7.9 Optimisasi pola ratoon dan tebu baru tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di PT. Madubaru PG. Madukismo, Yogyakarta
13 c. Kebiasaan operasi lapangan di daerah, termasuk proporsi tanaman tebu dan
ratoon, periode pelaksanaan kegiatan, menggunakan mesin atau manual. d. Kendala sistem termasuk kapasitas penggilingan pabrik, ketersediaan mesin
dan tenaga kerja manusia, serta luasan tanam. Dari keenam petak kebun yang diamati, lima di antaranya mengalami
kenaikan rendemen di R4, hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan kemungkinan. Pertama, kemungkinan saat itu di kebun masa tebangnya tidak
cocok. Kedua, pada saat tebang kotoran trash yang ikut sedikit, sehingga berpotensi menaikkan rendemen. Ketiga, ada tidaknya serangan hama dan
penyakit. Keempat, pada saat tebang langsung digiling sehingga kesegaran tebu masih terjaga. Pada awal PC rendemen bagus, namun pada tiga tahun berikutnya
mengalami anomali iklim sehingga sangat berpengaruh pada rendemen.
Biaya Produksi dan Penerimaan Bersih Pabrik
Pabrik memiliki bagian sendiri dalam komponen dan porsi yang menjadi tanggungan maupun menjadi pendapatan pabrik. Komponen yang menjadi
tanggungan pabrik meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya di luar usaha, pajak penghasilan, dan biaya masing-masing kebun. Komponen yang
menjadi pendapatan pabrik meliputi laba bersih yang didapat dari perhitungan tanam baru dan keprasan, dan penghasilan di luar usaha tidak berhubungan
dengan laba perhitungan dalam pengambilan keputusan yang optimal. Porsi yang didapatkan oleh pabrik adalah 34 bagian dari total keseluruhan yang didapatkan,
kemudian sisanya adalah bagian petani.
Penentuan biaya produksi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan tanaman tebu keprasan di PG. Madukismo. Perincian biaya PG. Madukismo
selama periode produksi tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Lampiran 9. Kriteria biaya produksi meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya
di luar usaha, pajak penghasilan. Biaya yang digunakan untuk memproduksi tebu keprasan diperoleh dari perkalian hasil panen tebu keprasan dengan hasil
pembagian antara biaya produksi dengan jumlah total tebu yang digiling, sedangkan penerimaan bersih pabrik dari hasil pengolahan tebu keprasan
diperoleh dari pengurangan hasil penjualan gula dengan biaya produksinya.
Hasil penerimaan bersih yang diperoleh pabrik sebelum dan sesudah penyusutan untuk lahan petak 1 sampai petak 6 terdapat pada Tabel 9 sampai
dengan Tabel 14.
Tabel 9 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 1
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
10,496,228 4.73
25,803,629
5,204,516 4,738,126
R1 2009
17,476,467 5.04
34,547,617
5,804,191 5,058,435
R2 2010
17,391,881 5.61
48,684,862
10,639,614 9,807,284
R3 2011
31,425,829 6.11
51,239,838
6,736,763 5,476,454
R4 2012
23,508,876 6.90
68,643,049
15,345,619 14,476,115
14 Tabel 10 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru
dan Keprasan pada Petak 2
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
59,107,356 27.55
150,437,451
31,052,232 28,425,853
R1 2009
82,360,101 23.77
162,813,522
27,354,163 23,839,692
R2 2010
66,335,406 22.07
191,673,300
42,614,884 39,447,252
R3 2011
89,558,369 21.78
182,537,209
31,612,806 28,021,136
R4 2012
76,943,592 23.35
232,335,678
52,833,309 49,987,456
Tabel 11 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 3
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
11,855,452 5.34
29,145,106
5,878,482 5,351,696
R1 2009
24,390,481 7.26
49,698,158
8,604,610 7,563,819
R2 2010
18,930,985 6.20
53,844,328
11,870,536 10,966,548
R3 2011
24,819,064 4.83
40,468,827
5,320,919 4,325,569
R4 2012
20,720,196 5.46
54,315,467
11,422,392 10,656,030
Tabel 12 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru dan Keprasan pada Petak 4
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
58,085,779 23.21
126,703,135.58
24,689,901 22,911,415
R1 2009
97,426,798 37.64
