polaritas yang rendah sehingga mudah terjadinya penetrasi perekat kedalam kayu, selain itu juga dapat membentuk ikatan yang kuat dengan bahan lain seperti pelat
logam, tetapi kelemahan perekat ini adalah biaya yang tinggi dalam penggunaanya Frazier, 2003.
D. Parafin
Wax atau lilin merupakan salah satu bahan yang dapat meningkatkan kualitas sifat papan komposit yang dihasilkan, salah satu contoh lilin tersebut
adalah parafin, yaitu lilin mineral yang dihasilkan dari hasil sampingan industri minyak bumi, dimana minyak mentah diberi perlakuan untuk memisahkan fraksi
folatil seperti bensin, kerosin, napta dan solar. Parafin memiliki titik leleh antara 48-56
o
Papan partikel yang mengandung parafin akan memiliki daya tahan terhadap air dan stabilitas dimensi papan. Hal ini dapat berfungsi sebagai
pelindung selama perendaman yang tidak disengaja atau setelah konstruksi Haygreen dan Bowyer 1996.
C Kolmann et al, 1975
Maloney 1993 menyebutkan bahwa penambahan parafin 1 atau kurang, tidak mempengaruhi kekuatan papan partikel yang dihasilkan, tetapi
penambahan parafin lebih dari 1 dapat mempengaruhi kekuatan papan partikel. Hal itu dapat dicegah dengan menaikkan kadar perekat, menaikkan kerapatan,
atau mengubah ukuran partikel.
E. Emisi formaldehida
Formaldehida merupakan senyawa kimia golongan aliphatic aldehyde. Murahnya formaldehida, reaktivitasnya yang tinggi serta mudah diperoleh
menyebabkan pemakaiannya belum bisa ditinggalkan hingga saat ini, walaupun senyawa ini merupakan golongan senyawa yang berbahaya bila digunakan. Dalam
proses pembuatan produk komposit, seperti blockboard, plywood, dan lainnya, formaldehida sering digunakan sebagai bahan pengikat Roffael, 1993. Hal utama
yang paling berbahaya dalam pemakaian formaldehida sebagai bahan pengikat adalah emisi yang ditimbulkan oleh formaldehida tersebut, yang dapat
membahayakan kesehatan. Emisi formaldehida merupakan salah satu dari komponen Volatile Organic
Compound VOC yang dianggap berbahaya Wang et al., 2002. Selain emisi
formaldehida ada beberapa komponen VOC yang didapat pada saat pembuatan papan komposit berbahan perekat formaldehida, yaitu metanol, fenol, dan metilen
diisosianat. Terjadinya emisi formaldehida diakibatkan adanya zat formaldehida yang berasal dari perekat berbahan formaldehida tidak berikatan dengan selulosa,
formaldehida bebas atau yang tidak berikatan tersebut merupakan formaldehida berlebih yang tidak ikut bereaksi dalam polimerisasi perekat Sunarti 2000.
E.1 Dampak Emisi formaldehida
Produk papan komposit yang bernilai mutu tinggi dengan kadar emisi formaldehida yang rendah atau bahkan tidak beremisi merupakan salah satu
tujuan pembuatan papan komposit. Dampak-dampak yang diakibatkan emisi formaldehida mendorong para ilmuwan untuk meneliti dampak emisi berdasarkan
konsentrasinya, Konsentrasi pada ambang 0,1 mgL sudah dikatakan mencemari udara normal www.chhwoodlogic.com.ausubmittedfile. Konsentrasi 50 mgL
bagi orang yang mempunyai riwayat penyakit alergi dan dalam kondisi yang lemah bisa menyebabkan kematian. Pengaruh emisi formaldehida terhadap
manusia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengaruh Emisi formaldehida
Pengaruh Konsentrasi mgL
Waktu menit Iritasi mata
0,01 5
Iritasi tenggorokan 0,05
5 Tercium
0,05 5
Terdeteksi oleh orang 1,00
5 Tidak tertahankan
4,00-5,00 10-30
Sumber: PT. MAL 2003a
Pengukuran kandungan formaldehida dalam tubuh manusia bisa terdeteksi dari urin seseorang. Selain itu, akumulasi gas formaldehida dalam tubuh juga
dapat menyebabkan perubahan peta genetik dan kerusakan sel Einbrodt et al., 1976 dalam Roffael, 1993. Hubungan langsung mengenai racun formaldehida
dalam tubuh makhluk hidup dengan akibat yang ditimbulkan sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara rinci.
Tabel 2 Tingkat emisi formaldehida menurut standar JIS A 5908-2003 Klasifikasi
Rata-rata mgL
Maksimum mgL
Keterangan
F 0,3
0,4 Kelas emisi terendah dan
terbaik F
0,5 0,7
Kelas emisi tengah F
1,5 2,1
Kelas emisi tengah F
5,0 7,0
Kelas emisi terbesar = Suplementary Regulatory of Japanese Agricutural Standart for Plywood
JPIC-EW.SE 03-04. MAFF Notification No: 236.
Sumber: JIS A 5908:2003
E.2 Cara Pengukuran Emisi formaldehida
Beberapa cara untuk menguji emisi formaldehida, antara lain dengan metode perforator, desikator, flask, analisa gas, dan chamber. Pengujian emisi
langsung dari produk panel kayu dapat dilakukan dengan metode desikator, WKI, Modifikasi Roffael, Analisa Gas, dan Chamber, sedangkan uji emisi berdasarkan
pada hasil ekstrak pada produk panel kayu dapat di uji dengan metode perforator Cameron 2001.
Pengukuran Emisi yang umum dilakukan: 1.
Metode Perforator DIN-EN 120 Didasarkan pada Federation of European Particleboard Manufacturers
Asociations FESYP. Contoh uji kadar air sudah diketahui sebelumnya yang digunakan berukuran 25mm x 25mm x ketebalan sampel diletakkan dalam
sebuah perforator dan diekstrak dengan toluene lalu diabsorbsi dengan air suling. Konsentrasi formaldehida didapat dari nilai perforator, iodometri, dan
photometri. Hasil pengukuran dipengaruhi kondisi tempat, umur panel, kadar air, dan waktu pengukuran.
2. Metode WKI
Metode ini merupakan hasil dari riset The Fraunhofer Institut for Wood Research WKI. Contoh uji yang digunakan berukuran 25mm x 25mm x
ketebalan sampel. Sampel digantung dalam sebuah tabung polyethylene berisi 50 ml air suling, lalu dikondisikan pada suhu 400
o
C dalam oven selama 24 jam. Penentuan konsentrasi formaldehida dilakukan dengan iodometri dan
photometri. Hasil pengukuran emisi dipengaruhi kadar air sampel. Keuntungan dari metode ini adalah kehalusan dalam pembacaan pada kurva.
Metode WKI ini kebanyakan digunakan di Eropa, dan mulai digunakan secara semi-officer di New Zeland dan Australia Turner, 1990 dalam Roffael, 1993.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian