang berlawanan tetapi momen magnetiknya tidak sama besar. Bahan ferrimagnetik memiliki nilai susepbilitas tinggi tetapi lebih rendah dari bahan ferromagnetik, beberapa contoh dari bahan ferrimagnetik adalah ferrite dan magnetite. 2.6Mill Scale Mill scale merupakan salah satu limbah industri baja yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pigmen besi oksida. Hingga saat ini, kebutuhan pigmen di Indonesia masih bergantung pada pigmen impor.Padahal setiap Universitas Sumatera Utara tahunnya Indonesia mengekspor limbah baja berupa mill scale yang memiliki kandungan Fe.Teknologi inovasi ini menawarkan mill scale sebagai sumber Fe dalam pembuatan pigmen berbasis besi oksida untuk menggantikan kebutuhan pigmen impor.Pigmen yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding pigmen impor, dan teknologi ini dapat dipersiapkan hingga skala industri.Mill Scale merupakan salah limbah hasil industri baja dalam proses hot rolling maupun cold rolling. Kandungan didalamnya berupa Jumlah limbah ini sangat begitu besar, selama ini material selain dilakukan pengecoran kembali juga diekspor dalam bentuk raw material dengan jumlah yang sangat besar sehingga perlu dilakukan sebuah upaya alternatif pengolahan untuk meningkatkan nilai ekonomi.Dengan melihat korelasi kandungan dari mill scale yang berupa ion besi maka penelitian ini melakukan pengolahan mill scale menjadi pigmen besi oksida. Proses sintesa menggunakan metode presipitasi denganbantuan asam sulfat dan amonia.oksida besi saat ini masih merupakan material yang kurang dimamfaatkan secara komersial di Indonesia mill scale yang sampai sekarang masih merupakan limbah buangan dan industry baja. Terutama industry-industri baja yang memproduksi lembaran baja dari billet baja tidak dapat lepas dari limbah ini. Oksidasi besi ini terbentuk dari proses oksidasi yang terjadi di permukaan billet yang dihasilkan dari mesin cetakan secara kontiniu dan selama proses pembentukan lembaran. Saat proses transportasi ataupun proses manufacturing. Sebagian besar oksida-oksida besi yang berbentuk serpihan ini terlepas dari permukaan billet. Rahman,dkk.2012.

2.7 Metode Metalurgi Serbuk