257,778,373.00
54,519,536 50,362,139
R2 2010
64,757,824 24.57
213,431,654.84
50,549,103 47,456,804
R3 2011
59,985,231 14.93
125,136,520.19
22,151,438 19,745,776
R4 2012
43,389,469 12.44
123,814,191.24
27,344,406 25,739,593 Tabel 13 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru
dan Keprasan pada Petak 5
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
47,327,416 20.31
110,874,798.51
21,606,110 19,503,162
R1 2009
70,108,558 22.41
153,519,089.50
28,359,581 25,367,908
R2 2010
79,206,168 31.29
271,775,315.33
65,473,510 61,691,277
R3 2011
46,771,701 11.37
95,329,737.03
16,509,732 14,633,989
R4 2012
42,909,696 12.16
121,028,272.44
24,180,316 22,593,249
15 Tabel 14 Biaya Produksi Tebu dan Penerimaan Bersih Tanaman Baru
dan Keprasan pada Petak 6
Jenis Kebun
Tahun Biaya
Produksi Rp
Hasil Gula ton
Penerimaan Kotor Rp
Penerimaan Bersih Rp Sebelum
Sesudah
PC 2008
36,556,895 15.30
83,547,848.86
15,973,524 15,811,043
R1 2009
37,655,480 10.37
70,999,325.50
11,336,908 9,730,073
R2 2010
34,110,404 10.46
90,863,932.17
19,296,199 17,667,368
R3 2011
35,585,644 6.41
53,754,471.43
6,177,401 4,750,266
R4 2012
32,144,790 7.08
70,394,198.25
13,004,799 11,815,885 Hubungan antara penerimaan bersih dari tiap-tiap periode produksi serta
biaya produksinya ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 5 sampai Gambar 10.
Gambar 5 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 1
20,000,000 40,000,000
60,000,000 80,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 1
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya produksi Penerimaan Kotor
16
Gambar 6 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 2
Gambar 7 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 3
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 2
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya Produksi Penerimaan Kotor
20,000,000 40,000,000
60,000,000 80,000,000
100,000,000 120,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 3
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya Produksi Penerimaan Kotor
17
Gambar 8 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 4
Gambar 9 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 5
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000 300,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 4
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya Produksi Penerimaan Kotor
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000 300,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 5
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya Produksi Penerimaan Kotor
18
Gambar 10 Penerimaan Kotor, Penerimaan Bersih, dan Biaya Produksi PG. Madukismo pada Petak 6
Tabel 15 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan Jenis
Kebun Keuntungan Sebelum
Penyusutan Rpha Keuntungan Sesudah
Penyusutan Rpha
PC 7,126,605
6,603,501 R1
9,281,842 8,322,325
R2 13,682,174
12,077,709 R3
6,041,574 5,252,777
R4 9,838,286
9,233,333
Gambar 11 Keuntungan Kumulatif Pabrik Sebelum dan Sesudah Penyusutan
20,000,000 40,000,000
60,000,000 80,000,000
100,000,000
2008 2009
2010 2011
2012
P en
eri m
aan B
ers ih
R p
Tahun
Petak 6
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
Biaya Produksi Penerimaan Kotor
2,000,000 4,000,000
6,000,000 8,000,000
10,000,000 12,000,000
14,000,000 16,000,000
PC R1
R2 R3
R4 K
eunt u
ng an
R p
ha
Jenis Kebun
Sebelum Penyusutan Sesudah Penyusutan
19
Pendapatan Petani
Besarnya keuntungan petani sebagai pemilik tanaman tebu diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada
perusahaan. Penerimaan petani diperhitungkan dari hasil penjualan gula dan hasil
penjualan tetes. Biaya yang dibayar oleh petani diperhitumgkan dari biaya bibit, biaya pemeliharaan, biaya pengolahan tanah, biaya luar kebun, bunga bank, dan
biaya tebang angkut. Hasil penjualan gula, hasil penjualan tetes yang diterima oleh petani dan biaya yang dibayar petani pada masing-masing kebun disajikan
pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8.
Dilihat dari nilai sewa lahan yang diberikan oleh petani, maka didapatkan keuntungan bersih bagi petani dari hasil menanam tebunya. Keuntungan petani
terdapat pada Tabel 16 sampai Tabel 21.
Tabel 16 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 1 Jenis
Kebun Penerimaan
Petani Rp Biaya Rp
Sewa Lahanha Rp
Keuntungan Rp
PC 18,028,551
2,080,376 6,400,000
7,884,175 R1
25,834,392 1,757,752
6,600,000 15,760,640
R2 34,018,187
1,878,104 6,700,000
23,698,083 R3
35,561,041 1,875,779
6,800,000 25,117,262
R4 47,059,212
1,773,673 7,000,000
36,465,539 Tabel 17 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 2
Jenis Kebun
Penerimaan Petani Rp
Biaya Rp Sewa Lahanha
Rp Keuntungan
Rp
PC 103,953,049
2,670,257 6,400,000
82,786,792 R1
122,653,362 2,383,902
6,600,000 101,195,460
R2 132,140,980
2,308,338 6,700,000
110,469,642 R3
124,814,007 2,025,859
6,800,000 103,136,148
R4 159,064,060
2,034,319 7,000,000
136,799,741 Tabel 18 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 3
Jenis Kebun
Penerimaan Petani Rp
Biaya Rp Sewa Lahanha
Rp Keuntungan
Rp
PC 20,257,329
1,898,151 6,400,000
7,031,178 R1
37,147,623 1,706,144
6,600,000 23,567,479
R2 37,379,308
1,649,638 6,700,000
23,870,670 R3
28,037,721 1,501,341
6,800,000 14,500,380
R4 37,602,545
1,494,345 7,000,000
23,718,200
20 Tabel 19 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 4
Jenis Kebun
Penerimaan Petani Rp
Biaya Rp Sewa Lahanha
Rp Keuntungan
Rp
PC 88,286,327
2,287,286 10,500,000
42,213,841 R1
187,496,097 2,238,490
11,000,000 139,387,607
R2 147,160,988
1,966,881 11,200,000
98,490,107 R3
85,801,569 1,557,920
11,400,000 36,705,649
R4 85,393,753
1,487,487 11,800,000
34,700,266 Tabel 20 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 5
Jenis Kebun
Penerimaan Petani Rp
Biaya Rp Sewa Lahanha
Rp Keuntungan
Rp
PC 77,254,388
3,873,632 10,500,000
39,990,756 R1
113,814,144 4,001,911
11,000,000 74,832,233
R2 187,075,097
4,918,307 11,200,000
146,540,790 R3
65,420,808 2,361,287
11,400,000 26,807,521
R4 83,509,813
2,449,506 11,800,000
43,536,307 Tabel 21 Pendapatan Usaha Tani pada Petak 6
Jenis Kebun
Penerimaan Petani Rp
Biaya Rp Sewa Lahanha
Rp Keuntungan
Rp
PC 58,297,233
3,350,547 10,500,000
40,456,686 R1
53,586,988 2,679,673
11,000,000 35,727,315
R2 63,286,135
2,766,790 11,200,000
45,063,345 R3
37,378,277 2,067,400
11,400,000 19,578,877
R4 49,184,137
2,119,983 11,800,000
30,780,154
Pola Keprasan Optimum
Pola keprasan optimum tidak dapat ditentukan jika hanya berpatokan pada hasil dari satu petakan masing-masing daerah. Oleh karena itu, dilakukan
perhitungan secara kumulatif dari enam petak kebun untuk mengambil sebuah keputusan yang optimal.
Besarnya biaya usaha tani dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan antara tanaman pertama dan tanaman keprasan, dimana perbedaan terbesar adalah biaya
bibit dan pengolahan tanah. Pada tanaman keprasan tidak ada biaya bibit dan biaya pengolahan tanahnya digunakan untuk perbaikan juringan dari tanaman
sebelumnya. Nilai rata-rata keuntungan kumulatif petani dari keenam petak yang terdapat pada Tabel 23, menunjukkan bahwa keuntungan terbesar terdapat pada
keprasan kedua, akan tetapi pada keprasan ketiga dan keempat walaupun mengalami penurunan keuntungan dari keprasan kedua tetap masih di atas
keuntungan yang didapatkan dari tanam baru.
21 Tabel 22 Hasil Rata-rata Panen Tebu
Jenis Kebun Hasil tonha
Rendemen
PC 79.31
8.3
R1 95.35
7 R2
97.55 6.6
R3 59.52
7.6 R4
57.91 8.3
Tabel 23 Keuntungan Kumulatif yang Didapat Pabrik dan Petani Tebu Jenis
Kebun Keuntungan Kumulatif Petani
Rpha
Keuntungan Kumulatif Pabrik Rpha
PC 15,148,503
6,603,501
R1 23,947,821
8,322,325
R2 28,812,398
12,077,709
R3 15,872,305
5,252,777
R4 22,332,183
923,333
Berbeda halnya dengan hasil rata-rata panen tebu yang disajikan pada Tabel 22, bahwa produktivitas tebu terbesar didapat pada tanaman keprasan kedua.
Tanaman keprasan ketiga dan keempat mengalami penurunan dan berada di bawah jumlah produktivitas pada tanaman pertama. Rendemen yang dihasilkan
pun berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh proses yang terjadi di kebun, seperti jumlah pengairan untuk lahan, umur panen yang tidak tepat, kurang bersihnya saat
kletek sehingga saat tebang angkut masih ada daun-daun kering yang ikut terangkut dan ditimbang tetapi tidak bisa menghasilkan gula. Namun apabila
rendemen tetap naik walaupun hasil produksi menurun tetap akan dilakukan pengeprasan, karena walaupun keuntungan menurun tetapi perusahaan dan petani
tidak mengalami kerugian, sehingga daripada mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk tanaman pertama dalam pengolahan tanah dan pembelian bibit, maka
perusahaan tetap melakukan tanaman keprasan kembali berulang-ulang.
Hubungan antara tingkat keprasan dengan hasil panen tebu dan keuntungan kumulatif rata-rata yang diperoleh pabrik dan petani terdapat pada
Gambar 12 dan Gambar 13.
22
Gambar 12 Hasil Rata-rata Tanaman Tebu Tanam Baru dan Beberapa Keprasan
Gambar 13 Keuntungan Kumulatif Rata-rata Petani dan Pabrik Tanam Tebu Baru dan Beberapa Tingkat Keprasan
Pola ratoon keprasan yang optimal dapat dicari dengan melihat keuntungan yang maksimal. Hasil rata-rata tanaman tebu tanam baru dan keprasan
dapat dilihat dari Gambar 12, kemudian keuntungan yang didapat perusahaan dan petani dapat dilihat dari Gambar 13. Berdasarkan gambar tersebut keuntungan
yang paling maksimal atau yang paling besar diperoleh pada pola ratoon yang kedua, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pola ratoon yang optimal
adalah pola ratoon yang kedua atau tanaman tebu tahun ketiga.
