cuaca dan lokasi, sulit mencapai kadar air 15, perlu pencegahan terhadap serangan berbagai organisme perusak kayu selama proses pengeringan, waktu
pengeringan relatif lama dan perlu areal yang cukup luas. Maka dikembangkanlah sistem-sistem pengeringan lain guna menjamin kelangsungan
proses produksi serta untuk mengurangi cacat pengering yang terjadi, yaitu dengan sistem pengeringan buatan Coto 2004. Sistem pengeringan buatan
tidak tergantung pada kondisi cuaca. Beberapa sistem pengeringan buatan, yang dapat mempercepat proses pengeringan kayu yaitu, sistem pengeringan
dehumidifer, sistem pengeringan vakum, sistem pengeringan kipas fan dan metode pengeringan kilang pengering konvensional.
Teknik penumpukan juga memegang peranan penting dalam menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu. Pemberian beban
yang cukup pada permukaan tumpukkan bagian atas serta pengaturan jarak ganjal yang baik akan menghasilkan kayu kering berkualitas baik. Kayu yang
ditumpuk secara berlapis-lapis dimana masing-masing lapisan dipisahkan oleh ganjal sticker bertujuan agar sirkulasi udara masuk kedalam tumpukan kayu
secara merata Tobing 1988.
2.6 Cacat Pengeringan Kayu
Pada penelitian sifat dasar pengeringan, sebagian besar contoh uji kayu yang didapat merupakan kayu berdiameter kecil diameter 30
– 40 cm. Kayu diameter kecil juga dapat dikategorikan sebagai kayu muda yang memiliki
kelemahan antara lain ialah cukup banyak mengandung serat spiral, rasio penyusutan tengensialradial yang besar, dinding sel relatif tipis dengan sudut
mikrofibril dalam dinding sel yang besar sehingga penyusutan longitudinalnya besar. Kondisi tersebut menyebabkan sortimen dari kayu diameter kecil
cenderung berubah bentuk warping, dan atau collapse pada saat dikeringkan Walker 2007.
Menurut Walker 2007, terdapat beberapa cacat kayu yang sering terjadi dalam proses pengeringan diantaranya ialah perubahan warna staining, cacat
bentuk warping, tegangan sisa di permukaan case hardening, pecah dalam honeycombing, pecah checking, dan collapse. Perubahan warna staining
yang dapat terjadi karena serangan jamur pewarna terutama pada kayu segar dapat ditangani dengan meminimalisir waktu antara penebangan dengan
pengolahannya. Penumpukan kayu perlu dilakukan secepatnya agar
permukaannya cepat mengering dan mencapai kadar air kurang dari 20. Pewarnaan pada kayu hasil pengeringan dapat juga terjadi oleh ganjal yang
digunakan, serta bahan-bahan dalam ruang pengering yang mengalami kondensasi seperti karat besi.
Cacat bentuk warping umumnya terjadi akibat perbedaan susut pada arah radial dan tangensial Walker 2007. Terjadinya cacat bentuk ini dapat juga
disebabkan kesalahan dalam pemilihan jadwal pengeringan serta proses penumpukan kayu yang tidak benar. Beberapa jenis perubahan bentuk yang
sering dijumpai pada proses pengeringan kayu Tsoumis 1991.
Gambar 1 Cacat bentuk dalam pengeringan: a memangkuk cuping b membusur bowing c memuntir twisting d diamonding e
membungkuk crook. Tegangan sisa pengeringan case hardening merupakan tegangan sisa
yang terjadi dipermukaan kayu. Cacat ini tampak pada waktu pengerjaan kayu dan sangat mengganggu pada saat kayu akan diserut atau dipotong Walker
2007. Retak checking pada kayu dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu retak permukan surface check dan retak ujung end check dan retak dalam
honey comb. Menurut Tsoumis 1991, retak diakibatkan perubahan dimensi
yang tidak sama antara permukaan kayu dengan bagian dalamnya. Retak pada umumnya terjadi pada sepanjang jari-jari karena merupakan bagian terlemah
pada kayu. Retak dalam dapat disebabkan oleh retak permukaan yang berkelanjutan atau karena besarnya tegangan tegak lurus serat melebihi
kekuatan yang kayu tersebut. Cara untuk menghindari terjadinya cacat ini adalah dengan memberikan kelembaban udara yang tinggi pada permulaan
pengeringan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi Walker 2007. Cacat collapse ketika pengeringan terjadi apabila kadar air kayu cukup
tinggi, rongga sel penuh berisi air, maka bila terjadi proses pengeringan yang sangat cepat, air bebas akan bergerak dari dalam rongga sel kayu keluar melalui
kapiler yang berakibat tegangan vakum pada lumen sehingga dinding sel mengalami collapse. Collapse terjadi pada kayu ketika tegangan kapiler di
rongga sel melebihi keteguhan tekan tegak lurus serat Walker 2007.
Gambar 2 Kayu yang mengalami collapse.
Tsoumis 1991 menyatakan bahwa collapse merupakan penyusutan sel yang sangat parah sehingga permukaan papan tampak berkerut. Agar cacat
collapse dapat dihindari, maka kayu yang rawan collapse perlu mendapatkan pengeringan pendahuluan predrying dengan suhu rendah selama beberapa
hari atau dilakukan pengeringan alami dalam beberapa minggu. Selain itu terdapat beberapa cara pencegahan terjadinya collapse, antara lain ialah a
mengganti air yang berada dalam kayu dengan cairan lain yang mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah dari air, seperti metanol dan etanol.
Namun usaha ini masih terlalu mahal untuk diterapkan walaupun usaha ini
berhasil mencegah collapse Siau 1984, b usaha yang cukup efektif dan efisien untuk mencegah collapse adalah dengan menggunakan kondisi awal
pengeringan yang lunak, karena suhu yang tinggi dan kondisi pengeringan yang terlalu keras pada awal pengeringan merupakan penyebab utama sel collapse
Hadi 1987.
2.7 Pengendalian Cacat Pengeringan