200 400
600 800
1000 1200
PC R1
R2 R3
R4 H
as il
R at
a -r
a ta
P a
ne n t
eb u
t on
ha
Jenis Kebun
Hasil
5,000,000 10,000,000
15,000,000 20,000,000
25,000,000 30,000,000
35,000,000
PC R1
R2 R3
R4 K
eunt u
ng an
ku m
u lat
if
R p
ha
Jenis Kebun
Keuntungan Petani Keuntungan Pabrik
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Biaya produksi tanam baru tanaman tebu di PG.Madukismo meliputi biaya pokok penjualan, biaya usaha, biaya di luar usaha, dan pajak penghasilan,
kemudian digunakan untuk menghitung biaya produksi tanam baru dengan menggunakan jumlah total tebu giling dan kepras giling. Biaya produksi tanam
baru per hektar berkisar antara Rp 6,697,995 – Rp 26,490,504. Hasil tanam baru selalu digunakan sebagai pembanding tanaman berikutnya.
2. Biaya produksi tanaman keprasan di PG. Madukismo sama dengan tanam baru, hanya saja pada biaya tanaman keprasan di kebun untuk petani tidak lagi
membayar biaya biaya bibit dan biaya pengolahan tanah. Dengan demikian
biaya produksi tanaman keprasan diperhitungkan berkisar antara Rp 10,405,148 – Rp 30,989,055.
3. Rata-rata keuntungan PG. Madukismo dari hasil tanaman tebu pada petak- petak menunjukkan bahwa hasil tanaman keprasan kedua yang memiliki
keuntungan paling besar, baik sebelum penyusutan maupun setelah penyusutan, sehingga pada keprasan ketiga sudah dapat ditanam baru karena pada keprasan
ketiga mengalami penurunan keuntungan. Hasil tanaman tebu pada beberapa tanaman keprasan paling besar pada tanaman keprasan kedua dan mengalami
penurunan produktivitas pada tanaman keprasan ketiga dan keempat.
Saran
Nilai rendemen sangat berpengaruh pada hasil gula nantinya, sehingga perlu diperhatikan mutu serta kualitas dari tanaman tebu. Kualitas dan mutu pada
tanaman tebu dimulai sejak penanaman sampai dengan tebang angkut, sehingga perlu diperhatikan dalam melakukan proses budidaya tanaman tebu sampai di
angkut ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Sistem keprasan yang paling memaksimalkan keuntungan adalah pada keprasan kedua dan mengalami
penurunan pada tanaman keprasan ketiga, namun hasil tersebut masih menguntungkan sehingga tidak ada salahnya untuk tetap melakukan keprasan
sampai batas titik impas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Beberapa Pengalaman dan Penerapan Teknik Budidaya Tebu Lahan Kering di PTP XV-XVI. Di dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan
Kering, 1989 November 23-25, Pasuruan, Indonesia. Pasuruan ID: P3GI.
---------. 1989. Beberapa Pengalaman Budidaya tebu Lahan Kering di Sepanjang Pantai Selatan Kabupaten Purworejo Wilayah Kerja PG. Madukismo. Di
24 dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, 1989 November 23-25.
Pasuruan, Indonesia. Pasuruan ID: P3GI. Djojosoewardho. 1988. Sumbangan Pikiran Mendukung Kebijakan Pemerintah
dalam Upaya Khusus Meningkatkan Produksi Gula. Pusat Penelitian Gula Indonesia. Pasuruan.
Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung ID: ITB. Bandung. Hlm 275.
Koswara E. 1989. Pengaruh Kedalaman Kepras terhadap Pertunasan Tebu. Di dalam Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, 1989 November 23-25.
Pasuruan, Indonesia. Pasuruan ID: P3GI. Naruputro A. 2009. Pengelolaan Tanaman Tebu Saccharum officinarum L. di
PG. Krebet Baru, PT. PG. Rajawali I, Malang, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
[P3GI] Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2008. Konsep Peningkatan Rendemen.. Pasuruan.[Internet]. [Watu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. Pasuruan ID. Hlm 26 [diunduh 2013 Agustus 20]. Tersedia pada: http: sugarresearch.org.
Panudju T I. 2013. Pedoman Teknis Perluasan Areal Perkebunan Tebu. Jakarta ID. hlm 8-14.
Pramudya B, Pertiwi S. 1998. Sugar-cane cropping and Operation Scheduler for Selective Mechanized Plantation. Bogor ID. Hlm 79-79.
[PTPN XI] PT. Perkebunan Nusantara XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT Perkebunan Nusantara XI. SurabayaID: PTPN XI.
Rahmad A. 1990. Analisis Keprasan Optimal Per Tanaman Tebu untuk Produksi gula Studi Kasus di PG Kremboong-Sidoarjo. [skripsi]. Bogor ID:
Institut Pertanian Bogor. Setyamidjaja D, Azharni H. 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pascapanen..
Jakarta ID: CV. Yasaguna. Hlm 152. Widodo. 1999. Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG. Tasik Madu PTP XV –
XVI, Surakarta, Jawa Tengah. Bogor ID: IPB Pr.
25 Lampiran 1 Diagram Pengambilan Keputusan Kelayakan Keprasan untuk
Produksi di Pabrik Gula
Input primer :
Sistem Penanaman Tebu: - tanaman baru
- keprasan pertama - keprasan kedua
- keprasan ketiga - keprasan keempat
Input Sekunder: output:
- biaya produksi - hasil di lahan
- kondisi lahan - hasil produksi
- kondisi perusahaan -penerimaan bersih
Kelayakan Keprasan Analisis Biaya
Keputusan
Kebun Wetan Pundang, Bantul, 4.17 hektar N
A B
C GP
D E
H M
2008 2865
232.06 153.16
78.9 4,585,734
85,326,787,795 545,993
3,846,654,119 2009
4326 376.36
248.39 127.97
4,780,076 105,977,683,460
684,925 4,593,775,717
2010 3366
245.72 162.17
83.55 5,234,132
98,511,489,805 868,597
4,808,527,526 2011
1716 149.29
98.53 50.76
4,152,391 142,091,528,679
838,211 5,821,240,391
2012 1447
124.44 82.13
42.31 5,164,420
151,903,583,710 994,971
5,727,660,282 Kebun Jayan, Bantul, 3.18 hektar
N A
B C
GP D
E H
M 2008
2507 203.07
134.03 69.04
4,585,734 85,326,787,795
545,993 3,846,654,119
2009 3113
224.14 147.93
76.21 4,780,076
105,977,683,460 684,925
4,593,775,717 2010
4117 312.89
206.51 106.38
5,234,132 98,511,489,805
868,597 4,808,527,526
2011 1338
113.73 75.06
38.67 4,152,391
142,091,528,679 838,211
5,821,240,391 2012
1431 121.64
80.23 41.41
5,164,420 151,903,583,710
994,971 5,727,660,282
Kebun Kranom, Bantul, 1.38 hektar N
A B
C GP
D E
H M
2008 1937
153.02 100.99
52.03 4,585,734
85,326,787,795 545,993
3,846,654,119 2009
1672 103.66
68.42 35.24
4,780,076 105,977,683,460
684,925 4,593,775,717
2010 1773
104.61 69.04
35.57 5,234,132
98,511,489,805 868,597
4,808,527,526 2011
1018 64.13
42.33 21.8
4,152,391 142,091,528,679
838,211 5,821,240,391
2012 1072
70.75 46.69
24.06 5,164,420
151,903,583,710 994,971
5,727,660,282
28 Keterangan :
N = Tahun
A = JTKG Kw
B = Gula Produksi Kw
C = Gula Produksi Bagian Petani Kw
D = JTTG Kw
E = BP Rp
H = Harga Gula Rp
M = Penyusutan Rp
29 Lampiran 3 Data Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat Petak 1
Uraian T A H U N 2008 - 2012
Tanaman Baru
Keprasan 1
Keprasan 2
Keprasan 3
Keprasan 4
Luas Ha
1.26 1.26
1.26 1.26
1.26 Produksi Tebu
Ku 556
776 904
899 784
Prod.Ha kuha
441 616
717 713
622
Rendemen 8.5